Anda di halaman 1dari 11

Relevansi Computational Thingking dalam

Kehidupan Sehari-hari

Dosen Pembimbing:

Dr. Warsono, S. Pd., M. Si.

Disusun oleh :

1. Syahid Ahmad Nashih NIM : 22302241018


2. Vina Hesti Afriyanti NIM : 22302241014
3. Sabita Amanda Safahar NIM : 22302241020
4. Erda Aiska Ariela Belinda NIM : 22302241016
5. Elfi Fahimatul Khusna NIM : 22302241012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ENEGERI YOGYAKARTA 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Di Indonesia computational thinking ini masih kurang digunakan. Banyak
masyarakat awam tidak mengetahui atau bahkan tidak tertarik dengan
computational thinking. Padahal sebenarnya computational thinking ini adalah
salah satu cara pemecahan masalah yang efisien. Computational thinking membuat
mаѕаlаh уаng tеrbіlаng rumit menjadi lеbіh sederhana melalui beberapa tahapan-
tahapan. Yang mana tahapan-tahapan tersebut juga dibilang mudah untuk dilakukan
oleh orang awam.
Computational Thinking (CT) adalah sebuah pendekatan dalam proses
memecahkan masalah. CT berperan penting dalam pengembangan aplikasi
komputer, namun CT dapat juga digunakan untuk mendukung pemecahan masalah
disemua disiplin ilmu, termasuk humaniora, matematika, dan ilmu pengetahuan. CT
melatih otak untuk terbiasa berfikir secara logis, terstruktur dan kreatif. Konsep dan
proses komputasi memiliki daya tarik yang bertujuan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dapat diselesaikan dengan cepat, memerlukan sedikit sumber daya
manusia, waktu, maupun ruang penyimpanan fisik dan digital. Jawaban yang
dihasilkan merupakan jawaban yang tepat dan akurat
Menurut beberapa penelitian sebelumnya Cisco memprediksi pada tahun 2020
bahwa Indonesia akan memasuki era digital dalam berkomputasi, dimana pada
masa tersebut seluruh aktifitas yang dilakukan oleh manusia akan sangat
bergantung kepada komputer yang dinilai paling efektif. Dibeberapa negara
contohnya Inggris sudah diperkenalkan dan diterapkan mengenai konsep CT secara
formal sedangkan di Indonesia belum dikenalkan secara formal. Computer Science
sudah digunakan sebagai sebuah mata pelajaran wajib pada tingkat SD. Oleh karena
itu, sasaran utama mengenai pemahaman Computer Science di Indonesia ini akan
ditanamkan kepada siswa tingkat SMA dibandingkan dengan siswa tingkat SD yang
dianggap lebih mudah dalam pemahaman melihat dari kesenjangan materi
pendidikan yang ada di Indonesia dengan negara lain, karena siswa tingkat SMA
akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi yaitu ditingkat Perguruan
Tinggi.
Computational Thinking adalah salah satu konten utama dalam literasi digital
dimana seseorang memiliki keterampilan yang memungkinkannya memecahkan
masalah secara sistematis, sebagaimana komputer bekerja (Leila Ribeiro, 2013),
meski pada awalnya komputer meniru manusia. Upaya pemerintah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa ditegaskan melalui peraturan menteri mengenai
kurikulum TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) saat ini disebut dengan
informatika dimana salah satu muatannya adalah computational thinking. 2
Computational Thinking sebenarnya bukan suatu hal yang baru dan tidak hanya
dapat diterapkan dalam lingkungan TIK. Kemampuan kritis-analitis ini dapat
diterapkan pada berbagai ilmu yang lain. Pendidikan TIK sebagai bentuk
pengayaan literasi digital masyarakat masih dilakukan secara parsial pada
perangkat keras dan penggunaanya, sehingga seringkali terhambat dengan alasan
infrastruktur yang tidak menunjang. Padahal computational thinking dapat
diajarkan bahkan tanpa harus mengandalkan ketersediaan infrastruktur.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah yang kami angkat adalah
sebagai berikut:
1) Ketidakpahaman tentang arti dari computational thinking.
2) Pemahaman bahwa computational thingking adalah problem solving yang
tidak menarik.
3) Banyak orang awam yang belum mengenal computational thinking.
4) Computational thinking kalah pamor dengan Teknik problem solving lain
yang lebih menegedepankan kreativitas.

3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, batasan masalah yang kami angkat adalah
sebagai berikut:
1) Pemahaman computational thinking.
2) Cara berpikir secara computational thinking.
3) Penerapan computational thinking.

4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, rumusan masalah yang kami angkat adalah
sebagai berikut:
1) Apa definisi dari computational thinking ?
2) Bagaimana tahapan berpikir secara komputasi ?
3) Bagaimana penerapan computational thinking ?
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Definisi Computational Thinking
1. Sejarah Computational Thingking
Computational thinking terlihat seperti produk dari era komputer modern.
Padahal sebenarnya sebelum era komputer modern ada profesi ahli matematika
terlatih yang melakukan perhitungan kompleks sebagai tim yang disebut
"komputer." Pada awal tahun 1600-an istilah "komputer" tersebut berarti "orang
yang menghitung”. Mesin komputasi elektronik pertama disebut komputer
otomatis untuk membedakannya dari komputer manusia.
Bentuk primitif CT sebagai metode perhitungan mulai tercatat antara
sekitar 1800 SM hingga 1600 SM oleh orang Babylonia yang menuliskan prosedur
umum untuk memecahkan masalah matematika. Selain itu ada juga para insinyur
Mesir yang membangun piramida pada sekitar tahun 2700 SM. Mereka jelas tahu
banyak tentang geometri dan mampu menghitung dimensi dan sudut batu untuk
setiap bagian tengah piramida dan pengungkit tali, katrol, dan rol untuk
menggerakkan batu ke posisinya.
Selama berabad-abad ahli matematika berusaha untuk menguraikan
prosedur perhitungan yang lebih maju. Awalnya hanya penghitungan transaksi
perdagangan dan geometri struktur, tapi kini sudah bergerak ke trigonometri,
prediksi astronomi, navigasi langit, memecahkan persamaan aljabar, dan akhirnya
menghitung dengan kalkulus Newton dan Leibniz. Dengan memformalkan
prosedur komputasi, matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi
pada sekitar 800 M membuat para non-ahli atau awam hanya perlu mengikuti
petunjuk melakukan operasi aritmatika sederhana dalam urutan yang benar yang
dikenal dengan konsep algoritma.
Kita manusia memiliki kecenderungan untuk mengotomatisasi prosedur
rutin. Begitu pula untuk prosedur komputasi: penemu mencari mesin yang akan
mengotomatisasi komputasi untuk tujuan kecepatan yang lebih besar dan kesalahan
yang lebih sedikit. Namun membangun mesin untuk melaksanakan prosedur ini
ternyata jauh lebih sulit daripada menentukan prosedur. Pada tahun 1600-an Pascal
merancang dan membangun mesin aritmatika yang mampu menjumlah dan
mengurangkan. Itu bisa berkembang biak hanya di tangan operator manusia yang
mengerti penjumlahan berulang. Itu tidak bisa melakukan pembagian. Pada abad
ke 18-an John Napier menemukan logaritma, yang menjadi prinsip slide rule-
bantuan untuk perhitungan. Itu tidak bisa menambah atau mengurangi. Pada tahun
1819 Babbage merancang mesin roda gigi, poros, dan roda yang dapat menghitung
tabel bilangan aritmatika seperti logaritma. Pada tahun 1920-an para insinyur
merancang komputer analog untuk menghitung fungsi kontinu dengan
mensimulasikannya dengan sirkuit dan roda gigi.
Meningkatnya prevalensi komputer pada 1980-an sejak pengembangan
antarmuka yang ramah pengguna, dan infiltrasinya ke berbagai bidang kehidupan
sehari-hari meningkatkan interaksi antara manusia dan komputer. Dalam proses
ini, metode operasional komputer mulai mempengaruhi dan memandu proses
berpikir individu. Sejalan dengan perkembangan tersebut, konsep computational
thinking (CT) diperkenalkan dalam sebuah penelitian oleh (Wing, 2006) dan
menjadi cukup populer. Saat ini, CT dianggap sebagai keterampilan yang harus
diperoleh dan digunakan oleh individu abad ke-21 dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan secara efisien.

2. Definisi Computational Thingking


Pemikiran komputasi bukanlah hal baru namun konsep dan penamaannya
baru lahir belum lama ini. Oleh karenanya belum ada definisi baku dari pemikiran
komputasi dan definisinya bisa bervariasi dari peneliti ke peneliti. Menurut (Wing,
2006) mendefinisikan pemikiran komputasional sebagai “Pemikiran
komputasional melibatkan pemecahan masalah, merancang sistem, dan memahami
perilaku manusia, dengan menggambar pada konsep dasar ilmu komputer.”.
(Wing, 2006) menekankan pentingnya CT dalam pemecahan masalah, desain
sistem, dan pemahaman perilaku manusia menggunakan konsep dasar ilmu
komputer. Namun, setelah revisi lebih lanjut definisi yang berbeda diterima pada
tahun 2011. Menurut (Wing J. M., 2011 ) berpikir komputasional didefinisikan
sebagai “Berpikir komputasional adalah proses berpikir yang terlibat dalam
merumuskan masalah dan solusinya sehingga solusi direpresentasikan dalam
bentuk yang dapat dilakukan secara efektif oleh agen pemrosesan informasi.”
Menurut (Guzdial, 2008) CT adalah proses pemecahan masalah umum yang
didasarkan pada abstraksi, analisis, otomatisasi, dan pemodelan. National Research
Council (NRC, 2008) mengidentifikasi CT sebagai seperangkat ide, strategi, dan
kebiasaan mental yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah. (Mellon,
2014) menyebut CT sebagai penggunaan komputer untuk mendukung aktivitas
berpikir dan pemecahan masalah.
(Williamson, 2015) berpendapat bahwa CT adalah bentuk pendekatan
politik yang muncul yang mengasumsikan bahwa beberapa masalah publik dan
sosial dapat diselesaikan dengan inovasi digital. Berpikir komputasional adalah
proses berpikir yang digunakan untuk merumuskan masalah dan nyatakan solusi
atau solusinya dalam istilah yang dapat diterapkan komputer secara efektif. Sayap
(2014). Pemikiran komputasional adalah proses mengenali aspek komputasi di
dunia yang mengelilingi kita, dan menerapkan alat dan teknik dari Ilmu Komputer
untuk memahami dan bernalar tentang alam dan buatan sistem dan proses. (Furber,
2012)
Definisi-definisi ini cenderung berfokus pada kinerja kognitif dan proses
individu. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa kegiatan berdasarkan
pemikiran komputasi pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan
keterampilan kognitif dan mendukung proses belajar mengajar pada individu yang
terkena dampak. Belum ada definisi yang jelas mengenai computational thinking
Namun kita juga tidak harus memberikan definisi akhir CT untuk tujuan
konseptualisasi CT dan mengintegrasikannya ke dalam pendidikan, melainkan
mencoba untuk menemukan cara yang tepat untuk penerapan CT.

B. Prinsip Computational Thinking


Prinsip berpikir secara komputasi atau computational thinking ada empat,
diantaranya:
1. Decomposition (Dekomposisi)
2. Pattern recognition (Menemukan pola)
3. Abstraction (Abstraksi)
4. Algorithms design (Mendesain agloritma)

Sedangkan tahapan untuk berpikir secara komputasi atau computational


thinking harus dilakukan secara runtut, mulai dari decomposition, pattern recognition,
abstraction, dan yang terakhir algorithms design.
1. Decomposition
Tahapan pertama dari computational thinking adalah decomposition. Pada
tahap ini, masalah yang lebih besar dan rumit dipecahkan menjadi lebih kecil dan
sederhana agar masalah tersebut dapat diselesaikan satu persatu dan dapat
diidentifikasikan dari bagian mana masalah itu datang.
2. Pattern Recognition
Pada tahap ini, yang perlu dilakukan adalah mencari atau menemukan pola-pola
tertentu dari suatu masalah untuk kemudian dipecahkan.
3. Abstraction
Yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah menggeneralisasi dan
mengidentifikasi prinsip-prinsip umum yang menghasilkan pola, tren, dan
keteraturan tertentu. Abstraksi perlu dilakukan karena dari pola yang didapat
tersebut akan memudahkan untuk mendapatkan model suatu penyelesaian masalah.
4. Algorithms Design
Tahapan terakhir dari computational thinking adalah algorithms design. Yang
perlu dilakukan dalam tahap ini adalah mengembangkan petunjuk pemecahan suatu
masalah secara step by step atau langkah demi langkah, tahapan demi tahapan
sehingga masalah dapat diselesaikan secara efektif dan efisien, serta orang lain
dapat menggunakan langkah atau informasi yang telah diperoleh sebelumnya untuk
menyelesaikan permasalahan yang sama. (Azizatul Khairi, S. Kohar, dkk, 2022, p.
68)

C. Karakteristik dan Contoh Penerapan Computational Thinking


1. Karakteristik computational thingking
Hodges dan Selby memiliki konsep dasar yang hampir sama Dalam
menjabarkan computational thinking (Ansori, 2020). Hal itu tampaknya
dipengaruhi oleh penjabaran dari Wing sebagai pencetus awal yang menjelaskan
bahwa karakteristik computational thinking yaitu:
a. Conceptualising
Yaitu berpikir seperti layaknya ilmuan komputer membutuhkan kemampuan
berpikir moodpada banyak level abstraksi dan cara- cara berpikir lebih dari
sekedar kemampuan untuk memprogram sebuah komputer.
b. Fundamental skill for everyone
Computational thinking adalah hal yang harus diketahui setiap orang dalam
rangka menghadapi era digital
c. A way that humans think
Yaitu cara seseorang dalam menyelesaikan masalah (khususnya masalah
yang besar dan kompleks), namun tidak berarti berpikir seperti komputer
(hitam-putih).
d. Melengkapi dan mengkombinasikan berpikir logis, matematis dan mekanis.
e. Ideas
Yaitu memberikan konsep komputasi dalam memecahkan masalah,
mengelola kehidupan sehari-hari dan menguatkan komunikasi dan interaksi
dengan orang lain.

2. Penerapan computational thinking


Berikut beberapa penerapan computational thinking dalam kehidupan sehari-hari:
1) Memasak nasi
a. Dekomposisi
Pada tahap awal memasak nasi, mari kita menyiapkan langkah-
langkah untuk memecahkan masalah dengan menyiapkan beras, air,
tempat nasi hingga pemasak nasi atau rice cooker.
b. Pengenalan pola
Pengenalan pola dengan memahami dalam proses memasak nasi dari
memasak air dulu, memasak beras hingga menyalakan mesin
pemasak nasi tersebut.
c. Abstraksi
Sebuah pandangan beberapa nasi yang dibutuhkan dalam memasak
nasi, masukan beras di rice cooker beserta airnya dan nyalakan.
d. Algoritma
Sudah memahami polanya dari di atas, masukan beras secukupnya,
air secukupnya hingga nyalakan mesin pemasak nasi.
2) Mencuci pakaian
a. Dekomposisi
Pada awal ini menentukan hingga mengelompokan pakaian berbagai
jenis sendiri yang akan di cuci, menyiapkan alat cuci hingga ember
dan memahami proses pencucian.
b. Pengenalan pola
Mengetahui pola dalam mencuci pakaian dari memilah pakaian untuk
dicuci, memperkirakan detergen dan air yang akan dibutuhkan.
c. Abstraksi
Setelah mengetahui berbagai pakaian yang kotor akan dilanjutkan
dengan memahami pakaian yang kotor, menyatukan pakaian hingga
mencucinya dan menjemurnya.
d. Algoritma
Setelah mengetahui langkah di atas dari pemecahan mencuci pakaian
dari memilah pakaian, menyiapkan alat, mencuci hingga menjemur.
3) Membuat laporan
a. Dekomposisi
Pada awal memahami pemikiran awal apa yang dibuat dalam
laporan tersebut hingga berbagai bagian sampai laporan itu selesai.
b. Pengenalan pola
Pada pengenalan pola memulai isian laporan, test dan yang inti atau
isi laporan yang harus dijelaskan.
c. Abstraksi
Memahami dalam pengerjaan laporan menjelaskan dengan berbagai
penjelasan hingga narasi
yang jelas dan dilanjutkan hingga penjelasan akhir laporan.
d. Algoritma.
Sudah memahami pola dari penjelasan di atas dari pengerjaan
laporan, penjelasan isi hingga narasi yang dijelaskan hingga akhir.

D. Kelebihan dan Kekurangan Computational Thinking


Kelebihan CT yang kami dapatkan adalah sebagi berikut :
1. Mencari ѕоluѕі mаѕаlаh уаng tеrbіlаng rumit, jadi lеbіh sederhana.
Adanya prinsip atau tahap tahap berpikir komputasi membuat lebih
sederhana dalam menyelesaikan masalah. Karena pada dasarnya dalam tahap-tahap
tersebut sudah diberikan alur bagaimana menyelesaikan setiap masalah dengan
cara berpikir komputasi. Contohnya saja tahap pertama yaitu tahap Decomposition.
Decompotion sendiri adalah memecahkan masalah menjadi lebih kecil dan
sederhana agar masalah tersebut dapat diselesaikan satu persatu dan dapat
diidentifikasikan bagian mana masalah itu datang.
2. Membuat pencarian solusi jаdі lеbіh еfіѕіеn dan efektif
Dengan cara berpikir komputasi pencarian lebih efisien dan efektif, tidak
terlalu lama membuang waktu dan dapat dihasilkan solusi atau hasil yang tepat.
Hal tersebut dikarenakan cara berpikir komputasi sudah memiliki tahap-tahap yang
jelas. Contohnya saja mencuci pakaian pada tahap pertama yaitu tahap
Decomposition, Pada awal ini menentukan hingga mengelompokan pakaian
berbagai jenis sendiri yang akan di cuci, menyiapkan alat cuci hingga ember dan
memahami proses pencucian.
3. Dіbutuhkаn dі zaman ѕеkаrаng уаng pеrlu ѕоluѕі dalam wаktu уаng сераt.
Pada zaman sekarang sangat dibutuhkan solusi dalam waktu yang cepat.
Namun terlintas dalam pikiran, bagaimana caranya? Nah salah satunya dengan cara
berpikir komputasi, cara berpikir yang terarah sesuai alur dan efesien.
Sedangkan kekurangan dari cara berpikir komputasi (computational thingking) adalah
sebagai berikut:
1. Dianggap mеmbuаt seseorang tіdаk krеаtіf dаlаm mencari solusi karena terlalu
mеngіkutі urutаn yang аdа.
Dari beberapa kelebihan diatas, cara berpikir komputasi juga memiliki
kekurangan salah satunya membuat seseorang tidak kreatif dalam berpikir dan
mencari solusi karena terlalu terpaku dengan prinsip atau tahap berpikir komputasi.
Sehingga menyebabkan manusia kurang memiliki imajinatif dan ke kreativitas an
dalam berpikir.
2. Kalah pamor dengan tеknіk реmесаhаn mаѕаlаh lain уаng lebi mеngеdераnkаn
kreativitas.
Teknik pemecahan masalah sangatlah banyak, cara berpikir komputasi
yang terlalu monoton akan kalah pamor dengan teknik berpikir lain yang lebih
mengedepankan kreativitas dan imajinasi.
3. Mаѕіh bаnуаk оrаng yang tіdаk mеngеtаhuі jenis реmіkіrаn іnі.
Saat ini sebagian besar orang tidak mengetahui apa itu cara berpikir
komputasi. Mungkin ada yang hanya sekedar tahu tapi tidak dilaksanakan, atau
bahkan tidak pernah mendengar dan tidak ingin mencari tau lagi. Nah hal itu yang
membuat cara berpikir komputasi ini kurang bisa berkembang di lingkungan kita
saat ini.
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Computational Thinking adalah keterampilan yang membimbing individu abad
ke-21 dalam masalah yang dialami selama kehidupan sehari-hari dan memiliki makna
yang terus meningkat. Tahapan computational thinking adalah dengan pemecahan
masalah menjadi lebih kecil (decomposition), menemukan pola-pola masalah untuk
kemudian dipecahkan (pattern recognition), mengidentifikasi prinsip umum yang
menghasilkan pola atau keteraturan tertentu (abstraction), dan mengembangkan
petunjuk pemecahan masalah yang memiliki langkah yang sama (algorithms).
Penerapaan computational thinking dapat diimplementasikan dalam kehidupn sehari-
hari.
Daftar Pustaka
Furber. (2012). Shut down or restart? The way forward for computing in UK schools.
London.: Technical report, The Royal Society.

Guzdial, M. (2008). Education: Paving the way for computational thinking. Communication
of the ACM, 25-27.

Mellon, C. (2014). Carnegie Mellon center for computational thinking.


http://www.cs.cmu.edu/~CompThink/ .

NRC. (2008). Taking science to school: Learning and teaching science in grades K-8. .
Washington: National Academy Press.

Williamson, B. (2015). Governing methods: Policy innovation labs, design and data science in
the digital governance of education. . Journal of Educational Administration and
History, 251-271.

Wing, J. (2006). Computational thinking. Communications of the ACM.

Wing, J. M. (2011 ). Research notebook: Computational thinking–What and why?


http://www.cs.cmu.edu/link/research-notebook-computational-thinking-what-and-
why .

Azizatul Khairi, S. Kohar, dkk. (2022). Teknologi Pembelajaran: Konsep dan


Pengembangannya di Era Sosiety 5.0. Jawa Tengah: PT. Nasya Expanding
Managemen.

Ansori, M. (2020). Pemikiran Komputasi (Computational Thinking) dalam Pemecahan


Masalah. Dirasah : Jurnal Studi Ilmu Dan Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 111–
126. https://doi.org/10.29062/dirasah.v3i1.83

Anda mungkin juga menyukai