Anda di halaman 1dari 7

Biografi

Dr. Mohammad Djamil, MPH, DPH Dt. Rangkayo Tuo


• Mohammad Djamil adalah salah satu
nama besar orang Indonesia di dunia
kedokteran sejak masa Hindia Belanda.
• Bukan saja ahli kesehatan, M. Djamil
juga merupakan pejuang dan pemimpin
Sumatra Barat hingga Sumatra Tengah
di masa-masa sulit saat perang
kemerdekaan.
KEHIDUPAN
• Lahir di Kayu Tanam, Padang Pariaman Sumatera
Barat pada tanggal 28 November tahun 1898
• Dr. M. Djamil wafat pada Juli 1962 dalam usia 64
tahun di RSCM Jakarta
• Ibunya bernama Aminah dan ayahnya seorang petani
yang dikenal dengan gelar Angku Kali, karena bertugas
sebagai qadhi nikah
• M. Djamil menghabiskan masa kecil di Kayu Tanam,
antara lain dengan belajar mengaji pada mamaknya
Tuanku Hitam
• Orang Indonesia Pertama Meraih Gelar Doktor di Dua
Universitas di Negara Berbeda
RIWAYAT PENDIDIKAN

• ELS (1914) 6 Tahun dari 7 Tahun


yang dianggarkan
• STOVIA, Indische Arts (1924, 9
Tahun dari 10 Tahun seharusnya)
• Universitas Utrech, Belanda (1932,
Doctor Medicinae Interne Zieken/
Dokter Penyakit Dalam)
• Universitas Jhon Hopkins Maryland,
America Serikat (1934, Doctor of
Public Health/ Dokter Kesehatan
Masyarakat
RIWAYAT PEKERJAAN
• Dokter Pemerintah di Agam Tua, Riset TBC dan Malaria di Koto
Gadang Sianok (1925 - 1927)
• Dokter Pemerintah di Natal, Mandailing (1927 - 1929)
• Dokter Pemerintah dan pemimpin Rumah Sakit di Cirebon, Kediri,
Madiun, Bangkalan, Sampang, Bengkalis dan Bengkulu ( 1935 -
1942)
• Dipaksa Jepang Memimpin Rumah Sakit Umum di Padang (Zaman
Jepang, 1942 - 1945)
• Kepala Jawatan Kesehatan Sumatera Tengah (Oktober- November
1945)
• Ketua KNI Daerah Sumatera Barat (November 1945- Maret 1946)
• Residen Sumatera Barat (Maret-Juli 1946)
• Gubernur Muda Sumatera Tengah (Juli 1946-April 1947)
• Ketua Panitia Sekolah Tinggi Sumatera, Panitia Sekolah Tinggi
Pancasila, Panitia Sekolah Tinggi Sumatera Tengah ( 1947- 1950an)
• Mendirikan Rumah Sakit Sitawa Sidingin di Bukittinggi (1953)
RIWAYAT PEMERINTAHAN

• Dr. M. Djamil aktif dalam pertemuan para tokoh


dan pemuda di Padang pada masa peralihan itu.
• Bersama tokoh pendidikan Mohammmad Sjafei,
Mr. Sutan Mohammad Rasjid dan Arif Datuak
Madjo Urang, Dr. M. Djamil mendapat tugas
membentuk Komite Nasional Indonesia Daerah
(KNID).
• Ketika menjadi ketua KNID, Dr. M. Djamil
menjadi lebih sering berpidato di tengah
masyakat.
• Pidatonya dalam rapat akbar pada Oktober 1945
sangat terkenal. "Musuh-musuh kita lipat!
Pengkhianat-pengkhianat kita sikat!"
• Pada akhir Juni 1946, KNID meminta Dr. M.
Djamil sebagai Gubernur muda Sumatra
Tengah pada 2 Juli 1946. Berpusat di
Bukittinggi, Dr. M. Djamil mengkoordinasikan
Keresidenan Sumbar, Riau dan Jambi.
• Keinginan Dr. M. Djamil untuk kembali fokus pada
kesehatan, sempat ia sampaikan pada Bung Hatta.
• Akhirnya, ia mengundurkan diri secara resmi karena
alasan itu melalui surat pada Presiden Sukarno.
• Sejak saat itu, Dr. M. Djamil kembali pada dunia
kesehatan dan pendidikan. Ia sempat mendapat tugas
jadi ketua panitia persiapan sekolah tinggi provinsi
Sumatra.
• Kembali buka praktek dokter di Bukittinggi dan
kemudian mendirikan Rumah Sakit Sitawa Sidingin di
sana.
• Dr. M. Djamil wafat pada Juli 1962 dalam usia 64
tahun di RSCM Jakarta. Ia meninggalkan 10 anak dari
dua istri, yakni Siti Aksar dan Siti Maryam. Namanya
harum dan terus dikenang sebagai salah satu dokter
pejuang dari Ranah Minang
• Untuk mengabadikan jasa-jasanya, maka sejak tahun
1978, RSUP Jati di Padang berganti nama menjadi
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil
berdasarkan Surat Keputusan Menkes RI No. 134
Tahun 1978.
• Pemerintah juga menetapkan Dr. M. Djamil sebagai
Pejuang kemerdekaan di sumatera barat

Anda mungkin juga menyukai