Anda di halaman 1dari 31

SOP KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

DAN PENERAPANNYA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN
PTDI-STTD 1
KOMITMEN KESELAMATAN

KOMITMENT KESELAMATAN diwujudkan dalam :

1. Menempatkan organisasi Keselamatan pd posisi yang


menentukan keputusan persh.
2. Menyediakan anggaran, tenaga kerja dan sarana yang
diperlukan untuk Keselamatan.
3. Menetapkan personil yg mempunyai tanggung jawab,
wewenang dan kewajiban dalam penanganan
Keselamatan.
4. Perencanaan Keselamatan yg terkoordinasi.
5. Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut
pelaksanaan Keselamatan.
PENETAPAN KEBIJAKAN KESELAMATAN

1. Disesuaikan dgn sifat dan skala risiko yg ada di perusahaan


2. Berisikan komitmen utk perbaikan terus menerus
3. Berisikan komitmen utk memenuhi peruu Keselamatan dan
peraturan lainnya
4. Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipertahankan
pelaksanaannya
5. Dikomunikasikan kpd seluruh karyawan utk meningkatkan
kesadaran dan keterlibatan pekerja
6. Menampung keinginan interest parties
7. Dikaji secara periodik utk menjamin agar selalu relevant dan
layak bagi perusahaan
KINERJA PERUSAHAAN
K P T K
E E E E
S L P n
E A A y
L Y T A
A A M
N W
M A
A
A A N
K
T N T A
A U N
N

KEBIJAKAN PERUSAHAAN
KEBIJAKAN/KOMITMEN KESELAMATAN

• Sistem manajemen keselamatan harus mencakup kebijakan keselamatan yang didukung


oleh CEO dan Board (atau orang lain atau badan mengendalikan penyelenggara
perkeretaapian). Kebijakan ini harus mencakup komitmen untuk pengembangan dan
perawatan budaya keselamatan secara positif dan perbaikan terus-menerus semua aspek
sistem manajemen keselamatan.
• Sistem manajemen keselamatan harus mencakup proses untuk mengkomunikasikan
tujuan kebijakan dan keselamatan bagi semua orang yang berpartisipasi dalam
pelaksanaan sistem manajemen keselamatan.
• Suatu organisasi dengan budaya keselamatan yang positif ditandai dengan:
dibangun Komunikasi saling percaya;
Persepsi bersama tentang pentingnya keselamatan; dan
Kepercayaan terhadap efektivitas langkah-langkah pencegahan

Page  5
BUDAYA KESELAMATAN

• Budaya keselamatan adalah sesuatu yang muncul dari dan


merupakan produk dari semua aspek dari cara hidup dalam
suatu organisasi. Dalam bahasa sehari-hari, budaya, “Cara
hidup (way of live) yang kita lakukan”.
• Sebuah budaya keselamatan positif ditandai oleh kesadaran,
penilaian dan tindakan tentang keselamatan sebagai bagian
dari bisnis sehari-hari, di setiap tingkat organisasi dan
didukung oleh gaya keterbukaan komunikasi di seluruh
organisasi.

Page  6
PENERAPAN BUDAYA
KESELAMATAN
 KAMPANYE MENERUS DAN SISTEMATIS BUDAYA KESELAMATAN
 MEWUJUDKAN KOMITMEN PADA EKSEKUTIF,CONTOH:
o MENGURANGI KECELAKAAN YANG MENYEBABKAN LUKA DAN SAKIT
o MEMINIMALKAN KERUGIAN DISEBABKAN KERUSAKAN PROPERTI,KEBAKARAN
DAN KEAMANAN.
o MENCEGAH LINGKUNGAN RUSAK KARENA AKTIFITAS PERKERETAAPIAN
o TRAINING DAN PEMBINAAN TERHADAP MANAJER, PEGAWAI DAN KONTRAKTOR
o MENJAMIN SUMBER DAYA DAN DANA YANG MEMADAI DAN TERSEDIA UNTUK
MENINGKATKAN KESELAMATAN
o SECARA INDEPENDEN MEMVALIDASI PROYEK YANG SANGAT BERPENGARUH
TERHADAP KESELAMATAN
 KOMITMEN SEMUA LEVEL DENGAN MENERBITKAN“GENERAL SAFETY RULES”
 DOMAIN PUBLIC DENGAN MENERAPKAN “GENERAL PUBLIC SAFETY”
 DOMAIN KONTRAKTOR DENGAN MENERAPKAN
TRACK,TRACKSIDE,ELECTRIFICATION,PERLINTASAN SEBIDANG DAN PELATIHAN DENGAN
PEMBERIAN SERTIFIKAT.
 SOSIALISASI PADA PELAJAR
TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA
PRASARANA DAN SARANA PERKERETAAPIAN
 melaksanakan penanganan kecelakaan
 menyusun dan melaksanakan Dokumen Penanganan Kecelakaan yang meliputi:
1. Sistem Manajemen Keselamatan Perkeretaapian;
2. Pedoman Penanganan Kecelakaan; dan
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan kecelakaan.
 mengelola sistem informasi kecelakaan yang dapat diakses secara cepat/
tersambung dengan sistem informasi yang dikelola:
1. Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai kewenangannya; dan
2. Badan Nasional Pencarian Pertolongan.
 Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi salah satu bahan
bagi:
1. Menteri/Gubernur/Bupati/Walikota dalam menyusun kebijakan perkeretaapian
Nasional/Provinsi/ Kabupaten/Kota;
2. Penyelenggara Prasarana dan Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dalam
menyusunan Dokumen Penanganan Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 dan pelaksanaannya;
3. Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan dalam pelaksanaan penanganan
TANGGUN G J AWAB,
AKUNTABI LI TA S DAN
KEWEWENAN GA N MANAJEME N
Setiap orang dalam organisasi harus punya tanggung jawab, akuntabilitas dan kewewenangan
yang jelas .Untuk mencapai hal ini, sistem manajemen keselamatan harus menerbitkan
peraturan yang menggambarkan tanggung jawab, akuntabilitas, wewenang dan interelasi
personil yang mengelola atau melaksanakan dalam setiap pekerjaan perkeretaapian, atau
yang memverifikasi setiap pekerjaan. Persyaratan ini dapat dipenuhi oleh bagan organisasi
didukung oleh deskripsi posisi yang menggambarkan dependensi antar peran dan tanggung
jawab keselamatan, akuntabilitas, pengaturan dan hubungan harus ditentukan sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan penyelenggara perkeretaapian.

Page  9
KEPATUHAN PADA PERATURAN

• Sistem manajemen keselamatan harus mencakup sistem dan prosedur untuk identifikasi,
dan kepatuhan terhadap persyaratan keselamatan sesuai peraturan dan perundangan yang
berlaku.

• Langkah awal dalam melakukan penilaian risiko adalah untuk mengidentifikasi kontak
internal dan eksternal dimana kegiatan yang dinilai dilakukan.

• Persyaratan sistem manajemen keselamatan dalam kaitannya dengan kepatuhan terhadap


persyaratan dapat dipenuhi, dengan persyaratan yang jelas untuk identifikasi dan
dokumentasi persyaratan keselamatan peraturan termasuk dalam sistem dan prosedur
manajemen risiko.

Page  10
UKURAN KINERJA KESELAMATAN
• Sistem manajemen keselamatan harus mencakup sistem dan prosedur untuk
memastikan bahwa sistem manajemen keselamatan yang efektif dengan menggunakan
kunci indikator kinerja.
• Dalam menentukan ukuran kinerja, penyelenggara perkeretaapian harus
mempertimbangkan dan memilih berbagai indikator kinerja.
• Ukuran kinerja akan disesuaikan dengan keadaan spesifik dari penyelenggara
perkeretaapian dan harus dikaitkan dengan proses manajemen risiko.
• Indikator hasil mengukur keselamatan, misalnya jumlah ketidakpatuhan diungkapkan
oleh audit keselamatan, atau jumlah hasil positif dari tes narkoba, atau luka yang
diderita, atau sinyal peringatan bahaya. contoh dari indikator lag adalah Lost Time
Injury Frequency Rate (LTFIR), yang merupakan ukuran konsekuensi dari terjadinya
risiko.
• Indikator lainnya adalah rate of accident = jumlah kecelakaan ka per produksi ka

Page  11
RATE OF ACCIDENT KERETA API YANG DIINVESTIGASI KNKT
TAHUN 2007–2012
Jumlah Kecelakaan
Rate of Accident = x 1.000.000
Jumlah Kilometer Tempuh

RATE OF ACCIDENT
0.350
0.302
0.300
0.250
0.200 0.205

0.150 0.168
0.166
0.100
0.050 0.046
0.020
0.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012

JUMLAH KECELAKAAN 14 8 8 10 1 3
KILOMETER TEMPUH 46,414,271 47,568,579 48,188,833 48,722,833 50,140,079 65,635,028
RATE OF ACCIDENT 0.302 0.168 0.166 0.205 0.020 0.046
Sumber : Database KNKT 27 Desember 2012 dan Database PT. Kereta Api (Persero)
R AT E O F AC C I D E N T T R A N S P O RTA S I U DA R A
YA N G D I I N V E S T I G A S I K N K T TA H U N 2 0 0 7 – 2 0 1 2
Jumlah Kecelakaan
Rate of Accident = x 100.000
Jumlah Produksi Jam Terbang
5.00
4.50 4.40 4.22
4.00 4.12
3.50
3.00
2.50 2.79 2.68
2.00
1.50
1.43
1.00
0.50
-
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah
21 21 21 18 32 27
Kecelakaan
Jumlah Produksi
510.137 477.556 753.425 671.204 758.318 1.893.031
Jam Terbang

Total Penumpang 39.162.332 37.405.437 43.808.033 47.252.237 49.722.426 59.157.897

Rate of Accident 4,12 4,40 2,79 2,68 4,22 1,43

Sumber : Database KNKT 27 Desember 2012 dan Buku Statistik Angkutan Udara, Ditjenhubud
RATE OF ACCIDENT (RoA) TRANSPORTASI LAUT
TAHUN 2007-2012
Jumlah Kecelakaan
Rate of Accident = x 10.000
Port of Call
8 0.30
7
7
6 0.25
0.26
6
5 5 0.20
5
4 0.19 4
0.18
4 0.17 0.15
0.15
3
0.12 0.10
2
0.05
1

2007
0 2008 2009 2010 2011 2012 -
2007 2008 2009 2010 2011 2012
JUMLAH KECELAKAAN 7 5 4 5 6 44
Jumlah kecelakaan 7 5 4 5 6
PORT OF
RoA CALL
Laut 271.232
0.26 277.013
0.18 274.929
0.15 302.421
0.17 316.526
0.19 323.223
0.12
RATE OF ACCIDENT 0.26 0.28 0.15 0.17 0.19 0.12
Sumber: Database KNKT 27 Desember 2012
SOP KEJADIAN KECELAKAAN KA
Pelaporan
Permintaan Kereta Penolong Awak Menteri, Gubernur, Bupati, Walikota
dan/ Lokomotif PPKA PPKA
Sarana (UU23/2007 psl 125)
Pemberitahuan
KNKT (PP No.62 /2003 psl 40 jika sesuai
Paling lambat 1 jam
kriteria psl 12
Mengambil tindakan memindahkan pnp, bagasi, & barang segera menormalkan kembali lalu
kelancaran dan kselamatan antaran ke ka lain atau moda trans. lintas kereta api setelah dilakukan
Lalu lintas

Laporan awal kecelakaan paling lambat 1 hari


lain sampai stasiun tujuan penyidikan awal oleh PPNS/tim
cepat tanggap/tim pemeriksaan

Klaim Asuransi

Regu Penolong
(Tim Sarana&Prasarana)
Pihak Keamanan Fasilitas Peralatan/
Internal&Ext Alat Berat
(Sterilisasi Zona) Safety Leader
Operator/
Badan Usaha
mengumumkan kec KA ke
Evakuasi Korban RS/
pengguna jasa dan
Puskesmas
masyarakat
Semboyan 3
Penyelenggara Sarana/ Prasarana
SKPD Operator , Ditkes DJKA dan
BASARNAS BTP
Kecelakaan tanpa korban jiwa Kecelakaan dengan korban jiwa
dan rintang jalan ≤ 6 jam dan rintang jalan ≥ 6 jam

DIREKTORAT KNKT
KESELAMATAN
PERKERETAAPIAN

OPERATOR
PRASARANA/SARANA
OPERATOR
PRASARANA/SARANA
DIREKTORAT
KESELAMATAN
PERKERETAAPIAN
BALAI TEKNIK
PERKERETAAPIAN

BALAI TEKNIK
PERKERETAAPIAN

HUBUNGAN ANTAR
STAKEHOLDER PADA SAAT
KEJADIAN KECELAKAAN
DASAR KEGIATAN PEMERIKSAAN DAN
ANALISIS KECELAKAAN
Berdasarkan PP No.56 Tahun 2009 bahwa Pengawasan Pemerintah terhadap
penyelenggaraan perkeretaapian, khususnya bidang keselamatan
Pemeriksaan dan analisis kecelakaan bertujuan untuk menemukan
informasi/data/fakta atas suatu peristiwa/kejadian kecelakaan yang berupa
penyebab dan akibat kecelakaan sebagai bahan analisis dalam:
a. Pelaksanaan tugas pengawasan Pemerintah berupa tindakan korektif dan
penerapan sanksi administratif terhadap penyelenggaraan perkeretaapian; dan
b. Penyusunan kebijakan keselamatan perkeretaapian.
Pemeriksaan dan analisis kecelakaan kecelakaan dilaksanakan berdasarkan
prinsip:
a. Integritas;
b. Kewajiban melaporkan secara benar dan akurat;
c. Kerahasiaan dan keamanan informasi;
d. Kemandirian/ketidakberpihakan; dan
e. Pendekatan data dukung.
PEMERIKSAAN DAN ANALISIS KECELAKAAN
KA
• bukan Investigasi sebagaimana dilaksanakan oleh KNKT Tetapi dalam rangka
pengawasan pemerintah atas penyelenggaraan perkeretaapian, dan dilaksanakan
terhadap penyelenggara prasarana dan penyelenggara sarana KA
• dilaksanakan sesaat setelah terjadinya kecelakaan atas dasar:
 adanya laporan dari penyelenggara prasarana dan/atau penyelenggara sarana
perkeretaapian; atau
 laporan masyarakat/media informasi.
• Tahapan:
1) persiapan;
2) pelaksanaan;
3) Pelaporan
Dalam Penyelenggaraan KA Nasional, Menteri menugaskan:
 Balai Teknik apabila kecelakaan tidak mengakibatkan korban dan/atau tidak ada korban
meninggal dunia; atau
 Petugas Pemeriksaan dan Analisis Kecelakaan yang berada di bawah tanggung jawab
Direktur Jenderal apabila kecelakaan mengakibatkan korban dan/atau meninggal dunia
TUJUAN
PEMERIKSAAN DAN ANALISIS KECELAKAAN
KA
Pemeriksaan dan analisis kecelakaan bertujuan untuk menemukan informasi
dan/atau data dan/atau fakta atas suatu peristiwa/kejadian kecelakaan dalam
rangka identifikasi penyebab dan akibat kecelakaan sebagai bahan dalam:
a. pelaksanaan tugas pengawasan Pemerintah berupa tindakan korektif dan
penerapan sanksi administratif terhadap pelanggaran pada
penyelenggaraan perkeretaapian;
b. Penyelidikan awal kecelakaan yang memiliki unsur tindak pidana; dan
c. penyusunan kebijakan keselamatan perkeretaapian

Pemeriksaan dan Analisis Kecelakaan Kereta Api dilaksanakan oleh :


a. Pemerintah;
b. Penyelenggara Prasarana;
c. Penyelenggara Sarana.
Kecelakaan Kereta Api dapat disebabkan oleh :
a. Kondisi prasarana tidak laik operasi;
b. Kondisi sarana tidak laik operasi;
c. kesalahan/kelalaian pengoperasian kereta api;
d. kesalahan/kelalaian pengoperasian prasarana perkeretaapian;
e. bencana alam;
f. kerusuhan sosial;
g. sabotase;
h. pembajakan/terorisme;
i. tabrakan KA dengan moda lain;
j. faktor lainnya.

Kecelakaan Kereta Api dapat mengakibatkan:


a. rintang jalan;
b. gangguan operasi;
c. kerusakan sarana;
d. kerusakan prasarana; dan/atau
e. korban jiwa;
f. kerugian harta benda milik masyarakat yang terkena dampak kecelakaan.
Pemeriksaan dan analisis kecelakaan dilaksanakan terhadap:
a. penyelenggara prasarana perkeretaapian; dan Meliputi Angkutan Penumpang dan
b. penyelenggara sarana perkeretaapian. Angkutan Barang
Ruang lingkup pemeriksaan dan analisis kecelakaan dilaksanakan terhadap:
a. prasarana;
b. sarana;
c. Lalu lintas dan operasi KA;
d. sumber daya manusia; dan
e. Faktor eksternal.
Pemeriksaan kecelakaan perkeretaapian meliputi :
a. Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan perkeretaapian
• Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan perkeretaapian dilaksanakan untuk mencari data dan
informasi faktual, keterangan dan/atau bukti – bukti awal atas terjadinya kecelakaan kereta
api dan menemukenali indikasi awal penyebab kecelakaan.
• Pemeriksaan pendahuluan kecelakaan perkeretaapian dilaksanakan atas dasar informasi
kecelakaan.
b. Pemeriksaan lanjutan kecelakaan perkeretaapian
Pemeriksaan lanjutan kecelakaan perkeretaapian merupakan kegiatan pemenuhan data,
keterangan, informasi dan pengumpulan data faktual yang lebih lengkap sehingga dapat dilakukan
analisis kecelakaan.

Penelitian sebab-sebab terjadinya kecelakaan adalah bukan dalam kaitan dengan penyidikan
(penegakan hukum), melainkan semata-mata untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan
dalam rangka perbaikan teknologi dan agar kecelakaan serupa tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Apabila dalam kecelakaan tersebut memang terdapat unsur melawan hukum, pemeriksaannya juga
dilakukan oleh penyidik dalam rangka penegakan hukum
ALUR INFORMASI PEMERIKSAAN DAN
ANALISIS KECELAKAAN KA

Evaluasi Kecelakaan
INFORMASI KEJADIAN KECELAKAAN
Informasi Kejadian Kecelakaan sering sekali terlambat

PEMERIKSAAN DAN ANALISIS


diketahui, sehingga pelaksanaan identifikasi awal
dilokasi kejadian juga terlambat

KECELAKAAN KERETA API


WAKTU KEJADIAN KECELAKAAN
BELUM EFEKTIF Beberapa Kejadian Kecelakan terjadi pada malam
hari dan beberapa kecelakaan terjadi pada hari libur/
PEMERIKSAAN bukan hari kerja serta terdapat kejadian yang
bersamaan waktunya tetapi lokasi kejadian yang
KECELAKAAN berbeda

BELUM EFFISIEN LOKASI KEJADIAN KECELAKAAN


Lokasi terjadinya kecelakaan kereta api tersebar di
seluruh wilayah operasi KA yaitu Pulau Jawa dan
Sumatera

OPERASI KA HARUS SEGERA LANCAR

UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian


Pasal 125 : Dalam hal terjadi kecelakaan kereta api,
pihak Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dan
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian harus
mengambil tindakan untuk kelancaran dan
keselamatan lalu lintas;
KECELAKAAN KA
SDM TERBATAS
Jumlah dan Kompetensi Petugas Pemeriksaan dan
Analisis Kecelakaan terbatas

PERALATAN PEMERIKSAAN TERBATAS

Peralatan dan Perlengkapan Pemeriksaan masih


DAMPAK sangat terbatas serta kemampuan penggunaan alat
juga masih minim.

PERMASALAHAN
PROSEDUR PENANGANAN
KECELAKAAN

a. Prosedur penetapan tanggap darurat:

b. Prosedur pemberitahuan;

c. Menejemen penanganan kecelakaan;dan

d. Pelaksanaan investigasi.
PROSEDUR PENETAPAN TANGGAP
DARURAT

• Tiap sdm dari suatu badan penyelenggara perkeretaapian


berkewajiban memberitahukan dengan segera segala
kecelakaan (accident /incident) yang didapati atau yang
diketahui olehnya kepada pejabat di internal badan
penyelenggara perkeretaapian pejabat yang terkait.
• Penyelenggara perkeretaapian menetapkan siapa yang
berhak menetapkan kondisi darurat dan persyaratan
yang danggap kondisi darurat.
PEMBERITAHUAN
KONDISI DARURAT
• Siapa yang diberitahu tergantung • Isi berita
tingkat keparahan 1) Untuk pemberitahuan ke rumah sakit , tim
pelayanan darurat dan kepolisian isi berita
1) Rumah sakit bila ada korban meliputi:
manusia
a) Adanya kecelakaan kereta api;
2) Tim pelayanan darurat b) Waktu kejadian;

3) Kepolisian c) Lokasi kejadian; dan

d) Akibat kecelakaan.
4) Pejabat di wilayah kerja pusat
pengendali ka sesuai tingkat 1) Untuk pemberitahuan ke pejabat sebagai
berikut:
keparahannya.
a) Uraian singkat terjadinya peristiwa.
5) Pusat pengendali ka di
b) Tindakan yang sudah dilakukan.
wilayah/daerah lain yang kena
dampak
6) Investigator
PENGATU RA N ATAU MANAJEME N PENANGA NA N
AKI BAT KECELAKAAN PERI STI WA LUAR BIASA HEBAT
UU 23 TAHUN 2007, PASAL 125

Dalam hal terjadi kecelakaan kereta api, pihak Penyelenggara


Perkeretaapian harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
mengambil tindakan untuk kelancaran dan keselamatan lalu lintas;
menangani korban kecelakaan;
memindahkan penumpang, bagasi, dan barang antaran ke kereta api
lain atau moda transportasi lain untuk meneruskan perjalanan sampai
stasiun tujuan;
melaporkan kecelakaan kepada Menteri, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota;
mengumumkan kecelakaan kepada pengguna jasa dan masyarakat;
segera menormalkan kembali lalu lintas kereta api setelah dilakukan
penyidikan awal oleh pihak berwenang; dan
mengurus klaim asuransi korban kecelakaan.
PERSIAPAN PENANGANAN
KECELAKAAN KERETA API
• Peralatan pelindung bagi petugas penyelamat
• Peralatan mekanik untuk evakuasi korban dan menormalkan lalulintas ka dengan pengangkatan
reruntuhan sarana dan prasarana
• Peralatan medik Peralatan darurat medis diletakan di kotak berlabel yang konstruksinya kuat dan mudah
dibawa. Berisi alat pembidai, penahan tulang belakang, perban dan penutup luka serta peralatan
lainseperti pipa bantupembuka jalan nafas, resusitator dan ventilator, peralatan infus dll. Alat pengikat dan
selimut sebaiknya tersedia
• Alat komunikasi Komunikasi yang efektif adalah aspek penting saat kejadian kecelakaan
• Pelatihan petugas kecelakaan dengan memperkenalkan dan melatih semua pekerja penyelenggara
perkeretaapian dengan pertolongan pertama pada kecelakaan dan resusitasi jantung-paru.

• Latihan Simulasi Kecelakaan dan praktek


penanganan kecelakaan industri seperti keadaan
yang sesungguhnya harus benar-benar dilakukan.

28
EVAKUASI KORBAN
Penyelamatan awal Saat kegiatan mulai, informasi tentang macam kecelakaan dan jumlah
korban harus segera diketahui.
Mengaktifkan bantuan sumber medis
Pemeriksaan awal untuk menentukan Korban-korban dipilih agar segera bisa ditolong sesuai
dengan kebutuhannya. Prioritas harus diberikan kepada korban yang terancam
kehidupannya dan yang mempunyai kemungkinan besar untuk bertahan bila segera ditolong.
Prioritas I : Korban cedera serius/berat (label merah) dengan problem kehidupan terancam
memerlukan perhatian segera. Jangan dipindahkan.
Prioritas II : Korban cedera sedang (label kuning) membutuhkan pertolongan cukup segera.
Jangan dipindahkan.
Prioritas III : Korban ringan (label hijau). Cedera ringan saja. Bisa dipindahkan.
Prioritas IV : Korban meninggal (label hitam).
Protocol ABCDE, . Airway / jalan nafas dan pemeriksaan tulang leher b. Breathing /
pernafasan c. Circulation / sirkulasi darah d. Disability assessment / penilaian kecacatan dan
status nerologik. e. Exposure / pajanan (lepaskan baju dan cegah kedinginan)
Evakuasi Korban Dua pertimbangan mendasar yang harus dijaga sewaktu evakuasi, ialah
Keselamatan pasien dan kecepatan transportasi 29
EVAKUASI RERUNTUHAN

Kecepatan evakuasi reruntuhan bisa mengurangi


kekusutan perjalan kereta api. Untuk kecepatan
evakuasi perlu disiapkan sebagai berikut :
SOP evakuasi
Penyiapan peralatan evakuasi
Penyiapan sdm yang punya kompetensi
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai