Anda di halaman 1dari 8

ASAL-USUL KOTA SINTANG

Kabupaten Sintang adalah salah satu daerah otonom tingkat II di


bawah provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Sintang.
Kabupaten ini memiliki luas wilayah 21.635 km² dan berpenduduk sebesar ±
365.000 jiwa. Kepadatan penduduk 16 jiwa/km2 yang terdiri dari multietnis
dengan mayoritas suku Dayak dan Melayu.

Daerah Pemerintahan Kabupaten Sintang, pada tahun 2005, terbagi menjadi 14


kecamatan, 6 kelurahan, dan 183 desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan
Ambalau dengan luas 29,52 persen dari total luas wilayah Kabupaten Sintang,
sedangkan luas masing–masing kecamatan lainnya hanya berkisar 1–29 persen
dari luas Kabupaten Sintang. Secara umum Kabupaten Sintang luasnya hampir
menyamai luas Provinsi Sumatra Utara.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sintang merupakan perbukitan dengan


luas sekitar 22.392 km2 atau sekitar 69,37 persen dari luas Kabupaten Sintang
(32.279 km2). Kabupaten Sintang merupakan kabupaten terbesar ke-dua di
Provinsi Kalimantan Barat, setelah Kabupaten Ketapang. Wilayah ini berbatasan
langsung dengan Serawak, Malaysia. Mata pencaharian utama masyarakat di
kawasan ini adalah petani sawit dan karet.

Sejarah Sintang

Kediaman asisten residen Sintang di sekitar tahun 1900

Tahun 1600 Raja Sintang mengirim utusan ke Banjarmasin melewati jalur sungai
Katingan untuk menyalin Kitab Suci Al-Quran. Kontrak tahun 1756,
Sultan Tamjidullah I dari Banjarmasin dengan VOC-Belanda mendaftarkan
Sintang dalam wilayah pengaruh Kesultanan Banjarmasin.[2] Tanggal 1 Januari

1
1817 Raja Banjar Sultan Sulaiman menyerahkan Sintang kepada Belanda.[3]Tahun
1823 kontrak Sultan Sintang dengan Hindia Belanda.[4] Tanggal 4 Mei 1826,
Sultan Adam dari Banjarmasin menyerahkan Sintang kepada Hindia Belanda.
Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk
dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat,
Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No.
8. Kabupaten Sintang dihuni 34 sub suku Dayak.

Daftar Bupati

Berikut ini adalah daftar bupati Sintang yang menjabat sejak pembentukannya
pada tahun 1950.

Wakil
No Nama Masa Jabatan Ket Ref
Bupati
[7]
1 Raden Gondowirio 1950
[8]
2 R.M. Sudiono 1950–1952

3 R.P.N. Loemban Tobing 1952–1953

4 Raden Koesno 1953–1954

5 Ade Muhammad Johan 1954–1955

6 J.C. Oevaang Oeray 1955–1959


7 G.P. Djaoeng 1959–1966
8 Masri Hakim, B.A. 1966–1968
9 N. Sukardi 1968–1974
Periode
1974–1979
pertama
10 Drs. H. M. Saleh Ali
Periode
1979–1984
kedua
11 Daniel Toding 1984–1989
12 Bonar Sianturi 1989–1994
Drs. R. Juris
H. Abdillah Kamarullah,
13 1994–1999 Mening
S.H.
(1996-2001)
14 Drs. R. Juris Mening 1999–2000 Pelaksana
tugas
(plt.)

2
bupati
Drs. Elyakim Simon Drs. H. Ade
15 2000–2005
Djalil, M.M. Kartawijaya
Drs. Ignatius Lyong, Penjabat
16 Februari–Agustus 2005
M.M. bupati
dr. Jarot
Periode
2005–2010 Winarno,
Drs. Milton Crosby, pertama
17 M.Med.Ph.
M.Si.
Periode Drs. Ignasius
2010–2015
kedua Juan, M.M.
Drs. Alexius Akim, 26 Agustus 2015–17 Penjabat [9]
18
M.M. Februari 2016 bupati
Drs.
dr. H. Jarot Winarno, 17 Februari 2016– [10]
19 Askiman,
M.Med.Ph. sekarang
M.M.

Pada Tahun 2016 kota Sintang genap berusia 654 Tahun. Kota Sintang
terbentuk usai perpindahan Jubair Irawan 1 dari kerajaan Sepauk.

“tepat pada tanggal 10 mei 1362 yang lalu, Jubair Irawan I beserta sanak
keluarga dan para pengikutnya, pindah atau berhijrah dari kerajaan sepauk ke tempat
yang menjadi titik pertemuan alur sungai kapuas dan sungai melawi yang arusnya
saling bertentangan, melahirkan istilah senentang dan di kemudian hari dikenal
menjadi nama kota Sintang” terang Bupati Sintang Jarot Winarno dalam amanatnya
saat Bertindak sebagai Inspektur Upacara, memperingati hari jadi Kota Sintang yang
ke 654 Tahun 2016 di Stadion Baning Sintang, Selasa (10 /05/ 2016).

3
Ilustrasi Perpindahan Jubair Irawan I ke Sintang

Menurut Jarot, ada dua nilai penting yang harus kita resapi dan aktualisasi dari
sejarah perpindahan Jubair Irawan I. pertama; spirit pindah atau berhijrah yang
dilakukan Jubair Irawan I.

“dia bercita-cita besar agar kerajaan yang dimilikinya dapat berkembang lebih
baik, lebih maju dan lebih besar di masa depan. pola pikir yang cerdas dan maju ini di
kemudian hari ini terbukti sangat tepat, karena Jubair Irawan Imulai meletakkan
pondasi kerajaan yang kokoh hingga dapat eksis saat ini untuk kita sekarang, spirit
hijrah tersebut harus kita adopsi dengan tafsir yang sesuai tantangan zaman,” terang
Jarot.

Secara filosofi, berhijrah meninggalkan sesuatu untuk menuju sesuatu yang


baru. saat ini kita harus siap berhijrah menuju pikiran dan perilaku yang baik seperti
kesadaran menjaga lingkungan alam yang lestari, perilaku santun, jujur, toleran sabar,
tekun, taat hukum, kerja keras, penuh optimisme, mau berkorban dan berbagi untuk
orang lain, serta semangat kerja sama dan berprestasi.

“inilah spirit hijrah kita pada saat sekarang di tengah kemeriahan memperingati hari
jadi kota Sintang ke-654,”tambahnya.

kedua: pilihan tempat yang menjadi titik pertemuan dua alur sungai besar,
sungai kapuas dan sungai melawi, menggambarkan keinginan mewujudkan suatu
peradaban yang didasari nilai persaudaraan kemanusiaan sejati.

Generasi masa lalu yang ada pada Jubair Irawan Itelah memiliki kesadaran
bahwa perbedaan apapun yang ada tidak boleh menjadi sumber konflik. justru
perbedaan itu adalah anugerah yang harus disyukuri dan didayagunakan untuk
kemajuan yang lebih besar. Kewajiban kita saat ini, berupaya terus menghidupkan,
merawat dan memeprkuat nilai persaudaraan kemanusiaan di kota Sintang dan
kabupaten Sintang pada umumnya.

“kota Sintang adalah rumah besar kita semua. kita lahir, tumbuh, hidup,
berkarya dan menciptakan peradaban secara bersama-sama, atas dasar persaudaraan,
kesetaraan, persamaan dan keadilan. cita-cita Jubair Irawan I menyatukan dua arus
sungai besar, yang berarti menyatukan berbagai perbedaan yang ada pada kita
sekarang, harus terus kita perjuangkan sehingga terwujud peradaban kota Sintang
yang aman, damai, maju dan berdaya saing tinggi.”unkap Jarot.

4
“spirit hijrah dan persaudaraan yang terdapat dalam semangat peringatan hari
jadi kota Sintang, hari ini kita gelorakan hingga kapanpun. karena itulah pada tahun
pertama ini kita memilih tema “melalui peringatan hari jadi kota Sintang ke 654
tahun 2016, kita wujudkan semangat kebhinekaan, guna kelanjutan
pembangunan kabupaten Sintang yang makin maju, sejahtera, aman dan
damai”. kita sebagai penghuni kota Sintang yang sudah merasakan manfaat
berbagai hal darinya, berkewajiban untuk ikut ambil bagian memajukan kota Sintang,
yang insya allah bukan hanya menjadi ibukota kabupaten Sintang, tetapi juga akan
menjadi ibukota provinsi kapuas raya di masa mendatang” tambah Jarot Winarno.

Kepala Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Sintang, Kartiyus saat


membacakan sejarah singkat Kota Sintang menyampaikan bahwa secara yuridis
formal, kabupaten Sintang sebagai entitas pemerintahan dibentuk melalui undang-
undang nomor 27 tahun 1959 penetapan undang-undang darurat nomor 3 tahun 1953
tentang pembentukan daerah tingkat II di kalimantan.

“ibukota kabupaten Sintang adalah kota Sintang. Sebagai tempat hidup


sebuah komunitas masyarakat, kota Sintang telah eksis jauh sebelum lahirnya
undang-undang nomor 27 tahun 1959 tersebut, bahkan telah ada sebelum
terbentuknya nkri tahun 1945. Catatan sejarah memang telah menggambarkan
bagaimana daerah yang menjadi titik pertemuan alur sungai kapuas dan sungai
melawi ini tumbuh dan berkembang sudah sangat lama sehingga menjadi tempat yang
tua dari sisi sejarah” terang Kartiyus.

Kartiyus menambahkan berdasarkan hasil analisis terhadap sejarah lahirnya


Sintang yang bertumpu pada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
secara historis, politis, yuridis, pedagogis dan ilmiah sekaligus memiliki nilai moral
yang tinggi dan luhur, dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa Sintang berdiri
(dibangun) melalui kronologi peristiwa sebagai berikut:

Pada tahun 1362 masehi atau 1284 saka, Jubair Irawan I memindahkan pusat
pemerintahan dari sepauk ke Sintang.

5
Ilustrasi Peletakan Batu Pertama di Sintang yang dilakukan Jubair Irawan I

Alasan Jubair Irawan I memindahkan pusat pemerintahan dari sepauk ke


Sintang adalah: pertama, dalam rangka usaha pemekaran wilayah dan persiapan
membangun pemerintahan baru ditepi sungai kapuas. kedua, untuk membangun
pertahanan dan keamanan, sehingga mudah untuk mengontrol lalu lintas di kedua
sungai tersebut. ketiga, letaknya strategis sehingga memperlancar komunikasi antar
daerah aliran sungai tersebut dengan pusat pemerintahan.

“dengan demikian dapat dikatakan bahwa Jubair Irawan I adalah pendiri kota
Sintang atau negeri Sintang. Melalui perbandingan dan hubungan data dari sumber
akurat yang dikaji, maka tanggal 10 mei 1362 m, atau bertepatan dengan tahun 1284
saka, disepakati dan ditetapkan menjadi hari berdirinya kota Sintang,”Pungkasnya.
(mo)

Kecamatan

Kabupaten Sintang dibagi menjadi 14 wilayah kecamatan, yaitu:

1. Ambalau
2. Binjai Hulu
3. Dedai
4. Kayan Hilir
5. Kayan Hulu
6. Kelam Permai
7. Ketungau Hilir
8. Ketungau Hulu
9. Ketungau Tengah
10. Sei Tebelian (Sungai Tebelian)

6
11. Sepauk
12. Serawai
13. Sintang
14. Tempunak

Pemekaran daerah
Kabupaten Ketungau

Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam kabupaten ini meliputi :

1. Ketungau Hilir
2. Ketungau Hulu
3. Ketungau Tengah
Kabupaten Serawai
Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam kabupaten ini meliputi :
1. Ambalau
2. Serawai
3. Kayan Hilir
4. Kayan Hulu

Kota Sintang

Kecamatan yang mungkin bergabung ke dalam kota ini meliputi :

1. Sintang
2. Sintang Barat
3. Sintang Kota
4. Sintang Timur

Provinsi Sintang

Beberapa Kabupaten/Kota yang membentuk Provinsi baru ini meliputi :

1. Kota Sintang
2. Kabupaten Melawi
3. Kabupaten Kapuas Hulu
4. Kabupaten Sekadau

7
5. Kabupaten Sintang

Referensi

http://www.rri.co.id/sintang/post/berita/220353/daerah/
apbd_sintang_2016_meningkat.html.

www.mediakapuasraya.com

Anda mungkin juga menyukai