Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA DAN DI INDONESIA

KEPERAWATAN JIWA I

Dosen:

Mutia Rahmah, S. Kep., Ners., M. Kep

Oleh:

Basid Noor Anugrah

NIM.2010913310003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2022
SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA

1. Masa Peradaban
Dimulai antara tahun 1770 sampai dengan 1880, masa ini, suku bangsa
yunani, romawi maupun arab percaya bahwa gangguan mental diakibatkan
karena tidak berfungsinya organ pada otak. Pengobatannya meliputi:
memberikan ketenangan, mencakupi asupan gizi yang baik, melaksanakan
kebersihan badan yang baik serta mendengarkan music
2. Masa Pertengahan
Masa ini merupakan periode pengobatan modern pasien gangguan jiwa.
Tindakan yang diperkenalkannya adalah penerapan komunikasi dengan pasien,
melakukan observasi prilaku pasien dan melakukan pengkajian riwayat
perkembangan pasien.
3. Abad 18 dan 19
Tahun 1836, William Ellis seorang praktisi kesehatan mengusulkan
perlunya pendamping yang terlatih dalam merawat pasien. Tahun 1783,
Bejamin Rush bapak Paikiatric Amerika menulis tentang pentingnya kerja
sama dengan RS jiwa dalam memberikan bantuan kemanusiaan. Tahun 1843,
Thomas Kirkbridge mengadakan pelatihan bagi dokter rumah sakit mengenai
cara merawat pasien gangguan jiwa. Tahun 1872, didirikannya pertama kali
sekolah perawat di New England Hospital. Tahun 1882, didirikannya
pendidikan keperawatan jiwa pertama di McLean Hospital di Belmont,
Massachussets. Tahun 1890 diterimanya lulusan sekolah perawat dan bekerja
sebagai staff. Diakhir abad 19 terjadi perubahan peran perawat jiwa yang besar,
peran tersebut antara lain menjadi contoh tim kesehatan, mengelola pemberian
obat penenang.
4. Keperawatan jiwa di Abad 20
Fokus pemberian asuhan keperawatan jiwa pada abad 20 adalah
mengembangkan asuhan keperawatan berbasis komunitas dengan upaya
preventif melalui
pengembangan pusat kesehatan mental, praktek mandiri, pelayanan RS,
pelayanan day care, hospital care.

PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA

1. Masa Penjajahan Belanda


Tahun 1799 pemerintah Belanda mendirikan Rumah Sakit Hospital di
Jakarta. Jendral Daendels juga mendirikan rumah sakit di Jakarta, Surabaya
dan Semarang, tetapi tidak diikuti perkembangan profesi keperawatan karena
tujuan hanya untuk kepentingan tentara Belanda Semata.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812-1816)
Gubernur Jendral Inggris Raffles sangat memeperhatikan kesehatan rakyat,
upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduudk pribumi antara lain
melakukan pencacaran umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
dan kesehatan para tahanan. Tahun 1819 didirikannya RS. Stadverband di
Glodok Jakarta dan tahun 1919 dipindahkan ke Salemba yang sekarang
bernama RS. Cipto Mangunkusumo. Antara tahun 1816 hingga 1942 Hindia
Belanda mendirikan RS di Indonesia.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942-1945)
Pada masa ini keperawatan di Indonesia mengalami kemunduran.
Pemerintahan Jepang yang mengambil alih pimpinan Rumah Sakit. Dan
berjangkitnya wabah penyakit karena ketiadaan persediaan obat.
4. Zaman Kemerdekaan
Setelah 4 tahun kemerdekaan dimulai pembangunan Rumah Sakit dan balai
pengobatan. Tahun 1952 didirikannya sekolah keperawatan. Tahun 1962
didirikannya Akademik Keperawatan milik Dapertemen Kesehatan di Jakarta.
Tahun 1985 merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia.
Karena Universitas Indonesia mendirikan PSIK di Fakultas kedokteran. 10
tahun kemudian PSIK FK UI berubah menjadi Fakultas Ilmu Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

NUNZAIRINA, Nunzairina. Sejarah Pemikiran Psikologi Islam Zakiah Daradjat. JUSPI


(Jurnal Sejarah Peradaban Islam), 2018, 2.1: 99-112.
Ruswadi, I., 2021. KEPERAWATAN JIWA panduak praktis untuk mahasiswa keperawatan.
Jawa Barat: CV. Adanu Abimata.

Pujiningsih, E., 2021. KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. Indonesia: Guepedia.


Agus Supinganto, d., 2021. KEPERAWATAN JIWA DASAR. Indonesia: Yayasan Kita
Menulis.
Yulifah, Nor, and Romadi Romadi. "Sejarah Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Dan Perananya Bagi Masyarakat Pada Tahun 1986-
2018." Journal of Indonesian History 9.1 (2020): 1-9.

Anda mungkin juga menyukai