Anda di halaman 1dari 13

LEMB AR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Perjuangan Dr. Soetomo sebagai Revolusi Pemuda pada
Masa Pergerakan Kemerdekaan Indonesia
2. Ketua
a. Nama : Alfina Nanda Farichah
b. NIS : 11416
c. Sekolah : SMAN 1 GEGER
3. Anggota 1
a. Nama : Hilmi Faiz Ferdana
b. NIS : 11573
c. Kelas : XI IPS 1
4. Anggota 2
a. Nama : Wildan Muzakki Awaliansyah
b. NIS : 11900
c. Kelas : X9
5. Guru Pembimbing
a. Nama : Galih Puji Mulyadi, S.Pd., M.Hum.
b. NIP : -
c. Jabatan : Guru Mata Pelajaran Sejarah

Madiun, 03 Oktober 2022


Guru Pembimbing Ketua Kelompok

Galih Puji Mulyadi, S.Pd., M.Hum. Alfina Nanda Farichah


NIP. - NIS. 11416

Mengetahui,
Kepala Sekolah

Drs. Makmun Fatoni, M.Pd.


NIP. 19660928 198803 1 008
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dr. Soetomo membawa perubahan besar dalam sejarah pergerakan
Kemerdekaan Indonesia. Perubahan itu terjadi pada pola pemikiran tentang bentuk
perlawanan yang awalnya dengan cara fisik yang bersifat kedaerahan menjadi
perjuangan dengan organisasi yang bersifat nasional. Pemikirannya dilandasi sebuah
fakta di masa lalu tentang perlawanan terhadap penjajah dengan cara fisik yang
bersifat kedaerahan tidak membuahkan hasil. Maka menurut pemikiran beliau perlu
adanya perubahan bentuk perlawanan. (Museum Kepresidenan, 2019). Berawal dari
pemikiran-pemikiran Soetomo inilah menari untuk dikaji.
Fokus kajian yang menjadi sorotan di sini bukan pada organisasi yang
didirikan Soetomo yaitu Budi Utomo-nya, tetapi dari perubahan sudut pandang
pemikiran Soetomo muda. Meski masih duduk dibangku kuliah, namun beliau sudah
mempunyai pikiran yang besar untuk bangsanya. Menurut Benedict Anderson
mengatakan bahwa hal seperti ini bisa dikatakan sebagai revolusi pemuda. Para
pemuda atau pelajar yang mengenyam pendidikan pada masa itu mulai bermunculan
dan melakukan perubahan pada sistem masyarakat pada masa itu. (Ika Istiana, 2022).
Perubahan pola pemikiran Soetomo yang membentuk organisasi Budi Utomo ini
kemudian menjadi simbol bahwa pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia
mengalami kebangkian Nasional.
Budi Utomo menjadi organisasi pertama yang ada di Indonesia. Organisasi ini
didirikan pada 20 Mei 1908. Awalnya, ide mengenai perubahan perjuangan tersebut
muncul dari Soetomo setelah mendapat wejangan dari dosennya yang berasal dari
Belanda. Kemudian Soetomo segara bergegas mengumpulkan rekan-rekannya untuk
membentuk suatu organisasi yakni Budi Utomo. Anggota organisasi ini berasal dari
para mahasiswa STOVIA (School Tot Opleiding Voor Inlandsche Arsten) dan terdapat
8 sekolah lainnya. (Peter Kasenda et al., 2013: 10). Sedangkan tujuan organisasi ini
untuk memajukan pendidikan pribumi dan mengubah cara berpikir pemuda-pemuda
pada saat itu. Di balik berdirinya organisasi ini terdapat pemikiran besar Dr. Soetomo
yang kurang mendapat perhatian.
Beberapa narasi sejarah yang ada saat ini hanya menjelaskan bahwa Dr.
Soetomo adalah pendiri dari organisasi Budi Utomo saja. Padahal pemikiran dari Dr.
Soetomo inilah yang berperan penting dalam sejarah pergerakan kemerdekaan
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari peran beliau yang masih muda dan berstatus
mahasiswa, namun sudah memiliki kesadaran pemikiran untuk membentuk organisasi.
Selain itu, beliau juga mengajak rekan-rekannya yang berbeda sekolah untuk
bergabung ke dalam organisasinya untuk berjuang memperhatikan nasib bangsa.
(Abdurrachman Surjomihardjo, 1980: 27). Semangat persatuan dan kesatuan yang
dimiliki oleh beliau begitu besar. Berdasarkan fakta tersebut maka menarik untuk
dilakukan kajian secara mendalam untuk mengangkat perjuangan dan pemikiran Dr.
Soetomo.
Pembahasan makalah ini akan mengkaji lebih dalam mengenai ide dan
pemikiran Dr. Soetomo pada masa penjajahan Belanda. Kajian yang akan dibahas
diantaranya mengenai sosok profil Dr. Soetomo, perjuangan dan pemikirannya, serta
nilai-nilai kepahlawanan beliau yang dapat diteladani. Pembahasan mengenai
pemikiran Dr. Soetomo ini menarik diteliti karena ingin mengangkat sejarah Dr.
Soetomo dari sudut pola pemikiran di masa mudanya yang membangkitkan semangat
perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sehingga dari kajian ini harapannya bisa menjadi
inspirasi dan motivasi bagi para pemuda di Indonesia pada saat ini. Selain itu, pemuda
Indonesia diharapkan juga dapat meneruskan semangat dan revolusi pemuda yang
dicita-citakan oleh Dr. Soetomo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di bahas di atas, maka


dapat dirumuskan pertanyaan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagainama sosok profil pahlawan Dr. Soetomo?


2. Bagaimana perjuangan Dr. Soetomo sebagai awal revolusi pemuda dalam
sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia?
3. Bagaimana nilai-nilai kepahlawanan yang dapat diperoleh dari perjuangan yang
dilakukan oleh Dr. Soetomo?
C. Tujuan

Tujuan dilakukan pembahasan mengenai perjuangan Dr. Soetomo sebagai awal


revolusi pemuda dalam sejarah pergerakan Kemerdekaan Indonesia ini sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui sosok profil pahlawan Dokter Soetomo.


2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang perjuangan Dokter Soetomo sebagai awal
revolusi pemuda dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai kepahlawanan yang dapat diperoleh dari
perjuangan yang dilakukan oleh Dokter Soetomo.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Pahlawan Dokter Soetomo


Dokter Soetomo merupakan salah satu dari pahlawan yang berasal dari Jawa
Timur. Beliau lahir di Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 1888. Sedangkan
nama aslinya adalah Soebroto. Silsilah Soetomo sendiri berasal dari keluarga priyayi
zaman itu. Ayahnya bernama Raden Soewaji seorang pegawai pangreh yang
berpikiran maju dan modern. Sementara kakeknya bernama Raden Ngabehi
Singawijaya atau dikenal sebagai KH Abdurrakhman yang juga merupakan seorang
Pangreh Praja. (Serafica Gischa, 2020). Banyak ilmu yang didapat Soetomo dari
kakeknya untuk menjadi seorang yang taat beragama, rajin beribadah, memiliki
pendirian yang teguh, dan perduli terhadap sesamanya.
Perjalanan kehidupan yang dijalani Soetomo harus berpindah-pindah tempat
tinggal. Memasuki usia 6 tahun, Soetomo dan keluarganya pindah ke Madiun. Di sana
beliau melanjutkan pendidikan di Sekolah Rendah Bumiputera, Maospati Madiun.
Sedangkan pada saat dewasa, Soetomo melanjutkan sekolah di Europeesche Lagere
School (ELS), Bangil, Jawa Timur. Di sekolah menengah inilah Soetomo mengganti
namanya dari yang awalnya Soebroto menjadi Soetomo. Setelah lulus dari ELS,
kemudian Soetomo berkesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi di Sekolah
Dokter Bumiputera atau STOVIA di Batavia. (Syafik, 2021).
Prestasi cermerlang Soetomo mengantarkan beliau untuk menuntun pendidikan
yang lebih tinggi. Tahun 1919 sampai 1923, Soetomo melanjutkan studi spesialis
kedokteran di Universitas Amsterdam setelah mendapatkan beasiswa. Selama kuliah
di sana, beliau ternyata tidak hanya berfokus pada pendidikannya saja, namun juga
ikut berkegiatan di Indische Vereeniging. Bahkan berkat sosok dan integritasnya,
Soetomo juga sempat dipilih menjadi ketua Indische Vereeniging periode 1921–1922.
Setelah menjalani pendidikannya, pada tahun 1923 Soetomo kembali ke Indonesia dan
menjadi pengajar di Nederlandsch Artsen School (NIAS). Pada tahun 1924, Soetomo
mendirikan Indonesian Study Club (dalam bahasa Belanda Indonesische Studie Club
atau Kelompok Studi Indonesia) di Surabaya. (Mirnawati, 2012: 76). Selain itu, beliau
juga aktif menjadi wartawan dalam sebuah surat kabar.

B. Perjuangan Dokter Soetomo Sebagai Awal Revolusi Pemuda dalam Sejarah


Pergerakan Kemerdekaan Indonesia
Dr. Soetomo menjadi cikal bakal awal bergejolaknya revolusi pemuda di
Indonesia. Revolusi pemuda yang digerakkan oleh Dr. Soetomo ini meliputi
berubahnya pemikiran para pemuda di Indonesia akan pentingnya pendidikan,
kesejahteraan serta harkat dan martabat rakyat Indonesia yang ditampung dalam
sebuah organisasi modern. Selain itu, berkat pemikiran Dr. Soetomo ini mampu
membuat para pemuda Indonesia sadar dan ingin berjuang melawan penjajah dengan
persatuan dan kesatuan yang bersifat nasional dan menjadi revolusi pemuda pada
kemudian hari. Ide perubahan tersebut muncul pada saat masih mengenyam
pendidikan dibangku perkuliahan School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (bahasa
Indonesia: Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra), atau yang juga dikenal dengan
singkatannya STOVIA. Sedangkan STOVIA sendiri adalah sekolah untuk pendidikan
dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda. Pelajar yang ada di
STOVIA tidak hanya dari Jawa saja, tetapi dari berbagai daerah Indonesia. Sehingga
lingkup pertemanan Soetomo mulai beragam dari berbagai daerah. Bermula dari
sinilah, jiwa nasionalisme Soetomo mulai menyadari bahwa Negara Indonesia berasal
dari beragam suku dan daerah, maka diperlukannya rasa nasionalisme dalam melawan
penjajah.
Kesadaran nasionalisme Dr. Soetomo ini tidak hanya muncul dari dalam
dirinya sendiri, namun adanya faktor dari luar yang turut serta membentuk
kepribadiannya. Soetomo beserta rekan kuliahnya sering mendapat wejangan
pendidikan politik dari salah satu dosennya yang berasal dari Belanda. Dosen tersebut
Pro terhadap bangsa Indonesia. Selain mendapatkan nasehat dari dosennya, ada faktor
lain yang merubah pemikiran Soetomo yakni gagasan yang dikemukakan oleh Dr.
Wahidin Soedirohoesodo. Kunjungan yang pernah dilakukan Wahidin ke STOVIA
untuk berpidato menyampaikan gagasannya yaitu membebaskan bangsa Indonesia dari
penjajah melalui pendidikan.
Pidato yang disampaikan oleh Dr. Wahidin sangat menyentuh hati Soetomo
muda kala itu. Soetomo mulai berfikir untuk bagaimana cara meningkatkan
pendidikan Indonesia. Kesempatan meningkatkan pendidikan tersebut terbuka ketika
pada akhir tahun 1907, Soetomo dan M. Suradji bertemu kembali dengan Dokter
Wahidin yang menyampaikan tentang pemberian dana pendidikan bagi rakyat
Indonesia. Namun Soetomo justru memiliki ide lain dalam pengembangan pendidikan
ini, dengan cara mengumpulkan orang-orang yang perduli dan menampungnya dalam
sebuah wadah yang disebut organisasi.
Rencana mendirikan organisasi segera diwujudkan oleh Soetomo dengan
mencari dukungan. Soetomo segera bergegas menemui teman dekatnya, seperti
Goenawan Mangoenkoesoemo, Soewarno, Goemberg, Mohammad Saleh, dan
Soelaiman. (Peter Kasenda et al., 2013: 10). Setelah berkumpul Soetomo mengajak
mereka ke aula STOVIA dan menyampaikan gagasan yang akan dibuatnya. Ada
beberapa hal yang disampaikan dalam pidato Dr. Soetomo berbunyi, “Saya yakin
nasib tanah air dikemudian hari akan ada ditangan kita”. Maksud dari gagasan tersebut
yakni dengan persatuan dan kesatuan dapat menentukan cita-cita kemerdekaan demi
mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Langkah selanjutnya yang diambil oleh Dr. Soetomo yakni mencari rekan
untuk anggotanya. Dr. Soetomo bersama dengan teman dekatnya mulai bekerja sama
untuk merebut hati rekan-rekan sesama di sekolah-sekolah lanjutan lainnya. Mereka
menyampaikan gagasan tentang organisasi ini melalui kelas-kelas. Tidak hanya itu
mereka juga mengirim surat-surat ke sekolah lain untuk mengajak bergabung pada
organisasi ini. (Abdurrachman Surjomihardjo, 1980: 27). Rekan-rekan dekat Soetomo
ini semuanya berasal dari STOVIA dan memiliki satu tujuan yang sama yaitu untuk
melakukan perubahan terhadap Pendidikan Indonesia. Ketika Budi Utomo berada di
ambang pembentukannya, Wahidin menghimbau dukungan dan dana-dana dari orang-
orang Jawa yang berkedudukan tinggi dalam pemerintahan. Para mahasiswa di
STOVIA dipimpin oleh Soetomo mulai mempersiapkan dasar persatuan secara
konsepsional. (Peter Kasenda et al., 2013: 10).
Akhirnya Soetomo beserta rekan-rekannya sepakat untuk mendirikan sebuah
organisasi. Organisasi kaum muda Jawa ini didirikan oleh Soetomo pada hari Minggu,
20 Mei 1908. Para hadirin yang berkumpul di aula STOVIA tidak saja para siswa
sekolah ini, tetapi juga siswa-siswa dari Sekolah Pertanian dan Kehewanan di Bogor,
Sekolah Pamoing Praja Bumiputra di Magelang dan Probolonggo, siswa-siswa
Sekolah Menengah Petang di Surabaya, dan Sekolah Pendidikan Guru Bumiputra di
Bandung, Yogyakarta, dan Probolinggo. Dalam deklarasi ini, Dr. Soetomo
menyampaikan tujuannya mendirikan organisasi ini yaitu ‘’Organisasi ini bertujuan
membebaskan masyarakat Jawa dari cengkraman kemiskinan dan keterbelakangan.’’
(Taufik Abdullah, 2012: 68). Maksud dari tujuannya adalah agar organisasi ini
memberikan pendidikan kepada masyarakat supaya kehidupan mereka sejahtera.
Selain berperan dalam dunia pendidikan, organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat di bidang sosial dan budaya.
Seruan kelompok STOVIA untuk mendirikan organisasi Budi Utomo ini
dengan cepat tersebar di seluruh Jawa. Organisasi ini mulai mendirikan cabang
dibeberapa tempat seperti Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan
Ponorogo. Berdasarkan rapat persiapan yang dilaksanakan pada bulan Agustus-
September di Bogor dan Batavia, diputuskan bahwasannya Yogyakarta dipilih menjadi
tempat pelaksaan kongres pertama Budi Utomo. (Eko Susanto S.Pd., 2022). Beberapa
pertimbangan dipilihnya lokasi tersebut karena pertama, Yogyakarta dianggap sebagai
pusatnya Pulau Jawa. Kedua, Yogyakarta dilindungi Pakualaman yang menjadi
payung pelindung dalam pelaksaan kongres. Ketiga, Yogyakarta mudah diakses
dengan menggunakan kereta api maupun angkutan darat lainnya.
Perjuangan Dr. Soetomo tidak hanya aktif dalam organisasi Budi Utomo.
Beliau juga aktif di Indonesiasche Studie Club (ISC). ISC ini merupakan organisasi
sebagai wadah kaum terpelajar di Surabaya. Organisasi kedua yang diikuti yaitu
Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) sebagai dosen. Organisasi ini yaitu
sekolah kedokteran Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1913 di Surabaya.
Umumnya lulusan dari NIAS disebut sebagai “Dokter Djawa”. Walaupun dinamakan
sekolah kedokteran, tetapi fokus pendidikannya saat itu masih pada pengetahuan
Kesehatan secara mendasar dan pengaplikasiannya yang praktis. Selain itu organisasi
ketiga yang diikuti Dr. Soetomo adalah Indische Vereeninging (IV) atau Perhimpunan
Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di negara Belanda. Kiprah Dr.
Soetomo dalam perhimpunan Indonesia yakni menjadi ketua pada September 1921.
Dr. Soetomo menjadi seorang pemuda yang aktif dalam berbagai bidang.
Selain berkecimbung di dunia politik dan pendidikan beliau juga aktif di bidang
jurnalistik. Kecintaan Dr. Soetomo pada bidang jurnalistik diantaranya menjadi
pimpinan surat kabar. Banyak surat kabar yang lahir dari Dr. Soetomo seperti Tempo
di Yogyakarta, Panjebar Semangat, dan Pedoman, sekira 1936. (Tuty Ocktaviany,
2017). Selain itu, beliau juga pernah memegang jabatan sebagai voorzitter
perkumpulan Dagbladdirecteure (perkumpulan para pengelola surat kabar). Selama
menjadi Jurnalis, Dr. Soetomo dikenal sebagai jurnalis yang memiliki tulisan tajam
dan jitu. Sebagai aktivis pergerakan, Dr. Soetomo sadar betul bahwa media, khususnya
surat kabar, memegang peranan penting dalam usaha memperjuangkan Indonesia.
Banyak jasa dan sumbangsih yang telah diberikan oleh Dr. Soetomo untuk
bangsa dan kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia kemudian
menganugrahkan Dr. Soetomo sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan
Surat Keputusan Presiden RI No.657 Tahun 1961. (Haris Chaebar, 2019). Selain itu,
pemikiran dan perjuangan Dr. Soetomo mendirikan organisasi Budi Utomo diperingati
menjadi Hari Kebangkitan Nasional setiap tanggal 20 Mei. Penghormatan atas jasa
beliau yang lain diantaranya dengan menjadikan nama beliau digunakan sebagai nama
perguruan tinggi, gedung, jalan, hingga Rumah Sakit Umum Daerah yang terletak di
Surabaya, Jawa Timur.

C. Nilai-Nilai Kepahlawanan dalam Perjuangan Dokter Soetomo


Perjuangan dan pemikiran dari Dr. Soetomo menjadi inspirasi bagi banyak
pemuda Indonesia. Pemikirannya, kegigihannya, kepeduliannya dalam banyak hal
menjadikan beliau patut dicontoh generasi saat ini. Terdapat banyak nilai-nilai yang
bisa diteladani dari sosok Dr. Soetomo ini, diantaranya:
1. Nilai Religius
Dr. Soetomo dibesarkan dilingkungan keluarga yang Religius. Pendidikan religius
Dr. Soetomo diperloleh dari kakeknya Sungawijaya atau KH. Abdurakhman dan
neneknya telah mendidiknya menjadi pribadi yang taat beragama. (Serafica Gischa,
2020). Meskipun dalam pendidikan dokter memerlukan belajar yang fokus dan
berat, namun hal itu tidak membuat beliau lupa akan pentingnya nilai religius
dalam kehidupan. Belajar dari sosok Soetomo yang bisa membagi waktu antara
belajar dan beribadah, dapat menjadi contoh atau motivasi bagi kita untuk tetap
mengutamakan nilai religius dalam kehidupan sehari-hari.
2. Nilai Kemanusiaan
Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Soetomo bertugas sebagai dokter di
Semarang, Tuban, Lubuk Pakam, dan akhirnya ke Malang. Ia dokter yang hebat,
bahkan saat bertugas di Malang, beliau membasmi wabah pes yang melanda
Malang dan sekitarnya. (Ika Istiana, 2022). Sebagai dokter, beliau tidak
menetapkan tarif setiap memeriksa pasiennya. Bahkan ada kalanya pasien
dibebaskan dari pembayaran. Kedekatannya dengan rakyat membuatnya benar-
benar memahami kondisi rakyat Indonesia pada masa itu. Sikap perduli terhadap
sesama dan mengutamakan rasa kemanusiaan dari Dr Soteomo ini patut kita
teladani dalam membangun negara saat ini.
3. Nilai Kepemimpinan
Ketika mendirikan organisasi, Dr. Soetomo ditunjuk menjadi ketua dari Budi
Utomo. Beliau harus berpikir bagaimana cara untuk memajukan organisasinya
tersebut. Bersama dengan teman-temannya akhirnya berhasil membuat organisasi
Budi Utomo maju dan mempunyai banyak cabang diberbagai tempat. Namun, pada
saat Budi Utomo memasuki masa kejayaan tersebut, sebenarnya keselamatan
tokoh-tokoh pendirinya terancam, apalagi Dr. Soetomo yang menjadi ketua.
Pemerintah Belanda mulai mengawasi dan membatasi pergerakan organisasi
pribumi, karena kekhawatiran akan memunculkan perlawanan terhadap pemerintah
kolonial pada masa itu.
4. Nilai Berfikir Kritis
Dr. Soetomo seorang pemuda yang memiliki pikiran tajam. Beliau mampu berpikir
secara luas. Meskipun pada saat itu Dr. Soetomo yang tergolong usia muda, namun
beliau sudah memiliki keprihatinan terhadap keadaan yang dihadapi oleh banyak
pemuda Jawa. Selain itu, pemikiran kritisnya juga disalurkan melalui kegiatan
beliau dibidang jurnalistik. Beberapa tulisan beliau secara tajam dan kritis
mengkritik kebijakan pemerintah kolonial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada BAB II maka bisa diambil kesimpulan dari
rumusan masalah yakni sebagai berikut:
1. Dr. Soetomo memiliki riwayat pendidikan yang berprestasi dan cemerlang. Di
mulai dari sekolah dasar di Bumiputra Maospati Madiun. Beliau melanjutkan
sekolah di Europeesche Lagere School (ELS), Bangil, Jawa Tengah. Lulus dari
ELS ia menempuh pendidikan di Sekolah Dokter Bimaputera atau STOVIA di
Batavia. Pada tahun 1919-1923 beliau mendapatkan beasiswa di luar negri.
2. Perjuangan Dr. Soetomo dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia
dimulai dengan mendirikan organisasi Budi Utomo. Selain itu, Dr. Soetomo juga
aktif bergerak di organisasi Indonesiasche Studie Club atau ISC dan organisasi
Indonesiache Vereeniging. Beliau juga berdedikasi dalam dunia pendidikan
dengan menjadi dosen pengajar di Nederlandsch Artsen School (NIAS) untuk
mencetak dokter Jawa. Bidang lainnya adalah beliau juga aktif dalam jurnalistik
dengan menjadi wartawan di berbagai surat kabar.
3. Beberapa nilai-nilai dari Dr. Soetomo yang dapat kita teladani seperti nilai
religius dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu, ada nilai
kemanusiaan yang dilakukan saat beliau membasmi wabah PES di Malang. Ada
pula nilai kepemimpinan saat beliau menjadi ketua Budi Utomo yang telah
berhasil memajukan organisasi tersebut, dan nilai yang terakhir ada nilai berpikir
kritis yaitu ketika terjun dalam dunia jurnalistik dengan menuliskan kritik tajam
terhadap pemerintah kolonial.

B. Saran
Pembahasan makalah ini menunjukkan bahwa pemikiran Dr. Soetomo
memiliki peran penting dalam Kebangkitan Nasional Indonesia. Namun, dalam
beberapa buku dan artikel saat ini sebagian besar hanya membahas tentang berdirinya
Budi Utomo. Oleh karena itu, kami sebagai penulis berharap makalah ini bisa lebih
menonjolkan Soetomo dari sisi pemikirannya yang bisa mengubah pola fikir
masyarakat Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman Surjomihardjo. (1980). Budi Utomo Cabang Betawi (Vol. 02). PT. Dunia
Pustaka Jaya.
Eko Susanto S.Pd. (2022, May 27). Kongres Pertama Budi Oetomo di Yogyakarta.
Kebudayaan.Kemdikbud.go.id.
Haris Chaebar. (2019, August 2). 17 Agustus - Serial Pahlawan Nasional: dr Soetomo.
Tribunnews.com.
Ika Istiana. (2022). Dr. Soetomo. Https://Harkatnegeri.org/Pahlawan/Dokter-Teladan-
Penggerak-Kebangkitan-Nasional/.
Mirnawati. (2012). Kumpulan Pahlawan Indonesia Terlengkap (Vol. 1). Penebar Swadaya
Grup.
Museum Kepresidenan. (2019, May 20). Budi Utomo 20 Mei 1908, Awal Pergerakan Nasional
Indonesia menuju Indonesia Merdeka. Kebudayaan.Kemdikbud.go.id.
Peter Kasenda, Dr. Yudha Tangkilisan, & Prof. Dr. Djoko Marihandoko. (2013). Dokter
Soetomo (105th Harkitnas, Vol. 1). Museum Kebangkitan Nasional Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Serafica Gischa. (2020, March 1). Biografi Dokter Sutomo: Pendiri Budi Utomo dan Kisah
Cinta Beda Agama.
Https://Www.Kompas.Com/Skola/Read/2020/03/01/080000769/Biografi-Dokter-Sutomo-
Pendiri-Budi-Utomo-Dan-Kisah-Cinta-Beda-Agama.
Syafik. (2021, May 20). Soetomo, Si Bengal yang Jadi Pahlawan Nasional.
Https://Damarinfo.Com/Soetomo-Si-Bengal-yang-Jadi-Pahlawan-Nasional/.
Tuty Ocktaviany. (2017, February 8). Dr. Soetomo, Tokoh Pergerakan yang Cinta Dunia Pers
Hingga Akhir Hayat. Https://Nasional.Okezone.Com/Read/2017/02/08/337/1613077/Dr-
Soetomo-Tokoh-Pergerakan-Yang-Cinta-Dunia-Pers-Hingga-Akhir-Hayat.
 

Anda mungkin juga menyukai