Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Prinsip Pengajaran dan Asesmen yang efektif

Kelompok 5 :
1. Astrid fadhila utami
2. Dhea Sifa Hayu
3. Eva Yunita
4. Kinanti Cahyaning Tyas
5. Kurnia Sintia Mukti
6. Nabila Ayunda Sarah

Apa Teori Belajar Sibernetik Itu ?

Salah satu teori belajar yang dapat dipelajari adalah teori belajar sibernetik. Teori ini
dapat diadaptasi oleh guru atau orang tua untuk proses belajar anak-anaknya. Tentu teori ini kan
membuat siswa lebih nyaman ketika belajar.

Istilah sibernetik dalam bahasa Inggris disebut dengan cybernetics berasal dari bahasa
Yunani Kuno, yakni kybernetes yang berarti pilot, kemudi, gubernur, atau jurumudi. Kata
tersebut memiliki akar kata yang sama dengan pemerintah.

Teori sibernatik terdiri dari penyatuan antara teori dan praktik seperti pada laboratorium
dan komputasi. Teori belajar sibernatik merupakan teori belajar yang menganggap bahwa
komputasi tidak hanya bisa digunakan untuk mengolah data, presentasi, membuat database, dan
alat komunikasi.

Tetapi juga, dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk memancing dan meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah peserta didik untuk menciptakan dan membangun pengetahuan
baru. Hal tersebut selaras dengan prinsip teori sibernatik, yang mana belajar merupakan
pengolahan informasi.

Menurut Berlner dan Gage, ada 3 komponen dalam teori sibernetik atau teori model pemrosesan
informasi, yaitu:

a. Sensory Receptor (SR), yakni tempat awal informasi ditangkap oleh individu. Dalam konteks
ini, informasi masih diartikan dalam bentuk aslinya dan hanya bertahan dalam waktu singkat
karena mudah terganggu atau berganti.

b. Working Memory (WM), yakni menangkap informasi ‘unik’ yang mendapatkan perhatian
lebih dari individu. Perhatian yang diberikan sangat dipengaruhi oleh persepsi.

c. Long Term Memory (LTM), yakni ingatan jangka panjang yang diasumsikan berisi seluruh
pengetahuan seseorang, dengan kapasitas tak terbatas dan tidak akan pernah hilang ataupun
terhapus. Sekalipun seseorang mengalami ‘lupa,’ hal itu lebih disebabkan karena ingatan gagal
dimunculkan kembali atau retrieval failure.

Penerapan Teori Sibernatik

Orang tua atau guru dapat menerapkan teori belajar sibernatik kepada anak atau peserta didik.
Berikut beberapa langkah yang dapat dijadikan acuan dalam penerapan teori belajar sibernatik
yang dirangkum
1. Menentukan tujuan instruksional.
2. Menentukan materi pelajaran.
3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi yang akan disampaikan
4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan informasi (algoritmik/heuristik).
5. Menyusun materi dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6. Menyajikan materi dan membimbing peserta didik belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan pelajaran (sistem informasi).

Contoh implementasi teori belajar sibernetik sebagai berikut:

1. Guru memberitahukan tujuan pembelajaran dari materi bahan ajar kepada murid.
2. Guru memantik ingatan anak didik sebelum memulai pelajaran, mengingat kembali
materi-materi yang telah disampaikan.
3. Guru memberikan bimbingan belajar untuk anak didik.
4. Guru aktif memberikan umpan balik pada hasil belajar siswa, memberikan informasi
tentang kegagalan, keberhasilan hingga tingkat kompetensi peserta didik.

Prinsip – prinsip teori belajar sibernetik

Ada banyak prinsip sibernetika, dan Joy Murray (2006) merangkumnya sebagai berikut:

1) Kita semua bertindak sebagai pengamat.

2) Sebagai pengamat, kita akan selalu melekat pada sistem tertentu dan tidak dapat menuntut
pendapat apapun dari luar.

3) Kita hanya memiliki satu pikiran atau satu tubuh, dan keberadaan berbagai sejarah kehidupan
hanya untuk observasi. Oleh karena itu, pengamatan kita tidak dapat dilakukan oleh orang lain.

4) Kami dapat melihat perbedaan dan berdampak pada lingkungan atau sistem. Pengamat akan
merancang berbagai informasi dan menyajikannya kepada kita.

5) Informasi muncul dalam proses hidup antara pengamat dan sistem.

Melalui komunikasi yang berkesinambungan dan tentu saja umpan balik, kita dapat mengubah
gambaran dunia dan mengubahnya.
7) 7Meskipun perubahan ini disebut belajar.Belajar di timbulkan dari kebutuhan untuk bertahan
dalam hal ekonomi, sosial, budaya, ataupun fisik dan lebih memungkinkan kita untuk terus
hidup.

8) Belajar sendiri memang dipicu oleh lingkungan, pastinya akan sesuai dengan sejarah
kehidupan kita yang akan diantisipasi, dan setiap orang akan memiliki perbedaan.

9) Kita semua merupakan pengamat yang mengamati sebuah sistem tertentu.

METODE DISCOVERY LEARNING

Apa Metode Discovery Learning Itu ?

Discovery learning ialah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan
logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai
wujud adanya perubahan perilaku.

Tidak serupa dengan model pembelajaran lainnya yang cenderung konvensional, discovery
learning atau pembelajaran penemuan lebih berpusat pada peserta didik, bukan guru.
Pengalaman langsung dan proses pembelajaran menjadi patokan utama dalam pelaksanaannya.
Di sisi lain model discovery learning merupakan model yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung siswa dan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.

Model pembelajaran discovery adalah merupakan belajar penemuan yang sesuai dengan
pencarian penegtahuan secara atif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang
paling baik.

Sedangkan menuru Robert B. Sund discovery adalah proses mental dimana siswa
megasimilasikan sesuatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati,
menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengikuti, dan membuat kesimpulan.Dan
menurut Suryosubroto, discovery adalah suatu proses belajar mengajar dimana guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi secara tradisional biasa di
beritahukan atau diceramahkan saja.

Sedangkan menurut Bruner, discovery learning dipahami sebagai proses pembelajaran yang
mampu menempatkan an memerankan peran peserta didik sehingga lebih mampu menyelesaikan
permaslaahan yang ada sesuai dengan pokok materi yang dipelajarinya sesuai dengan kerangka
pembelajran yang disuguhkan oleh guru. Pada akhirnya pembelajaran atau peserta didik setelah
menyelesaikan tahapan pembelajaran ia dituntut jua untuk mampu mengoranisasikan cara,
tahapan dan gaya ia belajarnya sehingga sukses dalam menguasai materi.

Dapat disimpulkan bahwa metode ini masuk dalam salah satu model pembelajaran yang
membantu peserta didik untuk mengalami dan menemukan pengetahuannya sendiri. Ini sebagai
wujud murni dalam proses pendidikan yang memberikan pengalaman yang mengubah perilaku
sehingga dapat memaksimalkan potensi diri.

Bagaimana Penerapannya?

Penerapan metode discovery learning memiliki beberapa sintaks yaitu:

1. Stimulation (Pemberian Rangsang).

Tahap stimulation ini artinya tahap memberi rangsangan. Guru akan memulai kegiatan
pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, contoh-contoh atau referensi lainnya, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya kepada para peserta didik. Kegiatan tersebut akan
mengarah pada persiapan pemecahan masalah dan critical thinking. Fungsi dari tahap ini adalah
untuk menyiapkan dan membantu peserta didik mengeksplorasi materi pelajaran.

2. Problem Statement (Pernyataan atau Identifikasi Masalah).

Dalam tahap berikutnya ini, guru akan memberi peserta didik pernyataan atau identifikasi
masalah. Guru akan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi berbagai macam
agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Masalah tersebut diambil
berdasarkan hasil stimulasi. Setelahnya, salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis atau jawaban sementara atas pertanyaan masalah.

3. Data Collection (Pengumpulan Data).

Selanjutnya adalah tahap data collection atau pengumpulan data. Saat eksplorasi peserta didik
berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan. Setelah itu, peserta didik harus membuktikan
apakah benar atau tidaknya hipotesis.

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Tahap data processing (pengolahan data) merupakan tahap di mana guru mengajak peserta didik
untuk melakukan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh di tahap
sebelumnya. Data dan informasi yang sudah dikumpulkan baik lewat wawancara, observasi, dan
sebagainya.

5. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini, guru akan memberi peserta didik kesempatan untuk melakukan pemeriksaan
secara cermat dalam membuktikan apakah benar atau tidaknya hipotesis yang telah mereka
tetapkan tadi dengan temuan alternatif. Setelah itu, dihubingkan dengan hasil dari data
processing. Proses belajar akan berjalan dengan baik saat guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan teori, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang mudah jumpai
dalam kehidupan.

6. Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi)

Ini merupakan tahap terakhir dalam discovery learning. Pada tahap ini guru akan meminta
peserta didik untuk menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum. Kesimpulan
juga berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dan memperhatikan hasil verifikasi.
Fungsi utama dari tahapan ini adalah untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis dari tahapan sebelumnya.

Pinsip-Prinsip Metode Discovery Learning

Prinsip pembelajaran dibangun atas dasar prinsip- prinsip yang ditarik dari teori psikologi,
terutama teori belajar, dan hasil-hasil penelitian dalam kegiatan pembelajaran. Prinsip
pembelajaran bila diterapkan dalam proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran akan diperoleh hasil yang maksimal. Prinsip- prinsip tersebut akan meningkatkan
kualitas pembelajaran dengan cara memperhatikan dasar-dasar teori untuk membangun sistem
instruksional yang berkualitas tinggi.

Gagne mengemukakan sembilan prinsip yang dilakukan guru dalam melaksanakan


pembelajaran, sebagai berikut:

1. Gaining Attention, yaitu menarik perhatian siswa, menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru.

2. Informasi Learning of Adjectives, yaitu menyampaikan tujuan pembelajaran,


memberitahukan kemampuan

Yang harus pembelajaran. Dikuasai siswa setelah mengikuti


3. Stimulating recall or prior learning, yaitu mengingatkan konsep atau prinsip yang telah
dipelajari, merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari Sebagai
prasyarat untuk mempelajari materi yang baru. 4. Presenting the stimulus, yaitu
menyampaikan materi- materi pembelajaran yang telah direncanakan.

4. Providing learner guidance, yaitu memberikan bimbingan belajar, memberikan


pertanyaan- pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki
pemahaman yang lebih baik.

5. Exciting performance, yaitu siswa menunjukkan apa yang telah dipelajari atau
penguasaannya terhadap materi.

6. Providing feedback, yaitu memberikan umpan balik terhadap pencapaian siswa.

7. Assessing performance, yaitu menilai hasil belajar melalui tes atau tugas untuk
mengetahui pencapaian siswa.

8. Enhancing retention and transfer), yaitu melakukan review atau mempraktekkan apa yang
telah dipelajari.

Anda mungkin juga menyukai