Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASBABUN NUZUL AL QUR’AN

DISUSUN OLEH :
M. ZHAFRAN BARI

SMPIT NURUL FIKRI BOARDING SCHOOL ACEH

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami masih diberi kesehatan sehingga dapat menyelesaikan karya tulis dengan
tema “Menganalisa Ciri-Ciri Bangunan Tahan Bencana Gempa Dan Kebakaran Serta Ramah
Terhadap Lingkungan”. Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat menciptakan
sebuah bangunan yang ramah lingkungan.Penyelesaian karya tulis ini juga bersumberkan dari
beberapa referensi, seperti dari internet yaitu dari google, dan dari pengetahuan yang kami
miliki seputar hal ini .kami menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih jauh dari yang
diharapkan, maka kritik dan saran sangat diharapkan sebagai penyempurnaan karya tulis ini.

Aceh Besar, 28 Maret 2022

M. ZHAFRAN BARI
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ..…………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah ......…………………………………………………………………….2

1.3 Tujuan Penelitian ...………………………………………………………………………..3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asbabun Nuzul …………………………………………………………………..5

2.2 Macam – Macam Asbabun Nuzul Beserta Contohnya .…………………………………..6

2.3 Hikmah Asbabun Nuzul ...............……………………………….………………………..7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..8

3.2 Saran……………………………………………………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam proses penurunan Alquran, alquran tidak turun begitu saja melainkan turun
bersamaan dengan sebuah penyebab.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian asbabun nuzul baik menurut bahasa, istilah serta para ulama.
2. Bagaimana macam-macam asbabun nuzul dan contoh dari asbabun nuzul itu sendiri.
3. Bagaimana hikmah yang didapat dengan adanya asbabun nuzul.

1.3 Tujuan Penulisan


Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam bagaimana asbabun
nzul baik dari segi definisi, jenis-jenisnya, contoh-contohnya, dan hikmah adanya asbabun
nuzul apakah berdampak positif atau berdampak negatif terhadap proses penafsiran Alquran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFENISI ASBABUN NUZUL
Ungkapan “Asbabun Nuzul” merupakan bentuk idhofah dari kata “asbab” dan
“nuzul”.
Secara bahasa “asbab” merupakan bentuk plural dari “sabab” yang secara etimologis
berarti sebab, alasan, illat (dasar logis), perantaraan, wasilah, pendorong (motivasi), tali
kehidupan, persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan. Yang
dimaksud “nuzul” di isini ialah penurunan Alquran dari Allah swt. kepada Nabi saw. melalui
perantaraan Malaikat Jibril as. Maka, bisa diambil kesimpulan bahwa asbabun Nuzul
menurut etimologi ialah sebab-sebab penurunan Alquran.
Asbabun Nuzul secara istilah memiliki banyak pengertian seperti yang dikemukakan
oleh beberapa ulama, diantaranya:
1. Menurut Az Zarqani:
“Asbabun Nuzul” adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubungannya
dengan turunnya ayat Alquran sebagai penjelas hukum pada saat peristuwa itu terjadi.”
2. Menurut Ash Shabuni:
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu
atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik
berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw. atau kejadian yang berkaitan dengan
urusan agama.”
3. Menurut Subhi Shalih:
“Asbabun Nuzul” adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa
ayat Alquran terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya.
Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum di saat peristiwa itu terjadi.”
4. Menurut Manna Al Qaththan:
“Asbabun Nuzul” adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunnya Alquran
berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw.”
Dari beberapa pendapat tentang Asbabun Nuzul di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa, Asbabun Nuzul menurut terminologi ialah suatu kejadian atau peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat Alquran.
2.2 SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ASBABUN NUZUL

Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat penting
untuk bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka berusaha untuk
mempelajari ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang sebab-sebab turunya ayat
atau kepada sahabat lain yang menjadi saksi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.

Dengan demikian pula para tabi’in yang datang kemudian, ketika mereka harus
menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka memerlukan pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak
salah dalam mengambil kesimpulan.

Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal ini tak lepas dari
jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri dalam upaya membahas segala
ruang lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an.

Diantaranya yang terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-wahidy dengan kitabnya Asbabun Nuzul,
Al-Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn Hajar yang mengarang
sebuah kitab mengenai asbabun nuzul. Dan As-Suyuthi mengarang kitab Lubabun Nuqul fi
Asbab An-Nuzul, sebuah kitab yang sangat memadai dan jelas serta belum ada yang
mengarang.

2.3 FUNGSI ILMU ASBABUN NUZUL DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN

Pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbabun Nuzul adalah untuk memahami


ayat Al-Qur’an, baik dalam mengistimbath hukum atau dalam beristidlal, atau sekedar
memahami maksud ayat. Tidak mungkin memahami kandungan makna suatu ayat tanpa
mengetahui sebab turunnya ayat tersebut.

Al Wahidi menjelaskan:

“tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa mengetahui dan penjelasan sebab turunnya.”
Ibn Daqiqil ‘Id berpendapat, “Keternagan sebab nuzul adalah cara yang kuat (tepat) untuk
mengetahui makna Al-Qur’an. Ibn Taimiyah mengatakan:

“Mengetahui sebab nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab
menimbulkan pengetahuan mengenai musabab (akibat).”
Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya

“Sesungguhnya Safa dan Marwa adalah sebagian dari syi’ar Allah.

Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,maka tidak ada dosa baginya
untuk mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan suatu kebajikan
dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan dan Maha
Mengetahui.”

Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib,

sebab ketiadaan dosa untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan bukannya
“kewajiban.

” Sebagian ulama’ juga berpendapat demikian, karena berpegang pada arti tekstual ayat itu.

Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-Nuzul
dalam memahami Al-qur’an sebagai berikut :

1. membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap


pesan ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.

3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.

4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.

5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan


wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.

6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan manusia.

7. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada Rasulullah


dalam menjalankan misi risalahnya.

8. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an.

9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum
dan dalam keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.

10. Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.


2.4 Macam – Macam Asbabun Nuzul Beserta Contohnya

Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi yang Dipergunakan dalam Riwayat


Asbabun Nuzul

Ada dua jenis redaksi yang digunakan oleh perawi dalam mengungkapkan riwayat
asbabun Nuzul, yaitu sarih (jelas/visionable) dan muhtamilah (kemungkinan/possible).
Redaksi sarih artinya riwayat yang sudah jelas menunjukkan asbabun nuzul, dan tiak
mungkin pula menunjukkan yang lainnya.

Redaksi yang digunakan termasuk sarih bila perawi menggunakan:

“Sebab turun ayat ini adalah ...”

“Telah terjadi ..., maka turunlah ayat ...”

“Rasulullah pernah ditanya tentang ..., maka turunlah ayat ...”

Adapun redaksi muhtamilah bila perawi mengatakan:

“Ayat ini turun berkenaan dengan ...”

“Saya kira ayat ini turun berkenaan dengan ...”

Contohnya ialah apa yang diriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, bahwa Zubair
mengajukan gugatan kepada seorang laki-laki dari kaum ansar yang pernah ikut dalam perang
badar bersama Nabi saw., di hadapan Nabi saw.

tentang saluran air yang mengalir dari tempat yang tinggi; keduanya mengairi kebun kurma
masing-masing dari situ.

Orang ansar berkata: “ biarkan airnya mengalir.” Tetapi Zubair menolak. Maka Nabi
saw. bersabda: “airi kebunmu itu Zubair, kemudian biarkan air itu mengalir ke kebun
tetanggamu.

” Orang ansar itu marah, katanya: “ Rasulullah, apa sudah waktunya anak bibimu itu
berbuat demikian?” wajah Rasulullah menjadi merah. Kemudian Ia berkata: “airi kebunmu
Zubair, kemudian tahanlah air itu hingga memenuhi pematang; lalu biarkan ia mengalir ke
kebun tetanggamu.
” Rasulullah dengan keputussan ini telah memenuhi hak Zubair, padahal sebelum itu
ia mengisyaratkan keputusan yang memberikan kelonggaran kepadanya dan kepada Orang
Ansar itu.

Ketika Rasulullah marah kepada orang ansar itu, ia memenuhi hak Zubair secara
nyata. Maka kata Zubair: “Aku tidak mengira ayat berikut ini turun kecuali mengenai urusan
tersebut: (Q.S. An Nisaa: 65)

Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbabun Nuzul untuk Satu Ayat atau
Berbilangnya Ayat untuk Asbabun Nuzul

Berbilangnya asbabun nuzul untuk satu ayat ( Ta’addud As-Sabab wa Nanzil Al-Wahid)

Pada kenyataannya, tidak setiap ayat memiliki riwayat asbabun nuzul dalam satu versi.

Untuk mengatasi variasi riwayat asbabun nuzul dalam satu ayat dari sisi redaksi dan dari sisi
kualitas, para ulama mengemukakan cara-cara berikut:

Dari sisi redaksi:

Tidak mempermasalahkan; cara ini digunakan apabila riwayat-riwayat asbabun nuzul


ini menggunakan redaksi muhtamilah.

Mengambil versi riwayat asbabun nuzul yang menggunakan redaksi sarih; cara ini digunakan
bila salah satu versi riwayat asbabun nuzul itu tidak menggunakan redaksi sarih.

Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini digunakan apabila seluruh riwayat itu
menggunakan redaksi sarih, tetapi kualitas salah satunya tidak shahih.

Dari sisi kualitas:

Mengambil versi riwayat yang shahih; cara ini diambil jika terdapat dua versi riwayat tentang
Asbabun Nuzul satu ayat, terdapat versi yang shahih dan tidak shahih.

Melakukan studi selektif (tarjih); cara ini diambil jika kedua versi Asbabun Nuzul
berkualitas sama-sama shahih.

Melakukan studi kompromi (jama’); jika kedua riwayat berkualitas sama-sama tidak shahih.

Variasi Ayat untuk Satu Sebab (Ta’addud Nazil wa As-Sabab Al-Wahid)


Jenis ini terjadi jika suatu kejadian menjadi sebab bagi turunnya, dua ayat atau lebih.

Contoh satu kejadian yang menjadi sebab bagi dua ayat yang diturunkan, sedangkan
antara yang satu dengan yang lainnya berselang lama adalah riwayat Asbabun Nuzul yang
diriwayatkan oleh Ibn Jarir Ath-Thabari, Ath-Thabrani, dan Ibn Mardawiyah dari Ibn Abbas
tentang turunnya surat Al Mujadalah ayat 18-19.

Ditinjau dari segi latar belakangnya ada dua, yaitu :

Pertama, ada suatu kejadian, lalu turunlah ayat yang menjelaskan kejadian tersebut.

Kedua, ada yang bertanya kepada Nabi saw. tentang suatu hal, lalu turunlah ayat yang
menjelaskan/menjawab pertanyaan yang disampaikan kepada Nabi saw.

2.5 Hikmah Asbabun Nuzul


Pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul memiliki banyak hikmah, diantaranya:
a) Mengetahui hikmah diundangkannya suatu hukum dan perhatian syara’ terhadap
kepentingan umum dalam menghadapi segala peristiwa, karena sayangnya kepada
umat.
b) Mengkhususkan (membatasi) hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila
hukum itu dinyatakan dalam bentuk umum
c) Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas
pengakuannya, maka pengetahuan mengenai Asbabun Nuzul membatasi
pengkhususan itu hanya terhadap yang selain bentuk sebab.
d) Mengetahui sebab nuzul adalah cara terbaik untuk memahami makna Alquran dan
menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat
ditafsirkan tanpa mengetahui sebab nuzulnya.
e) Sebab nuzul dapat menerangkan kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat
tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan
perselisihan.
Lalu, as-Suyuthi secara tegas menyalahkan siapa pun yang menafikan peranan ilmu
sabab nuzul dalam menafsirkan Alquran, ada beberapa kegunaan yang bisa dipetik dari
mengetahui sabab nuzul, di antaranya:
1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyari’atan hukum,
2. Dalam mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah: “
bahwasanya ungkapan (teks) Alquran itu didasarkan atas kekhususan sebab, dan
3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Alquran itu bersifat
umum, dan terkadang memerlukan pengkhususan yang pengkhususan itu sendiri
justru terletak pada pengetahuan tentang sebab turun ayat itu.
Akan halnya as-Suyuthi, yang mengemukakan manfaat sabab nuzul demikian simpel
dan sederhana, al-Buthi juga berpendapat bahwa mengetahui asbabun nuzul memiliki
kepentingan yang sangat besar dan mendasar.
Terutama dalam rangka memperjelas makna ayat Alquran dan mengindahkan hakikat
penafsirannya. Karena tidak jarang ayat-ayat Alquran yang dilalah lahiriah (petunjuk formal-
tekstualnya) tidak sesuai dengan sasaran (faktual-kontekstual)
yang ingin dicapai oleh ayat itu sendiri. Dan itu hanya dimungkinkan utnuk
mengetahui secara tepat manakala sang mufassir memahami sabab nuzul ayat. al-Buthi pun
menyebutkan macam-macam faedah dari memelajari ilmu asbabun nuzul, yaitu:
1. Mengenali hikmah bagaimana cara Allah swt. menerangkan hukum-hukum yang
disyariatkan-Nya dengan melibatkan sabab nuzul;
2. Sangat membantu memahami ayat dalam rangka menghindari dari kemungkinan
timbul kesulitan daripadanya; serta menolak kemungkinan dugaan pembatasan dari
redaksi ayat secara literal mengisyaratkan pembatasan itu;
3. Membatasi hukum dengan sebab tertentu bagi mereka yang menganut kaidah
ungkapan (ibarat) itu didasarkan atas kekhususan sebab, bukan keumuman teks;
4. Mengetahui bahwa sabab nuzul itu tidak akan keluar dari koridor hukum ayat tatkala
ditemukan pengkhusus;
5. Mengetahui secara jelas kepada siapa turunnya ayat itu ditujukan;
6. Mempermudah pemahaman dan mengokohkan lintasan wahyu Allah swt. ke dalam
hati orang-orang yang mendengar ayat-ayat Alquran;
7. Meringankan hafalan, mempermudah pemahaman dan semakin-makin menguatkan
keberadaan wahyu Alquran di dalam hati setiap orang yang mendengarkan ayat
Alquran manakala dia mengetahui sabab nuzul-nya.
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Setelah mengetahui dan memahami apa yang telah disampaikan di atas, maka mutlak
lah ilmu asbabun nuzul sebagai alat bantu yang penting dalam menafsirkan Alquran sehingga
tidak terjadi penyimpangan dalam menafsirkan Alquran.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaththan, Manna Khalil. 2011. Studi Ilmu-ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.

Anwar, Rosihon. 2013. Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.

Anshori. 2013. Ulumul Quran: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta:


Rajawali Press.

Suwa, Muhammad Amin. 2013. Ulumul Quran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Anwar .Rosihon.2013.”Ulum Al- Qur’an”. Bandung:CV Pustaka Setia


Didin saefuddin Buchori,2005. “Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an: Bogor:
Granaada Pustaka

Anda mungkin juga menyukai