Anda di halaman 1dari 17

PEMANTAUAN TERAPI OBAT

A. Dasar pelaksanaan pemantauan terapi obat (PTO)


1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 73 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
4. Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit
5. Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di apotek
6. Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
7. Standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1: standar pelayanan kefarmasian dan
penggunaan obat (PKOP 7)
8. Pedoman pemantauan terapi obat

B. Alur perawatan pasien di rumah sakit

Penilaian Instruksi Penyiapan Pemberian Pemantauan Follow up


pasien pengobatan obat obat
Farmasi klinik Manajemen / non klinik Farmasi klinik
1. Penelusuran riwayat 1. Pemilihan 1. Pemantauan terapi
penggunaan obat 2. Perencanaan obat
2. Visite 3. Pengadaan 2. Konseling
3. Skrining resep 4. Produksi 3. Informasi Obat
5. Penyimpanan
6. Distribusi
PELAYANAN FARMASI KOMPREHENSIF

C. Pengertian
Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat aman, efektif, dan rasional bagi pasien

D. Tujuan PTO
1. Meningkatkan efektivitas terapi
2. Meminimalkan reaksi obat yang tidak dikehendaki

E. Tatalaksana PTO
1. Seleksi pasien
2. Pengumpulan data pasien
3. Identifikasi masalah terkait obat
4. Rekomendasi terapi
5. Rencana pemantauan
6. Tindak lanjut
7. Dokumentasi
F. Seleksi pasien
PTO idealnya dilaksanakan pada semua pasien, namun jumlah apoteker di rumah sakit
terbatas, sehingga perlu dilakukan seleksi pasien. Seleksi pasien dapat didasarkan pada:
1. Kondisi pasien
a. Pasien yang masuk rumah sakit dengan multi penyakit sehingga menerima
polifarmasi
b. Pasien kanker yang menerima terapi sitostatika
c. Pasien dengan gangguan fungsi organ terutama fungsi hati dan ginjal
d. Pasien geriatri dan pediatri
e. Pasien hamil dan menyusui
f. Pasien dengan perawatan intensif
2. Obat
a. Jenis obat
1) Obat dengan indeks terapi sempit
2) Obat yang bersifat hefrotoksik dan hepatotoksik
3) Sitostatika
4) Antikoagulan
5) Obat yang sering menimbulkan ROTD
6) Obat kardiovaskular
b. Kompleksitas regimen
1) Polifarmasi
2) Variasi rute pemberian
3) Variasi aturan pakai
4) Cara pemberian khusus

G. Pengumpulan data pasien


1. Data pasien dapat diperoleh dari
a. Rekam medik. Data yang dapat diperoleh dari rekam medik adalah
1) Data demografi pasien
2) Keluhan utama
3) Riwayat penyakit sekarang
4) Riwayat penyakit terdahulu
5) Riwayat penggunaan obat
6) Riwayat keluarga
7) Riwayat sosial
8) Pemeriksaan fisik
9) Diagnosis
10) Terapi
b. Profil pengobatan pasien atau catatan penggunaan obat
Profil pengobatan pasien di rumah sakit dapat diperoleh dari catatan pemberian
obat oleh perawat dan kartu/formulir penggunaan obat oleh tenaga farmasi. Profil
pengobatan pasien mencakup penggunaan obat rutin, obat yang digunakan jika
perlu, dan obat dengan instruksi khusus. Catatan penggunaan obat atau patient
medication record (PMR) biasanya digunakan di apotek
c. Wawancara dengan pasien, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain
Wawancara dilakukan apabila data yang diperoleh dari rekam medik atau profil
pengobatan pasien belum cukup untuk dilakukannya PTO.
2. Hasil pengumpulan data pasien dapat dikelompokkan menjadi data subjektif dan data
objektif
a. Data subjektif
Data subjektif adalah data yang bersumber dari pasien atau keluarganya, yang
tidak dapat dikonfirmasikan kebenarannya. Contoh data subyektif:
1) Keluhan pusing, mual, demam, nyeri
2) Riwayat penggunaan obat yang disampaikan oleh pasien
3) Riwayat penyakit yang disampaikan oleh pasien
b. Data objektif
Data objektif adalah data yang bersumber dari hasil observasi dan pengukuran
yang dilakukan profesi lain. Contoh data objektif
1) Tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, kecepatan
pernafasan
2) Hasil pemeriksaan laboratorium
3) Diagnosis dokter yang dituliskan di rekam medik
4) Obat yang digunakan pasien berdasarkan rekam medik
5) Data farmakokinetika obat dari sumber yang terpercaya
6) Hasil perhitungan (hasil perhitungan BMI, eGFR)

H. Identifikasi masalah terkait obat


1. Apoteker perlu menentukan masalah terkait obat sudah terjadi atau berpotensi terjadi.
Masalah terkait obat yang sudah terjadi perlu diprioritaskan untuk segera diselesaikan.
2. Masalah terkait obat dapat dikategorikan menurut Helper dan Strand serta
Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) versi 9.00
a. Masalah terkait obat menurut Helper dan Strand
1) Ada indikasi tidak diterapi
Diagnosis pasien telah ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak
diresepkan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua keluhan/gejala klinik harus
diterapi dengan obat
2) Pemberian obat tanpa indikasi
Pasien mendapatkan obat yang tidak diperlukan
3) Pemilihan obat yang tidak tepat
Pasien mendapatkan obat yang bukan pilihan terbaik untuk kondisinya (bukan
pilihan pertama, obat tidak cost effective, obat dikontraindikasikan pada
pasien)
4) Dosis terlalu tinggi
5) Dosis terlalu rendah
6) Terjadi reaksi obat yang tidak dikehendaki
7) Terjadi interaksi obat
8) Pasien tidak menggunakan obat karena suatu sebab
Beberapa kemungkinan penyebab pasien tidak menggunakan obat antara lain:
pasien tidak mampu membeli obat, obat tidak tersedia, ketidakpatuhan pasien,
pasien mengalami efek samping obat, kelalaian petugas
b. Masalah terkait obat menurut PCNE versi 9.00
Kode Domain Primer Domain sekunder
Problems P1 Efektivitas Pengobatan P1.1. Tidak ada efek terapi obat
(Masalah) Terdapat masalah yang berpotensi P1.2. Efek terapi obat tidak optimal
mengurangi efek farmakologi P1.3. Gejala atau indikasi yang tidak
diobati
P2 Keamanan pengobatan P2.1. Kejadian obat yang merugikan
Pasien mengalami atau dapat (mungkin) terjadi
mengalami efek obat yang
merugikan
P3 Lainnya P3.1. Masalah pengobatan yang
berkaitan dengan efektivitas biaya
P3.2 Pengobatan yang tidak diperlukan
P3.3. Masalah terkait obat yang tidak
jelas, sehingga memerlukan klarifikasi
lebih lanjut (digunakan hanya sebagai
alternatif)
Causes C1 Pemilihan obat C1.1. Obat tidak sesuai dengan
(Penyebab) Masalah terkait obat terjadi karena pedoman/formularium
pemilihan obat C2.1. Obat sesuai pedoman, namun
terdapat kontraindikasi
C1.3. Tidak ada indikasi pemberian
obat
C1.4. Kombinasi tidak tepat (obat-obat,
obat-herbal, obat-suplemen)
C1.5. Duplikasi dari kelompok
terapeutik atau bahan aktif
C1.6. Pengobatan tidak diberikan atau
tidak lengkap walaupun terdapat
indikasi
C1.7. Terlalu banyak obat yang
diresepkan untuk satu indikasi
C2 Bentuk obat C2.1. Bentuk sediaan obat yang tidak
Masalah terkait obat terjadi karena sesuai dengan pasien
pemilihan bentuk sediaan obat
C3 Pemilihan dosis C3.1. Dosis obat terlalu rendah
Masalah terkait obat terjadi karena C3.2. Dosis obat terlalu tinggi
pemilihan dosis obat C3.3. Regimen dosis kurang
C3.3. Regimen dosis berlebih
C3.5. Instruksi waktu pemberian dosis
salah, tidak jelas, atau tidak ada
C4 Durasi pengobatan C4.1. Durasi pengobatan terlalu singkat
Masalah terkait obat terjadi karena C4.2. Durasi pengobatan terlalu lama
durasi pengobatan
C5 Penyiapan obat C5.1. Obat yang diresepkan tidak
Masalah terkait obat berhubungan tersedia
dengan persediaan dan proses C5.2. Informasi yang diperlukan tidak
penyiapan obat tersedia atau informasi yang diperlukan
tersedia namun salah
C5.3. Salah obat, termasuk kekuatan
sediaan atau regimen dosis (khusus
obat bebas)
C5.4. Salah penyiapan obat atau salah
kekuatan dosis obat
C6 Proses penggunaan obat C6.1. Waktu pemberian obat yang salah
atai interval dosis yang tidak tepat
C6.2. Obat yang diberikan kurang
Masalah terkait obat terjadi karena C6.3. Obat yang diberikan berlebih
kesalahan pemberian obat oleh C6.4. Obat tidak diberikan sama sekali
petugas, namun label obat benar C6.5. Obat yang diberikan salah
C6.6. Obat diberikan melalui rute yang
salah
C7 Terkait pasien C7.1. Pasien menggunakan obat lebih
Masalah terkait obat terjadi karena sedikit dari yang diresepkan atau tidak
pasien dan perilakunya (disengaja menggunakan obat sama sekali
atau tidak disengaja) C7.2. Pasien menggunakan obat lebih
banyak yang dari yang diresepkan
C7.3. Pasien menyalahgunakan obat
(tidak sesuai anjuran)
C7.4. Pasien menggunakan obat yang
tidak perlu
C7.5. Pasien mengkonsumsi makanan
yang menyebabkan interaksi obat
C7.6. Pasien menyimpan obat secara
tidak tepat
C7.7. Waktu atau interval pemberian
dosis yang tidak tepat
C7.8. Pasien menggunakan obat
dengan cara yang salah
C7.9. Pasien tidak dapat menggunalan
obat atau bentuk sediaan sesuai
petunjuk
C7.10. Pasien tidak dapat memahami
instruktusi dengan benar
C8 Terkait transfer pasien C8.1. Tidak ada rekonsiliasi obat saat
Masalah terkait obat terkait dengan pasien dipindahkan
perpindahan pasien dari atau ke C8.2. Tidak ada daftar obat baru yang
perawatan primer, sekunder, tersier tersedia
atau dalam satu ruang perawatan C8.3. Informasi tentang obat-obatan
pada saat pemulangan/transfer tidak
lengkap atau hilang
C8.4. Informasi klinis tentang pasien
tidak memadai
C8.5. Pasien belum menerima obat
yang diperlukan saat pemulangan
C9 Lainnya C9.1. Tidak terdapat hasil pemantauan
terapi obat yang sesuai
C9.2. Penyebab lainnya, yaitu …
C9.3. Tidak ada penyebab yang jelas

c. Hasil identifikasi masalah terkait obat merupakan assessment, ditulis pada lembar
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), yang merupakan bagian dari
rekam medik pasien
d. Masalah terkait obat dituliskan menggunakan kalimat yang tidak menjustifikasi
profesi tertentu, namun dapat menampilkan masalah terkait obat. Contoh: dosis
glimepirid perlu ditingkatkan
I. Rekomendasi terapi
Rekomendasi terapi menurut PCNE adalah sebagai berikut:
Kode Domain Primer Domain sekunder
Intervention I0 Tidak ada intervensi I0.1. Tanpa intervensi
(Rencana) I1 Intervensi pada tingkat dokter I1.1. Dokter penulis resep hanya
penulis resep diinformasikan
I1.2. Dokter penulis resep meminta informasi
I1.3. Intervensi diusulkan kepada dokter
penulis resep
I1.4. Intervensi dibahas dengan dokter
penulis resep
I2 Pada tingkat pasien I2.1. Konseling pada pasien terkait obat
I2.2. Menyediakan informasi tertulis
I2.3. Pasien disarankan kembali ke dokter
I2.4. Menyampaikan kepada anggota
keluarga atau yang merawat
I3 Pada tingkat obat I3.1. Obat diubah menjadi …
I3.2. Dosis diubah menjadi …
I3.3. Formulasi diubah menjadi …
I3.4. Petunjuk penggunaan diubah menjadi ...
I3.5. Obat ditunda atau dihentikan
I3.6. Obat dimulai
I4 Lainnya I4.1. Intervensi lainnya (sebutkan)
I4.2. Efek samping dilaporkan ke pihak
berwenang

J. Rencana pemantauan
Langkah-langkah rencana pemantauan
1. Menetapkan parameter pemantauan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan parameter pemantauan antara
lain:
a. Karakteristik obat (nefrotoksik, indeks terapi sempit)
b. Efikasi terapi dan efek merugikan dari regimen
c. Perubahan fisiologi pasien (contoh: penurunan fungsi ginjal pada pasien geriatri
yang mencapai 40%)
d. Efisiensi pemeriksaan laboratorium
1) Kepraktisan pemantauan (contoh: pemeriksaan kadar kalium dalam darah
pada penggunaan furosemid dan digoksin secara bersamaan)
2) Ketersediaan pemeriksaan laboratorium
3) Biaya pemantauan
2. Menetapkan sasaran terapi (end point)
Penetapan sasaran terapi didasarkan pada nilai atau gambaran normal yang
disesuaikan dengan pedoman terapi. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menetapkan sasaran terapi antara lain:
a. Faktor khusus pasien seperti umur dan penyakit yang bersamaan diderita pasien.
Contoh: terdapat perbedaan target tekanan darah pada pasien yang hanya
menderita hipertensi saja dan pasien yang menderita hipertensi disertai diabetes
mellitus
b. Karakteristik obat
Contoh: perbedaan lama kerja insulin membedakan sasaran penurunan kadar
glukosa darah
c. Efikasi dan toksisitas
3. Menetapkan frekuensi pemantauan
Faktor yang mempengaruhi frekuensi pemantauan tergantung pada:
a. Kondisi pasien
Pasien dengan kondisi relatif stabil tidak memerlukan pemantauan yang sering
dibandingkan dengan pasien yang dirawat di ICU. Penggunaan obat nefrotoksik
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan pemantauan yang lebih
sering dibandingkan pasien tanpa gangguan ginjal yang menerima obat
nefrotoksik
b. Karakteristik obat
Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit, obat yang beresiko
menimbulkan efek samping, dan obat yang sering berinteraksi dengan obat lain
perlu lebih sering dipantau
c. Biaya dan kepraktisan pemantauan
Pemantauan yang praktis dan berbiaya murah dapat lebih sering dilakukan
d. Permintaan tenaga kesehatan lain

K. Tindak lanjut
Hasil identifikasi masalah terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh apoteker
harus dikomunikasikan kepada tenaga kesehatan terkait.

L. Tahapan pada PCNE


Tahapan PCNE secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Penetapan masalah
2. Penetapan penyebab masalah
3. Penetapan rencana intervensi
4. Penerimaan intervensi
Kode Domain Primer Domain sekunder
Penerimaan A1 Intervensi diterima A1.1. Intervensi diterima dan diimplementasikan
intervensi sepenuhnya
(Intervention A1.2. Intervensi diterima namun hanya
acceptance) diimplementasikan sebagian
A1.3. Intervensi diterima namum tidak
diimplemetasikan
A1.4. Intervensi diterima namun implementasi tidak
diketahui
A2 Intervensi tidak A2.1. Intervensi tidak diterima karena tidak dapat
diterima dilakukan
A2.2. Intervensi tidak diterima karena tidak disetujui
A2.3. Intervensi tidak diterima karena alasan lain
(sebutkan)
A2.4. Intervensi tidak diterima karena alasan tidak
diketahui
A3 Lainnya A3.1. Intervensi diusulkan namun penerimaan tidak
diketahui
A3.2. Intervensi tidak diusulkan

5. Status masalah
Kode Domain Primer Domain sekunder
Status O0 Tidak diketahui O0.1. Status masalah tidak diketahui
masalah O1 Terselesaikan O1.1. Masalah terselesaikan sepenuhnya
terkait obat
(status of the O2 Sebagian O2.1. Masalah diselesaikan sebagian
DRP) diselesaikan
O3 Tidak O3.1. Masalah tidak terselesaikan karena kurangnya
terselesaikan kerjasama dengan pasien
O3.2. Masalah tidak terselesaikan karena kurangnya
kerja sama dengan penulis resep
O3.3. Masalah tidak terselesaikan karena intervensi yang
tidak efektif
O3.4. Tidak perlu atau tidak memungkinkan untuk
menyelesaikan masalah

M. SBAR (situation – background – assessment – recommendation)


1. Selain format SOAP, bila ditemukan masalah terkait obat yang harus diselesaikan,
apoteker dapat menggunakan format SBAR yang disampaikan secara lisan. Meskipun
disampaikan secara lisan, tetap harus dilakukan dokumentasi secara tertulis dengan
format SBAR pada rekam medik
2. Urutan penyampaian SBAR
a. Menyebutkan identitas pelapor
b. Menyampaikan S
Menyampaikan kondisi pasien yang mengkhawatirkan akibat penggunaan obat
c. Menyampaikan B
Menyampaikan latar belakang penggunaan obat
d. Menyampaikan A
Menyampaikan penilaian terhadap S dan B dengan mengacu pada kaidah
farmakoterapi
e. Menyampaikan R
Menyampaikan rekomendasi pada dokter terkait hasil assessment
f. Mendokumentasikan
Menuliskan kembali S, B, A, R, termasuk respon dokter terhadap R yang
disampaikan apoteker. Respon dokter dapat berupa persertujuan maupun
penolakan atas R yang disampaikan apoteker

N. Dokumetasi
1. Patient medication record
2. Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
3. Form pemantauan terapi obat

Tahapan PTO Pelaksanaan dalam format


berdasarkan SOAP SBAR PCNE
Permenkes
Seleksi pasien
Pengumpulan data S dan O
pasien
Identifikasi DRP A A Masalah dan
penyebab
Rekomendasi terapi P R Intervensi
Rencana
pemantauan
Tindak lanjut

O. Contoh
Seorang apoteker di rumah sakit memeriksa rekam medis pasien rawat inap bernama Ny.
Nyinyir (24 tahun). Pada rekam medik pasien dituliskan diagnosis hiperemesis
gravidarum. Usia kehamilan pasien 1 bulan. Tanda-tanda vital dan data lab pasien adalah
sebagai berikut:

TTV Normal November 2021


20 21 22 23 24
TD 120/80 mmHg 100/70 110/60 110/70 110/70 120/80
HR 60-100 kpm 80 88 93 90 75
RR 18-22 kpm 20 20 20 20 20
Suhu 36-37OC 37,9 37,6 36,5 36,5 37,1
Lab
Hb 12,0-16,0 g/dl 12,1 13 12,3 12,4 13,1
Natrium 137-150 mmol/L 118 120 131 135 140
Kalium 3,5-5,3 mmol/L 3,20 3,55 3,45 3,67 3,70
Klorida 99-111 mmol/L 91 106,7 100,5 107,2 105,2
Catatan pemberian obat adalah sebagai berikut
Nama obat Aturan pakai November 2021
Dosis Rute 20 21 22 23 24
RL 20 tpm iv √ √ √ √ √
Ondansetron 3 x 8 mg iv √√√ √√√ √√√ √√√ STOP
Bisakodil supp 10 mg, hs, prn rect - - - √
Antasida sir 3 x 15 ml po - - √√√ √√√ √√
Fe sulfat 1 x 200 mg po √ √ √ √ √
Asam folat 1 x 1 mg po √ √ √ √ √
Ca karbonat 1 x 500 mg po √ √ √ √ √

Apoteker melakukan wawancara terhadap pasien. Pasien mengeluhkan perut kembung,


begah, dan tidak enak. Pasien menyampaikan sudah tidak BAB selama 3 hari.
Lakukanlah pemantauan terapi obat menggunakan metode SOAP!
CATATAN PENGOBATAN PASIEN

Nama : Jenis kelamin :


No reg : Berat badan :
Tanggal lahir : Tinggi badan :
No telp : Golongan darah :
Pekerjaan : Alergi :
Alamat :

No Tgl Nama dokter Terapi Catatan apoteker Paraf


Nama obat Dosis Cara apoteker
pemberian
KLINIK SEHAT SELALU

KSS Jl. Sama Kamu Menyusuri Waktu no. 37


Kota Kenangan Bersama Mantan
Telp 081392429490

No RM :
CATATAN PERKEMBANGAN Nama :
PASIEN TERINTEGRASI Tanggal lahir :
Status : UMUM/BPJS (No. ………………)
Tgl Anamnesa dan Diagnosa Perencanaan Nama
Jam Pemeriksaan (Assessment) layanan paraf
(Subjective – Objective) (Planning) petugas
PCNE CLASSIFICATION OF DRUG RELATED PROBLEMS

Kode Domain Primer Domain sekunder


Problems P1 Efektivitas Pengobatan P1.1. Tidak ada efek terapi obat
(Masalah) Terdapat masalah yang berpotensi P1.2. Efek terapi obat tidak optimal
mengurangi efek farmakologi P1.3. Gejala atau indikasi yang tidak diobati
P2 Keamanan pengobatan P2.1. Kejadian obat yang merugikan
Pasien mengalami atau dapat (mungkin) terjadi
mengalami efek obat yang merugikan
P3 Lainnya P3.1. Masalah pengobatan yang berkaitan
dengan efektivitas biaya
P3.2 Pengobatan yang tidak diperlukan
P3.3. Masalah terkait obat yang tidak jelas,
sehingga memerlukan klarifikasi lebih lanjut
(digunakan hanya sebagai alternatif)
Causes C1 Pemilihan obat C1.1. Obat tidak sesuai dengan
(Penyebab) Masalah terkait obat terjadi karena pedoman/formularium
pemilihan obat C2.1. Obat sesuai pedoman, namun
terdapat kontraindikasi
C1.3. Tidak ada indikasi pemberian obat
C1.4. Kombinasi tidak tepat (obat-obat,
obat-herbal, obat-suplemen)
C1.5. Duplikasi dari kelompok terapeutik
atau bahan aktif
C1.6. Pengobatan tidak diberikan atau tidak
lengkap walaupun terdapat indikasi
C1.7. Terlalu banyak obat yang diresepkan
untuk satu indikasi
C2 Bentuk obat C2.1. Bentuk sediaan obat uang tidak
Masalah terkait obat terjadi karena sesuai dengan pasien
pemilihan bentuk sediaan obat
C3 Pemilihan dosis C3.1. Dosis obat terlalu rendah
Masalah terkait obat terjadi karena C3.2. Dosis obat terlalu tinggi
pemilihan dosis obat C3.3. Regimen dosis kurang
C3.3. Regimen dosis berlebih
C3.5. Instruksi waktu pemberian dosis
salah, tidak jelas, atau tidak ada
C4 Durasi pengobatan C4.1. Durasi pengobatan terlalu singkat
Masalah terkait obat terjadi karena C4.2. Durasi pengobatan terlalu lama
durasi pengobatan
C5 Penyiapan obat C5.1. Obat yang diresepkan tidak tersedia
Masalah terkait obat berhubungan C5.2. Informasi yang diperlukan tidak
dengan persediaan dan proses tersedia atau informasi yang diperlukan
penyiapan obat tersedia namun salah
C5.3. Salah obat, termasuk kekuatan
sediaan atau regimen dosis (khusus obat
bebas)
C5.4. Salah penyiapan obat atau salah
kekuatan dosis obat
C6 Proses penggunaan obat C6.1. Waktu pemberian obat yang salah
Masalah terkait obat terjadi karena atai interval dosis yang tidak tepat
kesalahan pemberian obat oleh C6.2. Obat yang diberikan kurang
petugas, namun label obat benar C6.3. Obat yang diberikan berlebih
C6.4. Obat tidak diberikan sama sekali
C6.5. Obat yang diberikan salah
C6.6. Obat diberikan melalui rute yang
salah
C7 Terkait pasien C7.1. Pasien menggunalan pbat lebih
Masalah terkait obat terjadi karena sedikit dari yang diresepkan atau tidak
kasien dan perilakunya (disengaja atau menggunakan obat sama sekali
tidak disengaja) C7.2. Pasien menggunakan obat lebih
banyak yang dari yang diresepkan
C7.3. Pasien menyalahgunakan obat (tidak
sesuai anjuran)
C7.4. Pasien menggunakan obat yang tidak
perlu
C7.5. Pasien mengkonsumsi makanan
yang menyebabkan interaksi obat
C7.6. Pasien menyimpan obat secara tidak
tepat
C7.7. Waktu atau interval pemberian dosis
yang tidak tepat
C7.8. Pasien menggunakan obat dengan
cara yang salah
C7.9. Pasien tidak dapat menggunalan obat
atau bentuk sediaan sesuai petunjuk
C7.10. Pasien tidak dapat memahami
instruktur dengan benar
C8 Terkait transfer pasien C8.1. Tidak ada rekonsiliasi obat saat
Masalah terkait obat terkait dengan pasien dipindahkan
perpindahan pasien dari atau ke C8.2. Tidak ada daftar obat baru yang
perawatan primer, sekunder, tersier tersedia
atau dalam satu ruang perawatan C8.3. Informasi tentang obat-obatan pada
saat pemulangan/transfer tidak lengkap
atau hilang
C8.4. Informasi klinis tentang pasien tidak
memadai
C8.5. Pasien belum menerima obat yang
diperlukan saat pemulangan
C9 Lainnya C9.1. Tidak terdapat hasil pemantauan
terapi obat yang sesuai
C9.2. Penyebab lainnya, yaitu …
C9.3. Tidak ada penyebab yang jelas
Intervention I0 Tidak ada intervensi I0.1. Tanpa intervensi
(Rencana) I1 Intervensi pada tingkat dokter I1.1. Dokter penulis resep hanya
penulis resep diinformasikan
I1.2. dokter penulis resep meminta
informasi
I1.3. Intervensi diusulkan kepada dokter
penulis resep
I1.4. Intervensi dibahas dengan dokter
penulis resep
I2 Pada tingkat pasien I2.1. Konseling pada pasien terkait obat
I2.2. Menyediakan informasi tertulis
I2.3. Pasien disarankan kembali ke dokter
I2.4. Menyampaikan kepada anggota
keluarga atau yang merawat
I3 Pada tingkat obat I3.1. Obat diubah menjadi …
I3.2. Dosis diubah menjadi …
I3.3. Formulasi diubah menjadi …
I3.4. Petunjuk penggunaan diubah menjadi
...
I3.5. Obat ditunda atau dihentikan
I3.6. Obat dimulai
I4 Lainnya I4.1. Intervensi lainnya (sebutkan)
I4.2. Efek samping dilaporkan ke pihak
berwenang
Penerimaan A1 Intervensi diterima A1.1. Intervensi diterima dan
intervensi diimplementasikan sepenuhnya
(Intervention A1.2. Intervensi diterima namun hanya
acceptance) diimplementasikan sebagian
A1.3. Intervensi diterima namum tidak
diimplemetasikan
A1.4. Intervensi diterima namun
implementasi tidak diketahui
A2 Intervensi tidak diterima A2.1. Intervensi tidak diterima karena tidak
dapat dilakukan
A2.2. Intervensi tidak diterima karena tidak
disetujui
A2.3. Intervensi tidak diterima karena
alasan lain (sebutkan)
A2.4. Intervensi tidak diterima karena
alasan tidak diketahui
A3 Lainnya A3.1. Intervensi diusulkan namun
penerimaan tidak diketahui
A3.2. Intervensi tidak diusulkan
Status O0 Tidak diketahui O0.1. Status masalah tidak diketahui
masalah O1 Terselesaikan O1.1. Masalah terselesaikan sepenuhnya
terkait obat
(status of the O2 Sebagian diselesaikan O2.1. Masalah diselesaikan sebagian
DRP) O3 Tidak terselesaikan O3.1. Masalah tidak terselesaikan karena
kurangnya kerjasama dengan pasien
O3.2. Masalah tidak terselesaikan karena
kurangnya kerja sama dengan penulis
resep
O3.3. Masalah tidak terselesaikan karena
intervensi yang tidak efektif
O3.4. Tidak perlu atau tidak memungkinkan
untuk menyelesaikan masalah

Anda mungkin juga menyukai