ANGGOTA KELOMPOK :
NAMA/NIP/NDH
Meskipun keluarganya tidak termasuk golongan priyayi birokratis yang tinggi kedudukan
sosialnya, Mangunkusumo berhasil menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang yang tinggi.
Cipto beserta adik-adiknya yaitu Gunawan, Budiardjo, dan Syamsul Ma’arif bersekolah
di STOVIA, sementara Darmawan, adiknya bahkan berhasil memperoleh beasiswa dari
pemerintah Belanda untuk mempelajari ilmu kimia industri di Universitas Delft, Belanda. Si
bungsu, Sujitno terdaftar sebagai mahasiswa Rechtshoogeschool te Batavia.
Berbeda dengan kedua rekannya dalam "Tiga Serangkai" yang kemudian mengambil jalur
pendidikan, Cipto tetap berjalan di jalur politik dengan menjadi anggota Volksraad. Karena
sikap radikalnya, pada tahun 1927 ia dibuang oleh pemerintah penjajahan ke Banda.
Ia wafat pada tahun 1943 dan dimakamkan di TMP Ambarawa. Pada tanggal 19 Desember
2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikan beliau di pecahan
uang logam rupiah baru, pecahan Rp. 200,-
Penerapan Nilai ASN Ber AKHLAK dari seorang dr. Cipto Mangunkusumo
1. Berorientasi pelayanan
Beliau sering membantu masyarakat, sehingga dr. Cipto Mangunkusumo
dikenal sebagai “Dokter Rakyat”. Perjuangan dr. Dokter Cipto Mangun kusumo ketika
wabah Pes yang menyerang rakyat di daerah malang dan tidak ada seorang dokter
Eropa pun yang mau memberantasnya. dr. Cipto menawarkan diri untuk masuk
dinas pemerintah kembali dan minta ditempatkan di daerah tersebut ia berusaha
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat Malang.
2. Akuntabel
Dokter Cipto Mangunkusumo yang memiliki integritas tinggi dan tanggung
jawab dalam perjuangannnya menuntut keadilan bagi rakyat pribumi setelah bebas
dari penjara Dokter Cipto Mangunkusumo tetap aktif dan menyuarakan aspirasinya
tentang kemanusiaan.
3. Kompeten
Pada usia 6 tahun dr.Cipto Mangunkusumo bersekolah disekolah Belanda,
yaitu Europeesche Lagere School. dr. Cipto Mangunkusumo adalah murid yang
cerdas dan lulus dengan nilai terbaik diantara teman – temannya.
Kemudian, saat berusia 13 tahun, dr. Cipto Mangunkusumo melanjutkan
pendidikan ke STOVIA ( School tot Opleiding van Indische Artsen). STOVIA
merupakan sekolah pendidikan kedokteran bagi rakyat pribumi pada zaman Hindia
Belanda.
Dimasa mudanya, dr. Cipto Mangunkusumo menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk belajar ilmu kedokteran dengan gigih, beliau ingin ilmunya
bermanfaat untuk membantu sesama.
Tidak hanya itu, dr. Cipto Mangunkusumo bergabung dengan sebuah
organisasi pemuda Budi Utomo, pada 1908. Organisasi Budi Utomo merupakan
salah satu titik awal perjuangan melawan penjajah.
4. Harmonis
dr. Cipto Mangunkusumo menentang peraturan stovia yaitu peraturan untuk
memakai pakaian tradisional bila sedang berada di sekolah menurutnya peraturan
tersebut merupakan perwujudan dari politik kolonial yang arogan dan melestarikan
feodalisme.
5. Loyal
Seorang dr. Cipto Mangunkusumo yang sangat berani menentang kekuasaan
pemerintah kolonial bahkan ia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai dokter
pemerintah agar lebih bebas meneruskan perjuangannya. Ia merupakan sosok yang
berdedikasih mengutamakan kepentingan bangsa, penuh pengabdian dan
mempunyai tekad yang kuat dalam memperjuangkan kemanusiaan.
6. Adaptif
Meskipun keluarga tidak termasuk golongan yang kaya, orangtuanya berhasil
menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang yang tinggi yaitu bersekolah di stovia,
sementara adiknya bahkan berhasil memperoleh beasiswa dari pemerintah belanda
untuk mempelajari ilmu kimia di Universitas Delf Belanda
7. Kolaboratif
dr. Cipto Mangunkusumo masuk sebagai anggota dalam budi Budi Utomo.
Setelah mundur dari Budi Utomo, beliau dikenal sebagai salah satu tokoh dari tiga
serangkai bersama Ernest dan Ki Hajar Dewantara mereka berkolaborasi bersama –
sama untuk mendirikan Indische Partij pada tahun 1912.