Anda di halaman 1dari 30

PLN

PT PLN (PERSERO)

PERATURAN PELAKSANA PT PLN (PERSERO)

NOMOR : 0054.E/01R12023

TENTANG

STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN SAMBU'NGAN LISTRIK


PER SEGMEN TEGANGAN PT PLN (PERSERO)

DIREKTUR PT PLN (PERSERO)

Menimbang a. bahwa dalam rangka mendukung pelayanan Konsumen


dengan memperhatikan ketentuan Bab VII Peraturan Direksi
PT PLN (Persero) Nomor 0012. P/DIR/2023 tentang Kebijakan
Strategis Tata Kelola Niaga dan Pelayanan Konsumen PT PLN
(Persero), pertu menetapkan Standar Prosedur terkait
Pelaksanaan Sambungan Listrik Per Segmen Tegangan PT
PLN (Persero);
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a di atas, maka perlu menetapkan Peraturan
Pelaksana PT PLN (Persero) tentang Standar Prosedur
Pelaksanaan Sambungan Listrik Per Segmen Tegangan PT
PLN (Persero).

Mengingat 1. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003


tentang Badan Usaha Milik Negara;
2. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2009
tentang Ketenagalistrikan;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2023
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1994 tentarig Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum)
Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan
Pembubaran Badan Usaha MiIik Negara sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2022;
7. Peraturan

Paraf.
-'',A
PLN
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral;
10. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
2/MBUJO3/2023 tentang Pedoman Tata Kelola dan Kegiatan
Korporasi Signifikan Badan Usaha Milik Negara;
11 Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
12. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-392/MBU/12/2021
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara;
13. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan listrik Negara Nomor SK-213/MBU/09/2022
tentang Pemberhentian, Perubahan Nomerikiatur Jabatan,
Pengatihan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara;
14. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan listrik Negara Nomor SK-258/MBU/09/2023
tentang Pengangkatan Anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
15. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304 K/DIR/2009
tentang Batasan Kewenangan Pengambllan Keputusan di
Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 0297. P/D1R12016;
16. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0121.P/DIR/2019
tentang Kebijakan Anti Fraud di Lingkungan PT PLN (Persero);
17. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0217.P/DIR/2019
tentang Proses Bisnis di Lingkungan PT PLN (Persero);
18. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0054.P/D1R12022
tentang Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 0022. PIDIR/2023;
19. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0012.P/DIR/2023
tentang Kebijakan Strategis Tata Kelola Niaga dan Pelayanan
Konsumen.
MEMUTU KAN

(f r
PLN
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PELAKSANA PT PLN (PERSERO) TENTANG


STANDAR PROSEDUR PELAKSANAAN SAMBUNGAN LISTRIK
PER SEGMEN TEGANGAN PT PLN (PERSERO)

Pasal I
Maksud dan Tujuan

(I) Maksud ditetapkannya Peraturan Pelaksana ml adafah sebagai pedoman dalam


pelaksanaan penyambungan listrik per segmen tegangan di Iingkungan PT PLN
(Persero) khususnya terkait pelaksanaan sambungan listrik per segmen
tegangan.
(2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Pelaksana ml adalah:
a. mewujudkari transformasi PLN melalul implementasi fungsi niaga dengan
manajemen Konsumen yang unggul melalul Iayanan kelistrikan dan non
kelistrikan sehingga dapat mendorong pertumbuhan penjualan Tenaga
Listrik dan citra Perusahaan.
b. strategi dalam mendorong peningkatan penjualan Tenaga Listrik melalui
sambungan listrik per segmen tegangan.
c. sebagai ruang kolaborasi melalul kerjasama dengan berbagai pihak untuk
mendorong sustainability pertumbuhan penjualan Tenaga Listrik PLN.

Pasal 2
Ruang Lingkup

Ruang Iingkup Peraturan Pelaksana ml sebagai berikut:


I. Organisasi dan Kewenangan;
2. Samburigan Listrik Tegangan Rendah;
3. Sambungan Listrik Tegangan Menengah;
4. Sambungan Listrik Tegangan Tinggi;
5. Dokumentasi, Administrasi dan Pelaporan; dan
6. Pemantauan dan Pengawasan.

Pasal 3
Organisasi dan Kewenangan

(I) Organisasi terkait dengan pelaksanaan sambungan listrik per segmen tegangan
adalah sebagal berikut:
a. Direktur yang memimpin, membina dan mengelola fungsi niaga
b. Direktur yang memimpin, membina, dan mengelola fungsi distribusi
C. Satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengelolaan niaga
d. Unit Induk, Unit Pelaksana dan Unit Pelayanan

Kewenangan

Paf
9
'4v
(2) Kewenangan tiap-tiap organisasi terkait pelaksanaan sambungan listrik per
segmen tegangan sebagaimana dimaksud pada angka I dituangkan dalam
Lampiran Peraturan Pelaksana ml.

Pasal 4
Sambungan Listrik Tegangan Rendah

Pelaksanaan sambungan listrik Tegangan Rendah ditujukan kepada Konsumen


Tegangan Rendah (TR) yang telah melengkapi persyaratan penyambungan Tenaga
Listrik balk dan sisi administratif mau pun sisi teknis.

Pasal 5
Sambungan Listnik Tegangan Menengah

Pelaksanaan sambungan listnik Tegangan Menengah ditujukan kepada Konsumen


Tegangan Menengah (TM) yang telah melengkapi persyaratan penyambungan
Tenaga Listnik balk dan sisi administratif maupun sisi teknis.

Pasal 6
Sambungan Listnik Tegangan Tinggi

Pelaksanaan sambungan listnik Tegangan Tinggi ditujukan kepada Konsumen


Tegangan Tinggi (IT) yang telah melengkapi persyaratan penyambungan Tenaga
Listnik balk dan sisi administratif maupun sisi teknis.

Pasal 7
Dokumentasi, Administrasi, dan Pelaporan

Segala bentuk dokumentasi, administrasi, dan pelaporan terkait pelaksanaan


penyambungan Tenaga Listnik per segmen tegangan dilaksanakan secara digital dan
tersistem melalui aplikasi niaga sesual dengan fungsi masing-masing yang diteruskan
sampal dengan unit-unit PLN.
Pasal 8
Pemantauan dan Pengawasan

Pemantauan dan pengawasan terkait pelaksanaan penyambungan Tenaga Listnik per


segmen tegangan dilakukan secara peniodik dan jenjang PLN pusat sesual dengan
fungsi masing-masing yang ditenuskan sampal dengan unit-unit PLN.

Pasal 9
Lampiran

Ketentuan dalam Penatunan Pelaksana ml mengenal:


I Onganisasi dan Kewenangan
2. Sambungan Listnik Tegangan Rendah;
3. Sambungan Listnik Tegangan Menengah;
4. Sambungan Listnik Tegangan Tinggi;

5. Dokumentasi

Para
PLN
5. Dokumentasi, Administrasi, dan Pelaporan; dan
6. Pemantauan dan Pengawasan.
diuraikan dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan Peraturan
Pelaksana ni.

Pasal 10
Ketentuan Penutup

Pada saat Peraturan Pelaksana ml mulai berlaku, maka:


1. Edaran Direksi No. 018E/012/DIR/2002 tentang Penyeragaman Pembatasan dan
Pengukuran Daya Tersambung Untuk Golongan Tarif Tegangan Rendah dan
Tegangan Menengah;
2. Edaran Direksi No. 019.E/012/DIR/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif
Tenaga Listrik Tegangan Rendah;
3. Edaran Direksi No. 020.E/012/DIR/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif
Tenaga Listrik Tegangan Menengah;
4. Edaran Direksi No. 021 .E/012/DIR/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tarif
Tenaga Listrik Tegangan Tinggi; dan
5. ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan Pelaksana mi,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Peraturan Pelaksana mi mulal berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal

DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR


MANAJEMEN RISIKO, DISTRIBUSI, ETAIL DAN NIAGA,

SUROSO ISNANDAR ADI PRIYANT e r "'l SRIMULYANTI

Jv-1j
Edisi ke : 0 Tanggal Beraku
Paraf : j
Revisi ke : 0 langgal yang Digantikan :

LAMPIRAN
PERATURAN PELAKSANA PT PLN
(PERSERO)
NOMOR : 0054 .E/DIR/2023
TANGGAL :28 Desember 2023

PLN

STANDAR PROSEDUR
PELAKSANAAN SAMBUNGAN LISTRIK
PER SEGMEN TEGANGAN PT PLN (PERSERO)

NOMOR :0054 .E1D1R12023


Edisi ke : 0 langgal Berlaku :
Revisi ke 0 Tanggal yang : Paa,: er
Digantikan J '\J /
/

CATATAN REVISI

Bagian yang
Nomor Tanggal Keterangan Pengesahan
Dilakukan
Revisi Revisu Revisu Revisu
Revusi
Edisi ke 0 Tanggal Berlaku
Paraf:
Revisi ke 0 Tanggal yang Digantikan

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LatarBelakang I
1 .2 Maksud dan Tujuan I
1.3 Ruang Lingkup I
1.4 Dasar Hukum dan Referensi 2
1.5 Pengertian 2
BAB II ORGANISASI DAN KEWENANGAN 6
BAB III SAM BUNGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH 7
BAB IV SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 10
BAB V SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI 16
BAB VI DOKUMENTASI, ADMINISTRASI, DAN PELAPORAN 21
BAB VII PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN 22
Edisi ke : 0 langgal Berlaku A;t /
Revisike : 0 Tanggalyang : Parf:jl' $h.. li
Digantikan I

BABI
PENDAHULUAN

11. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung pelayanan Konsumen dengan memperhatikan


ketentuan Bab VII Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0012.P/DIR/2023
Tentang Kebijakan Strategis Tata Kelola Niaga dan Pelayanan Konsumen PT PLN
(Persero), perlu menetapkan Peraturan Pelaksana PT PLN (Persero) tentang
Standar Prosedur Pelaksanaan Sambungan Listrik Per Segmen Tegangan PT PLN
(Persero).

1.2. Maksud dan Tujuan

1.2.1. Maksud ditetapkannya Standar Prosedur mi adalah sebagai pedoman


dalam teknis pelaksanaan penyambungan listrik per segmen tegangan di
Iingkungan PT PLN (Persero).
1.2.2. Tujuan ditetapkannya Standar Prosedur mi adalah:
1.2.2.1. mewujudkan transformasi PLN melalui implementasm fungsi niaga
dengan manajemen Konsumen yang unggul melalui Iayanan
kelistrikan dan non kelistrikan sehingga dapat mendorong
pertumbuhan penjualan Tenaga Listrik dan citra Perusahaan.
1.2.2.2. strategi dalam mendorong peningkatan penjualan Tenaga Listrik
melalui sambungan listrik per segmen tegangan.
1.2.2.3. sebagai ruang kolaborasi melalui kerjasama dengan berbagai
pihak untuk mendorong sustainability pertumbuhan penjualan
Tenaga Listrik perusahaan.
1.2.2.4. sebagai petunjuk bagi jajaran manajemen dan fungsi terkait
dalam melaksanakan penyambungan listrik per segmen
tegangan.
1.3. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup Standar Prosedur mi meimputi:

1.3.1. Organisasi dan Kewenangan;


1.3.2. Sambungan Listrik Tegangan Rendah;
1.3.3. Sambungan Listrik Tegangan Menengah;
1.3.4. Sambungan Listrik Tegangan Tinggi;
1.3.5. Dokumentasi, Administrasi, dan Pelaporan; dan
1.3.6. Pemantauan dan Pengawasan.

1
rlB/4
Edisi ke : 0 Tangga Berlaku j / k'
Revisi ke : 0 langgal yang : ' / 1
Digantikan V 'J-'

1.4. Dasar Hukum Dan Referensi

1.4.1. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0054.P/DIR/2022 tentang


Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero).
1.4.2. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0012.P/DIR/2023 Tentang
Kebijakan Strategis Tata Kelola Maga dan Pelayanan Konsumen PT
PLN (Persero).
1.5. Pengertian

Dalam Standar Prosedur mi, yang dimaksud dengan:


1.5.1. Alat Pembatas adalah alat milik PLN untuk membatasi daya yang dipakai
Konsu men.
1.5.2. Alat Pengukur adalah alat milik PLN untuk mengukur daya dan energi
listrik yang dipakai Konsumen.
1.5.3. Alat Pengukur dan Pembatas yang selanjutnya disebut APP adaah alat
milik PLN yang terdiri dan Alat Pengukur dan Alat Pembatas.
1.5.4. Calon Konsu men adalah setiap orang, badan usaha, atau
badan/tembaga Iainnya yang mengajukan permintaan sambungan
Tenaga Listrik dan instalasi PLN.
1.5.5. Circuit Breaker yang selanjutnya disebut CB adalah komponen kelistrikan
yang berupa sakelar pemutus arus sebagai bentuk proteksm terhadap
beban Iebih (overload) maupun hubung singkat (overcurrent).
1.5.6. Daya Tersambung adalah daya yang disepakati antara PLN dan
Konsumen yang dituangkan dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listnik
(PJBTL).
1.5.7. Depresi Tegangan Hubung Singkat (DTHS) adalah perbandmngan antara
Daya Tersambung (dalam satuan MVA) hubung singkat tanur terhadap
Daya Tersambung (dalam satuan MVA) hubung singkat titik sambung
bersama.
1.5.8. Direksi adalah organ PLN yang benwenang dan bertanggung jawab
penuh atas pengurusan PLN untuk kepentingan PLN sesuai dengan
maksud dan tujuan PLN serta mewakiti PLN sesual dengan peraturan
perundang-undangan yang benlaku dan/atau Angganan Dasar PLN.
1.5.9. Direktur (Director) adalah anggota Direksi yang memim pin, membina,
dan mengelola PLN dan Dmnektorat (Directorate) sesuai dengan peratunan
perundang-undangan yang bentaku, Anggaran Dasar PLN, dan/atau
Iingkup tanggung jawab dan tugas pokoknya.
1.5.10.Energi Minimum adalah perhitungan energi listnik berdasankan Daya
Tersambung dengan jam nyala minimum yang telah diperjanjikan.
1.5.11. General Manager yang selanjutnya disebut GM adalah jabatan struktural
I (satu) tingkat dibawah Direktur (Director) atau Executive Vice President
yang memimpin, membina, dan mengelola Unit Induk atau Pusat-Pusat
dan bertanggung jawab Iangsung kepada Direktur (Director) atau
Executive Vice President.

2
Edisi ke 0 Tan..al Berlaku
Revisi ke : 0 Tanggal yang rrs r
Pay
/k
Digantikan NrftljI

1.5.12. Harhionisa adalah gelombang sinusoidal tegangan atau arus yang besar
frekuensinya merupakan kelipatan bulat dan frekuensi dasar.
1.5.13.Kapasitas Total adalah jumlah kapasitas tanur yang secara simultan
beroperasi bersama-sama dalam satu sistem kelistrikan.
1.5.14. Kilo Volt Ampere yang selanjutnya disebut kVA adalah daya semu yang
merupakan nilai satuan yang didapatkan dan perhitungan antara
tegangan dengan arus listrik pada Konsumen.
1.5.15.Kilo Volt Ampere — Maksimal yang selanjutnya disebut kVA-Maksimal
adalah daya semu tertinggi/maksimal yang didapatkan dan perhitungan
antara tegangan dengan arus listrik pada Konsumen.
1.5.16. Kilo Volt Ampere Reaktif Hour yang selanjutnya disebut kVArh adalah
satuan yang digunakan untuk mengetahui daya reaktif yang dihasilkan
dan pemakalan berbagai peralatan listnik tiap satuan jam.
1.5.17.Kilo Watt Hour yang selanjutnya disebut kWh adalah satuan dan
besarnya penggunaan listrik Konsumen dalam kilowatt dikali waktu
dalam jam.
1.5.18.Kelas Ketelitian adalah sebuah angka yang merupakan batas kesalahan
yang diizinkan dalam persen untuk semua nilai arus antara 0,1 I dan
'm
faktor kerja satu bilamana meter diuji dalam kondisi acuan (tenmasuk
toleransi yang diizinkan untuk nilai acuan).
1.5.19.Kelip Tegangan (flicker) adalah Impresi ketidakstabilan pada sensasi
visual yang terlihat melalui cahaya lampu dan timbul karena variasi
perubahan tegangan dengan amplitudo di bawah 10% dan nilai nominal
tegangan sistem.
1.5.20. Ketidakseimbangan Tegangan adalah rasio dan komponen tegangan
urutan negatif atau nol dengan komponen tegangan urutan positif yang
dihitung dengan perbandingan antara tegangan urutan negatif (V)
terhadap tegangan urutan positif (V) yang diukur pada titik sambung
Konsumen.
1.5.21.Kompensator adalah alat untuk mengkompensasi daya reaktif yang
disebabkan oleh pengaruh induktansi dalam peralatan listnik.
1.5.22. Konsumen adalah setiap orang, badan usaha, atau badan/lembaga
lainnya yang membeli atau memakai Tenaga Listnik dan instalasi PLN
berdasarkan alas hak yang sah.
1.5.23.Konsumen Layanan Khusus adalah Konsumen yang memerlukan
pelayanan dengan kualitas khusus dan yang karena berbagai hal tidak
tenmasuk dalam ketentuan golongan tanif sosial, rumah tangga, bisnis,
industri, kantor pemenintah dan penerangan jalan umum, maupun traksi
dan curah.
1.5.24.Meter Energi Statik adalah meter yang anus dan tegangannya
menimbulkan suatu proses pada elemen-elemen elektronik untuk
menghasilkan frekuensi pulsa keluaran yang pnoporsional dengan
besanan enengi aktif dan reaktif yang diukur.
1.5.25. Penambahan Daya adalah pnoses pengajuan penambahan daya Tenaga
Listnik oleh Konsumen mulai pendaftaran sampai dengan Konsumen
mendapatkan daya listnik banu sesuai yang diajukan.

3
Edisi ke 0 Tanggal Berlaku : )' r1 A# / 4'
Revisi ke : U Tanggal yang
Digantikan
: Praf: ?ç
/
j'L JA
f_ /4
1.5.26. Perjanjian Jual Bell Tenaga Listrik, yang selanjutnya disebut PJBTL,
adalah perjanjian jual bell Tenaga Listrik yang memuat ketentuan tentang
hak dan kewajiban antara PLN selaku penjual dan Konsumen selaku
pembeli.
1.5.27. PT PLN (Persero) yang selanjutnya disebut PLN adalah Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang didirikan
dengan Akta Notaris Sutjipto S.H. Nomor 169 tanggal 30 Juli 1994
beserta perubahannya.
1.5.28. Rekening Minimum adalah tagihan listrik minimum perbulan berdasarkan
perhitungan pemakaian Energi Minimum dan harga jual Tenaga Listrik.
1.5.29. Rele Arus Lebih/Over Current Relay/Reie Pengaman Hubung Singkat
adalah relal yang digunakan untuk mengamankan instalasi listrik dan
arus lebih.
1.5.30. Rele Beban Lebih/Over Load Relay/Rele Pembatas Daya adalah relai
yang digunakan untuk mengamankan instalasi listnik dan beban lebih.
1.5.31. Rele internal Meter Energi adalah rele yang dapat dig unakan untuk
pembatas daya dan berada di internal meter.
1.5.32. Sam bung Baru adalah proses pengajuan sambungan baru Tenaga Listrik
oleh Calon Konsumen mulal pendaftaran sampai dengan penyambungan
listnik pada persil bangunan Calon Konsumen.
1.5.33. Sambungan Listnik Tegangan Menengah (TM) merupakan sambungan
Tenaga Listrik dengan tegangan nominal 20.000 (dua puiuh nibu) Volt.
1.5.34. Sambungan Listrik Tegangan Rendah (TR) merupakan sambungan
Tenaga Listnik dengan tegangan nominal 230 V untuk sambungan fasa
tunggal atau 400 V untuk sambungan fasa tiga.
1.5.35.Sambungan Listrik Tegangan Tinggi (IT) adalah sambungan Tenaga
Listrik 3 fasa dengan tegangan antar fasa 66.000 (enam puluh enam ribu)
Volt dan 150.000 (seratus lima puluh ribu) Volt.
1.5.36. Standar PT PLN (Persero) yang selanjutnya disebut SPLN adalah
standar penusahaan PT PLN (Persero) yang ditetapkan Direksi bersifat
wajib dan dapat berupa peraturan, pedoman, instruksi, cara pengujian
dan spesifikasi teknik.
1.5.37.Tanur Listnik adalah tanur/tungku yang melakukan proses pembuatan
baja atau baja paduan dengan memanfaatkan sumber panas dan anus
listnik.
1.5.38.Tanif Tenaga Listrik adalah tanif Tenaga Listrik untuk Konsumen yang
disediakan oleh PLN.
1.5.39.Tenaga Listnik adalah bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,
ditransmisikan, dan didistnibusikan untuk semua keperluan di luan listnik
yang digunakan dalam komunikasi atau isyarat.
I .5.40.Tegangan Menengah yang selanjutnya disebut TM adalah tegangan
sistem di atas 1.000 Volt sampai dengan 35.000 Volt.
1.5.41. Tegangan Rendah yang selanjutnya disebut IR adalah tegangan sistem
sampai dengan 1.000 Volt.

4
Edisi ke : 0 Tanggai Berlaku 't' /k
Revisi ke : 0 Tanggat yang
Digantikan
: Parf
Vk 9 g L 14
f'] ,6

1.542.Tegangan Tinggi yang selanjutnya disebut TT adalah tegangan sistem


di atas 35.000 Volt sampal dengan 245000 Volt.
1.5.43. Trafo Arus/Current Transformer yang selanjutnya disebut CT adalah
suatu peralatan listrik yang dapat mentransformasikan arus dan nilai
yang besar menjadi nilai yang kecil untuk pengukuran dan proteksi.
1.5.44. Trafo Tegangan/Potential Transformer (PT) adalah suatu peralatan listrik
yang dapat mentransformasikan tegangan dan nilal yang besar menjadi
nilai yang kecil untuk pengukuran dan proteksi.
1.5.45. Trip atau Tripping adalah suatu kondisi dimana terlepasnya jaringan
listrik dan sistem/subsistem janingan listrik lainnya.
1.5.46.Unit Induk adalah satuan kerja I (satu) tingkat di bawah Kantor Pusat
yang dipimpin, dibina, dan dikelola oleh General Manager dan
melaksanakan kegiatan usaha penyediaan Tenaga Listrik tertentu sesuai
dengan tujuannya.
1.5.47. Unit Layanan adalah organisasi I (satu) tingkat di bawah Unit Pelaksana
yang dipimpin, dibina, dan dikelola oleh Manager Unit Layanan dan
melaksanakan kegiatan usaha ketenagalistrikan tertentu sesuai dengan
tujuannya.
1.5.48. Unit Pelaksana adalah organisasi I (satu) tingkat di bawah Unit Induk
atau Pusat-Pusat yang dipimpin, dibina, dan dikelola oleh Manager Unit
Pelaksana dan melaksanakan kegiatan usaha ketenagalistnikan tertentu
sesuai dengan tujuannya.
1.5.49. Volt Ampere yang selanjutnya disebut VA adalah satuan yang digunakan
untuk mengukur daya pada nangkaian listrik.

5
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku : ,i 1
Revisi ke : 0 Tanggal yang
Digantikan
Prf:
IfY'
/ D i' A M' A

BAB II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN

Organisasi, kewenangan, dan tanggung jawab terkait dengan pelaksanaan sambungan


listrik per segmen tegangan PT PLN (Persero) adalah sebagai berikut:
2.1. Direktur yang memimpin, membina dan mengelola fungsi niaga yang
berwenang membina pengelolaan dan memberikan arahan dalam penerapan
kebijakan niaga dan pelayanan pelanggan di lingkungan PT PLN (Persero);
2.2. Direktur yang memimpin, membina, dan mengelola fungsi proses bisnis
operasional distribusi, yang berwenang memimpin, merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menyelenggarakan fungsi manajemen
distribusL
2.3. Satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengelolaan niaga, yang berwenang
memimpin, membina, mengembangkan, mengelola, mengintegrasikan dan
memastikan perencanaan di satuan kerjanya sesuai dengan Iingkup tanggung
jawab dan tugas pokoknya termasuk penugasan lain yang ditetapkan melatui
peraturan Perusahaan.
2.4. Unit Induk, Unit Pelaksana dan Unit Layanan, yang bertugas melaksanakan
kebijakan niaga yang telah ditetapkan.

6
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku
Paraf : g
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan :

BAB Ill
SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH

3.1. Sambungan Listrik Tegangan Rendah (TR) merupakan sambungan Tenaga


Listrik dengan tegangan nominal:

3.1.1 230 V untuk sambungan fasa tunggal; atau

3.1.2 400 V untuk sambungan fasa tiga.

3.2. Pembatasan, Pengukuran, dan Daya Tersambung Konsumen TR

3.2.1 Pembatasan

a. Pembatasan Daya Tersambung dapat dilakukan dengan perangkat


pembatas CB atau menggunakan Rele Internal Meter Energi.
b. Perangkat pembatas pada huruf a di atas harus disesuaikan dengan
ketentuan SPLN yang berlaku.

3.2.2 Pengukuran
a. Alat Pengukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran
pemakaian energi Konsumen TR diantaranya adalah sebagaimana
disebutkan pada Tabel I sebagai berikut:
No. Jenis Meter Keterangan
Menggunakan meter energi statik
1 Meter-kWh Fase lunggal
kelas 1.0
Meter-kWh 3 Ease, Menggunakan meter energi statik
2
tersambung Iangsung kelas 1.0
Mete r-kWh 3 Fase,
Menggunakan meter energi statik
3 tersambungtidak
kelas 0.5 dan 0.5S
Iangsung

b. Alat Pengukur pada huruf a di atas harus disesuaikan dengan


ketentuan SPLN yang berlaku.
3.2.3 Penyambungan Daya Konsumen TR

a. Daya Tersambung untuk Konsumen TR adalah sebagaimana


disebutkan pada Tabel 2 sebagai berikut:

7
4,
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
Paraf:
,/ . 4 1'kJ

SISTEM 230/400 VOLT


230 VOLT SATU FASA / 400 VOLT TIGA FASA
DAVA
PEMBATAS
TERSAMBUNG PENGUKURAN JENISPENGAWATAN
(AMPERE)
(VA)
450 Lx2
900 1x4
1.300 1x6
2.200 lxl0
3.500 1x16
Menggunakan
4.400 1x20 TRfasetunggal
meter energi
5.500 1x25 penguku ran langsung
statik kelas 1,0
7.700 1x35
11.000 1x50
*13900 1x63
*17600 1x80
*22000 lxl0O
6.600 3x10
10.600 3x16
13.200 3x20
Menggunakan
16.500 3x25 . TRiase tiga pengukuran
meter energi
23.000 3x35 . Iangsung
statik kelas 1,0
33.000 3x50
41.500 3x63
**53000 3x80
**53000 3x80
66.000 3x100 Menggunakan
82.500 3x125 meterenergi
105.000 3x160 statik kelas 0.5; TR fase tiga pengukuran
131.000 3x200 0.5S; dengan tidaklangsung
147.000 3x225 trafoarus
164.000 3x250 tegangan rendah
197.000 3x300

Catatan
* Daya 13.900 VA, 17.600 VA, dan 22.000 VA khusus untuk wilayah Jawa Tengah & D.I.Y
** Daya 53.000 VA dapat dilayani dengan pengukuran langsung/tidak langsung

b. Pelaksanaan penyambungan daya TR perlu memperhatikan diagram


tunggal Konsu men TR yang diatur dalam Tabel 3 di bawah mi:

8
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan : i

No Jerns Alat
Gambar0agrarnTunggaI
Gbr Pengukuran Pengukur

(t)' [
IR tase
Meter
tunggal .. energi
1
pengukurai
statik
Iangsung
1
SPLN 03.007: 2021

TR fase tiga :'.! . Meter


2 pengukuran . energi
Iangsung * statik

SPLN 03.006: 2021

I 4),

TR fase tiga - . . Meter


3 pengukuran . energi
tidakiangsung * . statik

SPLN 03.006. 2021

C. PLN Unit Pelaksana atau Unit Layanan perlu memastikan untuk


Konsumen TR yang pemutus tenaganya jatuh (trip) disebabkan
pemakaian terlalu tinggi, maka disarankan untuk melakukan
Penambahan Daya dan/atau pemeriksaan ulang instalasi Milik
Pelanggan (IML) dengan segala biaya menjadi tanggungan
Konsu men.

9
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Paf: ,
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan

BAB IV
SAM BUNGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

4.1. Sambungan Listrik Tegangan Menengah (TM) merupakan sambungan tenaga


listrik dengan tegangan nominal 20.000 (dua puluh ribu) Volt.
4.2. Pelaksanaan Penyambungan Listrik TM
4.2.1 Konsumen baru TM wajib dilayani dengan sambungan TM/TM/TM sesuai
dengan daya >200 kVA yang diukur di sisi TM dan menerima pasokan
pada TM.
4.2.2 Konsumen eksisting dengan sambungan TM/TM/TR (dengan daya >200
kVA yang diukur di sisi TM, dan menerima pasokan pada TR) serta
TM/TR/TR (dengan daya >200 kVA yang diukur di sisi TR, dan menerima
pasokan di sisi TR) secara bertahap diubah menjadi sambungan
TM/TM/TM melalui skema perubahan daya atau skema kerjasama
dengan pihak ketiga untuk penyediaan trafo dan aksesorisnya.
4.2.3 Pemakaian energi kWh dalam rekening bulanan dihitung dengan faktor
perkalian hasil ukur sebagai berikut:
a. Sambungan TM/TM/TM dan TM/TM/TR:
Pemakaian energi kWh dihitung sebesar kWh terukur dikalikan faktor
rugi trafo 1,00.
b. Sambungan TM/TR/TR
Untuk memperhitungkan rugi-rugi besi dan tembaga, maka
perhitungan biaya pemakaian dihitung sebesar kWh terukur dikalikan
dengan:
i. faktor 1,02 apabila APP terletak di gardu PLN
ii. faktor 1,05 apabila APP tidak terletak di gardu PLN
4.2.4 Konsumen golongan tarif TM wajib menyediakan ruang untuk
menempatkan alat ukur dan perlengkapan TM milik PLN.
4.3. Pembatasan, Pengukuran dan Daya Tersambung Konsumen TM
4.3.1 Pembatasan
a. Pembatasan daya dilakukan dengan perangkat pembatas Circuit
Breaker (CB) yang dilengkapi dengan Trafo Arus (CT), Trafo
Tegangan (PT) dan Rele Beban Lebih 3 (tiga) fasa yang mempunyai
karakteristik waktu yang mengacu kepada rumus cold start dan
karakteristik thermis Rele Beban Lebih (over load) yang disesuaikan
pada arus nominal untuk Daya Tersambung (In), sebagai berikut:

10
: 0 Tanggal Berlaku
Edisi ke
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan :
Paraf: J ,A. cl¼i

[j]2

Dimana:
t—
— x
0
I
[J]2 — [ k x 1SJ
]21
I
menit

= waktu dalam menit I = arus beban


= konstanta therm is k = konstanta 1,05
n = logaritma bilangan natural I = setelan arus rele

Nilai t dan i dipilih sehingga mendapatkan karakteristrik Tripping


karena pembebanan sebagaimana disebutkan pada Tabel 4 berikut:

PADA ARUS WAKTU TRIP


1,05 X In tidak Trip sebelum 60 Menit
1,20 X In Trip sebelum 20 Menit
1,50 X In Trip sebelum 10 Menit
dikoordinasikan dengan pengaman
4 00 X In
hubung singkat (OCR)

b. Khusus Konsumen golongan tarif R-3 dan P-3 dengan Daya


Tersambung > 200 kVA, pembatasan dayanya dapat merujuk ke
butir4.3.1 poina.
c. Instalasi Tenaga Listrik harus dilengkapi Rele Pengaman Hubung
Singkat atau Rele Arus Lebih/Over Current Relay karena pembatas
arus beban Konsumen yang menggunakan Rele Beban Lebih/Over
Load Relay tidak dapat mengamankan peralatan instalasi tenaga
dan kerusakan (balk mekanis maupun termis) akibat arus gangguan
hubung singkat yang besar.
d. Setelan arus dan setelan waktu dan Rele Arus Lebih/Over Current
Relay tidak boleh menggagalkan karakteristik yang dibentuk oleh
Rele Pembatas Daya, namun harus tetap dapat mengamankan
peralatan instalasi tenaga (kabel, konduktor, trafo, dan peralatan
instalasi tenaga Iainnya) dan arus gangguan hubung singkat.
e. Dalam hal kapasitas (rating) peralatan instalasi Tenaga Listrik (kabel,
konduktor, trafo) tidak memungkinkan untuk koordinasi Rele
Pembatas Daya dan Rele Pengaman Hubung Singkat secara
selektif, maka prioritas setelan diutamakan untuk pengaman hubung
singkat.
f. Batasan Daya Tersambung pada Konsumen yang dilayani Iebih dan
satu jaringan Tenaga Listrik merupakan penjumlahan (summation)
dan masing-masing batasan daya pada jaringan Tenaga Listrik dan
tidak melebihi Daya Tersambung.
g. Pembatasan daya untuk Konsumen baru TM dengan Tanur Listrik
dilakukan dengan penyetelan rele pada 100% dan daya
kontrak/tersambung.
h. Konsumen TM eksisting dengan Tanur Listrik yang penyetelan rele-
nya 115%, secara bertahap diubah menjadi 100%.
11
Edisi ke : 0 Tangal Berlaku :
Paraf: q
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan

4.3.2 Pengukuran
a. Pengukuran kWh dan kVArh pada Konsumen TM dilakukan dengan
menggunakan Meter Energi Statik.
b. Perhitungan Rekening Minimum mengacu kepada aturan Tarif
Tenaga Listrik yang berlaku.
c. Pengukuran kVA-maksimal khusus pada Konsumen golongan tarif
Traksi (T) menggunakan Meter Energi Statik yang mampu mencatat
pemakaian daya tertinggi dalam periode I (satu) bulan.
d. Perhitungan Energi Minimum pada Konsumen TM dengan Tanur
Listrik sesuai dengan ketentuan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Konsumen TM yang mempunyai pembangkit listrik sendiri dengan
kemungkinan ekspor-impor Tenaga Listrik secara interkoneksi
dengan PLN harus dipasang Meter Energi Statik ekspor-impor, untuk
perhitungan pemakaian energi mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Untuk saluran Tenaga Listrik yang dilayani lebih dan satu jaringan
Tenaga Listrik dapat dilakukan pengukuran secara penjumlahan
(summation) menggunakan lebih dan 1 (satu) Meter Energi Statik
atau Meter Energi Statik multi kanal. Dalam hal penggunaan lebih
dan I (satu) meter, maka penjumlahan energi dilakukan secara
otomatis.
g. Pengukuran Konsumen TM harus menggunakan trafo pengukur
yaitu:
a. Jaringan TM yang ditanahkan langsung atau yang ditanahkan
melalui tahanan rendah digunakan 3 (tiga) buah Trafo
Arus/Current Transformer (CT) dan 3 (tiga) buah Trafo
Tegangan/Potential Transformer (PT).
b. Trafo Arus/Current Transformer (CT) yang digunakan untuk
Meter Energi Statik dengan Kelas Ketelitian 0,2S atau lebih baik
yang mengacu pada SPLN D3.014-1.
c. Trafo Tegangan/Potential Transformer (PT) yang digunakan
untuk Meter Energi Statik dengan Kelas Ketelitian 0,2 atau lebih
baik yang mengacu pada SPLN D3.014-2.
h. Penggunaan Alat Pengukur Meter Energi Statik mengacu pada hal
sebagai berikut:
a. Konsumen TM menggunakan Meter Energi Statik dengan kelas
ketelitian 0,5S atau lebih baik yang mengacu pada SPLN 03.006
yang berlaku.
b. Pengamanan sistem pemrograman Meter Energi Statik
dilakukan dengan pengaturan hierarki petugas sesuai
kewenangan dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
12
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
Paraf: ,aH

c. Pengunduhan rekaman data Meter Energi Statik dilakukan


minimal I (satu) kali dalam satu bulan untuk kemudian hasilnya
dievaluasi terhadap kemungkinan terjadinya anomali rekaman
data atau peralatan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
4.3.3 Daya Tersambung Konsumen TM
a. Pelaksanaan penyambungan daya Konsumen TM perlu
memperhatikan diagram tunggal Konsumen TM sebagaimana Tabel
5 di bawah mi:

No Jenis Alat
Gambar Diagram Tunggal
Gbr Pengukuran Pengukur

oco o

TM 3 Kawat
TM Meter
4 pengukuran energi
tidak langsung statik

TM 4 Kawat

SPLN D3006: 2021

b. Penyambungan daya untuk Konsumen TM perlu memperhatikan


setelan arus nominal pada Rele Pembatas Daya
c. Setelan arus nominal pada Rele Pembatas Daya sebagaimana
dijelaskan pada huruf b di atas, ditetapkan dengan rumus sebagai
berikut:
ln= S
I,73x E

In = arus nominal dalam amper


S = Daya Tersambung dalam kVA
E = tegangan fasa-fasa dalam kV.

d. Apabila terjadi kondisi di mana pemutus tenaganya jatuh (Trip)


sebanyak 3 (tiga) kali dikarenakan kelebihan beban (overload), maka
Konsumen TM diharuskan untuk melakukan Penambahan Daya
dan/atau PLN perlu melakukan pemeriksaan ulang Instalasi Milik
Pelanggan (lML) dengan segala biaya menjadi tanggungan
Konsu men.
13
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku
Paraf : \7'
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan :

4.4. Batasan KeiipTegangan


4.4.1 Apabiia terjadi gangguan terjadi di jaringan PLN, lama Keiip Tegangan
pada jaringan TM 20 kV paling ama adaiah 1.000 miii detik pada sisa
tegangan (magnitude dip) sebesar 80% (mengacu ke kurva ITIC).
4.4.2 Konsumen yang menggunakan peraiatan dengan sensitifitas tinggi perlu
menyesuaikan sistem kontrol dan pengamannya dengan ketentuan Kelip
Tegangan di sistem PLN sebagaimana diatur di dalam butir 4.4.1 di atas.
4.5. Konsumen Tanur Listrik TM
4.5.1 Ketentuan Konsumen Tanur Listrik TM adaiah sebagai berikut:
a. Persyaratan Kelip Tegangan atau Depresi Tegangan Hubung
Singkat (DTHS) yang tersambung pada jaringan TM 20 kV dibatasi
tidak iebih 3% bagi Konsumen Tanur Listrik tanpa memakai
Kompensator.
b. Apabiia Konsumen Tanur Listrik yang sejak perencanaannya
disambung sudah tidak memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum pada huruf a di atas, maka Konsumen harus
mengembaiikan DTHS seperti yang tercantum pada butir a di atas
dengan mempergunakan Kompensator, jabaran Kompensator diatur
daiam kontrak/addendum PJBTL.
c. Apabiia terdapat beberapa Konsumen yang terhubung pada titik
sambungan bersama, maka niiai Ketidakseimbangan Tegangan
kumulatif di titik tersebut tidak iebih dan 2% daiam 95% rentang
waktu pengukuran.
d. Tegangan Harmonisa yang dibangkitkan oieh Konsumen Tanur
Listrik yang tersambung pada jaringan Tegangan Menengah 20 kV
dibatasi tidak iebih 5%.
e. Goncangan frekuensi sistem keiistrikan akibat dibebani Konsumen
Tanur Listrik tidak boieh mengakibatkan fiuktuasi frekuensi (Hz)
meiampaui batas toleransi yang teiah ditetapkan oieh sistem
keiistrikan PLN.
f. Kapasitas Total Tanur Listrik (daiam MVV) di daiam sistem harus
dijaga pada batas yang tidak mempengaruhi jaminan kestabiian
frekuensi sistem PLN setempat.
Sebagai contoh, sistem keiistrikan secara teoritis dianalisis mampu
menahan kestabiian frekuensi akibat beroperasinya Tanur Listrik
sampai dengan 220 MW. Sudah tersambung 6 Konsumen Tanur
Listrik dengan kapasitas seiuruhnya 190 MW, maka Konsumen
Tanur Listrik ke 7 hanya dapat disambung dengan daya maksimum
sebesar (220-190) MW = 30 MW.
g. PLN berhak memberikan sanksi berupa pemutusan Tenaga Listrik
bagi Konsumen Tanur Listrik yang tidak memenuhi persyaratan
pada huruf a sampai dengan huruf f di atas.
h. Pengenaan sanksi pemutusan Tenaga Listrik sebagaimana
disebutkan pada huruf g periu dituangkan daiam PJBTL.
14
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Paraf: f
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan

4.5.2 Persyaratan teknis untuk Konsumen Tanur Listrik terkait Kelip Tegangan
(flicker), faktor Ketidakseimbangan Tegangan, Harmonisa tegangan dan
goncangan frekuensi sistem diatur lebih lanjut dalam SPLN D5.004-1.
4.5.3 PLN Unit Induk dan/atau Unit Pelaksana perlu melakukan analisis Kelip
Tegangan dan goncangan frekuensi yang akan terjadi berdasarkan
kapasitas Tanur Listrik dan kapasitas sistem kelistrikan di titik sambung
bersama sebelum Konsumen Tanur Listrik disambung ke jaringan.
4.6. Lain-lain
4.6.1 Batasan Kelip Tegangan harus dituangkan dalam PJBTL Konsumen TM.
4.6.2 Konsumen Tanur Listrik TM perlu melakukan penyesuaian terhadap
persyaratan Konsumen Tanur Listrik sesuai dengan butir 4.5 dan diatur
melalui kesepakatan bersama dengan Konsumen yang dituangkan
dalam addendum PJBTL.

15
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku : J ss
Praf :\J
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan

BABV
SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI

5.1. Sambungan listrik Tegangan Tinggi (TT) adalah sambungan Tenaga Listrik 3
(tiga) fasa dengan tegangan antar fasa 66.000 (enam puluh enam ribu) Volt dan
150.000 (seratus lima puluh ribu) Volt.
5.2. Konsumen U wajib menyediakan area gardu induk untuk kepentingan PLN dan
instalasi Konsumen sendiri.
5.3. Pelaksanaan Penyambungan Konsumen TT
5.3.1 Konsumen baru Tegangan Tinggi harus dilayani dengan sambungan
TT/TT/TT sesuai daya ~ 30 MVA yang diukur di sisi TT dan menerima
pasokan pada Tegangan Tinggi.
5.3.2 PLN perlu melakukan perubahan secara bertahap terhadap Konsumen
eksisting dengan sambungan TT/TT/TM (daya ~ 30 MVA yang diukur di
sisi TT, menerima pasokan pada Tegangan Menengah) serta TT/TM/TM
(daya >30 MVA yang diukur di sisi TM dan menerima pasokan pada
Tegangan Menengah) menjadi sambungan TT/TT/TT melalui skema
perubahan daya atau skema kerjasama dengan pihak ketiga untuk
penyediaan trafo dan aksesorisnya.
5.3.3 Pemakaian energi kWh dalam rekening bulanan dihitung dengan faktor
perkalian hasil-ukur sebagai berikut:
a. Sambungan TT/TT/TT dan TT/TTITM
Pemakaiannya dihitung sebesar kwh terukur dikalikan faktor rugi
trafo 1,00.
b. Sambungan TT/TM/TM
Untuk memperhitungkan rugi-rugi besi dan tembaga, maka
perhitungan biaya pemakaian dihitung sebesar kWh terukur dikalikan
dengan:
i. faktor 1,02 apabila APP terletak di gardu PLN
ii. faktor 1,05 apabila APP tidak terletak di gardu PLN.
5.4. Pembatasan, Pengukuran dan Daya Tersambung Konsumen TT
5.4.1 Pembatasan
a. Pembatasan daya pada Konsumen U dilakukan dengan perangkat
pembatas Circuit Breaker (CB) yang dilengkapi dengan Trafo Arus
(CT), Trafo Tegangan (PT) dan Rele Beban Lebih 3 (tiga) fasa. Rele
beban 3 (tiga) fasa yang digunakan mempunyai karakteristik waktu
yang mengacu kepada rumus cold start dan karakteristik thermis
Rele Beban Lebih (over load) yang disesuaikan pada arus nominal
untuk Daya Tersambung (In), sebagai berikut:
[j]2
t = i: X °n menit
[
[J]2 - [k x 1si12
Dimana:
= waktu dalam menit I = arus beban
= konstanta thermis k = konstanta 1,05
= logaritma bilangan natural I = setelan arus rele
16
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Paraf : 'J
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan

Nilai D dan I dipilih sehingga mendapatkan karakteristrik Tripping


karena pembebanan sebagaimana disebutkan pada Tabel 6 berikut:

PADA ARUS WAKTU TRIP


1,05 X In tidak Trip sebelum 60 Menit
1,20 X In Trip sebelum 20 Menit
1,50 X In Trip sebelum 10 Menit
dikoordinasikan dengan pengaman
400 X In
hubung singkat (OCR)

b. Instalasi Tenaga Listrik harus dilengkapi Rele Pengaman Hubung


Sing kat atau Rele Arus Lebih (Over Current Relay) karena pembatas
arus beban Konsumen yang menggunakan Rele Beban Lebih (Over
Load Relay) tidak dapat mengamankan peralatan instalasi Tenaga
Listrik dan kerusakan (mekanis, termis) akibat arus gangguan
hubung singkat yang besar.
c. Setelan arus dan setelan waktu dan Rele Arus Lebih (Over Current
Relay) tidak boleh menggagalkan karaktenistik yang dibentuk oleh
Rele Pembatas Daya, namun harus tetap dapat mengamankan
peralatan instalasi Tenaga Listrik (kabel, konduktor, trafo dli) dan
arus gangguan hubung singkat.
d. Dalam hal kapasitas (rating) peralatan instalasi Tenaga Listrik (kabel,
konduktor, trafo) tidak memungkinkan untuk koordinasi Rele
Pembatas Daya dan Rele Pengaman Hubung Singkat secara
selektif, maka prioritas setelan diutamakan untuk pengaman hubung
sing kat.
e. Batasan Daya Tersambung pada Konsumen yang dilayani Iebih dan
satu jaringan Tenaga Listrik merupakan penjumlahan (summation)
dan masing-masing batasan daya pada jaringan Tenaga Listrik dan
tidak melebihi Daya Tersambung.
f. Pembatasan daya untuk Konsumen baru TT dengan Tanur Listrik
dilakukan dengan penyetelan reIe pada 100% dan daya
kontrak/tersambung.
g. Konsumen TT eksisting dengan Tanur Listrik yang penyetelan rele-
nya 115%, secara bertahap diubah menjadi 100%.
5.4.2 Pengukuran
a. Pengukuran kWh dan kVArh dilakukan dengan menggunakan Meter
Energi Statik.
b. Untuk saIunan tenaga listnik yang dilayani Iebih dan satu janingan
Tenaga Listnik dapat dilakukan pengukunan secana penjumlahan
(summation) menggunakan Iebih dan I (satu) Meter Enengi Statik
atau Meter Enengi Statik multi kanal. Dalam hal penggunaan lebih
dan I (satu) Meter Enengi Statik, maka penjumlahan enengi
dilakukan secara otomatis.
17
Edisi ke
Revisi ke
0
0
Tanggal Berlaku
Tanggal yang Digantikan
f: N1/ At

c. Perhitungan Energi Minimum pada Konsumen TT dengan Tanur


Listrik sesuai dengan ketentuan batasan Energi Minimum Tarif
Tenaga Listrik yang berlaku.
5.4.3 Daya tersambung Konsumen TT
Pelaksanaan penyambungan daya TT perlu memperhatikan diagram
tunggal Konsumen TT sebagaimana Tabel 7 di bawah ml:
No Jenis Alat
Gambar Diagram Tungga
Gbr Pengukuran Pengukur

i •i

4
TT
pengukuran
tEI TT 3 Kawat
Meter
energi
1
tidaklangsung statik

ii

TT 4 kawat

SPLN D3.006: 2021

5.5. Setelan arus nominal pada rele pembatas daya untuk Konsumen TT digunakan
rumus sebagai berikut:
ln= S
1,73x E
S = Daya Tersambung dalam kVA
In = arus nominal dalam ampere
E = tegangan fasa-fasa dalam kV.

5.6. Batasan Kelip Tegangan


5.6.1 Dalam keadaan terjadi Kelip Tegangan di jaringan PLN, peralatan
proteksi utama PLN akan bekerja paling lama sebagaimana dalam Tabel
8 di bawah mi:
Waktu Kerja Dip
No. Tegangan Sistem
Rele ) Tegangan )
Jaringan Tegangan Ekstra ~ 110 milidetik ~ 70%
1
Tinggi 500 kV
Jaringan Tegangan Tinggi ~ 120 milidetik 5 70%
2
275 kV
Jaringan Tegangan Tinggi 5 140 milidetik 5 70%
150 kV
Jaringan Tegangan Tinggi ~ 170 milidetik ~ 70%
66kV
Keterangan:
*)
nilai dip tegangan diambil dan kurva ITIC.
**)
nilai waktu kerja rele mengacu grid code ditambah 20 ms.

5.6.2 Dalam keadaan terjadi Kelip Tegangan dan terjadi kegagalan sistem
proteksi utama di jaringan PLN, maka peralatan proteksi back up akan
bekerja paling lama sebagaimana dijelaskan pada Tabel 9 di bawah mi:

18
Edisi ke
Revisi ke
0
0
Tanggal Berlaku
Tanggal yang Digantikan 4
No. Tegangan Sistem Waktu Kerja Rele *)
1 Jaringan Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV ~ 400 milidetik

2 Jaringan Tegangan Tinggi 275 kV ~ 400 milidetik

3 Jaringan Tegangan Tinggi 150 kV ~ 400 milidetik

4 Jaringan Tegangan Tinggi 66 kV ~ 400 milidetik

Keterangan:
*)
Mengacu Grid Code Permen ESDM No.20 Tahun 2020 tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik
(Grid Code)

56.3 Dengan pengaturan batas Iamanya Kelip Tegangan di jaringan PLN


sebagaimana butir 5.6.1 dan 5.6.2 di atas, maka bagi Konsumen yang
menggunakan peralatan dengan sensitifitas sangat tinggi diwajibkan
untuk menyesuaikan sistem kontrol dan pengamannya dengan ketentuan
Kelip Tegangan di sistem PLN.

5.7. Konsu men Tanur Listrik TT


5.7.1 Ketentuan untuk Konsumen Tanur Listrik TT adalah sebagai berikut:

a. Apabila Konsumen Tanur Listrik TT tanpa memakai Kompensator,


maka persyaratan Kelip Tegangan atau depresi tegangan hubung
singkat (DTHS) yang tersambung pada jaringan diatur sebagaimana
disebutkan pada Tabel 10 berikut:

No. TEGANGAN SISTEM DTHS


1 66kV ~2,75%
2 150kV ~2,50%
b. Apabila Konsumen Tanur Listrik TT yang sejak perencanaannya
disambung sudah tidak memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum pada huruf a di atas, maka Konsumen harus
mengembalikan DTHS seperti yang tercantum pada huruf a di atas
dengan menggunakan Kompensator yang diatur dalam
kontrak/addendum PJBTL.

c. Apabila terdapat beberapa Konsumen yang terhubung pada titik


sambungan bersama, maka nilai Ketidakseimbangan Tegangan
kumulatif dititik tersebut tidak Iebih dan 2% dalam 95% rentang
waktu pengukuran.

d. Tegangan Harmonisa yang dibangkitkan oleh Konsumen Tanur


Listrik TT yang tersambung pada jaringan 66 kV ke atas dibatasi
tidak Iebih 2.5%.

e. Goncangan frekuensi sistem kelistrikan akibat dibebani Konsumen


Tanur Listrik TT tidak boleh mengakibatkan fluktuasi frekuensi (Hz)
melampaui batas toleransi yang ditetapkan sistem kelistrikan PLN.

f. Kapasitas Total Tanur Listrik (dalam MVV) didalam sistem harus


dijaga pada batas yang tidak mempengaruhi jaminan kestabilan
frekuensi sistem PT PLN (Persero) setempat.
Sebagai contoh, sistem kelistrikan secara teoritis dianalisa mampu
menahan kestabilan frekuensi akibat beroperasinya Tanur Listrik
19
Edisi ke 0 Tanggal Berlaku
Revisi ke 0 Tanggal yang Digantikan

sampai dengan 220 MW. Sudah tersambung 6 Konsumen Tanur


Listrik TT dengan kapasitas seluruhnya 190 MW, maka Konsumen
Tanur Listrik TT ke 7 hanya dapat disambung dengan daya
maksimum sebesar (220-190) MW = 30 MW.
g. PLN berhak memberikan sanksi berupa pemutusan Tenaga Listrik
apabia Konsumen Tanur Listrik TT tidak memenuhi persyaratan
pada huruf a sampai dengan huruf f.
h. Pengenaan sanksi pemutusan Tenaga Listrik sebagaimana
disebutkan pada huruf g perlu dituangkan dalam PJBTL.
5.7.2 Persyaratan teknis untuk Konsumen Tanur Listrik TT terkait Kelip
Tegangan (flicker), faktor Ketidakseimbangan Tegangan, Harmonisa
tegangan dan goncangan frekuensi sistem diatur sesuai SPLN D5.004-1.
5.7.3 PLN Unit Induk dan/atau Unit Pelaksana perlu melakukan analisis Kelip
Tegangan dan goncangan yang akan terjadi berdasarkan kapasitas
Tanur Listrik dan kapasitas sistem kelistrikan di titik sambung bersama
sebelum Konsumen Tanur Listrik TT disambung ke jaringan.

20
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Paraf : \f
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
I

BAB VI
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN

Segala bentuk dokumentasi, administrasi dan pelaporan terkait pelaksanaan


penyambungan Tenaga Listrik per segmen tegangan dilaksanakan secara digital dan
tersistem melalui aplikasi niaga sesuai fungsi masing-masing yang diteruskan sampai
dengan unit-unit PLN.

21
Edisi ke 0 Tanggal Berlaku
Revisi ke 0 Tanggal yang Digantikan
Paraf :)
h
BAB VII
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN

Pemantauan dan pengawasan terkait pelaksanaan penyambungan Tenaga Listrik per


segmen tegangan dilakukan secara periodik dan jenjang PLN pusat sesuai dengan
fungsi masing-masing yang diteruskan sampai dengan unit-unit PLN.

DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR


MANAJEMEN RISIKO, DISTRI BUSI TAIL DAN NIAGA,

SUROSO ISNANDAR ADIPRIYANTO DISRIMULYANTI

Anda mungkin juga menyukai