Dosen Pengampu
NISMAH, M.Pd
Disusun oleh :
Albyani Nursyahfitri (230403032)
Prodi
HUKUM EKONOMI SYARI’AH
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan kepada penulisan dalam belajar mengerjakan tugas , dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam pe
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan kepada penulisan dalam belajar mengerjakan tugas , dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam pe
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan kepada penulisan dalam belajar mengerjakan tugas , dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam pe
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan kepada penulisan dalam belajar mengerjakan tugas , dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam pe
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan kepada penulisan dalam belajar mengerjakan tugas , dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam pe
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
ii
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah membantu dan memberi
pengarahan kepada penulisan dalam belajar mengerjakan tugas , dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam pe
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahamat,
taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hururuf kapital huruf miring berdasarkan ( EYD) “.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah, dalam
penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta
masukan dari semua pihak yang telah
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan Rahmat, Taufiq, serta
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ NEGARA &
KONSTITUSI“
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PPKN , dalam
Penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan
dari semua pihak yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada penulis
dalam belajar mengerjakan tugas , dan juga semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini berusaha disusun sebaik – baiknya, Akan tetapi, penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan dan
kekurangan pengetahuan serta minimnya pengalaman yang penulis miliki. Oleh karna itu,
kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan pembuatan makalah
berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi
pembaca.
iii
Metro, 02 Oktober 2022
Penulis
..............................
BINJAI, Okt 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL … .........................................................................................i
KATA PENGANTAR…...........................................................................................ii
DAFTAR ISI….........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN…....................................................................................1
A. Latar belakang masalah…..............................................................................1
B. Rumusan masalah….......................................................................................1
C. Tujuan penulisan…........................................................................................1
iv
A. Kesimpulan…................................................................................................10
B. Saran…...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA…............................................................................................11
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah kini telah
mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu pada
hakikatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara
warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan dalam
sebuah peraturan dasar (konstitusi).
Perubahan konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara
yang otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang
seimbang. Dengan demikian perubahan konstitusi menjadi suatu agenda yang tidak bisa
diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa.
Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya komitmen bersama
dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara
mewujudkan komitmen itu dan siapa yang berwenang melakukannya serta dalam situasi
seperti apa perubahan itu terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari
proses perubahan konstitusi itu.
Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan kehendak
warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia ke
depan. Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan sosial,
kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan
itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang
dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana rumusan
perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan yang menjadi kerangka
dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya. Sebab dapat dikatakan
konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah perubahan.
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Negara
B. Pengertian Konstitusi
Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin : constitutio) dalam negara adalah
sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara biasanya
2
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang terperinci,
melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi peraturan-peraturan
lainnya. Dalam kasus bentukan negara, konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas
politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk menetapkan konstitusi nasional
sebagai prinsip-prinsip dasar politik, prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk
struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi
merujuk umumnya merujuk pada pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah
konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan
negara.
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu keseluruhan peraturan baik
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat mengenai cara penyelenggaraan
suatu pemerintahan. Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem
ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa kumpulan peraturan yang membentuk,
mengatur atau memenuhi negara. Peraturan perundang-undangan tersebut ada yang tertulis
keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa kebiasaan dalam
praktik penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini
dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis maupun tidak tertulis.
Terdapat beberapa definisi konstitusi dari pada ahli, yaitu :
a. Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu :
1). Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi mencerminkan kehidupan politik
di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
2). Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam yang selanjutnya dijadikan
satu kesatuan kaidah yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan
kaidah hukum konstitusi dalam hal ini sudah mengandung pengertian yuridis.
Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai perwujudan dari hukum tertinggi
yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara sekalipun. Hal ini sesuai dengan
dalil “Goverment By law, not By men” ( pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh
manusia). Pada permulaan abad ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai
konstitusionalisme, (kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar warga negara). Mendapatkan
perumusan secara yuridis.
Dalam sejarahnya, sejak proklamasi 17 Agustus 1945 hingga sekarang di Indonesia telah
berlaku tiga macam undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945-27 Desember 1949 berlaku UUD 1945. UUD 1945 terdiri dari
bagian pembukaan, batang tubuh (16 bab), 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, 2 ayat aturan
tambahan, dan bagian penjelasan.
3
b. Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 berlakunya UUD RIS. UUD RIS terdiri atas 6
bab, 197 pasal, dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus 1959-5 Juli 1959 berlaku UUDS 1950 terdiri atas 6, 146 pasal, dan
beberapa bagian.
d. Periode 5 Juni 1959- sekarang kembali berlaku UUD 1945
Khusus untuk periode keempat berlaku UUD 1945 dengan pembagian berikut:
1. UUD 1945 yang belum diamendemenkan;
2. UUD 1945 yang sudah diamendemenkan (tahun 1999, tahun 2000, tahun 2001, dan tahun
2002)
Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia pertama kali ditetapkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. UUD yang ditetapkan oleh PPKI tersebut sebenarnya merupakan hasil
karya BPUPK melalui siding-sidangnya dari tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan tanggal 10
Juli sampai 16 juli 1945. Hasil karya BPUPKI berupa rancangan pembukaan hukum dasar dari
BPUPKI itulah yang selanjutnya ditetapkan menjadi UUD Negara Indonesia setelah mengalami
perubahan seperlunya oleh PPKI. Sidang PPKI pertama berlangsung tanggal 18 Agustus 1945 yang
menghasilkan 3 keputusan penting, yaitu sebagai berikut.
1) Mengesahkan Rancangan Pembukaan Hukum Dasar Negara dan Hukum Dasar Sebagai
UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan wakil presiden.
3) Membentuk sebuah Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk membentuk presiden.
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar ini berlangsung sangat singkat
yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan semangat persatuan dan keinginan untuk segera
membentuk konstitusi Negara maka penetapan UUD 1945 berjalan dengan lancar. Perubahan yang
dilakukan hannyalah hal-hal yang kecil saja, bukan masalah yang mendasar. Hal ini karena PPKI
sudah mendapatkan naskah rancangan hukum dasar yang dihasilkan oleh BPUPKI. Beberapa
perubahan tersebut antara lain:
a. Istilah” hukum dasar” diganti menjadi” undang-undang dasar”,
b. Kata ”mukadimah” diganti menjadi “pembukaan”
c. “dalam suatu hukum dasar “diubah menjadi “dalam suatu undang-undang dasar”
d. Diadakannya ketentuan tentang perubahan UUD yang sebelumnya tidak ada;
e. Rumusan ”Ketuhanan Dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam Bagi Pemeluk-
Pemeluknya” diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa”. Penetapan UUD 1945 sebagai
4
konstitusi Negara Republik Indonesia oleh PPKI dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebagai
berikut.
1. Pengesahan Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Yang Terdiri Dari 4 Alinea.
2. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia terdiri atas
16 Bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan dua ayat aturan tambahan.
Jadi pada waktu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara Indonesia yang terdiri atas dua
bagian yaitu bagian pembukaan dan bagian batang tubuh atau pasal-pasalnya. Adapun bagian
penjelasan dilampirkan kemudian dalam satu naskah yang dibuat dalam Berita Republik Indonesia
tahun II No. 7 tanggal 15 Februari 1946. Berdasarkan hal itu maka Naskah Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia Tahun II No. 7 Tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas:
a) Pembukaan
b) Batang tubuh, dan
c) Penjelasan.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 hanya berlaku dalam
waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945 sampai 27 1949. Sejak 27 Desember
diberlakukannya Undang-Undang Dasar baru disebut konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS)
tahun 1949. Konstitusi kedua yang berlaku diindonesia adalah Konstitusi Republik Indonesia Serikat
disingkat KRIS atau UUD RIS. Dan UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku
tetapi hanya disalah satu Negara bagian RIS yaitu Negara Republik Indonesia (RI) yang beribu kota di
Yogyakarta. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku dari tanggal
27 Desember 1949 sampai tanggal 17 Agustus 1950, bangsa Indonesia kembali ke bentuk Negara
kesatuan. Dengan demikian, UUD RIS 1949 tidak diberlakukan lagi. Periode berlakunya UUD RIS
1949 dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, oleh Moh. Yamin disebut konstitusi II.
1) Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.
2) Bagian batang tubuh yang terdiri dari atas 6 bab, 197 pasal dan lampiran.
Beberapa ketentuan pokok dalam UUD RIS 1949 antara lain:
a. Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan adalah
republik
b. Sistem pemerintahan adalah parlementer. Dalam sistem pemerintahan ini, kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang perdana menteri perdana menteri apis saat itu adalah Moh.
Hatta.
Konstitusi yang berlaku setelah UUD RIS adalah Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Undang-undang dasar sementara dimaksud sebagai pengganti dari UUD RIS
1949 setelah Indonesia kembali bentuk Negara kesatuan yang dituangkan dalam Undang-
Undang Federal No.7 Tahun 1950 perubahan konstitusi Republik Indonesia Serikat menjadi
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Konstitusi inilah yang menyusun
Undang-Undang Dasar yang bersifat tetap. UUDS 1950 terdiri atas:
1. Mukadimah yang terdiri dari empat ayat.
2. Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 164 pasal.
3. Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan Republik;
5
4. Sistem pemerintah adalah parlementer menurut UUDS 1950;
5. Adanya badan Konstituante yang akan menyusun undang-undang dasar tetap sebagai
pengganti dari UUDS 1950.
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Situasi ini
kemudian memicu munculnya Dekrit yang isinya sebagai berikut
a) Menetapkan pembubaran Konstituante;
b) Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950;
c) Pembentukan MPRS dan DPAS.
2. Proses Amandemen UUD 1995
6
UUD 1945 dilakukan oleh MPR sebanyak 4 kali. Dengan demikian UUD 1945 telah
mengalami 4 kali perubahan yaitu sebagai berikut:
a. Amandemen pertama terjadi pada sidang umum MPR tahun 1999, disahkan 19 oktober
1999.
b. Amandemen kedua terjadi pada sidang tahunan, disahkan 18 agustus 2000.
c. Amandemen ketiga terjadi pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 november 2001.
d. Amandemen keempat terjadi pada sidang tahunan PPR, disahkan 10 agustus 2002.
7
Alenia kedua berbunyi “dan perjuangan pergerakkan kemerdekaan indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat
indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara indonesia, yang merdeka bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur.
Alenia ketiga berbunyi “atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaaannya”
Alenia keempat sebagai berikut “kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah
dara indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu
UUD 1945negara indonesia, yang terbentuk dalam susunan negara
republik indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ketuhanan yang
maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”
Undang-undang dasar 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan Negara Indonesia adalah kesatuan
bukan serikat atau federal. Dasar penetapan ini tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan “ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”.
2. Bentuk Pemerintahan Republik
UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintah Indonesia adalah republik bukan monarki atau
kerajaan. Yang tertuang dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk republik”. Berdasarkan pasal tersebut dapat diketahui bahwa “
kesatuan” adalah bentuk Negara, sedang “republik” adalah bentuk pemerintah
1. Sistem Pemerintahan Presidensial
Berdasarkan ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
Secara teoretis, sistem pemerintahan dibagi dalam dua klafikasi besar, yaitu sistem pemerintahan
parlementer dan sistem pemerintahan presidensial.
8
2. sistem politik demokrasi kedaulatan rakyat
UUD 1945 menganut apa yang dikatakan indirect demokrasi dengan, yaitu suatu demokrasi
dimana pelaksanaan kedaulatan rakyat itu tidak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung itu tidak
dilaksanakan oleh rakyat secara langsung melainkan melalui lembaga lembaga perwakilan rakyat
seperti DPR dan MPR, dan demokrasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang makalah
dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat lebih dipertanggung jawabkan. dan
Kepada para pembaca kami menyarankan agar lebih banyak membaca buku yang berkaitan
dengan Negara atau Konstitusi agar lebih memahami kedua hal tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
Effendi Suryani & Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa,
Bandung: PT Refika Aditama, 2015.
Kalean, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi , Yogyakarta:
Paradigma, 2016.
Lubis Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn di SD/MI, Medan: AKASHA
SAKTI, 2018.
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007
10