Anda di halaman 1dari 3

COMPUTATION THINKING

Kelompok 1 : Astrid Fathila Utami


Dhea syifahayu
Eva yunita
Farah hanifah
Ida ayu safitri
Mia kusumawati

1. Konsep Dasar CT
Diperoleh konsep dasar dalam gambaran bahwa computational thinking
merupakan sebuah cara berpikir analitik, pendekatan berpikir matematis secara umum
yang mungkin digunakan dalam memecahkan sebuah masalah, pendekatan pemikiran
teknik secara umum yang memungkinkan merancang dan mengevaluasi sistem yang
kompleks dan besar yang ada di dunia nyata, serta pendekatan berpikir saintifik secara
umum dalam memahami kemampuan komputasi, kecerdasan, pikiran dan perilaku
manusia..

2. Mengapa CT Penting
CT merupakan sebuah pendekatan atau pola pikir dalam memecahkan masalah
yang sederhana maupun komplek dengan merancang solusi yang efektif, efesien dan
optimal. Proses pembelajaran menjadi lebih berpusat pada siswa CT menjadi penting
karena dengan adanya CT akan terbiasa berpikir sistematis dan menemukan solusi yang
efektif, efisien, dan optimal saat menghadapi persoalan sederhana maupun kompleks.
Kemampuan memecahkan persoalan adalah kemampuan yang sangat dibutuhkan. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu berhadapan dengan persoalan dan perlu memutuskan
solusi yang akan diambil dari berbagai solusi yang mungkin ada.
Computational thinking penting dimiliki oleh setiap orang dan harus dilatih sejak
dini agar bisa menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-
hari. Berpikir komputasional juga menjadi salah satu keahlian yang dibutuhkan dalam
dunia industri modern saat ini. Cara berpikir seperti ini membentuk seseorang memiliki
kemampuan berpikir yang kritis, logis dan struktur serta meningkatkan kemampuan
problem solving.

3. Apa yang termasuk CT dan apa yang bukan CT

Yang termasuk Computational thinking adalah metode yang menyelesaikan persoalan


masalah dengan menerapkan Teknik ilmu computer (informatika). Dan terdiri dari 4
bagian yaitu: abstraksi, algoritma, dekomposisi dan pengenalan pola.

Dan yang tidak termasuk dalam CT adalah pembelajaran yang tidak mencangkup 4 poin
CT diatas adapun pemikiran yang tidak termasuk CT mampu mengorganisasi dan
menganalisa data, representasi data, mampu mengidintefikasi dan memberikan solusi
dengan langkah dan sumber daya yang terbatas.

4. Disposisi CT
CT memiliki empat fondasi yang menjadi landasan pemecahan persoalan yaitu
a. Dekomposisi: Dekomposisi adalah pembagian persoalan ke dalam beberapa sub-
persoalan yang lebih kecil.
b. Pengenalan pola: Pengenalan pola adalah pengamatan atau analisis terhadap berbagai
kesamaan yang ada di antara persoalan-persoalan.
c. Abstraksi: Abstraksi adalah proses eliminasi bagian-bagian yang tidak relevan dari
suatu persoalan. Dengan abstraksi, dapat dibuat suatu blueprint penyelesaian
persoalan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan sejenis.
d. Algoritma: Algoritma adalah langkah-langkah terurut untuk menyelesaikan suatu
persoalan. Algoritma berarti juga menentukan langkah demi langkah solusi untuk
mengatasi masalah atau prosedur yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

5. Pembentukan Pondasi CT
“Disposisi pembelajaran” atau dapat juga disebut “kebiasaan berpikir” mengacu pada
cara di mana peserta didik terlibat dan berhubungan langsung dalam proses belajar.
Disposisi pembelajaran mempengaruhi pendekatan pembelajaran peserta didik, dan oleh
karena itu berpengaruh pula pada hasil belajar mereka. Disposisi pembelajaran dapat
memajukan keterampilan, keterlibatan, dan pemahaman yang mendalam bagi peserta
didik untuk hal yang sedang dipelajarinya.
Terdapat tiga hal yang diperlukan untuk membentuk disposisi, yaitu:

a. Kemampuan. Untuk pembentukan disposisi, tentu diperlukan kemampuan yang


diperlukan pada bidang tertentu. Sebagai contoh, untuk membuat keputusan,
diperlukan kemampuan untuk mempertimbangkan pro dan kontra untuk setiap
pilihan yang ada.
b. Motivasi. Untuk dapat memikirkan suatu hal dengan serius, tidak cukup kemampuan
saja, tapi diperlukan juga motivasi untuk menggunakan kemampuan tersebut.
Sebagai contoh, untuk membuat keputusan, diperlukan motivasi untuk mau
mempertimbangkan pro dan kontra untuk setiap pilihan yang ada.
c. Sensitivitas. Selain kemampuan dan motivasi, diperlukan juga sensitivitas akan saat
yang tepat untuk menggunakan kemampuan berpikir tersebut. Sebagai contoh, untuk
membuat keputusan, diperlukan kepekaan akan pentingnya pertimbangan pro dan
kontra dari setiap pilihan yang ada.

6. Mengintegrasikan CT dalam pembelajaran


CT adalah proses, bukan materi. Oleh sebab itu, CT mudah diintegrasikan ke dalam
konsep mata pelajaran apapun selama guru memahami materi ajar, CT dan pembelajaran
berdasarkan proses yang berpusat ke siswa. Dengan menggali aspek CT, guru akan menyadari
bahwa CT sebetulnya bukan hal baru yang jauh dari materi yang pernah dikenalnya.
CT “diajarkan” di kelas dengan cara ditularkan melalui cara berpikir guru saat menyelesaikan
sebuah persoalan. Oleh karena itu, sebelum mengajarkan CT kepada siswa penting untuk guru
memahami dan terbiasa menggunakan CT. Dengan demikian, guru dapat mengimplementasikan
CT di dalam mata pelajarannya dan membiasakan siswa untuk menggunakan CT dalam
kehidupan sehari-hari mereka. CT dipraktekkan melalui kegiatan sebagai berikut:
1. latihan memecahkan soal-soal literasi, numerasi, literasi sains, literasi finansial semacam
soal PISA/AKM/Tantangan Bebras,
2. Menganalisis data pada pembelajaran matematika dan sains,
3. Melakukan simulasi dan memodelkan sistem,
4. Programming yang bukan hanya koding,
5. Proyek STEM (Science, Technology, Engineering, dan Mathematics).

Anda mungkin juga menyukai