Anda di halaman 1dari 10

TUGAS DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA

Soal
Secara teori coba anda jelaskan/uraikan dan kembangkan hal-hal berikut berdasarkan
pengetauan pribadi, literatur dan sumber serta bahan lainya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Hakekat MIPA
Pendekatan dan metode pendidikan MIPA
Pendekatan dan metode pendidikan IPA
Keterkaitan MIPA dan teknologi dan masyarakat
Metode pemecahan masalah dan ketermpilan IPA
Permasalahan pendidikan MIPA

Jawaban:
a. Hakekat MIPA
1) Pengertian MIPA
Ilmu pengetahuan alam yang bahasa asingnya science berasal dari kata latin
Scientia yang berarti saya tahu. Kata science sebenarnya semula berarti ilmu
pengetahuan yang meliputi baik ilmu pengetahuan sosial (Social science) maupun ilmu
pengetahuan alam (natural science). Lama kelamaan, bila seseorang mengatakan science
maka yang dimaksud adalah natural science atau dalam bahasa Indonesia disebut ilmu
pengetahuan alam dan disingkat MIPA. sedangkan MIPA sendiri terdiri dari ilmu-ilmu fisik
(Physical science) yang natara lain kimia, fisika, astronomi dan geofisika, serta ilmu-ilmu
biologi (life science). Untuk mengidentifikasikan MIPA dengan kata-kata atau dengan kalimat
yang singkat tidak mudah, karena sering kurang dapat menggambarkan secara lengkap
pengertian MIPA tersebut.
2) Definisi IPA menurut ahli
James B. Conant, mendeskripsikan IPA sebagai rangkaian konsep dan pola
konseptual yang saling berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi. Hasil-hasil
eksperimen dan observasi yang diperoleh sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan
observasi selanjutnya, sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus
berkembang. Carin & Sound (1989) adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta
melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Abruscato (1996) dalam bukunya yang
berjudul Teaching Children Science mendefinisikan tentang IPA sebagai pengetahuan yang
diperoleh lewat serangkaian proses yang sistematik guna mengungkap segala sesuatu yang
berkaitan dengan alam semesta. The Harper Encyclopedia of Science mendefinsikan IPA

sebagai suatu pengetahuan dan pendapat yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh
bukti-bukti yang dapat diamati.
3) Hakekat MIPA
Untuk mempelajari hakikat MIPA perlu kita kaji kembali ketiga contoh definisi
MIPA.MIPA pada hakekatnya merupakan suatu produk, proses dan penerapan dengan
penjelasan sebagai berikut :

MIPA sebagai suatu produk atau hasil. MIPA merupakan sekumpulan


pengetahuan dan sekumpulan konsep-konsep dan bagan konsep yang

merupakan hasil suatu proses tertentu.


MIPA sebagai suatu proses . Yaitu proses yang digunakan untuk mempelajari
objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk MIPA. Dalam
Proses ini digunakan metode ilmiah dan terutama ditekankan pada proses

observasi dan eksperimen (dalam definisi pertama dan kedua).


MIPA sebagai sikap ilmiah Beberapa aspek sikap ilmiah yang dapat
dikembangkan pada diri anak SD yakni: sikap ingin tahu, sikap ingin
mendapatkan sesuatu, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap tidak
berprasangka,sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab,sikap berpikir
bebas, dan sikap kedisiplinan diri.

b. Pendekatan dan metode pendidikan MIPA


Pendekatan pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyajikan
suatu materi yang memungkinkan siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan
guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
MIPA dikenal sebagai suatu bidang yang harus dipelajari di sekolah. Memang
disadari kalau MIPA sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Kemajuan MIPA akan
berdampak bagi kemajuan transformasi masyarakat yang juga berhubungan dengan ekonomi
dan sosial suatu bangsa. Namun kenyataannya, belajar MIPA sebagai sesuatu yang
membosankan. Bikin pusing karena harus menghafal rumus-rumus yang panjang sedangkan
belum tahu gunanya untuk apa.
Kegiatan pembelajaran MIPA beberapa daerah (bahkan beberapa negara) hanya
mengajarkan asumsi-asumsi saja yang akhirnya melahirkan siswa yang tidak memiliki
pemahaman dan pengertian tentang manfaat MIPA bagi kehidupannya. Siswa hanya
menghafal rumus, istilah-istilah tanpa tahu guna dan aplikasinya di lingkungannya. Ruang

belajar pun menjadi sempit karena hanya pada ruang kelas saja. Sehingga perlu ada sebuah
pembelajaran MIPA berbasis budaya dimana siswa didorong untuk dapat memecahkan
masalah yang ada di lingkungan sekitarnya, sebagai titik awal proses penciptaan makna.
c. Pendekatan dan metode pendidikan IPA
Beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran IPA adalah :
1. Metode Ceramah Bermakna
Metode ceramah adalah metode penyampaian bahan pelajaran secara lisan. Metode
ini banyak dipilih guru karena mudah dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus
serta tidak perlu merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode
ceramah terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan
mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu dianggap
benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang memungkinkannya
untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah yang disebut kemampuan
untuk mengatur dan mengarahkan diri.
Salah satu ciri adanya metode ceramah bermakna yaitu guru mengajukan
pertanyaan-pertayaan yang membuat siswa berfikir. Selain itu, guru harus mempersiapkan
pertanyaan yang akan diajukan dan guru harus mempertimbangkan dimana pertanyaan itu
harus digunakan.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa. Dengan
mengajukan pertanyaan yang terarah, siswa akan tertarik dalam mengembangkan daya pikir.
Kemampuan berpikir siswa dan keruntutan dalam mengemukakan pokok pokok pikirannya
dapat terdeteksi ketika menjawab pertanyaan. Metode ini dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk mengadakan penelusuran lebih lanjut pada berbagai sumber belajar. Metode ini
akan lebih efektif dalam mencapai tujuan apabila sebelum proses pembelajaran siswa ditugasi
membaca materi yang akan dibahas.
3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara pembelajaran dengan memunculkan masalah. Dalam
diskusi terjadi tukar menukar gagasan atau pendapat untuk memperoleh kesamaan pendapat.
Dengan metode diskusi keberanian dan kreativitas siswa dalam mengemukakan gagasan
menjadi terangsang, siswa terbiasa bertukar pikiran dengan teman, menghargai dan menerima

pendapat orang lain, dan yang lebih penting melalui diskusi mereka akan belajar bertanggung
jawab terhadap hasil pemikiran bersama.
4. Metode Belajar Kooperatif
Dalam metode ini terjadi interaksi antar anggota kelompok dimana setiap kelompok
terdiri dari 4-5 orang. Semua anggota harus turut terlibat karena keberhasilan kelompok
ditunjang oleh aktivitas anggotanya, sehingga anggota kelompok saling membantu. Model
belajar kooperatif yang sering diperbincangkan yaitu belajar kooperatif model jigsaw yakni
tiap anggota kelompok mempelajari materi yang berbeda untuk disampaikan atau diajarkan
pada teman sekelompoknya.
5. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu
proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat
bantu pengajaran seperti benda-benda miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium dan
lain-lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board,
mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa
dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain-lain
peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.
6. Metode Ekspositori atau Pameran
Metode ekspositori adalah suatu penyajian visual dengan menggunakan benda dua
dimensi atau tiga dimensi, dengan maksud mengemukakan gagasan atau sebagai alat untuk
membantu menyampaikan informasi yang diperlukan.
Metode ini sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan interaksi
pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada metode ekspositori
dominasi guru banyak berkurang, karena tidak terus bicara saja. Ia berbicara pada awal
pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal, dan pada waktu yang diperlukan saja.
7. Metode Karyawisata/Widyamisata
Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa
mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual,
siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu

yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.
8. Metode Penugasan
Metode ini berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan
belajar. Metode ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, meransang untuk belajar lebih
banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan
mengolah sendiri informasi. Tetapi dlam metode ini sulit mengawasi mengenai kemungkinan
siswa tidak bekerja secara mandiri.
9. Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan
percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal
daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman,
mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan
siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan
pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.
10. Metode Bermain Peran
Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara
seolah olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih
memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.
11. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah digunakan guru bila bertujuan untuk mengembangkan
proses berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan. Tergantung dari
sifat masalah yang dibawa ke dalam kelas, teknik pemecahan masalahnya dapat dilaksanakan
secara berkelompok atau secara individual, dapat dikerjakan di dalam kelas atau sebagai
tugas di luar kelas.
12. Metode Penemuan
Kata penemuan sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan
siswa. Dalam belajarnya ia menemukan sendiri sesuatu yang baru. Ini tidak berarti yang
ditemukannya

benar-benar

baru,

sebab

sudah

diketahui

yang

lain.

Dengan metode ini, siswa didorong oleh rasa ingin tahu (coriousity) untuk mengeksplorasi

dan belajar sendiri. Pemahaman suatu konsep didapat siswa melalui proses. Dengan metode
ini

lebih

ditekankan

kepada

proses

penemuan

konsep

dan

bukan

produknya.

Secara umum individu mengorganisasikan pikirannya hingga ia menemukan pola piker yang
baru yang membawa ia lebih dekat pada keseimbangan internal dan eksternal.
d. Keterkaitan MIPA dan Teknologi
Tanpa mengesampingkan ilmu pengetahuan sosial, Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (MIPA) merupakan basis bagi pengembangan tekhnologi dan industri.
Oleh karena itu pendidikan yang globally competitive tentunya berlandaskan pada konsep
broad based dalam pengertian sebagaimana telah diungkapkan di atas sehingga selain
mempunyai keterampilan bekerja (siap kerja) lulusan peserta didik akan memiliki
kemampuan yang cukup untuk mengembangkan karir akademiknya.
Matematika adalah ilmu yang mempelajari logika dari kuantitas, bentuk dan
susunan (pola). Ilmu matematika dapat dikelompokkan atas empat kelompok bidang
fundamental yang saling terkait, yaitu aljabar, foundation of mathematics (logika), analisis,
dan geometri. Di luar itu terdapat bidang statistic (dan peluang) yang memiliki banyak
aplikasi di berbagai cabang ilmu. Matematika seringkali dipandang sebagai bahasa ilmu
pengetahuan/sains (khususnya sains alam), yaitu pengetahuan manusia tentang perilaku alam.
Perilaku umum tersebut diungkapkan dalam sains sebagai hukum-hukum dasar sains. Ada
sejumlah karakteristik umum yang dijumpai, baik pada alam hayati maupun non-hayati, yaitu
universalitas, keberagaman, evolusi/perubahan terhadap waktu, keberlangsungan, dan
interaksi.
e. Metode pemecahan masalah dan keterampilan IPA
Metode pemecahan masalah digunakan guru bila bertujuan untuk mengembangkan
proses berpikir siswa melalui pemberian masalah yang harus dipecahkan. Tergantung dari
sifat masalah yang dibawa ke dalam kelas, teknik pemecahan masalahnya dapat dilaksanakan
secara berkelompok atau secara individual, dapat dikerjakan di dalam kelas atau sebagai
tugas di luar kelas. Keterampilan siswa dalam matematika adalah kemampuan siswa untuk
menjalankan prosedur-prosedur dan operasi-operasi di dalam matematika secara tepat, cermat
dan benar. Menurut R.M. Gagne dalam belajar matematika yang dimaksudkan dengan
keterampilan adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Pengetahuan
tentang keterampilan tentang matematika ini tidak datang dengan sendirinya dan tidak
dengan mudah kita peroleh. Keterampilan matematika ini didasarkan atas pemahaman dan

latihan yang cukup, namun tidak berlebihan. Pemahaman terhadap konsep-konsep dan
teorema-teorema matematika perlu dilanjutkan dengan latihan yang cukup.
Keterampilan kuantitatif sangat penting untuk berpartisipasi dalam masyarakat,
dimana hasil kuantitatif sangat penting dalam keputusan-keputusan tentang kehidupan publik
dan swasta, dan sosiolog memiliki kontribusi yang berpotensi penting untuk membuat
pendidikan keaksaraan kuantitatif. Pembelajaran matematika merupakan salah satu
pembelajaran yang mengupayakan siswa untuk memiliki keterampilan baik keterampilan
kognitif maupun keterampilan afektif (Wills J.B & Atkinson M.P 2007:5).
Umumnya siswa mengharapkan untuk memperoleh keterampilan intelektual yang
kompleks diperlukan untuk menjadi sukses dalam pengetahuan siswa saat ini, hasil siswa
yang tidak sama adalah tidak diterima oleh siswa. Sedangkan wertsch & Stone menjelaskan:
Anak-anak dapat mengatakan lebih dari yang disadari dan beberapa masukan untuk
memahami apa yang dimaksud dengan apa yang dikatakan bahwa mereka mengembangkan
keterampilan kognitif (Arends dan Kilcher 2010: 1).
f. Permasalahan Pendidikan MIPA
Pengantar Sains dan Teknologi pun sudah diajarkan sejak pendidikan dasar.
Persiapan sedini mungkin sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan dimasa depan yang
secara kualitatif cenderung meningkat. Berbagai tantangan muncul, antara lain menyangkut
peningkatan kualitas hidup, pemerataan hasil pembangunan, partisipasi masyarakat, dan
kemampuan untuk mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan IPA sebagai bagian
dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan,
khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu
berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu dimasyarakat yang
diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan tekhnologi.
Pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah dan
kegiatannya lebih berpusat pada guru. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan
penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Guru menjelaskan IPA hanya
sebatas produk dan sedikit proses. Salah satu penyebabnya adalah padatnya materi yang
harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam
membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah
proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Oleh karena itu, alat
peraga/praktikum sebagai alat media pendidikan untuk menjelaskan. IPA sangat diperlukan.

Pembelajaran IPA dengan menggunakan alat peraga sangat efektif untuk


menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai limiah pada
siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan YME. Tujuan IPA secara umum
adalah agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan seharihari,memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang
proses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam
dan mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah yang ditemukan
dalam kehidupan seharihari. Salah satu cara untuk dapat menciptakan sumber daya manusia
berkualitas, guru dalam mengajar dapat menggunakan beberapa metode dan pendekatan.
Pendekatan yang paling sesuai dengan perkembangan Iptek adalah pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat ( STM ), karena pendekatan ini memungkinkan siswa berperan aktif
dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan Sains dan Teknologi didalam kehidupan
masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan STM dalam pembelajaran IPA, guru dapat
memulai dengan isu yang dikemukakan oleh siswa yang ada dimasyarakat. Dengan
menggunakan pendekatan STM dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya sekedar
menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan
fasilitator yang mengarahkan siswa agar dapat memberikan saran-saran berdasarkan hasil
pengamatannya dimasyarakat.
Penguasaan konsep merupakan penguasaan terhadap abstraksi yang memiliki satu
kelas atau objek-objek kejadian atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Menurut
Piaget pertumbuhan intelektual manusia terjadi karena adanya proses kontinyu yang
menunjukkan equilibrium-disequilibrium, sehingga akan tercapai tingkat perkembangan
intelektual yang lebih tinggi. Belajar akan menjadi efektif apabila kegiatan belajar sesuai
dengan perkembangan intelektual anak. Selain itu, guru di dalam kelas perlu mengenal anak
didik dan bakat khusus yang mereka milki agar dapat memberikan pengalaman pendidikan
yang dibutuhkan oleh masing-masing siswa untuk dapat mengembangkan bakat mereka
secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.
Sikap yang terbentuk pada diri siswa terhadap mata pelajaran tentunya tergantung
pada sikap gurunya terhadap mata pelajaran itu, dan bagaimana cara guru menyampaikan
mata pelajaran itu. Apabila setiap mengajar guru bersikap positif dan baik, maka lambat laun
siswa berada dalam kondisi belajar yang berkesan baik dan mendalam, sehingga terbentuk
sikap positif terhadap mata pelajaran itu. Jika mata pelajaran tersebut adalah IPA maka akan
terbentuklah sikap yang positif terhadap IPA. Karena belajar bukan sekedar untuk memahami
tentang sesuatu fakta tertentu melainkan bagaimana menginteprestasikan fakta-fakta tersebut

kedalam konteks kehidupan pribadi. Seperti yang dikemukakan oleh para ahli sebagai
berikut:

Suharsimi Arikunto, bahwa sebenarnya sikap merupakan bagian dari tingkah laku

manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar.


Menurut Wynne Harlen dalam Hendro Darmodjo dan Yenny Kaligis, ada 9 aspek
sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD yaitu

1. Sikap ingin tahu (curiousity);


2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
3. Sikap kerja sama (cooperation),
4. Sikap tidak putus asa (perseverense),
5. Sikap tidak berprasangka (open mendidness),
6. Sikap mawas diri (self criticism),
7. Sikap bertanggung jawab (responsibility),
8. Sikap berpikir bebas (independence in thinking), dan
9. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)..
Pendidikan sains dengan menggunakan pendekatan STM adalah suatu bentuk
pengajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi
juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam berbagai kehidupan masyarakat
dan menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial terhadap dampak sains dan teknologi yang
terjadi di masyarakat. Hidayat dan Poedjiadi berpendapat sama bahwa belajar IPA melalui
isu-isu sosial di masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan Teknologi dirasakan lebih
dekat, dan belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarkat yang ada kaitannya dengan IPA dan
teknologi dirasakan lebih punya arti bila dibandingkan dengan konsepkonsep dan teori IPA
itu sendiri.
Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan STM memiliki ciri yang paling
utama, yang dilakukan dengan memunculkan isu sosial di awal pembelajaran dan guru
sebelumnya sudah memiliki isu yang sesuai dengan konsep yang akan diajarkan. Adalah
suatu kekeliruan apabila seorang guru mengajarkan IPA dengan cara mentransfer saja apa
apa yang disebut di dalam buku teks kepada anak-anak didiknya. Hal ini disebabkan apa yang
tersurat di dalam buku teks itu baru merupakan satu sisi atau satu dimensi saja dari IPA yaitu
dimensi produk. Dengan mengikuti kegiatan ilmiah yang dilakukan dalam pembelajaran
dengan pendekatan STM, siswa menyadari adanya suatu masalah dan mempunyai keinginan
untuk memecahkan masalah, serta kemudian menyimpulkan fakta-fakta yang ada
hubungannya dengan masalah yang terjadi melalui pengamatan. Untuk melatih siswa agar

memiliki kreativitas yang tinggi dalam pendekatan STM di dalam semua kegiatan perlu
dilakukan aktivitas yang optimal dari semua siswa.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM dapat meningkatkan sikap
siswa yang semula kurang baik menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kepedulian siswa
terhadap kegiatan masyarakat sehari-hari seperti: (a) Tukang minuman yang sedang
membuka tutup botol, (b) Ayah yang sedang mencabut paku di dinding, (c) Tukang minyak
tanah yang sedang memindahkan drum besar dari bawah ka atas truk, dan (d) Paman yang
sedang memindahkan lemari yang besar dari ruang tamu ke dalam kamar.

Anda mungkin juga menyukai