PDF LP Stroke Non Hemoragik
PDF LP Stroke Non Hemoragik
Disusun Oleh :
DESSTY INTAN PERMATA SARI
SN161028
1. Aterosklerosis
2. Infeksi
3. Obat-obatan
4. Hipotensi
D. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang
tersumbat . menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan keseluruhan penyakit
serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum (Muttaqin, 2008).
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak,
dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Jika sirkulasi serebral terhambat,
dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan yang disebabkan oleh anoksia
serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung. Selain kerusakan
parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakihatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan
perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elernen-elemen vasoaktif darah
yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari
60 cc maka risiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
perdarahan lobar. Sedangkan jika terjadi perdarahan serebelar dengan volume
antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%, namun
volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal (Misbach, 1999
dalam Muttaqin, 2008).
E. Komplikasi
Komplikasi pada stroke non hemoragik adalah:
F. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) penatalaksanaan stroke dapat dibagi
menjadi dua, yaitu :
a. Phase Akut :
1) Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan
sirkulasi.
2) Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation : Nimotop. Pemberian
ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik / emobolik.
3) Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian
dexamethason.
4) Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
5) Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan
kepala tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral
berkurang
b. Post phase akut
1. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
2. Program fisiotherapi
3. Penanganan masalah psikososial
Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan.
a. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan,
hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah
tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia dan hipertensi arterial.
c. Integritas Ego
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan BAB dan BAK . Misalnya inkoontinentia
urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara
usus menghilang.
e. Makanan/cairan
Nausea, vomiting, daya sensori hilang di lidah, pipi dan
tenggorokan serta dysphagia.
f. Neuro Sensori
j. Interaksi social
Gangguan dalam bicara dan ketidakmampuan berkomunikasi.
7. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan
bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
a. Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
b. Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan
berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami
brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan
perbedaan yang tidak begitu nyata.
c. Kemampuan Bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
memengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer
d. Lobus Frontal
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika
kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau
fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa, dan kurang motivasi, yang
menyebabkan klien ini menghadapi masalah frustrasi dalam
program rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin
diperberat oleh respons alamiah klien terhadap penyakit
a. Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
b. Saraf II. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer di antara mata dan korteks visual. Gangguan hubungan
visual-spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih objek dalam
area spasial) sering terlihat pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien
mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c. Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis,
biasanya dalam posisi duduk atau tidur jika kondisi klien tidak
memungkinkan. Evaluasi respon klien dengan menggunakan skala
0–4
b. Rangsangan Meningeal
Untuk mengetahui rangsangan selaput otak (misalnya pada
meningitis) dilakukan pemeriksaan :
1) Kaku kuduk
Bila leher di tekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga
dagu tidak dapat menempel pada dada Kaku kuduk positif (+)
2) Tanda Brudzunsky I
Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala klien dan
tangan lain di dada klien untuk mencegah badan tidak
terangkat. Kemudian kepala klien di fleksikan kedada secara
3
Defisit perawatan NOC NIC
diri; Setelah dilakukan tindakan keperawatan,
mandi,berpakaian 1. Menyediakan kesehatan mulut (oral hygiene)
diharapkan kebutuhan mandiri klien
makan, toileting 2. Memfasilitasi pasien untuk mandi di atas di
terpenuhi, dengan kriteria hasil:
berhubungan tempat tidur
1. Pasien mampu memenuhi ADLnya secara
dengan 3. Memfasilitasi kebersihan toilet pasien
mandiri
kelemahan fisik (mengganti drypers pasien)
2. Mampu mempertahankan kebersihan dan
4. Tempatkan pasien dalam posisi yang nyaman
kerapian secara mandiri
5. Mengganti pakaian dan laken pasien setelah
3. Mampu untuk merawat mulut dan gigi
secara mandiri memandikan pasien
4. Mampu untuk membersihkan tubuh
sendiri secara mandiri
penurunan
KriItenrjiuarhyasriilsk for pMaesinegnidyeanntgifidkaapsaikt
kemampuan otot, amnedneinfigskitaktkoagnniptiofteantasui jfaistuikh
1. Keseimbangan: kemampuan untuk
kelemahan otot
mempertahankan ekuilibrium dalam lingkungan tertentu.
atau perubahan
2. Gerakan terkoordinasi: kemampuan otot Mengidentifikasikan perilaku dan faktor yang
ketajaman
•
•
sebaliknyateknik yang tepat untuk mentransfer
Gunakan
pasien ke dan dari kursi roda, tempat tidur,
toilet, dan sebagainya
• Menyediakan tempat tidurkasur dengan tepi
yang erat untuk memudahkan transfer
• Gunakan rel sisi ranjang yang sesuai dengan
tinggi utnuk mencegah jatuh dari temoat tidur,
sesuai kebutuhan
• Memberikan pasien tergantung dengan sarana
bantuanpemanggilan (misalnya bel,atau cahaya
panggilan) ketika penjaga tidak ada
• Menyediakan pegangan angan terlihat memegang
tiang
• Tanda-tanda psting untuk mengingatkan staf
bahwa pasien yang beresiko tinggi untuk jauh
• Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan
lainnya untuk meminimalkan efek samping dari
obat yang berkontribusi terhadap jatuh :
(misalnya hipotensi ortostatik dan kiprah goyah)
penurunan fungsi
Sensori/function: hearing & vision • Beri satu kalimat sederhana satiap kali bertemu,
otot facial/oral
•
4. pGeesraankavnertbearkl •
k o m u n ik a s i d u a a r a h
A j ar k an b i c a r a d e n g
odoarndninoansivkearnba: lmampu y a n g o p ti m a l
a n e s op h a g us , jika
mengkoordinasi gerakan dalam
diperlukan
menggunakan bahasa isyarat
Beri anjuran kepada pasien dan keluarga tentang
5. Pengolahan informasi : klien mampu untuk
•
kecil
5. Pengetahuan tentang prosedur
Permintaan obat dalam bentuk obat mujarab
pengobatan
•
DAFTAR PUSTAKA
AN_KLIEN_DENGAN_STROKE_NON_HAEMORAGIK_SNH