Anda di halaman 1dari 4

 Tokoh dan peran penting dalam organisasi

 Tokoh Penting Pendiri Organisasi Budi Utomo

1. Wahidin Sudirohusodo
dr. Wahidin Sudiohusodo lahir di Sleman pada 7 Januari 1852. Dr. Wahidin dikenal
sebagai dokter pribumi yang berkeinginan untuk memajukan pendidikan masyarakat Hindia
belanda terutama masyrakat pribumi. untuk mewujudkan cita – citanya dr. Wahidin
mengadakan Studiefond atau penggalangan dana untuk pemajuan masyarakat pribumi.
meskipun bukan pendiri dari Budi Utomo, ide – ide dr.Wahidin memberikan inspirasi bagi
Soetomo dan kawan – kawan dalam membentuk organisasi modern yang beranggotakan
masyarakat pribumi pertama di Hindia Belanda.
2. Soetomo
dr. Soetomo lahir di Nganjuk, Jawa Timur pada 20 juli 1888. dr. Soetomo dikenal
sebagai tokoh pelopor pergerakan nasional. Soetomo merupakan salah satu lulusan sekolah
STOVIA yang ikut mendirikan organisasi Budi Utomo. Soetomo terkesan oleh saran dr.
Wahidin untuk memajukan pendidikan sebagai jalan membebaskan bangsa dari penjajahan,
dari saran inilah Soetomo dan kawan – kawan mendirikan Budi Utomo dengan tujuan awal
untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, Soetomo turut
berperan dalam perubahan organisasi Budi Utomo yang awalnya hanya bergerak dalam
bidang pendidikan dan budaya serta beranggotakan eksklusif, menjadi organisasi yang turut
ikut dalam perpolitikan kolonial serta beranggotakan umum.pada tahun 1935 Soetomo
mengadakan fusi Budi Utomo dengan PBI (Partai Bangsa Indoneisa) menajadi partai dengan
nama Parindra.

***** OPSIONAL *****


3. Angka
Lahir di Banyumas, sebagai putra Asisten Wedana di Madukara, Banjarnegara. Raden
Angka Prodjosoedirdjo menamatkan sekolahnya di STOVIA pada 1912 dengan predikat cum
laude. Pada 20 Mei 1908 perkumpulan Boedi Oetomo berdiri, Raden Angka dipilih menjadi
bendahara. Sebagai dokter pemerintah, ia ditugaskan di berbagai tempat. dr. Angka pernah
diminta untuk menandatangani sebuah Surat Pernyataan sebagai perintis kemerdekaan agar
mendapatkan tunjangan pemerintah, ia menolak dengan jawaban bahwa jasa-jasanya
merupakan kewajiban dan tanggung jawab tanpa imbalan.

4. Goembrek
Raden Mas Goembrek lahir 21 Juni 1885. Ia bekas dokter pemerintah, tinggal di
Jogjakarta. Dalam kepengurusan Boedi Oetomo Cabang Betawi, Goembrek duduk sebagai
Komisaris (Pembantu Umum). Namanya disebut di berbagai tulisan sebagai salah seorang
pendiri Boedi Oetomo. Namun keaktifannya di pengurus Boedi Oetomo Cabang Betawi
masih memerlukan penelitian lanjut. dr. Goembrek ini mulai bekerja di Wonosobo, dan
berpindah-pindah beberapa kali: ke Semarang, Kendal, dan Banyumas. Setelah pension ia
bekerja lagi memimpin Sanatorium Karangmangu. Kemudian Poliklinik RSU Banyumas di
mana ia masih secara sukarela bekerja hingga akhir hayatnya.

5. Goenawan Mangunkusumo
Keluarga Mangoenkoesoemo menguasai STOVIA. Diawali oleh yang sulung, Mas
Tjipto, yang masuk STOVIA pada 1899 dan lulus 1905. Lalu Mas Goenawan yang masuk
pada 1903 dan lulus 1911. Goenawan, sebagai hampir dari semua keluarga ini, memiliki
pekerti dan rasa akan Bahasa Belanda. Ditambah pula temperamennya yang tangkas,
tulisannya selalu dapat menggembirakan kawan, dan membuat lawan-lawan panas hati dan
merah telinga.
“Tuan ini adalah salah seorang dari sekretaris saya yang seterusnya tinggal setia pada Boedi
Oetomo dan seterusnya menyokong saya pada hari wafatnya,” tulis dr. Soetomo dalam
kenangannya.

6. Mochammad Saleh
Mas Mochammad Saleh ikut mendirikan Boedi Oetomo. Meski memang cara
penulisan nama tokoh satu ini cukup beragam, versi resmi dari keluarga adalah Dr.
Mochammad Saleh bin Sastrodikromo. Di STOVIA, Mochammad Saleh mendapatkan
diploma Ind.Arts tahun 1911. Ketika Partai Indonesia Raya (Parindra) dibentuk sebagai hasil
fusi PBI, Boedi Oetomo dan beberapa partai lain, ia aktif sebagai Penulis II. Di bulan
Agustus 1937 ia ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Parindra Cabang Probolinggo.

7. Mochammad Soeleiman
Soetomo mengenangnya sebagai kawan berotak encer tapi pemalas, sekaligus aktif
berorganisasi. Goenawan masih ingat pada de dikke Soeleman (si gemuk Soeleman) ketika
berkisah mengenai kelahiran Boedi Oetomo. Wakil Ketua Boedi Oetomo Cabang Betawi
adalah Mas Soeleiman.

8. Soeradji
Soeradji bersama Soetomo untuk kali pertama bertemu dr. Wahidin Soediro Hoesodo
di Jakarta pada tahun 1907—pertemuan bersejarah yang kemudian menginspirasi
pembentukan Boedi Oetomo. Ia lahir pada tahun 1888 di Madiun, dan tercatat dalam data
STOVIA lulus pada 1912. Pascalulus, ia bertugas di Bandung, lalu ke daerah Palembang di
Sungai Gerong. Ia menikah dengan salah seorang cucu dari dr. Wahidin. Di sana putra
sulungnya lahir. Ia pindah ke Kepulauan Riau, lantas ke Pulau Sambu dekat Singapura.
Tahun 1916 ia kembali ke Yogyakarta da ditempatkan di Wonogiri sebagai Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten. Di tempat ini dr. Soeradji berhasil memberantas penyakit frambusia
dan busung lapar.

 Tokoh Penting Lain

1. Radjiman Widyoningrat
Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat lahir di
Yogyakarta, 21 April adalah seorang dokter yang juga merupakan salah satu tokoh pendiri
Republik Indonesia. Dr. Radjiman adalah salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo dan
sempat menjadi ketuanya pada tahun 1914-1915. Dalam perjalanan sejarah menuju
kemerdekaan Indonesia, dr. Radjiman adalah satu-satunya orang yang terlibat secara akif
dalam kancah perjuangan berbangsa dimulai dari munculnya Boedi Utomo sampai
pembentukan BPUPKI. Manuvernya di saat memimpin Budi Utomo yang mengusulkan
pembentukan milisi rakyat disetiap daerah di Indonesia (kesadaran memiliki tentara rakyat)
dijawab Belanda dengan kompensasi membentuk Volksraad dan dr. Radjiman masuk di
dalamnya sebagai wakil dari Boedi Utomo.

2. K. G. P. A. Mangkunegaran VII
KGPA Mangkunegaran VII adalah seorang yang dipandang baik untuk masa depan
jawa dan peranannya dalam Budi Utomo, maka kemudian beliau ditetapkan menjadi ketua.
Langkah yang nyata dalam memperjuangkan Gerakan nasionalisme Jawa diwujudkan ketika
beliau memperkaisai adanya Kongres Kebudayaan Jawa yang berlangsung selama tujuh kali
dari 1918 sampai 1937.

 Konflik atau gesekan pemikiran dengan tokoh dalam organisasi atau


konflik dengan organisasi lainnya

Yang melatarbelakangi terjadinya konflik dalam tubuh perkumpumpulan Budi Utomo


adalah perbedaan pendapat keinginan antara golongan elit birokratis yang bersifat
konservatif dengan golongan elit cendikiawan muda yang cenderung bersifat radikal
progresif. Kelompok elit cendikiawan muda menginginkan agar Budi Utomo terjun ke
dalam bidang politik yang progresif dan radiakal sedangkan kelopok elit birokratis
menginginkan Budi Utomo untuk tetap bergerak dalam bidang pendidikan dan
kebudayaan.
Pertentangan antar dua faksi tersebut terjadi pertama kali dalam kongres Jong Java.
Dalam kongres, terjadi konfortasi antara Radjiman Widioningrat yang mewakili elit
birokratis yang berhalauan konservatif dengan Tjipto Mangunkusumo yang mewakili
cendikiawan muda yang berhalauan progresif. Golongan birokratis menginginkan
langkah secara bertahap dalam mencapai kemajuan pengajaran dengan mengikuti jenjang
yang ditetapkan penguasa, sedangkan kelompok cendikiawan muda menginginkan sautu
pengajaran yang bersifat mendobrak untuk merubah masyarakat kolonial tradisisonal
yang kolot dan statis, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pendekatan yang bersifat
politik radikal.
Konflik antara kedua kubu itu kemudian berakhir dengan keluarnya Tjipto
mangunkusumo dari Budi Utomo. Dampak dari konflik tersebut telah mengakibatkan
kelambanan bagi pertumbuhan perkumpulan Budi Utomo. Budi Utomo sendiri pada
akhirnya terjun juga dalam dunia politik.
Pertentangan selanjutnya terjadi ketika Budi Utomo berbentuk sebagai organisasi
politik. Terjadi perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda, dimana
golongan elit tua menginginkan suatu gerakan politik yang bersifat koperatif terhadap
kolonial, sedangkan golongan muda menginginkan suatu gerakan politik yang bersifat
non-koprasi. Akibat adanya dua kubu yang saling berlawanan di Budi Utomo
mengakibatkan ketidakstabilan jalannya Budi Utomo dalam perpolitik di Hinida Belanda.

Dafpus
1. A.K. Pringgodani. 1997. Sejarah Pergerakan Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat.
2. Sartono Kartodirdjo.1992. Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan
Nasional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai