DAN PENERAPANNYA
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN
PTDI-STTD 1
KOMITMEN KESELAMATAN
KEBIJAKAN PERUSAHAAN
KEBIJAKAN/KOMITMEN KESELAMATAN
Page 5
BUDAYA KESELAMATAN
Page 6
PENERAPAN BUDAYA
KESELAMATAN
KAMPANYE MENERUS DAN SISTEMATIS BUDAYA KESELAMATAN
MEWUJUDKAN KOMITMEN PADA EKSEKUTIF,CONTOH:
o MENGURANGI KECELAKAAN YANG MENYEBABKAN LUKA DAN SAKIT
o MEMINIMALKAN KERUGIAN DISEBABKAN KERUSAKAN PROPERTI,KEBAKARAN
DAN KEAMANAN.
o MENCEGAH LINGKUNGAN RUSAK KARENA AKTIFITAS PERKERETAAPIAN
o TRAINING DAN PEMBINAAN TERHADAP MANAJER, PEGAWAI DAN KONTRAKTOR
o MENJAMIN SUMBER DAYA DAN DANA YANG MEMADAI DAN TERSEDIA UNTUK
MENINGKATKAN KESELAMATAN
o SECARA INDEPENDEN MEMVALIDASI PROYEK YANG SANGAT BERPENGARUH
TERHADAP KESELAMATAN
KOMITMEN SEMUA LEVEL DENGAN MENERBITKAN“GENERAL SAFETY RULES”
DOMAIN PUBLIC DENGAN MENERAPKAN “GENERAL PUBLIC SAFETY”
DOMAIN KONTRAKTOR DENGAN MENERAPKAN
TRACK,TRACKSIDE,ELECTRIFICATION,PERLINTASAN SEBIDANG DAN PELATIHAN DENGAN
PEMBERIAN SERTIFIKAT.
SOSIALISASI PADA PELAJAR
TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA
PRASARANA DAN SARANA PERKERETAAPIAN
melaksanakan penanganan kecelakaan
menyusun dan melaksanakan Dokumen Penanganan Kecelakaan yang meliputi:
1. Sistem Manajemen Keselamatan Perkeretaapian;
2. Pedoman Penanganan Kecelakaan; dan
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan kecelakaan.
mengelola sistem informasi kecelakaan yang dapat diakses secara cepat/
tersambung dengan sistem informasi yang dikelola:
1. Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya; dan
2. Badan Nasional Pencarian Pertolongan.
Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi salah satu bahan
bagi:
1. Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota dalam menyusun kebijakan perkeretaapian
Nasional/Provinsi/ Kabupaten/Kota;
2. Penyelenggara Prasarana dan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dalam
menyusunan Dokumen Penanganan Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 dan pelaksanaannya;
3. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan dalam pelaksanaan penanganan
TANGGUN G J AWAB,
AKUNTABI LI TA S DAN
KEWEWENAN GA N MANAJEME N
Setiap orang dalam organisasi harus punya tanggung jawab, akuntabilitas dan kewewenangan
yang jelas .Untuk mencapai hal ini, sistem manajemen keselamatan harus menerbitkan
peraturan yang menggambarkan tanggung jawab, akuntabilitas, wewenang dan interelasi
personil yang mengelola atau melaksanakan dalam setiap pekerjaan perkeretaapian, atau
yang memverifikasi setiap pekerjaan. Persyaratan ini dapat dipenuhi oleh bagan organisasi
didukung oleh deskripsi posisi yang menggambarkan dependensi antar peran dan tanggung
jawab keselamatan, akuntabilitas, pengaturan dan hubungan harus ditentukan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan penyelenggara perkeretaapian.
Page 9
KEPATUHAN PADA PERATURAN
• Sistem manajemen keselamatan harus mencakup sistem dan prosedur untuk identifikasi,
dan kepatuhan terhadap persyaratan keselamatan sesuai peraturan dan perundangan yang
berlaku.
• Langkah awal dalam melakukan penilaian risiko adalah untuk mengidentifikasi kontak
internal dan eksternal dimana kegiatan yang dinilai dilakukan.
Page 10
UKURAN KINERJA KESELAMATAN
• Sistem manajemen keselamatan harus mencakup sistem dan prosedur untuk
memastikan bahwa sistem manajemen keselamatan yang efektif dengan menggunakan
kunci indikator kinerja.
• Dalam menentukan ukuran kinerja, penyelenggara perkeretaapian harus
mempertimbangkan dan memilih berbagai indikator kinerja.
• Ukuran kinerja akan disesuaikan dengan keadaan spesifik dari penyelenggara
perkeretaapian dan harus dikaitkan dengan proses manajemen risiko.
• Indikator hasil mengukur keselamatan, misalnya jumlah ketidakpatuhan diungkapkan
oleh audit keselamatan, atau jumlah hasil positif dari tes narkoba, atau luka yang
diderita, atau sinyal peringatan bahaya. contoh dari indikator lag adalah Lost Time
Injury Frequency Rate (LTFIR), yang merupakan ukuran konsekuensi dari terjadinya
risiko.
• Indikator lainnya adalah rate of accident = jumlah kecelakaan ka per produksi ka
Page 11
RATE OF ACCIDENT KERETA API YANG DIINVESTIGASI KNKT
TAHUN 2007–2012
Jumlah Kecelakaan
Rate of Accident = x 1.000.000
Jumlah Kilometer Tempuh
RATE OF ACCIDENT
0.350
0.302
0.300
0.250
0.200 0.205
0.150 0.168
0.166
0.100
0.050 0.046
0.020
0.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
JUMLAH KECELAKAAN 14 8 8 10 1 3
KILOMETER TEMPUH 46,414,271 47,568,579 48,188,833 48,722,833 50,140,079 65,635,028
RATE OF ACCIDENT 0.302 0.168 0.166 0.205 0.020 0.046
Sumber : Database KNKT 27 Desember 2012 dan Database PT. Kereta Api (Persero)
R AT E O F AC C I D E N T T R A N S P O RTA S I U DA R A
YA N G D I I N V E S T I G A S I K N K T TA H U N 2 0 0 7 – 2 0 1 2
Jumlah Kecelakaan
Rate of Accident = x 100.000
Jumlah Produksi Jam Terbang
5.00
4.50 4.40 4.22
4.00 4.12
3.50
3.00
2.50 2.79 2.68
2.00
1.50
1.43
1.00
0.50
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah
21 21 21 18 32 27
Kecelakaan
Jumlah Produksi
510.137 477.556 753.425 671.204 758.318 1.893.031
Jam Terbang
Sumber : Database KNKT 27 Desember 2012 dan Buku Statistik Angkutan Udara, Ditjenhubud
RATE OF ACCIDENT (RoA) TRANSPORTASI LAUT
TAHUN 2007-2012
Jumlah Kecelakaan
Rate of Accident = x 10.000
Port of Call
8 0.30
7
7
6 0.25
0.26
6
5 5 0.20
5
4 0.19 4
0.18
4 0.17 0.15
0.15
3
0.12 0.10
2
0.05
1
2007
0 2008 2009 2010 2011 2012 -
2007 2008 2009 2010 2011 2012
JUMLAH KECELAKAAN 7 5 4 5 6 44
Jumlah kecelakaan 7 5 4 5 6
PORT OF
RoA CALL
Laut 271.232
0.26 277.013
0.18 274.929
0.15 302.421
0.17 316.526
0.19 323.223
0.12
RATE OF ACCIDENT 0.26 0.28 0.15 0.17 0.19 0.12
Sumber: Database KNKT 27 Desember 2012
SOP KEJADIAN KECELAKAAN KA
Pelaporan
Permintaan Kereta Penolong Awak Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota
dan/ Lokomotif PPKA PPKA
Sarana (UU23/2007 psl 125)
Pemberitahuan
KNKT (PP No.62 /2003 psl 40 jika sesuai
Paling lambat 1 jam
kriteria psl 12
Mengambil tindakan memindahkan pnp, bagasi, & barang segera menormalkan kembali lalu
kelancaran dan kselamatan antaran ke ka lain atau moda trans. lintas kereta api setelah dilakukan
Lalu lintas
Klaim Asuransi
Regu Penolong
(Tim Sarana&Prasarana)
Pihak Keamanan Fasilitas Peralatan/
Internal&Ext Alat Berat
(Sterilisasi Zona) Safety Leader
Operator/
Badan Usaha
mengumumkan kec KA ke
Evakuasi Korban RS/
pengguna jasa dan
Puskesmas
masyarakat
Semboyan 3
Penyelenggara Sarana/ Prasarana
SKPD Operator , Ditkes DJKA dan
BASARNAS BTP
Kecelakaan tanpa korban jiwa Kecelakaan dengan korban jiwa
dan rintang jalan ≤ 6 jam dan rintang jalan ≥ 6 jam
DIREKTORAT KNKT
KESELAMATAN
PERKERETAAPIAN
OPERATOR
PRASARANA/SARANA
OPERATOR
PRASARANA/SARANA
DIREKTORAT
KESELAMATAN
PERKERETAAPIAN
BALAI TEKNIK
PERKERETAAPIAN
BALAI TEKNIK
PERKERETAAPIAN
HUBUNGAN ANTAR
STAKEHOLDER PADA SAAT
KEJADIAN KECELAKAAN
DASAR KEGIATAN PEMERIKSAAN DAN
ANALISIS KECELAKAAN
Berdasarkan PP No.56 Tahun 2009 bahwa Pengawasan Pemerintah terhadap
penyelenggaraan perkeretaapian, khususnya bidang keselamatan
Pemeriksaan dan analisis kecelakaan bertujuan untuk menemukan
informasi/data/fakta atas suatu peristiwa/kejadian kecelakaan yang berupa
penyebab dan akibat kecelakaan sebagai bahan analisis dalam:
a. Pelaksanaan tugas pengawasan Pemerintah berupa tindakan korektif dan
penerapan sanksi administratif terhadap penyelenggaraan perkeretaapian; dan
b. Penyusunan kebijakan keselamatan perkeretaapian.
Pemeriksaan dan analisis kecelakaan kecelakaan dilaksanakan berdasarkan
prinsip:
a. Integritas;
b. Kewajiban melaporkan secara benar dan akurat;
c. Kerahasiaan dan keamanan informasi;
d. Kemandirian/ketidakberpihakan; dan
e. Pendekatan data dukung.
PEMERIKSAAN DAN ANALISIS KECELAKAAN
KA
• bukan Investigasi sebagaimana dilaksanakan oleh KNKT Tetapi dalam rangka
pengawasan pemerintah atas penyelenggaraan perkeretaapian, dan dilaksanakan
terhadap penyelenggara prasarana dan penyelenggara sarana KA
• dilaksanakan sesaat setelah terjadinya kecelakaan atas dasar:
adanya laporan dari penyelenggara prasarana dan/atau penyelenggara sarana
perkeretaapian; atau
laporan masyarakat/media informasi.
• Tahapan:
1) persiapan;
2) pelaksanaan;
3) Pelaporan
Dalam Penyelenggaraan KA Nasional, Menteri menugaskan:
Balai Teknik apabila kecelakaan tidak mengakibatkan korban dan/atau tidak ada korban
meninggal dunia; atau
Petugas Pemeriksaan dan Analisis Kecelakaan yang berada di bawah tanggung jawab
Direktur Jenderal apabila kecelakaan mengakibatkan korban dan/atau meninggal dunia
TUJUAN
PEMERIKSAAN DAN ANALISIS KECELAKAAN
KA
Pemeriksaan dan analisis kecelakaan bertujuan untuk menemukan informasi
dan/atau data dan/atau fakta atas suatu peristiwa/kejadian kecelakaan dalam
rangka identifikasi penyebab dan akibat kecelakaan sebagai bahan dalam:
a. pelaksanaan tugas pengawasan Pemerintah berupa tindakan korektif dan
penerapan sanksi administratif terhadap pelanggaran pada
penyelenggaraan perkeretaapian;
b. Penyelidikan awal kecelakaan yang memiliki unsur tindak pidana; dan
c. penyusunan kebijakan keselamatan perkeretaapian
Penelitian sebab-sebab terjadinya kecelakaan adalah bukan dalam kaitan dengan penyidikan
(penegakan hukum), melainkan semata-mata untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan
dalam rangka perbaikan teknologi dan agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Apabila dalam kecelakaan tersebut memang terdapat unsur melawan hukum, pemeriksaannya juga
dilakukan oleh penyidik dalam rangka penegakan hukum
ALUR INFORMASI PEMERIKSAAN DAN
ANALISIS KECELAKAAN KA
Evaluasi Kecelakaan
INFORMASI KEJADIAN KECELAKAAN
Informasi Kejadian Kecelakaan sering sekali terlambat
PERMASALAHAN
PROSEDUR PENANGANAN
KECELAKAAN
b. Prosedur pemberitahuan;
d. Pelaksanaan investigasi.
PROSEDUR PENETAPAN TANGGAP
DARURAT
d) Akibat kecelakaan.
4) Pejabat di wilayah kerja pusat
pengendali ka sesuai tingkat 1) Untuk pemberitahuan ke pejabat sebagai
berikut:
keparahannya.
a) Uraian singkat terjadinya peristiwa.
5) Pusat pengendali ka di
b) Tindakan yang sudah dilakukan.
wilayah/daerah lain yang kena
dampak
6) Investigator
PENGATU RA N ATAU MANAJEME N PENANGA NA N
AKI BAT KECELAKAAN PERI STI WA LUAR BIASA HEBAT
UU 23 TAHUN 2007, PASAL 125
28
EVAKUASI KORBAN
Penyelamatan awal Saat kegiatan mulai, informasi tentang macam kecelakaan dan jumlah
korban harus segera diketahui.
Mengaktifkan bantuan sumber medis
Pemeriksaan awal untuk menentukan Korban-korban dipilih agar segera bisa ditolong sesuai
dengan kebutuhannya. Prioritas harus diberikan kepada korban yang terancam
kehidupannya dan yang mempunyai kemungkinan besar untuk bertahan bila segera ditolong.
Prioritas I : Korban cedera serius/berat (label merah) dengan problem kehidupan terancam
memerlukan perhatian segera. Jangan dipindahkan.
Prioritas II : Korban cedera sedang (label kuning) membutuhkan pertolongan cukup segera.
Jangan dipindahkan.
Prioritas III : Korban ringan (label hijau). Cedera ringan saja. Bisa dipindahkan.
Prioritas IV : Korban meninggal (label hitam).
Protocol ABCDE, . Airway / jalan nafas dan pemeriksaan tulang leher b. Breathing /
pernafasan c. Circulation / sirkulasi darah d. Disability assessment / penilaian kecacatan dan
status nerologik. e. Exposure / pajanan (lepaskan baju dan cegah kedinginan)
Evakuasi Korban Dua pertimbangan mendasar yang harus dijaga sewaktu evakuasi, ialah
Keselamatan pasien dan kecepatan transportasi 29
EVAKUASI RERUNTUHAN