2 Perbandingan Tujuan : Independent : Instrumen : didapatkan angka kejadian batuk pada pemberian
Pemberian Penelitian ini Pemberian Lembar Observasi lidokain 2% 1,5 mg/kgBB lebih rendah dibanding
Lidokain 2% 1,5 bertujuan lidokain 2% dengan pemberian propofol 0,3 mg/kgBB
mg/kgBB membandingkan dengan propofol Analisa data :
Intravena dengan angka kejadian 0,3 mg/kgBB Analisis statisika
Propofol 0,3 batuk saat ekstubasi Dependent : menggunakan uji
mg/kgBB antara pemberian Laringo Spasme chi-square dengan
Intravena Setelah lidokain 2% 1,5 bantuan aplikasi
Anestesi Umum mg/kgBB intravena statistical product
Dihentikan dan propofol 0,3 and service
terhadap mg/kgBB intravena solution (SPSS)
Kejadian Batuk yang diberikan versi 20.0 for
Saat Ekstubasi setelah prosedur windows taraf
Bangun anestesi umum signifikasi 5% dan
(Gunawan, A., dihentikan. Sampai dianggap bermakna
Pradian, E., & saat ini belum ada bila p<0,05.
Sitanggang, penelitian yang
2017) membandingkan
kedua obat tersebut
untuk menurunkan
angka kejadian
batuk saat
ekstubasi.
Desain :
eksperimental
dengan teknik acak
terkontrol buta
tunggal
Sample :
Pasien dengan
general Anestesi
Teknik Sampling :
consecutive
sampling
3 Post-anesthesia Tujuan : Independent : Instrumen : Setelah ekstubasi dalam, 4,3% pasien (13/300)
care unit untuk mengevaluasi Deep Ekstubation Lembar Observasi mengalami desaturasi di PACU. Setiap episode
desaturation kejadian sangat kecil, dimana pasien kembali ke tingkat
in adult deep desaturasi, Dependent : Analisa data : saturasi normal dalam satu menit. Dari 26 faktor
extubation ditentukan oleh Desaturation Chi-square tests kasus yang dinilai,
patients. (Juang SpO2<90% selama 24 tidak memiliki hubungan yang signifikan
et al., 2021) lebih dari 10 detik, terhadap desaturasi di PACU, termasuk jumlah
di PACU setelah waktu yang dihabiskan di PACU. Sejarah
ekstubasi dalam. asma adalah satu-satunya faktor signifikan secara
Desain : statistik yang ditemukan berhubungan positif
Observasi dengan desaturasi. Kami menemukan itu
Episode desaturasi PACU setelah ekstubasi dalam
Sample : jarang terjadi. Temuan kami menunjukkan bahwa
Pasien dengan ekstubasi dalam dapat dilakukan
intubasi ett di pacu dan pilihan yang aman bagi pasien tanpa patologi
Teknik Sampling : saluran pernafasan yang signifikan.
Consecutive
Sampling
4 Tracheal Tujuan : Independent : Instrumen : Kelompok THRIVE menunjukkan insiden
Extubation Penelitian ini Tracheal Lembar Observasi. desaturasi yang lebih rendah dibandingkan
Under Deep bertujuan untuk Extubation Under kelompok CONTROL (12 vs. 54%, OR = 0,22
Anesthesia memasukkan Deep Anesthesia Analisa Data: [95% CI, 0,10–0,49], P <0,001). Lebih sedikit
Using populasi pasien Using Transnasal Data di olah pasien dalam kelompok THRIVE yang mengalami
Transnasal terpilih untuk Humidified menggunakan peningkatan tekanan arteri rata-rata sebesar 20%
Humidified menentukan Rapid SPSS dengan (atau lebih) (4 vs. 26%, OR = 0,15 [95% CI, 0,04–
Rapid keamanan dan efek Insufflation menampilkan 0,65], P = 0,002). Pasien THRIVE tidak mengalami
Insufflation dari strategi Ventilatory persentase, Mean, agitasi atau bucking, sedangkan pada kelompok
Ventilatory ekstubasi selama Exchange dan Median, dan CONTROL, agitasi dan bucking masing-masing
Exchange vs. pemulihan dari Awake Modus terjadi pada 22 dan 58% pasien. Selain itu,
Awake anestesi umum. Extubation kelompok THRIVE menunjukkan insiden
Extubation: An Desain : Dependent : pengalaman tidak nyaman yang lebih rendah
Open-Labeled Eksperimental dibandingkan kelompok CONTROL (8 vs. 36%,
Randomized Sample : OR = 0,22 [95% CI, 0,08–0,61], P = 0,001).
Controlled Trial. Pasien dengan
(Qiu et al., General Anestesi
2022)
Teknik Sampling :
konsekutif
sampling.
5 Incidence of Tujuan : Independent : Instrument : Empat puluh (13%) dari 300 pasien memiliki
airway Tujuan adalah Deep Ekstubation Lembar Observasi setidaknya satu komplikasi di OR, yang
complications untuk menentukan didefinisikan sebagai komplikasi persisten
associated with apakah ada faktor Dependent : batuk, desaturasi SpO2 <90% lebih dari 10 detik,
deep extubation intraoperatif yang Airway Analisa data : laringospasme, stridor, bronkospasme, dan
in adults (Juang et dapat Complication Normalitas reintubasi.
al., 2020) mempengaruhi distribusi variabel Saat membandingkan kelompok komplikasi dengan
keberhasilan deep kontinu dinilai kelompok tanpa komplikasi, pasien berada dalam
ekstubasi. dengan kelompok komplikasi
Desain : menggunakan memiliki BMI yang jauh lebih tinggi (30 vs 26),
Observasional Uji normalitas saturasi O2 yang lebih rendah sebelum dan sesudah
Shapiro-Wilk. Tes ekstubasi, dan waktu yang lebih lama dari akhir
Sample : Mann-Whitney operasi untuk keluar dari OR (p <0,05).
Pasien dengan adalah
Anestesi general digunakan untuk
membandingkan
Teknik Sampling : variabel kontinu
Conscutive antar kelompok. A
sampling Nilai P 2 sisi
kurang dari 0,05
Masalah 1
Berdasarkan beberapa literatur di atas menunjukan bahwa ekstubasi dalam dapat menyebabkan komplikasi pada jalan nafas pasien.
Sehingga perlu di teliti lagi terkait masalah airway apa saja yang paling sering muncul pada ekstubasi dalam. Maka dari itu peneliti
tertarik untuk meneliti tentang komplikasi air way pada ekstubasi dalam pasien dengan general anestesi.
Masalah 2
Pada penelitian diatas ditemukan bahwa pasien dengan riwayat asma dapat mengalami desaturasi oksigen. Sehingga peneliti tertarik
untuk meneliti terkait dengan gambaran saturasi oksigen pada pasien asma dengan anestesi general.
Masalah 3
Ekstubasi pada pasien dapat menyebabkan masalah laringospasme hal ini memang jarang terjadi, akan tetapi jika terjadi perlu
penanganan yang tepat terhadap airway pasien. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan peneletian terkait penatalaksanaan
laringospasme di ruang operasi pada pasien dengan gfgeneral anestesi ETT.