ULAMA~
Maryam Fatin Razita
XI MIPA 2
-PEMBAHASAN-
● VISI
-Menjadi Jam’iyah Diniyah Islamiyah Ijtima’iyah yang ● TUJUAN
memperjuangkan tegaknya ajaran Islam Ahlus Sunnah wal -Terbentuknya karakter pada jamaah NU yang
Jama‘ah. mencerminkan nilai-nilai tawassuth (moderat),
-Mewujudkan kemaslahatan masyarakat, kemajuan bangsa, tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran) dalam
kesejahteraan, keadilan dan kemandirian khususnya warga NU. cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam
-Terciptanya rahmat bagi semesta, dalam wadah Negara Kesatuan kehidupan sehari-hari baik dalam urusan
Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila. keagamaan maupun duniawi.
-Terbangunnya jamiyyah dan jamaah NU yang
● MISI memiliki kemandirian di bidang ekonomi, sosial,
-Mengembangkan gerakan penyebaran Islam Ahlussunah wal Jamaah
dan politik.
untuk mewujudkan umat yang memiliki karakter tawassuth (mo-
-Menguatnya peran, fungsi, dan manajemen
derat), tawazun (proporsional), i’tidal (tegak lurus), dan tasamuh
kelembagaan/organsisasi NU dan manajemen
(toleran).
sistem informasi NU di semua tingkatan untuk
-Mengembangkan beragam khidmat bagi jamaah NU guna
mencapai visi dan misi NU.
meningkatkan kualitas SDM NU dan kesejahteraannya serta untuk
-Meningkatnya jaringan dan kerja sama NU
kemandirian jamiyyah NU.
dengan berbagai pihak yang berkepentingan di
-Mempengaruhi para pemutus kebijakan atau undang-undang agar
dalam maupun luar negeri.
produk kebijakan maupun UU yang dihasilkan berpihak kepada
kepentingan masyarakat dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan
rasa keadilan.
3 SEJARAH
Nadhlatul Ulama (NU) menorehkan sejarah tersendiri bagi perjuangan bangsa Indonesia. Jauh-jauh hari sebelum gaung
mempertahankan NKRI menggema, para ulama telah bergerak terlebih dahulu. Para ulama, kyai, santri, warga nahdliyin
memberikan kontribusi nyata dalam mengawal perjuangan kemerdekaan, mempertahankan dan mengisinya dengan spirit yang
tak kenal lelah dan pamrih.
Pada awalnya, kalangan pesantren mempunyai tekad untuk melawan kolonialisme dengan membentuk suatu organisasi
pergerakan pada 1916, kala itu bernama Nahdlatul Wathan yang mempunyai arti “Kebangkitan Tanah Air”.
Selang dua tahun, pada 1918 didirikan kembali organisasi yang bertujuan untuk pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan
santri bernama Taswirul Afkar atau dikenal dengan Nahdlatul Fikri yang mempunyai arti “Kebangkitan Pemikiran”.
Kemudian, untuk memperbaiki perekonomian rakyat didirikan Nahdlatul Tujjar yang mempunyai arti “Pergerakan Kaum
Saudagar”. Dengan begitu, Taswirul Afkar menjadi lembaga pendidikan yang berkembang, bahkan sampai memiliki cabang di
beberapa kota.
Hingga suatu ketika Raja Ibnu Saud berencana menerapkan asas tunggal, yaitu mazhab wahabi di Mekah dan menghancurkan
semua peninggalan sejarah Islam termasuk pra-Islam yang banyak didatangi karena dianggap bi’dah.
3 SEJARAH
Hal tersebut disambut baik oleh kaum modernis Indonesia, baik Muhammadiyah yang berada di bawah pimpinan Ahmad
Dahlan, maupun PSII yang berada di bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Namun, kalangan pesantren yang berpihak
kepada keberagaman, menolak gagasan tersebut.
Karena tidak sejalan dengan gagasan pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban, maka kalangan
pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta pada 1925. Dengan demikian, kalangan pesantren
tidak dilibatkan dalam delegasi Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah untuk disahkan. Akibat
dari hal tersebut, kalangan pesantren membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz yang diketahui oleh
K.H. Wahab Hasbullah.
Dengan desakan Komite Hejaz dan seruan dari penjuru umat Islam di dunia, maka Raja Ibnu Saud membatalkan
pengesahan tersebut dan sekarang di Mekah bebas untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
Setelah itu, untuk mengantisipasi perkembangan zaman lalu dibentuklah organisasi yang lebih sistematis. Organisasi
yang dibentuk awalnya dimusyawarahkan dengan para kyai, kemudian lahirlah Nahdlatul Ulama (NU) yang mempunyai
arti “Kebangkitan Ulama”.
4 CIRI KHAS
ISTIQOMAH
Lisannya selalu istiqamah dzikir "La Ilaha Illallah" (kalimat Talqin) dan hatinya selalu berniat baik dalam setiap hal apa pun. Dari
sikap istiqamah inilah yang membuat warga NU punya banyak rutinan setiap hari seperti tahlilan, shalawat Nariyah, shalawatan
bareng, istighotsah, manakib, ratiban, khataman Qur'an, dan lain sebagainya. Muslimat punya rutinan pengajian. Fatayat punya
rutinan diba'an. PCNU punya rutinan lailatul ijtima. Ansor punya rutinan majelis dzikir dan shalawat Rijalul Ansor. IPNU-IPPNU
punya rutinan shalawatan dan latihan pidato.
ISTIFADAH
Terus menambah ilmu, sehingga tak heran dalam setiap acara NU selalu ada sesi mauidlah hasanah. Selain itu kegiatan NU juga
selalu diakhiri dengan pembacaan surat Al-'Ashr tiga kali dengan tujuan untuk mengingatkan bahwa warganya selalu berupaya
menambah iman, amal saleh serta saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
4 CIRI KHAS
ISTISYAROH
Istisyaroh artinya suka bermusyawarah. Sebab apa pun keputusan di NU, selalu diambil dengan jalan musyawarah. Tak lupa
di NU juga ada tradisi Bahtsul Masail yaitu musyawarah untuk membahas status hukum suatu masalah yang tak ada
penjelasannya di Al-Qur'an dan Hadits.
ISTIKHARAH
Semua keputusan di NU, diupayakan selalu dengan pendekatan langit. Seperti pendirian organisasi NU saja, KH Hasyim
Asy'ari masih menunggu istikharah dari KH Kholil Bangkalan selama dua tahun.
ISTIGHOTSAH
Inspirasi Istigotsah ini berasal dari cerita Nabi Muhammad SAW yang melakukan istighotsah jelang Perang Badar.
Sebagaimana diabadikan dalam QS. Al-Anfal ayat 9, Nabi Muhammad SAW juga pernah berpesan kepada sahabat Ketika
punya masalah agar istighotsah dengan membaca kalimat "ya Hayyu Ya Qoyyum, Birahmatika Astaghitsu".
5 SIKAP KEMASYARAKATAN
At-Tawazun
At-Tasamuh
Tawazun artinya seimbang, yaitu sikap seimbang dalam
berkhidmah demi terciptanya keserasian hubungan antara Tasamuh adalah sikap toleran terhadap perbedaan pandangan
sesama umat manusia dan antara manusia dengan Allah SWT. baik dalam masalah keagamaan, terutama hal-hal yang
Dalam bahasa sederhana, hubungan kita dengan tuhan (Allah) bersifat furu' atau menjadi masalah khilafiyah, serta dalam
disebut vertikal. Sedangkan hubungan kita dengan manusia masalah kemasyarakatan dan kebudayaan. Dengan maksud
disebut horizontal. bahwasanya NU toleran terhadap perbedaan pandangan dalam
masalah agama budaya dan adat istiadat.
6 BIOGRAFI PENDIRI
Kebangsaan : Indonesia
Ketika usia 15 tahun, beliau berkelana mencari ilmu ke Pesantren lain. Hal ini dilakukannya karena beliau merasa belum
cukup menimba ilmu yang diterima sebelumnya. Beberapa Pesantren yang beliau singgahi diantaranya Pesantren
Wonokoyo (Probolinggo), Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Trenggilis (Semarang), Pesantren Siwalan, dan
Pesantren Panji (Sidoarjo).
KH. Hasyim Asy'ari mendirikan Pondok Pesantren di Tebuireng yang kelak menjadi Pesantren terbesar dan terpenting di
tanah jawa pada abad ke-20. Mulai tahun 1900, beliau memosisikan Pesantren Tebuireng menjadi pusat pembaharuan
bagi pengajaran Islam Tradisional. Dalam pesantren tersebut bukan hanya diajarkan ilmu agama saja, namun juga
pengetahuan umum yang ikut mengiringi pengajaran agama Islam.
Para santri belajar membaca huruf latin, menulis dan membaca buku-buku yang berisi pengetahuan umum, beroganisasi,
dan berpidato. Menurut beliau, mengajarkan agama Islam berarti memperbaiki manusia. Mendidik para santri agar siap
terjun ke masyarakat, adalah salah satu tujuan utama perjuangan KH. Asy'ari.
Nama : KH. Abdul Wahab Hasbullah
Kebangsaan : Indonesia
Selama 20 tahun beliau mendalami agama dari pesantren satu ke pesantren yang lain. Diantaranya adalah pondok
pesantren Langitan Tuban, pondok pesantren Mojosari Nganjuk, pondok pesantren Tawangsari sepanjang, pondok
pesantren Branggahan Kediri, pondok pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, pondok pesantren Tebuireng Jombang
dan belajar di Mekah Al Mukaromah.
Pada tahun 1916 beliau mendirikan "Nahdlatul Wathon" dan pada tahun 1918, beliau juga mendirikan lembaga
pendidikan "Taswirul Afkar". Abdul Wahab Hasbullah adalah seorang yang sangat dinamis, lincah, pantang menyerah
dan cerdas. Sahabat beliau sangatlah banyak karena beliau pandai bergaul dengan para ulama dari berbagai organisasi
Islam lainnya.
Nama : KH. Bisri Syansuri
Kebangsaan : Indonesia
Sejak kecil Bisri dipengaruhi oleh tradisi membaca atau pendidikan Qur’an. Tradisi membaca al-Qur’an seperti ini
adalah tradisi yang sudah berumur ratusan tahun di kawasan nusantara.
Birsi Syansuri juga memperoleh pendidikan dibeberapa pesantren lokal, antara lain pada KH Abdul Salam di Kajen, KH
Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang, KH Kholil di Bangkalan, dan KH Hasyim Asy'arie di Tebu
Ireng, Jombang. Layaknya santri yang memiliki tradisi berkeliling, berkelana, mencari ilmu terus menerus dan dimana-
mana. Saat menimba ilmu tersebut ia juga berkenalan dengan rekan sesama santri, Abdul Wahab Chasbullah, yang kelak
juga menjadi tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
SUMBER INFORMASI
https://m.liputan6.com/surabaya/read/4167635/sejarah-organisasi-islam-terbesar-di-indonesia-nahdlatul-
ulama#:~:text=Pada%20mulanya%2C%20kalangan%20pesantren%20mempunyai,arti%20%E2%80%9CKebangkitan
%20Tanah%20Air%E2%80%9D
https://www.zaeabjal80.com/2020/05/5-ciri-khas-ulama-ulama-nu-menurut-kh.html
https://slideplayer.info/slide/2342007/
http://www.abusyuja.com/2019/10/pengertian-tawasuth-itidal-tasamuh-tawazun.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy%27ari
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abdul_Wahab_Hasbullah
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bisri_Syansuri
SAYA
SAYA
MARYAM
MARYAM FATIN
FATIN