Makalah Asbabun Nuzul
Makalah Asbabun Nuzul
DISUSUN OLEH :
M. ZHAFRAN BARI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami masih diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan karya tulis dengan
tema “Menganalisa Ciri-Ciri Bangunan Tahan Bencana Gempa Dan Kebakaran Serta Ramah
Terhadap Lingkungan”. Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat menciptakan
sebuah bangunan yang ramah lingkungan.Penyelesaian karya tulis ini juga bersumberkan dari
beberapa referensi, seperti dari internet yaitu dari google, dan dari pengetahuan yang kami
miliki seputar hal ini .kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari yang
diharapkan, maka kritik dan saran sangat diharapkan sebagai penyempurnaan karya tulis ini.
M. ZHAFRAN BARI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..8
3.2 Saran……………………………………………………………………………………….9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam proses penurunan Alquran, alquran tidak turun begitu saja melainkan turun
bersamaan dengan sebuah penyebab.
Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat penting
untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka berusaha untuk
mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang sebab-sebab turunya ayat
atau kepada sahabat lain yang menjadi saksi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.
Dengan demikian pula para tabi’in yang datang kemudian, ketika mereka harus
menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka memerlukan pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak
salah dalam mengambil kesimpulan.
Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal ini tak lepas dari
jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri dalam upaya membahas segala
ruang lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an.
Diantaranya yang terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-wahidy dengan kitabnya Asbabun Nuzul,
Al-Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang
sebuah kitab mengenai asbabun nuzul. Dan As-Suyuthi mengarang kitab Lubabun Nuqul fi
Asbab An-Nuzul, sebuah kitab yang sangat memadai dan jelas serta belum ada yang
mengarang.
Al Wahidi menjelaskan:
“tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa mengetahui dan penjelasan sebab turunnya.”
Ibn Daqiqil ‘Id berpendapat, “Keternagan sebab nuzul adalah cara yang kuat (tepat) untuk
mengetahui makna Al-Qur’an. Ibn Taimiyah mengatakan:
“Mengetahui sebab nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab
menimbulkan pengetahuan mengenai musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya
Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,maka tidak ada dosa baginya
untuk mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan dan Maha
Mengetahui.”
Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib,
sebab ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan bukannya
“kewajiban.
” Sebagian ulama’ juga berpendapat demikian, karena berpegang pada arti tekstual ayat itu.
Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-Nuzul
dalam memahami Al-qur’an sebagai berikut :
6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan manusia.
9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum
dan dalam keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.
Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat
asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah (kemungkinan/possible).
Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tiak
mungkin pula menunjukkan yang lainnya.
Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair
mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah ikut dalam perang
badar bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw.
tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengairi kebun kurma
masing-masing dari situ.
Orang ansar berkata: “ biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi
saw. bersabda: “airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun
tetanggamu.
” Orang ansar itu marah, katanya: “ Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu
berbuat demikian?” wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu
Zubair, kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke
kebun tetanggamu.
” Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu
ia mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada Orang
Ansar itu.
Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak Zubair secara
nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali mengenai urusan
tersebut: (Q.S. An Nisaa: 65)
Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau
Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul
Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa Nanzil Al-Wahid)
Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam satu versi.
Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi dan dari sisi
kualitas, para ulama mengemukakan cara-cara berikut:
Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih; cara ini digunakan
bila salah satu versi riwayat asbabun nuzul itu tidak menggunakan redaksi sarih.
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu
menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.
Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi riwayat tentang
Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan tidak shahih.
Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun Nuzul
berkualitas sama-sama shahih.
Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-sama tidak shahih.
Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan
antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul yang
diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas
tentang turunnya surat Al Mujadalah ayat 18-19.
Pertama, ada suatu kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian tersebut.
Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu hal, lalu turunlah ayat yang
menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada Nabi saw.
Setelah mengetahui dan memahami apa yang telah disampaikan di atas, maka mutlak
lah ilmu asbabun nuzul sebagai alat bantu yang penting dalam menafsirkan Alquran sehingga
tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Manna Khalil. 2011. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.