Anda di halaman 1dari 13

PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PETUNJUK TEKNIS

LOMBA BACA PUISI KEGIATAN BULAN BAHASA DAN SASTRA 2023


SMP NEGERI 19 TASIKMALAYA

1. KETENTUAN UMUM
a. Kegiatan Bulan Bahasa dan Sastra 2023 adalah kegiatan perlombaan di bidang
bahasa dan sastra Indonesia yang diselenggarakan oleh SMP Negeri 19 Tasikmalaya.
b. Lomba Baca Puisi adalah bagian dari rangkaian lomba pada Kegiatan Bulan Bahasa
dan Sastra 2023.
c. Peserta adalah siswa-siswi yang telah mendaftarkan diri, dan tercatat sebagai peserta
oleh panitia.
d. Penguji adalah pihak yang mempunyai kewenangan untuk memberikan penilaian
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam lomba.
e. Penilaian adalah hasil pengamatan penguji terhadap puisi yang ditampilkan peserta
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan panitia, berbentuk skor yang diberikan
setelah penampilan puisi berlangsung.
f. Pendukung adalah pihak selain peserta dan panitia yang hadir bersama peserta
berdasarkan persetujuan panitia.

2. KETENTUAN KHUSUS
Penampilan Baca Puisi dilakukan dalam dua babak, yaitu babak penyisihan dan babak
final.

3. PENDAFTARAN
a. Setiap kelas mengirimkan minimal satu peserta.
b. Pendaftaran dibuka untuk siswa-siswi SMP Negeri 19 Tasikmalaya.

4. PETUNJUK PELAKSANAAN
a. Peserta lomba merupakan siswa-siswi SMP Negeri 19 Tasikmalaya.
b. Setiap kelas mengirimkan minimal satu peserta.
c. Lomba dilaksanakan pada, hari, tanggal : Kamis dan Jumat, 26 s.d. 27 Oktober 2023
waktu : 07.30 s.d. 14.00 WIB tempat : Lingkungan Sekolah SMP
Negeri 19 Tasikmalaya
d. Peserta memilih dan membacakan satu puisi yang telah disediakan panitia untuk
babak penyisihan.
e. Apabila peserta dinyatakan lolos ke babak final, maka harus memilih kembali puisi
yang akan dibacakan dari puisi yang telah disediakan panitia.

5. PETUNJUK TEKNIS
a. Peserta lomba merupakan siswa-siswi SMP Negeri 19 Tasikmalaya.
b. Setiap kelas mengirimkan minimal satu peserta.
c. Peserta hadir pukul 07.00 WIB di lingkungan sekolah.
d. Peserta wajib mengisi daftar hadir yang telah disediakan oleh panitia.
e. Peserta wajib mengenakan nomor urut peserta yang disediakan oleh panitia.
f. Urutan penampilan lomba ditentukan berdasarkan hasil undian yang telah
dilaksanakan panitia pada saat taklimat.
g. Peserta harus hadir di ruang perlombaan 15 menit sebelum acara dimulai.
h. Peserta yang dipanggil tiga kali, tetapi tidak menampilkan diri tanpa keterangan yang
jelas dianggap gugur.

6. SISTEMATIKA LOMBA
a. Lomba terdiri atas dua babak pertandingan.
b. Setiap penampilan berdurasi 15 menit.
c. Peserta yang dipanggil tiga kali, tetapi tidak menampilkan diri tanpa keterangan yang
jelas dianggap gugur.

7. PENILAIAN
Penilaian juri didasarkan pada tiga aspek: a.
Vokal
b. Ekspresi
c. Penghayatan
Pemenang didasarkan pada akumulasi keseluruhan nilai masing-masing peserta dari tiap
penguji dan keputusan penguji tidak dapat diganggu gugat.

8. PENJURIAN
a. Penguji terdiri atas 3 (tiga) orang.
b. Semua penampilan baca puisi akan dinilai dan diputuskan oleh penguji.
c. Keputusan penguji bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
d. Penguji dapat memberikan evaluasi verbal selama maksimal 5 (lima) menit setelah
menentukan pemenang atau yang masuk ke babak final.
e. Jika peserta ingin meminta evaluasi verbal lebih lanjut, dapat meminta secara
personal kepada penguji di luar waktu yang dialokasikan.

9. TATA TERTIB a. Umum


1) Pakaian peserta adalah seragam OSIS lengkap dan bersepatu.
2) Setiap peserta wajib hadir 15 menit sebelum perlombaan dimulai.
3) Peserta hadir pukul 07.00 WIB di lingkungan sekolah.
4) Peserta wajib menandatangani daftar hadir yang telah disediakan oleh panitia.
5) Peserta wajib mengikuti seluruh acara lomba baca puisi.
6) Seluruh perlombaan dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar.
7) Peserta lain diizinkan mengikuti jalannya lomba baca puisi dengan ketentuan:
a) telepon seluler dalam kondisi mati atau mode diam;
b) dilarang membuat kebisingan atau kegaduhan; dan
c) dilarang keluar masuk ruangan.
b. Tata Tertib Peserta Selama Perlombaan
1) Setiap peserta dilarang mengunakan bahasa kasar, tidak senonoh dan/atau
menyinggung SARA.
2) Setiap peserta dilarang melakukan tindakan yang dapat mengganggu konsentrasi
peserta lain selama perlombaan.
3) Pelanggaran terhadap ketentuan di atas mengakibatkan pengurangan skor.
c. Pendukung
1) Pendukung dilarang mengganggu perlombaan.
2) Pendukung dilarang keluar masuk ruangan selama perlombaan sedang
berlangsung.
3) Pendukung yang melanggar ketentuan ayat (1) dan (2) akan diberikan peringatan
hingga dua kali, jika peringatan diabaikan maka pendukung tersebut akan
dikeluarkan dari ruangan lomba.
10. KETENTUAN PENUTUP
Peraturan ini berlaku dan mengikat seluruh peserta sejak ditetapkan.
BUNGA DAN TEMBOK
Karya Wiji Thukul

Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri Jika
kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji Suatu saat
kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang!
DIPONEGORO
Karya Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini


Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak genta. Lawan banyaknya seratus kali.
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

MAJU
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU
Bagimu Negeri
Menyediakan api Punah di atas
menghamba inasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju.
Serbu.
Serang.
Terjang.
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu


Mengukur jalanan seharian Begitu
terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya

TANAH AIR MATA


Karya Sutardji Calzoum Bachri

Tanah air mata tanah tumpah dukaku


mata air air mata kami air mata tanah air
kami di sinilah kami berdiri
menyanyikan air mata kami di balik
gembur subur tanahmu kami simpan
perih kami di balik etalase megah
gedung-gedungmu kami coba
sembunyikan derita kami kami coba
simpan nestapa kami coba kuburkan
duka lara tapi perih tak bisa sembunyi ia
merebak kemana-mana bumi memang
tak sebatas pandang dan udara luas
menunggu namun kalian takkan bisa
menyingkir ke mana pun melangkah
kalian pijak air mata kami ke mana pun
terbang kalian kan hinggap di air mata
kami ke mana pun berlayar kalian arungi
air mata kami kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak takkan bisa ke
mana pergi menyerahlah pada kedalaman
air mata SEBUAH TANYA

Karya Soe Hok Gie

Akhirnya semua akan tiba


Pada suatu hari yang biasa

Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah kau masih berbicara selembut dahulu


Memintaku minum susu dan tidur yang lelap?

Sambil membenarkan letak leher kemejaku

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di


lembah kasih, lembah mendalawangi
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan-
hutan yang menjadi suram

meresapi belaian angin yang menjadi dingin)


apakah kau masih membelaiku semesra dahulu

ketika kudekap kau dekaplah lebih mesra, lebih dekat

(lampu-lampu berkelipan di Jakarta yang sepi


Kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya
Kau dan aku berbicara
Tanpa kata, tanpa suara

Ketika malam yang basah menyelimuti Jakarta kita)

Apakah kau masih akan berkata


Kudengar derap jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua

Kecuali dalam cinta

(hari pun menjadi malam


Kulihat semuanya menjadi muram
Wajah-wajah yang tidak kita kenal berbicara
Dalam bahasa yang kita tidak mengerti

Seperti kabut pagi itu)

Manisku, aku akan jalan terus


Membawa kenang-kenangan dan harapan-harapan bersama

hidup yang begitu biru.


KITA BEDA KITA SAMA
Karya RA Mutiara Putri Amalia
Tanah Airku

Diizinkan diinjak oleh perbedaan


Perbedaan kepercayaan
Perbedaan budaya dan bahasa
Saya menentang untuk didiamkan
Ketidak adilan yang dibiasakan

Tak ada rasa kebersamaan yang dirasakan Tak


ada kebersamaan yang dibiasakan
Perlakuan yang dibedakan itu salah

Kita satu
Tetesan darah berwarna merah
Helaian rambut sama hitam

Walau
Perbedaan itu nyata
Antara si kaya dan si miskin
Antara pejabat dan rakyat

Kita tetap satu karena kita saling membutuhkan


Dalam suatu tawa
Dalam suatu luka
Dalam suatu renungan
Yang tersekap oleh keberagaman
Dan mengikut indahnya perbedaan
Seperti sebuah alunan
Akan sebuah persatuan
Dari dua sisi mata garuda
Berdiri sama tinggi
Duduk sama rendah
Kita harus merajut kebersamaan
Untuk saling mengenal
Dan saling melengkapi
Karena kita indonesia
Bhinneka tunggal ika
Bersama kita rajut kebhinnekaan guna membangun persatuan dan kesatuan bangsa Kepada
Pejuang-Pejuang Lama
Karya Soe Hok Gie

Biarlah mereka yang ingin dapat mobil, mendapatnya.


Biarlah mereka yang ingin dapat rumah, mengambilnya.
Dan datanglah kau manusia-manusia
Yang dahulu menolak, karena takut ataupun ragu.
Dan kita, para pejuang lama
Yang telah membawa kapal ini keluar dari badai
Yang berani menempuh gelombang (padahal pelaut-pelaut lain takut)
(kau tentu masih ingat suara-suara di belakang… “mereka gila”)

Hai, kawan-kawan pejuang lama.

Angkat beban-beban tua, sandal-sandal kita, sepeda-sepeda kita


Buku-buku kita ataupun sisa-sisa makanan kita
Dan tinggalkan kenang-kenangan dan kejujuran kita
Mungkin kita ragu sebentar (ya, kita yang dahulu membina
Kapal tua ini
Di tengah gelombang, ya kita betah dan cinta padanya)

Tempat kita, petualang-petualang masa depan akan pemberontak-pemberontak rakyat


Di sana…

Di tengah rakyat, membina kapal-kapal baru untuk tempuh gelombang baru.


Ayo, mari kita tinggalkan kapal ini
Biarlah mereka yang ingin pangkat menjabatnya Biarlah mereka yang ingin mobil
mendapatnya
Biarlah mereka yang ingin rumah mengambilnya.
Ayo.
Laut masih luas. dan bagi pemberontak-pemberontak Tak ada tempat di kapal ini”.
Doa
Karya Chairil Anwar

kepada pemeluk teguh Tuhanku


Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh


Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing

Tuhanku Di Pintu-Mu aku


mengetuk
Aku tidak bisa berpaling.

SAJADAH PANJANG
Karya Taufiq Ismail

Ada sajadah panjang terbentang


Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu


Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali tersungkur hamba

Ada sajadah panjang terbentang


Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud dan tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau
Sepenuhnya

Anda mungkin juga menyukai