Anda di halaman 1dari 4

Apa itu Berpikir/Pemikiran Komputasi?

Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan berpikir/pemikiran komputasi atau


Computational Thinking? Mudahnya, berpikir/pemikiran komputasi atau Computational
Thinking adalah “cara berpikir (atau memecahkan masalah) seperti seorang ilmuwan
komputer.” Dengan kata lain, Computational Thinking adalah adalah sebuah metoda
pemecahan masalah dengan mengaplikasikan/melibatkan teknik yang digunakan oleh
software engineer dalam menulis program.

Metode berpikir/pemikiran komputasi

Berpikir/pemikiran komputasi tidak berarti berpikir seperti komputer, melainkan berpikir


tentang komputasi di mana sesorang dituntut untuk:

1. memformulasikan masalah dalam bentuk masalah komputasi dan


2. menyusun solusi komputasi yang baik (dalam bentuk algoritma) atau menjelaskan
mengapa tidak ditemukan solusi yang sesuai.

Terdapat beberapa metode berpikir komputasi/computational thinking dalam memecahkan


masalah, antara lain :

1. Decomposition : Memecah-mecah masalah menjadi lebih kecil dan sampai ke pokok


sebuah masalah hingga kita menyelesaikan suatu masalah tersebut dapat
menyelesaikannya satu persatu dan mengidentifikasi perbagian darimana masalah itu
datang.
2. Pattern Recognition : Mencari pola, biasanya didalam sebuah masalah terdapat pola
pola tertentu untuk memecahkannya disitu kita dituntut mengetahui sendiri bagaimana
pola tersebut.
3. Abstraksi : Melakukan generalisasi dan mengidentifikasi prinsip-prinsip umum yang
menghasilkan pola, tren dan keteraturan tersebut. Biasanya dengan melihat
karakteristik umum dan juga membuat model suatu penyelesaian.
4. Algorithm : Mengembangkan petunjuk pemecahan masalah yang sama secara step-
by-step, langkah demi langkah, tahapan demi tahapan sehingga orang lain dapat
menggunakan langkah/informasi tersebut untuk menyelesaikan permasalahan yang
sama.

Mengapa Computational Thinking Penting Diajarkan?

Berpikir/pemikiran komputasi adalah teknik pemecahan masalah yang sangat luas wilayah
penerapannya, bukan hanya untuk menyelesaikan masalah seputar ilmu komputer saja,
melainkan juga untuk menyelesaikan berbagai masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan teknik ini para siswa akan belajar bagaimana berpikir secara terstruktur, seperti
halnya ketika para software engineer menganalisa kebutuhan dan merencanakan
pengembangan software.

Teknik berpikir Computional Thinking sebagai sebuah pendekatan sangat penting dikuasai
para siswa untuk membantu mereka menstrukturisasi penyelesaian masalah yang rumit.
Dimana kecakapan complex problem solving dan berpikir kritis ini merupakan dua keahlian
terpenting yang diperlukan pada masa mendatang menurut World Economic Forum. Dengan
menguasai kecakapan ini maka para siswa akan lebih siap dalam bertahan dan bersaing di
masa mendatang, di era dimana akan hilangnya beberapa profesi yang ada dan era dimana
muncul profesi baru.

Bagaimana Computational Thinking Diajarkan di Sekolah?

Cara mengimplementasikan Computational Thinking adalah dengan memahami masalah,


mengumpulkan semua data, lalu mulai mencari solusi sesuai dengan masalah.
Dalam Computational Thinking,ada yang disebut dengan dekomposisi yaitu kita memecah
suatu masalah yang komplek menjadi masalah-masalah yang kecil untuk diselesaikan.
Computational Thinking sebagai pendekatan pembelajaran dapat disandingkan dengan
pendekatan dan metode lain seperti Pembelajaran Berbasis Proyek atau Pembelajaran
Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning) dalam pembelajaran sains.

Berikut adalah contoh penerapannya dalam pembelajaran. Ketika peserta didik disodorkan
permasalahan berupa menipisnya sumber cadangan minyak bumi (sumber energi fosil) di
dunia ini, dimana anak didik mendapatkan tantangan untuk menciptakan sumber energi
alternatif yang sesuai dengan kondisi lokal/setempat. Guru memberikan contoh tentang upaya
pembuatan “Biofuel dengan tanaman jarak” dan “Konversi Energi Sampah Plastik Menjadi
Sumber Energi Alternatif dengan Pirolisis” kepada para siswa sebagai salah satu solusi murah
yang dapat dikembangkan.

Selanjutnya Guru meminta para siswa untuk mempelajari bagaimana membuat solusi tersebut
yaitu belajar tentang perubahan zat dalam penyulingan serta mencari literatur di Internet
tentang alat pirolisis sederhana. Ketika para siswa ditugaskan untuk membuat alat pirolisis,
maka siswa harus memahami cara pembuatannya, mendefinisikan bagian-bagiannya serta
memahami bagian dan prosesnya secara sederhana dan ini merupakan proses bernama
dekomposisi dalam pemikiran komputasi.
Solusi sumber energi alternatif dari sampah plastik dengan pirolisis

Selanjutnya siswa akan memahami pola / pattern dengan mengidentifikasi kesamaan fungsi
dari alat penyuling pada pirolisis dan bagian-bagiannya, mencari persamaannya dengan alat-
alat sederhana yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar. Bagian ini dinamakan Pattern
Recognition dalam pemikiran komputasi.

Berikutnya siswa diajak mengembangkan rancangannya berdasar ide masing-masing dengan


merujuk pada model yang telah disajikan oleh Guru tentang alat pirolisis sederhana.
Penggunaan barang bekas, teknik penyusunannya serta pengembangannya akan di olah ide
nya oleh para siswa. Di fase ini para siswa akan menghasilkan gambar desain rancangan alat
pirolisisnya. Proses ini disebut dengan fase Abstraksi dalam pemikiran komputasi.

Selanjutnya dalam Computational Thinking adalah berpikir dengan algoritma dimana kita


berpikir dengan mengurutkan langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah agar menjadi
logis, berurutan, teratur, dan mudah dipahami oleh orang lain. Dalam hal membuat alat
pirolisis, para siswa dituntut untuk bisa mengurutkan langkah-langkah secara logis,
berurutan, dan rinci mulai dari proses awal pembuatan sampai dengan berfungsinya alat ini.
Alat penyulingan sederhana yang dikembangkan para siswa di SDN 01 Batulicin Kalimantan
Selatan dalam kegiatan Pembelajaran Berbasis Proyek

Gambar diatas adalah hasil pembelajaran di kelas Bapak Rafii Hamdi bersama para
siswa/siswinya di SDN 01 Batulicin, Kalimantan Selatan dalam kegiatan Pembelajaran
Berbasis Proyek di Sekolah Dasar Kelas IV pada Semester I dengan tema “Sumber Energi
Alternatif” mengacu pada Kurikulum 2013 yang dipresentasikan juga dalam Lomba Karya
Kreasi dan Inovasi dari Barang Bekas Tahun 2019 untuk Kategori Siswa Sekolah Dasar yang
diselenggarakan oleh Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Tanah Bumbu,
Provinsi Kalimantan Selatan. SDN 01 Batulicin merupakan salah satu sekolah yang di
dampingi PT Trakindo Utama dalam program Bangun Karakter Bangsa Bersama Trakindo –
Trakindo 40SDN yang dijalankan pada Tahun 2016-2019 oleh Edukasi101 sebagai mitra
pelaksananya.

Integrasi pendekatan pemikiran komputasi dalam pembelajaran menuntut kreativitas Guru


dalam meramu pelajaran agar menjadi lebih bermakna. Keterampilan menerapkan inovasi
pembelajaran seperti ini harus di-sebar luaskan ke seluruh Guru di penjuru Indonesia agar
anak didik atau generasi penerus Indonesia berdaya saing di masa mendatang. Mari
berkolaborasi untuk menebar inspirasi dan menyebarluaskan berita praktik baik penerapan
pembelajaran pemikiran komputasi di Indonesia!.

Anda mungkin juga menyukai