Kehidupan Sehari-hari
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh :
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah yang kami angkat adalah
sebagai berikut:
1) Ketidakpahaman tentang arti dari computational thinking.
2) Pemahaman bahwa computational thingking adalah problem solving yang
tidak menarik.
3) Banyak orang awam yang belum mengenal computational thinking.
4) Computational thinking kalah pamor dengan Teknik problem solving lain
yang lebih menegedepankan kreativitas.
3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, batasan masalah yang kami angkat adalah
sebagai berikut:
1) Pemahaman computational thinking.
2) Cara berpikir secara computational thinking.
3) Penerapan computational thinking.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, rumusan masalah yang kami angkat adalah
sebagai berikut:
1) Apa definisi dari computational thinking ?
2) Bagaimana tahapan berpikir secara komputasi ?
3) Bagaimana penerapan computational thinking ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Definisi Computational Thinking
1. Sejarah Computational Thingking
Computational thinking terlihat seperti produk dari era komputer modern.
Padahal sebenarnya sebelum era komputer modern ada profesi ahli matematika
terlatih yang melakukan perhitungan kompleks sebagai tim yang disebut
"komputer." Pada awal tahun 1600-an istilah "komputer" tersebut berarti "orang
yang menghitung”. Mesin komputasi elektronik pertama disebut komputer
otomatis untuk membedakannya dari komputer manusia.
Bentuk primitif CT sebagai metode perhitungan mulai tercatat antara
sekitar 1800 SM hingga 1600 SM oleh orang Babylonia yang menuliskan prosedur
umum untuk memecahkan masalah matematika. Selain itu ada juga para insinyur
Mesir yang membangun piramida pada sekitar tahun 2700 SM. Mereka jelas tahu
banyak tentang geometri dan mampu menghitung dimensi dan sudut batu untuk
setiap bagian tengah piramida dan pengungkit tali, katrol, dan rol untuk
menggerakkan batu ke posisinya.
Selama berabad-abad ahli matematika berusaha untuk menguraikan
prosedur perhitungan yang lebih maju. Awalnya hanya penghitungan transaksi
perdagangan dan geometri struktur, tapi kini sudah bergerak ke trigonometri,
prediksi astronomi, navigasi langit, memecahkan persamaan aljabar, dan akhirnya
menghitung dengan kalkulus Newton dan Leibniz. Dengan memformalkan
prosedur komputasi, matematikawan Persia Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi
pada sekitar 800 M membuat para non-ahli atau awam hanya perlu mengikuti
petunjuk melakukan operasi aritmatika sederhana dalam urutan yang benar yang
dikenal dengan konsep algoritma.
Kita manusia memiliki kecenderungan untuk mengotomatisasi prosedur
rutin. Begitu pula untuk prosedur komputasi: penemu mencari mesin yang akan
mengotomatisasi komputasi untuk tujuan kecepatan yang lebih besar dan kesalahan
yang lebih sedikit. Namun membangun mesin untuk melaksanakan prosedur ini
ternyata jauh lebih sulit daripada menentukan prosedur. Pada tahun 1600-an Pascal
merancang dan membangun mesin aritmatika yang mampu menjumlah dan
mengurangkan. Itu bisa berkembang biak hanya di tangan operator manusia yang
mengerti penjumlahan berulang. Itu tidak bisa melakukan pembagian. Pada abad
ke 18-an John Napier menemukan logaritma, yang menjadi prinsip slide rule-
bantuan untuk perhitungan. Itu tidak bisa menambah atau mengurangi. Pada tahun
1819 Babbage merancang mesin roda gigi, poros, dan roda yang dapat menghitung
tabel bilangan aritmatika seperti logaritma. Pada tahun 1920-an para insinyur
merancang komputer analog untuk menghitung fungsi kontinu dengan
mensimulasikannya dengan sirkuit dan roda gigi.
Meningkatnya prevalensi komputer pada 1980-an sejak pengembangan
antarmuka yang ramah pengguna, dan infiltrasinya ke berbagai bidang kehidupan
sehari-hari meningkatkan interaksi antara manusia dan komputer. Dalam proses
ini, metode operasional komputer mulai mempengaruhi dan memandu proses
berpikir individu. Sejalan dengan perkembangan tersebut, konsep computational
thinking (CT) diperkenalkan dalam sebuah penelitian oleh (Wing, 2006) dan
menjadi cukup populer. Saat ini, CT dianggap sebagai keterampilan yang harus
diperoleh dan digunakan oleh individu abad ke-21 dalam memecahkan masalah
yang dihadapi dalam kehidupan secara efisien.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Computational Thinking adalah keterampilan yang membimbing individu abad
ke-21 dalam masalah yang dialami selama kehidupan sehari-hari dan memiliki makna
yang terus meningkat. Tahapan computational thinking adalah dengan pemecahan
masalah menjadi lebih kecil (decomposition), menemukan pola-pola masalah untuk
kemudian dipecahkan (pattern recognition), mengidentifikasi prinsip umum yang
menghasilkan pola atau keteraturan tertentu (abstraction), dan mengembangkan
petunjuk pemecahan masalah yang memiliki langkah yang sama (algorithms).
Penerapaan computational thinking dapat diimplementasikan dalam kehidupn sehari-
hari.
Daftar Pustaka
Furber. (2012). Shut down or restart? The way forward for computing in UK schools.
London.: Technical report, The Royal Society.
Guzdial, M. (2008). Education: Paving the way for computational thinking. Communication
of the ACM, 25-27.
NRC. (2008). Taking science to school: Learning and teaching science in grades K-8. .
Washington: National Academy Press.
Williamson, B. (2015). Governing methods: Policy innovation labs, design and data science in
the digital governance of education. . Journal of Educational Administration and
History, 251-271.