PERSYARATAN UMUM

INSTALASI LISTRIK
(PUIL)-2011
 1. RIWAYAT

1.1. PUIL DIGUNAKAN PERTAMA KALI SEBAGAI PEDOMAN BEBERAPA

INSTANSI YANG BERKAITAN DENGAN INSTALASI LISTRIK, ADALAH AVE
(ALGEMENE VOORSCHRIFTEN VOOR ELECTRISCHE STERKSTROOM
INSTALATIES)

1.2. AVE DITERBITKAN OLEH DEWAN NORMALISASI PEMERINTAH HINDIA

BELANDA, SEBAGAI NORMA N 2004.

1.3. AVE N 2004 DITERJEMAHKAN KEDALAM BAHASA INDONESIA DAN

DITERBITKAN PADA TAHUN 1964 SEBAGAI NORMA INDONESIA N16, YANG
KEMUDIAN DIKENAL SEBAGAI PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK
(PUIL 1964).

1.4. PUIL 1964 (PENERBITAN PERTAMA) DISEMPURNAKAN PADA PENERBITAN

KEDUA (PUIL 1977) DAN PENERBITAN KETIGA (PUIL 1987).

1.5. ISTILAH “PERATURAN “ PADA PUIL 1964, 1977 & 1987, BERUBAH MENJADI
“PERSYARATAN” PADA PUIL 2000, DENGAN MAKSUD : SELAIN ISINYA
MENGANDUNG KEWAJIBAN MEMATUHI KETENTUAN &SANGSINYA, JUGA
MENGANDUNG REKOMENDASI ATAU PERSYARATAN TEKNIS YANG DAPAT
DIJADIKAN PEDOMAN DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN.
 2. ACUAN & PANITIA REVISI PUIL 1987
2.1. SALAH SATU STANDAR YANG DIJADIKAN ACUAN PUIL, ADALAH STANDAR
IEC (INTERNATIONAL ELECTROTECHNICAL COMMISSION).

2.2. DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KONDISI DI INDONESIA, DARI SEGI

KEMANFAATAN DAN KESESUAIAN, BEBERAPA KETENTUAN MENGACU
PADA STANDAR DARI : NEC (NATIONAL ELECTRIC CODE), VDE (VERBAND
DEUTSCHER ELEKTROTECHNIKER) & SAA (STANDARDS ASSOCIATION
AUSTRALIA).

2.3. PUIL 2000 MERUPAKAN HASIL REVISI DARI PUIL 1987, YANG
DILAKSANAKAN OLEH PANITIA REVISI PUIL 1987, YANG DITETAPKAN
MEMPERTAMBEN DALAM SURAT KEPUTUSAN MENTERI NOMOR : 24-
12/40/600.3/1999, TANGGAL : 30 APRIL 1999, DAN NOMOR : 51-
12/40/600.3/1999, TANGGAL : 30 AGUSTUS 1999.

2.4. ANGGOTA PANITIA REVISI PUIL : DEPTAMBEN, DEPKES, DEPNAKER,

DEPERINDAG, BSN, PT.PLN, PT. PERTAMINA, YUPTL, APPI, AKLI, INKINDO,
APKABEL, APITINDO, MKI, HAEI, PERGURUAN TINGGI (ITB, ITI, ISTN,
UNTAG, STTY-PLN), PT. SCHNEIDER INDONESIA, DAN PIHAK-PIHAK LAIN
TERKAIT.
 3. SUBSTANSI ISI PUIL 2000
3.1. BAGIAN 1 & BAGIAN 2 (PENDAHULUAN & PERSYARATAN DASAR)
PADANAN DARI IEC 364-1 PART 1 & PART 2, TENTANG : SCOPE,
OBJECT FUNDAMENTAL PRINCIPLES AND DEFINITIONS.

3.2. BAGIAN 3 IEC 60364 PART 4, TENTANG : PROTECTION FOR

SAFETY, BERISI :
BERBAGAI SISTEM PROTEKSI YANG BERTUJUAN UNTUK
MENJAMIN/ TERJAMINNYA KESELAMATAN UMUM.

3.3. BAGIAN 4 IEC 60364 PART 3, TENTANG :

ASSESSMENT OF GENERAL CHARACTERISTICS, BERISI :
PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK, MULAI DARI KONSTRUKSI
SAMPAI DENGAN SISTEM PROTEKSINYA.

3.4. BAGIAN 5 STANDAR NEC & IEC 60364 PART 5, TENTANG :

SELECTION AND ERECTION OF ELECTRICAL EQUIPMENT.
BERISI : PERLENGKAPAN/ PERALATAN LISTRIK, MULAI DARI
BERBAGAI JENIS PERLENGKAPAN YANG DIPAKAI SAMPAI
DENGAN CARA PERAWATANNYA.
 Lanjutan 3.4.

3.5. BAGIAN 6 PENGEMBANGAN BAB 6 PUIL 1987 DENGAN

DITAMBAH UNSUR-UNSUR DARI NEC BERISI : PERLENGKAPAN
HUBUNG BAGI DAN KENDALI (phb) SERTA KOMPONENNYA.

3.6. BAGIAN 7 HAMPIR SAMA DENGAN PUIL 1987 BAB 7 &

MENGACU IEC SERTA VDE, BERISI : PENGHANTAR DAN
PEMASANGANNYA.

3.7. BAGIAN 8 PENGEMBANGAN PUIL 1987 Bab 8, IEC & IEC

60364 PART 7, TENTANG : REQUIREMENTS FOR SPECIAL
INSTALLATIONS OR LOCATIONS, BERISI : KETENTUAN UNTUK
BERBAGAI RUANG DAN INSTALASI KHUSUS.

3.8. BAGIAN 9 IEC 60364 PART 6, TENTANG :

VERIFICATION, BERISI : PENGUSAHAAN INSTALASI LISTRIK
(PERANCANGAN, PEMBANGUNAN, PEMASANGAN, PELAYANAN,
PEMELIHARAAN, PEMERIKSAAN, PENGUJIAN INSTALASI LISTRIK
SERTA PROTEKSINYA.
 4. HAL – HAL LAIN YANG PERLU DIKETAHUI

4.1. PUIL 2000 BERLAKU UNTUK INSTALASI LISTRIK DALAM

BANGUNAN DAN SEKITARNYA UNTUK TEGANGAN RENDAH
SAMPAI 1OOO V a.b DAN GARDU TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH MENGACU DARI NEC
1999.

4.2. PEMBAGIAN 9 BAGIAN PADA PUIL 2000, PADA DASARNYA

SAMA DENGAN PADA PUIL 1987.

4.3. SEPERTI PADA PUIL 1987, PADA PUIL 2000 JUGA DILENGKAPI
“INDEKS & LAMPIRAN”

4.4. LAMPIRAN MENGENAI PERTOLONGAN PERTAMA PADA

KORBAN KEJUT LISTRIK YANG DILAKUKAN DENGAN
PEMBERIAN PERNAPASAN BANTUAN, DIAMBILKAN DARI
STANDAR SAA.
 5. AMANDEMEN PUIL 2000

5.1. ADANYA KETENTUAN BARU DALAM

IEC YANG DIPANDANG PENTING UNTUK
DIMASUKKAN DALAM PUIL.

5.2. ADANYA SARAN & TANGGAPAN DARI

MASYARAKAT PENGGUNA PUIL YANG
DIANGGAP PENTING.
 1. TUJUAN DAN KETENTUAN UMUM INSTALASI LISTRIK
1. TUJUAN DAN KETENTUAN UMUM INSTALASI LISTRIK
1.1. Maksud dan Tujuan

1.1.1
1.1.2
1.1.3
1.1.4
1.1.5
1.1.6

1.2. Ketentuan Umum

1.2.1.
1.2.2.

1.2.3.

1.2.4.

1.2.5.

1.2.6.
 2. Ketentuan Umum Peralatan dan Pemasangannya.

2.1. Ketentuan Peralatan

2.1.1.

2.1.2.

2.1.3.
 Lanjutan 2.1.3.

2.2. Ketentuan Pemasangan

2.2.1.

2.2.2.

2.2.3.

2.2.4.

2.2.5.
 3. Ketentuan Umum Kabel dan Pemasangannya.

3.1. Ketentuan umum kabel instalasi

3.1.1.

3.1.2.

3.1.3.
 Lanjutan 3.1.3.

3.1.4.

3.1.5.
 Lanjutan 3.1.5.
3.2. Kabel Fleksibel.
3.2.1.

3.2.2.

3.2.3.

3.2.4.

3.2.5.

3.2.6.
 Lanjutan 3.2.6.
3.2.7.

3.2.8.

3.2.9.

3.3. Pembebanan Kabel.

3.3.1.

3.3.2.
 Lanjutan 3.3.2.

3.3.3.

3.3.4.
 Lanjutan 3.3.4.

3.3.5.
 4. Armatur Penerangan, Fiting Lampu, Lampu Roset ( Pasal 5.3.)

4.1. Proteksi

4.1.1.

4.1.2.

4.1.3.
 Lanjutan 4.1.3.

4.2. Pembumian
4.2.1.

4.2.2.

4.2.3.

4.2.4.

4.2.5.

4.2.6.
 Lanjutan 4.2.3.

4.3. Pesyaratan dalam keadaan khusus (5.3.3.)

4.3.1.

4.3.2.

4.3.3.

4.3.4.

4.3.5.

4.3.6.
 Lanjutan 4.3.6.

4.4. Syarat Kotak Sambung dan Kap Armatur (5.3.4.)

4.4.1.

4.4.2.

4.4.3.
 Lanjutan 4.4.3.

4.5. Penunjang Armatur (5.3.5.)

4.5.1.

4.5.2.
 Lanjutan 4.5.2.

4.6. Perkawatan Armatur (5.3.6.)

4.6.1.

4.6.2.
4.6.3.

4.6.4.

4.6.5.

4.6.6.
4.6.7.

4.6.8.
 Lanjutan 4.6.8.

4.7. Lampu dan Perlengkapan Bantu ( 5.3.10)

4.7.1.

4.7.2.
 Lanjutan 4.7.2.

4.8. Lampu Tabung Gas ( 5.3.11)

4.8.1.

4.8.2.

4.8.3.

4.8.4.
 Lanjutan 4.8.4.

4.8.5.
 Lanjutan 4.8.5.

4.8.6.

4.8.7.

4.8.8.
 Lanjutan 4.8.8.

4.8.9.

4.8.10.

4.8.11.
 Lanjutan 4.8.11.

4.9. Roset ( 5.3.12)

4.9.1.

4.9.2.

4.9.3.

4.9.4.
 5. Tusuk Kontak dan Kotak-Kontak

5.1. Konstruksi Tusuk Kontak

5.1.1.

5.1.2.

5.1.3.

5.1.4.
 Lanjutan 5.1.4.

5.2. Menghindari Hubungan Tusuk Kontak Tertukar (5.4.1.4.)

5.2.1.

5.2.2.

5.2.3.

5.2.4.
 Lanjutan 5.2.4.

5.3. Susunan Tusuk Kontak (5.4.1.8.)

5.3.1.

5.3.2.

5.3.3.

5.3.4.

5.3.5.

5.3.6.
 Lanjutan 5.3.6.

5.4. Cara menghubungkan kabel (5.4.1.9.)

5.4.1.

5.4.2.

5.4.3.
 Lanjutan 5.4.3.

5.5. Ketentuan berkaitan dengan keadaan lingkungan (5.4.2.)

5.5.1.

5.5.2.

5.5.3.
5.5.4.

5.5.5.

5.5.6.

5.5.7.

5.5.8.
 6. Gawai Untuk Menutup dan Membuka Sirkit Listrik

6.1. Sakelar

6.1.1.

6.1.2.

6.1.3.
 Lanjutan 6.1.3.

6.2. Pemutus Sirkit

6.2.1.

6.2.2.

6.2.3.

6.2.4.

6.2.5.
 Lanjutan 6.2.5.

6.3. Pemisah

6.3.1.

6.3.2.

6.3.3.

6.3.4.
 Lanjutan 6.3.4.

6.4. Pengaman Lebur

6.4.1.

6.4.2.

6.4.3.
 7. Alat Pembatas Dan Pengukur (APP)

7.1. Fungsi Alat Pembatas dan Pengukur (APP) :

 Lanjutan 7.1.

7.2. Ketentuan mengenai APP

7.2.1.

7.2.2.

7.2.3.

7.2.4.

7.2.5.
 8. PHB UTAMA

8.1. Fungsi PHB :

8.2. Ketentuan Umum PHB antara lain :

8.2.1.
 Lanjutan 8.2.1.

8.2.2.

8.2.3.
 Lanjutan 8.2.3.

8.2.4.

8.2.5.
 Lanjutan 8.2.5.
8.2.6.

8.2.7.

8.2.8.

8.2.9.
 Lanjutan 8.2.9.

8.3. Ketentuan tentang kemampuan PHB antara lain :

8.3.1.

8.3.2.

8.3.3.
 Lanjutan 8.3.3.

8.4. Ketentuan tentang penempatan PHB

8.4.1.

8.4.2.

8.4.3.

8.4.4.
 Lanjutan 8.4.4.

8.5. Ketentuan Pembumin PHB

8.5.1.

8.5.2.

8.5.3.
 Lanjutan 8.5.3

8.6. Ketentuan PHB lainnya :

8.6.1.
8.6.2.

8.6.3.

8.6.4.

8.6.5.
 9. Saluran Penghantar

9.1. Sirkit Utama Konsumen

9.1.1.

9.1.2.

9.1.3.
 Lanjutan 9.1.3.
9.2. Sirkit Akhir dan Sirkit Cabang

9.2.1.

9.2.2.

9.2.3.

9.2.4.

9.2.5.

9.2.6.

9.2.7.
 Lanjutan 9.2.7.

9.3. Penghubungan lampu dengan sakelar dan kontak-kontak

9.3.1.

9.3.2.
9.3.3.

9.3.4.
9.3.5.

9.3.6.