Computational thinking (CT) adalah terminology yang sekarang ini digunakan untuk merujuk pada ide dan konsep dalam penerapan berbagai bidang computer science (CS) atau Teknik Informatika. Secara internasional, telah terjadi debat terkait pentingnya pemahaman akan computer science, tidak hanya dalam konten, tetapi juga sebagai salah satu kemampuan umum, terkait pemikiran yang kritis dalam dunia teknologi sekarang ini. Pada tahun 2011 Jeannette memperkenalkan definisi baru, yang mana : Computational thinking adalah proses berpikir yang diperlukan dalam memformulasikan masalah dan solusinya, sehingga solusi tersebut dapat menjadi agen pemroses informasi yang efektif dalam menyelesaikan masalah. Dua aspek dari definisi tersebut adalah : 1. Computational thinking adalah sebuah proses pemikiran, yang terlepas dari teknologi. 2. Computational thinking adalah metode penyelesaian masalah yang dirancang untuk dapat diselesaikan dan dijalankan oleh manusia, computer atau kedua-duanya. MENGIMPLEMENTASIKAN COMPUTATIONAL THINKING PADA KEHIDUPAN SEHARI- HARI Computational thinking tidak hanya bermanfaat dalam lingkungan bekerja atau belajar saja. Kita sering menggunakan pemikiran komputasi dalam hal-hal yang kecil, seperti membuat teh, mengerjakan tugas, dan bahkan berbicara dengan orang tua. Sebenarnya, berpikir secara komputasi sudah kita jalankan sejak kecil dan tanpa kita sadari. Sebagai contoh, ketika kita ingin berbicara kepada teman, kita pasti akan memikirkan sebuah topik, lalu kita akan diskusi tentang topik tersebut dengan teman kita. Tanpa kita sadari hal tersebut termasuk Computational thinking dalam pemikiran secara algoritmik. Cara mengimplementasikan Computational Thinking adalah dengan memahami masalah, mengumpulkan semua data, lalu memulai mencari solusi sesuai dengan masalah. Sebagai contoh, ketika kita ingin membuat teh, lalu kita mengumpulkan bahan-bahannya, kemudian kita mulai membuat teh sesuai dengan langkah-langkahnya. Hal tersebut sudah terkait dengan cara pemikiran secara algoritmik. Karena kita pernah membuat teh, kita dapat membuat kopi karena langkah yang dijalani mirip, hal tersebut juga terkenal dengan pengenalan pola. Karena kita melihat bahwa membuat teh dan kopi memiliki langkah yang sama walaupun beda bahan. Ketika kita membuat teh kita tidak memperhatikan gelasnya berbentuk apa, atau berapa banyak air yang kita gunakan, karena hal tersebut menurut kita tidak penting. Hal tersebut sudah terkait dengan abstraksi. Ketika kita menyiapkan teh, gula, gelas, air, dan lain-lainnya, hal tersebut terkait dengan dekomposisi. Jadi secara tidak sadar kita telah mengimplementasikan Computational Thinking dalam kehidupan sehari-hari. Dari hal-hal yang mudah, sederhana, dan bahkan hal yang kecil telah kita lakukan secara komputasi. Cara mengimplementasikan computational thinking adalah sadar. Sadar akan pentingnya pengaruh jika kita terbiasa computational thinking, sadar akan manfaat berfikir secara computational thinking, dan sadar akan masalah yang dihadapi. Yang lebih penting lagi adalah prinsip. Jika kita telah membuat dan mengkokohkan prinsip kita akan terus melakukan computational thinking, kita akan terus terbiasa melakukannya dalam hal apapun termasuk kegiatan sehari-hari dan kegiatan lainnya yang lebih rumit. Misalnya kita ingin membuat kopi, sadar atau tidak, kita akan membuat algoritma bahwa kita harus melakukan memasak air terlebih dahulu, lalu memasukan kopi sekian sendok, lalu gula sekian sendok dan tuangkan air panas lalu aduk. Pengimplementasian yang sederhana inilah jika kita lakukan terus menerus, kita akan terbiasa dengan computational thinking dan akan menjadi prinsip kita nantinya saat mengalami kesulitan pada masalah. PENERAPAN COMPUTATIONAL THINKING DIBIDANG PENDIDIKAN Kemajuan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah kehidupan manusia. Memasuki abad 21, hal tersebut telah memasuki berbagai bidang kehidupan termasuk dalam pembelajaran. Pembelajaran abad 21 merupakan proses belajar mengajar yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan menggunakan berbagai sumber belajar dimana siswa berperan aktif dalam meningkatkan kompetensi sikap, pengetahuan, keterampilan dan literasi serta kecakapan. Pendakatan pembelajaran yang digunakan berpusat kepada siswa. Siswa tidak hanya mendengar dan menghafal pelajaran, namun berupaya membangun pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tingkat perkembangan berpikirnya. Selain itu, pembelajaran juga diharapkan dapat memberikan dampak bagi kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Adapun tujuan pembelajaran abad 21 ini adalah untuk menghasilkan siswa yang memiliki keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills) yang sangat diperlukan untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan di masa depan. Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah; kemampuan kreativitas dan inovasi; kemampuan komunikasi; dan kemampuan kolaborasi. Kompetensi ini harus terintegrasi dengan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta penguasaan teknologi informasi dan komunikasi. Selain keempat kompetensi diatas, kompetensi penting lain yang dibutuhkan dalam pembelajaran abad 21 adalah computational thinking atau kemampuan berpikir komputasi. Jeannette M Wing dalam tulisannya yang berjudul Computational Thinking’s Influence on Research and Education for All (2017) menyatakan bahwa computational thinking merupakan proses berpikir yang terlibat dalam merumuskan masalah dan solusinya sehingga solusi tersebut direpresentasikan dalam bentuk yang dapat dilakukan secara efektif oleh agen pengolah informasi. Dengan kata lain, computational thinking merupakan cara berpikir yang menguraikan suatu masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan sederhana. Kemudian menemukan pola dalam masalah dan menyusun langkah-langkah solusi menyelesaikan masalah tersebut. Computational thinking ini dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab kemampuan ini melatih otak untuk terbiasa berpikir secara terstruktur, kritis, dan logis. Hal ini bukan berarti seseorang harus berpikir seperti komputer. Namun bagaimana seseorang mampu merumuskan suatu masalah dan menyusun solusi yang baik untuk memecahkan suatu masalah tersebut. Computational thinking merupakan pendekatan yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam mengembangkan aplikasi komputer. Namun prinsip computational thinking juga dapat digunakan untuk mendukung pemecahan masalah dalam semua disiplin ilmu. Terdapat empat teknik dalam computational thinking yaitu, dekomposisi, pengenalan pola, abstraksi dan perancangan algoritma. Dekomposisi merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks menjadi masalah- masalah kecil yang lebih rinci. Pemecahan masalah menjadi lebih kecil bertujuan agar masalah tersebut lebih mudah untuk diselesaikan. Hasil pemecahan masalah-masalah menjadi lebih kecil ini yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks. Menyelesaikan masalah secara dekomposisi juga berarti menyelesaikan masalah secara detail. Pengenalan pola adalah kemampuan untuk mengenal kesamaan atau perbedaan umum pada masalah yang nantinya akan membantu membuat prediksi. Dengan mengenali pola suatu masalah, penyelesaian masalah tersebut bisa dilakukan dengan lebih baik sesuai dengan pola yang sudah diketahui. Abstraksi adalah kemampuan menyaring informasi yang tidak dibutuhkan dan menarik kesimpulan umum dari informasi yang dibutuhkan. Dengan melakukan abstraksi, kesimpulan umum yang diperoleh dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah serupa. Dan perancangan algoritma adalah kemampuan untuk menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah secara terstruktur, logis dan kritis. Dengan menerapkan computational thinking dalam pembelajaran, siswa bisa belajar lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan persoalan-persoalan karena terbiasa mencari solusi terbaik dan membentuk pola solusi. Computational thinking juga dapat melatih siswa untuk berpikir secara sistematis dan terstruktur dalam memecahkan masalah. Hal ini dapat diterapkan dalam banyak pemecahan masalah baik di dalam pembelajaran maupun di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam pembelajaran, misalnya, computational thinking dapat di sandingkan dengan model pembelajaran lain yang juga membutuhkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan logis. Hal ini akan memberikan kesempatan pada guru untuk menyajikan pembejalaran yang lebih kreatif dan bermakna. Hal ini juga mendorong siswa untuk dapat meningkatkan kompetensi-kompetensi pembelajaran lain yang dibutuhkan. Computational thinking merupakan kompetensi yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Dengan menerapkan computational thinking dalam pembelajaran, guru dapat membantu siswa menjadi pribadi yang lebih tangguh dan siap dalam menghadapi tantangan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia dimasa mendatang. KESIMPULAN Computational thinking adalah cara berpikir untuk menyelesaikan masalah (problem solving) dengan menguraikannya menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan menyeluruh, meliputi : 1. Decomposition (dekomposisi) 2. Pattern Recognition (pengenalan pola) 3. Abstraction (abstraksi) 4. Algorithms (algoritma) Yang merupakan beberapa konsep dasar ilmu komputer.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional