Anda di halaman 1dari 16

ILMU UKUR TANAH

Nama : Muh. Awaluddin


Nim : 4042023003

1.1. Latar Belakang


1.1.1. Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu Geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran dipermukaan bumi dan di bawah tanah untuk keperluan seperti, pemetaan dan
penetuan posisi relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan. ( Slamat
Basuki, hal 1, 2006 )
Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud :
a. Maksud ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi.
b. Maksud praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau
sebagian kecil permukaan bumi.
(Soetomo Wangsotjitro, hal 11, 1980)
Seperti yang kita ketahui bahwa bumi ini tidaklah rata, melainkan cenderung
bergelombang dikarenakan bumi terdiri dari pegunungan, perbukitan dan lembah. Maka untuk
dapat menggambarkan bagian permukaan bumi ini diperlukan suatu bidang perantara yang
sedemikian rupa dibuat hingga pemindahan keadaan itu dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Proyeksi bidang perantara menghasilkan peta dengan bidang perantaranya adalah sebagai
berikut
a. Bidang elipsoide bila luas daerah lebih besar dari 5500 Km2. Elipsoide ini didapat
dengan memutar suatu elips dengan sumbu kecilnya sebagai sumbu putar. Elips
dan bessel mempunyai sumbu besar a : 6377,397 m, dan sumbu kecil
b : 6356,078 m;
b. Bidang bulatan untuk luas yang mempunyai ukuran terbesar kurang dari 100 km.
Jari-jari bulatan ini dipilih sedemikian sehingga bulatan menyinggung permukaan
bumi di titik tengah daerah;
c. Bidang datar, bila daerah mempunyai ukuran terbesar tidak melebihi 55 Km.

1
Disini akan dibahas tentang pembuatan peta dengan bidang datar sebagai perantara,
sehinga daerah yang diukur ukuran terbesar tidak melebihi 55 Km.
Seperti yang kita telah ketahui bahwa bumi ini bentuknya bulat sehingga didalamnya
terdapat unsur kelengkungan permukaan bumi, akan tetapi dalam membuat peta dengan
bidang datar yang daerah pengukurannya relatif kecil jika dibandingkan dengan luas seluruh
permukaan bumi yaitu tidak melebihi 55 Km maka unsur kelengkungan bumi ini dapat
diabaikan sehingga sistem proyeksinya menggunakan sistem proyeksi orthogonal.
Peta adalah gambaran permukaan bumi yanga dituangkan dalam bidang datar dengan
sekala dan sistem proyeksi tertentu.
Peranan peta dalam rangka pekerjaan rekayasa (Teknik Sipil) adalah sangat penting
artinya terlebih-lebih untuk proyek menyangkut daerah yang luas. Peta topografi yang
seksama adalah merupakan peta dasar yang harus tersedia agar dapat dilakukan perencanaan
serta pembuatan rencana teknisnya. (Ir. Slamet Basuki, M.SI, hal 6, 2002)
Peta-peta teknis dibuat untuk merencanakan lebih lanjut dan melakukan pekerjaan
teknis, seperti : pembuatan gedung-gedung, jalan-jalan, jalan kereta api, dam-dam, jembatan
dan lain-lain. Skala dipilih dan disesuaikan besar kecilnya pekerjaan yang akan dilakukan.
(Soetomo Wangsotjitro, hal 36,1980 ).

1.1.2. Pengukuran Menyipat Datar (waterpass).


Maksud pengukuran menyipat datar adalah menentukan ketinggian titik-titik di
permukaan bumi terhadap suatu ketinggian refrensi tertentu, misalkan permukaan air laut,
dengan pengukuran beda tinggi antara bidang nivo. Beda tinggi didefinisikan sebagai selisih
jarak antara dua bidang nivo yang melalui bidang yang tegak lurus terhadap gaya berat. Akibat
dari pengaruh gaya berat ini maka permukaan air laut menjadi datar (Had Hadis, hal 27, 1993).
Letak tinggi yang ditentukan beda tinggi dapat terletak pada :
a) Terletak pada permukaan tanah.
b) Terletak diatas pemukaan tanah.
c) Terletak dibawah permukaan tanah
(Had Hadis, hal 28, 1993)

2
Penentuan beda tinggi antara dua titik dapat dilakukan dengan tiga cara penempatan
alat ukur penyipat datar (waterpass), tergantung keadaan lapangan.

1. Dengan menempatkan alat ukur penyipat datar diatas salah satu titik.
(Soetomo Wangsotjitro, hal 161,1980)

Gambar 1.1
Penempatan waterpass diatas salah satu titik

2. Alat ukur penyipat datar ditempatkan antara titik A dan titik B, sedangkan dititik-titik
A dan B ditempatkan dua mistar.
(Soetomo Wangsotjitro, hal 162, 1980)

Gambar 1.2
Penempatan waterpass diantara dua titik

3
3. Alat ukur penyipat datar tidak ditempatkan diatas salah satu titk A atau titik B, tetapi
disebelah titik A atau disebelah kanan titik B jadi diluar garis AB.
(Soetomo Wangsotjitro, hal 163, 1980)

Gambar 1.3
Penempatan waterpass di luar titik A dan B

1.2. Maksud Dan Tujuan


Tujuan dari ilmu ukur tanah adalah :
1. Menentukan letak ketinggian sesuatu yang berada diatas atau dibawah suatu bidang
yang berpedoman pada air laut yang tenang.
2. Menentukan bentuk permukaan tanah.
3. menentukan panjang arah dan kedudukan (posisi) dari suatu garis yang terdapat pada
permukaan bumi yang merupakan batas dari suatu areal tertentu.
Adapun maksud dari ilmu ukur tanah yitu untuk mendapatkan bayangan dari keadaan
lapangan dengan menentukan tempat (unsur, jarak, dan sudut) diatas permukaan bumi
terhadap satu sama lain.
Adapun tujuan praktikumnya adalah sebagai berikut:
1. Tujuan instruksional umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui cara-cara penggunaan alat ukur penyipat
datar (waterpass) dengan tepat pada pekerjaan pengukuran dilapangan atau dilokasi
pekerjaan.

4
2. Tujuan instruksional khusus
1) Menentukan beda tinggi antara titik yang satu dengan titik yang lainnya
dipermukaan bumi.
2) Menentukan tinggi titik pada suatu titik yang telah ditentukan.
3) Menggambarkan peta situasi pada pekerjaan pengukuran.
4) Menggambarkan profil memanjang dari hasil pengukuran.
5) Menggambarkan profil melintang dari hasil pengukuran.

1.3. Alat Dan Bahan Yang Digunakan


Dalam melaksanakan praktikum ilmu ukur tanah ini alat dan bahan yang digunakan
dilapangan adalah sebagai berikut :

1.3.1. Alat Waterpass Lengkap Terdiri Dari:


a) Waterpass
Waterpass adalah alat untuk mengukur beda tinggi antara titik.
Alat ukur waterpass secara umum memiliki bagian-bagian dan fungsi sebagai berikut
1. Lingkaran horizontal berfungsi untuk mengatur garis skala pembacaan (nonius)
2. Skala pada lingkaran horizontal, berfungsi untuk pembacaan sudut horizontal.
3. Okuler teropong, berfungsi untuk memperjelas nampaknya benang sebagai standar
pembacaan.
4. Alat bidik celah pejara (vizier), berfungsi untuk membidik objek secara kasar.
5. Cermin nivo, berfungsi untuk melihat kedudukan nivo kotak.
6. Sekrup penyetel fokus, berfungsi untuk titik fokus dari lensa yang berguna untuk
memperjelas objek yang dibidik.
7. Sekrup penggerak horizontal, berfungsi untuk putaran horizontal secara halus.
8. Sekrup pengukit, berfungsi untuk mengunci dan membuka putaran alat kearah
horizontal
9. Sekrup pendatar, berfungsi untuk mengatur kedudukan nivo
10. Obyektif teropong

5
11. Nivo kotak, brfungsi untuk kedataran alat
12. Kepala kaki tiga yang dapat dibuka
b) Statif (kaki tiga)
Kaki tiga berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapat
menyangga penempatan alat yang ada pada masing-masing ujung yang runcing, agar masuk
kedalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tingginya sesuai dengan tanah tempat alat itu
berdiri seperti tampak pada gambar
Selain itu juga statif dilengkapi dengan sekrup pengunci waterpass, agar waterpass tidak
bergeser dan jatuh.
c) Unting-unting
Unting-unting yang digantung dengan benang dan melekat dibawah penyetel kaki
statif, unting-unting ini berfungsi sebagai tolak ukur apakah waterpass sudah berada tepat
diatas patok.
1.3.2. Rambu ukur
Rambu ukur mempunyai penampang segi empat panjang yang berukuran kurang lebih
3-4 cm, lebar 10 cm, panjang 300 cm, dan bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm,
ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Pita Ukur (meter roll)
1.3.3. Kompas
Kompas digunakan untuk menentukan arah utara dalam pengukuran sehingga
dijadikan patok.
1.3.4. Payung
Payung disini digunakan untuk melindungi pesawat dari sinar matahari langsung dan
dari hujan.
1.3.5. Patok
Terbuat dari kayu dan mempunyai penampang berbentuk lingkaran atau segi empat
dengan panjang kurang lebih 30-50 cm dan ujung bawahnya dibuat runcing, berfungsi sebagai
suatu tanda dilapangan untuk titik utama dalam pengukuran
1.3.6. Alat Penunjang Lainnya
Alat penunjang lainnya seperti belangko data pengukuran, data board, kalkulator, dan
alat tulis lainnya, yang dipakai untuk memperlancar jalannya praktikum.

6
BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1. Syarat-Syarat Pengukuran Sifat Datar (waterpass)


a. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo.
b. Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
c. Garais mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.

Gambar 2.1
Syarat-syarat pengukuran sipat datar (waterpass)

2.2. Teknik Pengukuran Sifat Datar (Waterpass)


2.2.1. Pengukuran Menyipat Datar Yang Memanjang (berantai)
Bila jarak antara dua titik A dan B dari titik mana harus ditentukan beda tinggi nya,
menjadi besar hingga mistar tidak dapat dilihat dengan terang dan pembacaan menjadi kurang
teliti atau bila keadaan lapangan sedemikian rupa, hingga garis bidik tidak memotong mistar-
mistar karena jatuh diatas atau dibawah mistar, maka terpaksalah jarak antara dua titik A dan
B itu harus dibagi dalam jarak-jarak yang lebih keci

7
Gambar 2.2
Teknik pengukuran waterpass secara berantai

t = (b1 + b2 + …… + bn) – (m1 + m2 + …….. + mn)


t = Σb – Σm
(Sumber : Soetomo Wangsotjitro, hal 163, 1980)
Dimana : Σb = Jumlah bacaan belakang
Σm = Jumlah bacaan muka

2.2.2. Pengukuran Jarak Optis


Pada pengukuran menyipat datar, jarak-jarak yang diperlukan yang ditulis dalam buku
ukur tidak diukur dengan pita ukur, tetapi dengan alat pengukur jarak optis yang ada didalam
teropong dan ditempatkan pada difragma. Pada difragma telah ada paling sedikit untuk
mendapatkan garis bidik atau garis mendatar dan satu garis tegak yang kedua-duanya melalui
titik pusat teropong.

Gambar 2.3
Teknik pengukuran jarak optis

8
D = c+f+d
= c + f + ½ y.cot ½ B : karena cot ½ = f/2p
Maka D = (c + f) + f/p .y : jika c + f = B dan f/p = A
Maka D = B + Ay
Dari pabrik jarak benang atas dan benang bawah dibuat sedemikian rupa sehingga
harga dari : A = f/p = 100
Jadi D = B + 100 (Ba + Bb)
(Sumber : Soetomo Wangsotjitro, hal 167, 1980)

2.2.3. Pengukuran Menyipat Datar Memanjang Dengan Metode Double Stand


Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi didalam pengukuran dan
hasil pengukuran lebih teliti misalnya kesalahan pembantu ukur dalam menempatkan rambu,
atau masuknya rambu kedalam tanah, maka pengukuran menyipat datar memanjang perlu
diadakan pemeriksaan dengan melakukan pengukuran yang kedua.
Pengukuran menyipat datar memanjang dengan metode double standing dapat
dilakukan dengan dua cara :
a. Menempatkan pesawat waterpass diantara dua titik lalu melakukan pengukuran
pergi sampai titik akhir lalu kembali melakukan pengukuran ulang sampai kembali
ketitik awal.
b. Menempatkan pesawat waterpass diantara dua titik lalu pengukuran pergi dan
pengukuran pulang serempak dilakukan dengan hanya menggunakan kedudukan
waterpass.

Gambar 2.4
Pengukuran menyipat datar memanjang dengan metode double standing

9
2.2.4. Pengukuran Tinggi Dengan Tinggi Garis Bidik
Dalam pengukuran menyipat datar untuk menentukan tinggi titik diatas permukaan
tanah kita memakai pertolongan tinggi garis bidik (tgb) tinggi garis bidik dihitung dari
permukaan air laut rata-rata dengan nilai ketinggian kurang lebih 0,000.

Tinggi garis bidik dapat ditentukan dengan dua cara yaitu :


a. Alat ukur waterpass ditempatkan dengan sumbu kesatunya tegak lurus diatas suatu
titik (tugu) yang telah diketahui tingginya dan garis bidik diatas tugu itu diukur
dengan mistar.

Gambar 2.5
Tinggi garis bidik dengan cara pesawat berdiri diatas titik
Tgb = TA + ta
(Sumber : Soetomo Wangsotjitro, hal 164, 1980)

Dimana : Tgb = Tinggi garis bidik


T = Tinggi titik
ta = Tinggi alat

10
b. Yang diletakan diatas tugu bukan alat ukur waterpass tetapi mistar, sedang alat
ukur waterpass diletakkan diluar tugu itu.

Gambar 2.6
Tinggi garis bidik dengan pesawat berdiri dari diluar titik
Tgb = TA + a
(Sumber : Soetomo Wangsotjitro, hal 165, 1980)

Dimana : Tgb = Tinggi garis bidik


T = Tinggi titik
a = Bacaan benang tengah

2.3. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran


Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Kesalahan ini
bersumber dari perorangan, (pengukur, penulis dan pemegang rambu) alat ukur dan pengaruh
dari luar.
Kesalahan dalam pengamatan dan pengukuran dapat dibagi dalam tiga jenis :
2.3.1. Kesalahan Kasar (Mistake Blunders)
Kesalahan ini terjadi karena kurang hati-hati dalam melakukan pengukuran atau
kurang pengalaman dan pengetahuan dalam pengukuran. Kesalahan ini bersumber pada
pengukur dan pembantu ukur (penulis atau pemegang rambu).
Contoh kesalahan :
- Salah baca : 39,61 dibaca 36,91
- Salah mencatat data ukuran misalnya, dalam pengukuran jarak ada tigaang dan
satu rentang tidak ditulis.
- Salah dengar antara pencatat dan pengukur.

11
Kesalahan ini dalam proses pengukuran tidak dibolehkan karena akan mempengauhi
keakuratan hasil pengukuran oleh karena itu dianjurkan menggunakan self chacking dari
pengamatan yang dibuat.

2.3.2. Kesalahan Sistematis (cummulative errors)


Kesalahan ini terjadi pada setiap kali pengukuran. Umumnya kesalahan terjadi karena
alat ukur itu sendiri (pesawat waterpass, pita ukur dan rambu ukur)
Contoh kesalahan :
- Garis bidik tidak sejajar garis arah nivo.
- Pita ukur yang tidak mendatar.
- Panjang pita ukur yang tidak standar.
Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi
alat/memperbaiki alat.

2.3.3. Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak (accidental)


Kesalahan ini terjadi karena hal-hal yang secara kebetulan tidak diketahui dengan pasti
dan tidak diperiksa. Contoh kesalahan :
- lengkung nya permukaan bumi.
- getaran tanah (resonansi).
- Melengkung nya sinar (refraksi)
- Panasnya sinar matahari dan getaran udara (odulasi)
Kesalahan ini akan baru terlihat apabila suatu besaran diukur berulang-ulang dan hasinya
tidak selalu sama antara satu dengan yang lain. Kesalahan ini dapat dihilangkan dengan
melakukan obserfasi dan mengambil nilai rata-rata sebagai hasil pengukuran.

12
2.4. Prosedur Pelaksanaan Praktikum
Dalam pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah dengan alat penyipat datar (waterpass)
prosedur pelaksanaannya dapat diuraikan sebagai berikut :

2.4.1. Profil Memanjang


1) Peninjauan lokasi pengukuran dan menentukan arah pengukuran.
2) Pemasangan patok dengan tinggi patok dari tanah 50 meter. Jika tidak
memungkinkan untuk sampai pada batas toleransi dapat dilakukan penambahan
atau pengurangan jarak tersebut dan jika memungkinkan patok diberi lebel atau
tanda.
3) Sket situasi (lokasi) kedudukan patok pada blangko pengukuran
4) Waterpass didirikan ditengah-tengah antara dua patok/titik (Po dan P1) setelah
waterpass dipasang pada piringan statif dan sekrup pengunci pesawat
dikencangkan.
5) Seimbangkan kedudukan nivo kotak dengan menggunakan sekrup penyetel
sehingga gelembung yang ada didalamnya berada tepat ditengah-tengah.
6) Bak ukur didirikan dititik Po dan P1 dengan kedudukan vertikal dari segala arah.
7) Pada pengukuran profil memanjang ini menggunakan metode double standing
dengan mengarahkan pesawat kepatok pertama (Po) dan pada teropong akan
terlihat pembacaan benang atas, tengah dan bawah (Ba, Bb dan Bt) sebagai
pembacaan Po belakang, selanjutnya waterpass diarahkan ke P1 dengan
pembacaan (Ba, Bb dan Bt) sebagai Po muka.

Gambar 2.7
Pembacaan benang atas, tengah dan bawah

13
8) Selanjutnya melakukan pengukuran pulang dengan mengubah kedudukan pesawat
sehingga terjadi perbedaan tinggi alat lalu seimbangkan kedudukan nivo.
9) Waterpass diarahkan ke P1 dengan bacaan benang (Ba, Bb dan Bt) pada teropong
sebagai P1 belakang, selanjutnya waterpass diarahkan ke Po dengan pembacaan
benang (Ba, Bb dan Bt) sebagai Po muka.
10) Pengamatan di station selanjutnya dilakukan secara teratur dengan cara seperti
diatas sampai pada titik patok akhir.
11) Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada blangko hasil pengukuran yang tersedia.

2.4.2. Profil Melintang


1) Waterpass didirikan dipatok utama Po dan unting-unting tepat ditengah kepala
patok serta kedudukan nivo kotak yang sudah seimbang.
2) Kompas diletakan diatas teropong untuk menetukan arah utara dan mengatur
kingkaran berskala horizontal pada ninous 0o (nol derajat) dengan teropong
membidik kearah utara.
3) Pengukuran profil melintang menggunakan sistem grid maka waterpass diputar
searah jarum jam hingga skala pada lingkaran horizontal menunjuk sudut 90o dan
pada jarak-jarak tertentu bak ukur didirikan satu garis lurus dengan teropong,
pembacaan benang (Ba, Bb dan Bt) pada teropong sebagai detail-detail pada
sebelah kanan pesawat.
4) Waterpass diputar searah jarum jam dan teropong membidik ke P 1 dengan skala
pada lingkaran horizontal yang menunjukan sudut horizontal dari utara ke P1
5) Selanjutnya waterpass diputar searah jarum jam sehingga membentuk sudut 270o
dan dirikan bak ukur pada jarak tertentu dengan pembacaan benang (Ba, Bb dan
Bt) sebagai pembacaan detail-detail pada sebelah kiri pesawat.
6) Tinggi pesawat diukur dari permukaan tanah ke tengah teropong dengan
menggunakan pita ukur.
7) Pengamatan dititik (patok) selanjutnya dilakukan secara teratur
8) seperti cara diatas tetapi 0o ditentukan dari patok sebelumnya (patok belakang).
9) Pembacaan hasil pengukuran dicatat pada belangko pengukuan yang tersedia.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan atas beberapa penjelasan dari pokok-pokok materi diatas dapat ditarik
kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :
➢ Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu Geodesi yang mempelajari cara-cara
pengukuran dipermukaan bumi dan di bawah tanah untuk keperluan seperti, pemetaan
dan penetuan posisi relatif sempit sehingga unsur kelengkungan bumi dapat diabaikan.
➢ Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud antara lain Maksud ilmiah : yaitu maksud untuk
menentukan bentuk permukaan bumi, dan Maksud praktis : yaitu membuat bayangan
yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi.
➢ Syarat-syarat penggunaan waterpass adalah :
Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo.
Garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
Garais mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu.
➢ Kondisi atau keadaan permukaan tanah di lokasi penelitian adalah cenderung rata. Hal
ini dapat dilihat dari :
Perbedaan tinggi titik permukaan tanah yang diperoleh dari hasil pengukuran
dilapangan sangat kecil yaitu berkisar antara -0,0025 m s/d 0,555 m.
Rata-rata tinggi titik-titik utama yaitu 11,322 m (dihitung dari atas permukaan air
laut).dengan titik tertinggi yaitu 11,64 m dan titik terendah yaitu 11,06 m.
Kemiringan antara titik yang satu dengan yang lain cenderung kecil yakni berkisar
antara -0,605% s/d 0,828%.

15
4.2. Saran-Saran
Demi kesempurnaan laporan ini penulis mengharapkan saran-saran dari pihak:
a. Kepala Laboratorium ; penulis berharap agar kepala laboratorium dapat memberikan
masukan kepada penulis dan dapat membantu asisten pembimbing dalam memeriksa dan
memberikan pelajaran sebagai bahan perbaikan kesalahan yang ada laporan ini.
b. Jurusan ; penulis sangat berharap agar dalam mengatur jadwal kuliah diusahakan
sedemikian rupa agar tidak terjadi tabrakan antara proses praktikum dengan proses kuliah
di ruangan, karena akan sangat merugikan bagi dosen yang bersangkutan terlebih lagi bagi
mahasiswa itu sendiri.

16

Anda mungkin juga menyukai