PT PLN (PERSERO)
NOMOR : 0054.E/01R12023
TENTANG
Paraf.
-'',A
PLN
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 62 Tahun
2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik;
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Energi dan Sumber
Daya Mineral;
10. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-
2/MBUJO3/2023 tentang Pedoman Tata Kelola dan Kegiatan
Korporasi Signifikan Badan Usaha Milik Negara;
11 Anggaran Dasar PT PLN (Persero);
12. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-392/MBU/12/2021
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara;
13. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan listrik Negara Nomor SK-213/MBU/09/2022
tentang Pemberhentian, Perubahan Nomerikiatur Jabatan,
Pengatihan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-Anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan
Listrik Negara;
14. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero)
PT Perusahaan listrik Negara Nomor SK-258/MBU/09/2023
tentang Pengangkatan Anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
15. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 304 K/DIR/2009
tentang Batasan Kewenangan Pengambllan Keputusan di
Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 0297. P/D1R12016;
16. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0121.P/DIR/2019
tentang Kebijakan Anti Fraud di Lingkungan PT PLN (Persero);
17. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0217.P/DIR/2019
tentang Proses Bisnis di Lingkungan PT PLN (Persero);
18. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0054.P/D1R12022
tentang Organisasi dan Tata Kerja PT PLN (Persero)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 0022. PIDIR/2023;
19. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0012.P/DIR/2023
tentang Kebijakan Strategis Tata Kelola Niaga dan Pelayanan
Konsumen.
MEMUTU KAN
(f r
PLN
MEMUTUSKAN:
Pasal I
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
Ruang Lingkup
Pasal 3
Organisasi dan Kewenangan
(I) Organisasi terkait dengan pelaksanaan sambungan listrik per segmen tegangan
adalah sebagal berikut:
a. Direktur yang memimpin, membina dan mengelola fungsi niaga
b. Direktur yang memimpin, membina, dan mengelola fungsi distribusi
C. Satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengelolaan niaga
d. Unit Induk, Unit Pelaksana dan Unit Pelayanan
Kewenangan
Paf
9
'4v
(2) Kewenangan tiap-tiap organisasi terkait pelaksanaan sambungan listrik per
segmen tegangan sebagaimana dimaksud pada angka I dituangkan dalam
Lampiran Peraturan Pelaksana ml.
Pasal 4
Sambungan Listrik Tegangan Rendah
Pasal 5
Sambungan Listnik Tegangan Menengah
Pasal 6
Sambungan Listnik Tegangan Tinggi
Pasal 7
Dokumentasi, Administrasi, dan Pelaporan
Pasal 9
Lampiran
5. Dokumentasi
Para
PLN
5. Dokumentasi, Administrasi, dan Pelaporan; dan
6. Pemantauan dan Pengawasan.
diuraikan dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dan Peraturan
Pelaksana ni.
Pasal 10
Ketentuan Penutup
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal
Jv-1j
Edisi ke : 0 Tanggal Beraku
Paraf : j
Revisi ke : 0 langgal yang Digantikan :
LAMPIRAN
PERATURAN PELAKSANA PT PLN
(PERSERO)
NOMOR : 0054 .E/DIR/2023
TANGGAL :28 Desember 2023
PLN
STANDAR PROSEDUR
PELAKSANAAN SAMBUNGAN LISTRIK
PER SEGMEN TEGANGAN PT PLN (PERSERO)
CATATAN REVISI
Bagian yang
Nomor Tanggal Keterangan Pengesahan
Dilakukan
Revisi Revisu Revisu Revisu
Revusi
Edisi ke 0 Tanggal Berlaku
Paraf:
Revisi ke 0 Tanggal yang Digantikan
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LatarBelakang I
1 .2 Maksud dan Tujuan I
1.3 Ruang Lingkup I
1.4 Dasar Hukum dan Referensi 2
1.5 Pengertian 2
BAB II ORGANISASI DAN KEWENANGAN 6
BAB III SAM BUNGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH 7
BAB IV SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 10
BAB V SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI 16
BAB VI DOKUMENTASI, ADMINISTRASI, DAN PELAPORAN 21
BAB VII PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN 22
Edisi ke : 0 langgal Berlaku A;t /
Revisike : 0 Tanggalyang : Parf:jl' $h.. li
Digantikan I
BABI
PENDAHULUAN
1
rlB/4
Edisi ke : 0 Tangga Berlaku j / k'
Revisi ke : 0 langgal yang : ' / 1
Digantikan V 'J-'
2
Edisi ke 0 Tan..al Berlaku
Revisi ke : 0 Tanggal yang rrs r
Pay
/k
Digantikan NrftljI
1.5.12. Harhionisa adalah gelombang sinusoidal tegangan atau arus yang besar
frekuensinya merupakan kelipatan bulat dan frekuensi dasar.
1.5.13.Kapasitas Total adalah jumlah kapasitas tanur yang secara simultan
beroperasi bersama-sama dalam satu sistem kelistrikan.
1.5.14. Kilo Volt Ampere yang selanjutnya disebut kVA adalah daya semu yang
merupakan nilai satuan yang didapatkan dan perhitungan antara
tegangan dengan arus listrik pada Konsumen.
1.5.15.Kilo Volt Ampere — Maksimal yang selanjutnya disebut kVA-Maksimal
adalah daya semu tertinggi/maksimal yang didapatkan dan perhitungan
antara tegangan dengan arus listrik pada Konsumen.
1.5.16. Kilo Volt Ampere Reaktif Hour yang selanjutnya disebut kVArh adalah
satuan yang digunakan untuk mengetahui daya reaktif yang dihasilkan
dan pemakalan berbagai peralatan listnik tiap satuan jam.
1.5.17.Kilo Watt Hour yang selanjutnya disebut kWh adalah satuan dan
besarnya penggunaan listrik Konsumen dalam kilowatt dikali waktu
dalam jam.
1.5.18.Kelas Ketelitian adalah sebuah angka yang merupakan batas kesalahan
yang diizinkan dalam persen untuk semua nilai arus antara 0,1 I dan
'm
faktor kerja satu bilamana meter diuji dalam kondisi acuan (tenmasuk
toleransi yang diizinkan untuk nilai acuan).
1.5.19.Kelip Tegangan (flicker) adalah Impresi ketidakstabilan pada sensasi
visual yang terlihat melalui cahaya lampu dan timbul karena variasi
perubahan tegangan dengan amplitudo di bawah 10% dan nilai nominal
tegangan sistem.
1.5.20. Ketidakseimbangan Tegangan adalah rasio dan komponen tegangan
urutan negatif atau nol dengan komponen tegangan urutan positif yang
dihitung dengan perbandingan antara tegangan urutan negatif (V)
terhadap tegangan urutan positif (V) yang diukur pada titik sambung
Konsumen.
1.5.21.Kompensator adalah alat untuk mengkompensasi daya reaktif yang
disebabkan oleh pengaruh induktansi dalam peralatan listnik.
1.5.22. Konsumen adalah setiap orang, badan usaha, atau badan/lembaga
lainnya yang membeli atau memakai Tenaga Listnik dan instalasi PLN
berdasarkan alas hak yang sah.
1.5.23.Konsumen Layanan Khusus adalah Konsumen yang memerlukan
pelayanan dengan kualitas khusus dan yang karena berbagai hal tidak
tenmasuk dalam ketentuan golongan tanif sosial, rumah tangga, bisnis,
industri, kantor pemenintah dan penerangan jalan umum, maupun traksi
dan curah.
1.5.24.Meter Energi Statik adalah meter yang anus dan tegangannya
menimbulkan suatu proses pada elemen-elemen elektronik untuk
menghasilkan frekuensi pulsa keluaran yang pnoporsional dengan
besanan enengi aktif dan reaktif yang diukur.
1.5.25. Penambahan Daya adalah pnoses pengajuan penambahan daya Tenaga
Listnik oleh Konsumen mulai pendaftaran sampai dengan Konsumen
mendapatkan daya listnik banu sesuai yang diajukan.
3
Edisi ke 0 Tanggal Berlaku : )' r1 A# / 4'
Revisi ke : U Tanggal yang
Digantikan
: Praf: ?ç
/
j'L JA
f_ /4
1.5.26. Perjanjian Jual Bell Tenaga Listrik, yang selanjutnya disebut PJBTL,
adalah perjanjian jual bell Tenaga Listrik yang memuat ketentuan tentang
hak dan kewajiban antara PLN selaku penjual dan Konsumen selaku
pembeli.
1.5.27. PT PLN (Persero) yang selanjutnya disebut PLN adalah Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang didirikan
dengan Akta Notaris Sutjipto S.H. Nomor 169 tanggal 30 Juli 1994
beserta perubahannya.
1.5.28. Rekening Minimum adalah tagihan listrik minimum perbulan berdasarkan
perhitungan pemakaian Energi Minimum dan harga jual Tenaga Listrik.
1.5.29. Rele Arus Lebih/Over Current Relay/Reie Pengaman Hubung Singkat
adalah relal yang digunakan untuk mengamankan instalasi listrik dan
arus lebih.
1.5.30. Rele Beban Lebih/Over Load Relay/Rele Pembatas Daya adalah relai
yang digunakan untuk mengamankan instalasi listnik dan beban lebih.
1.5.31. Rele internal Meter Energi adalah rele yang dapat dig unakan untuk
pembatas daya dan berada di internal meter.
1.5.32. Sam bung Baru adalah proses pengajuan sambungan baru Tenaga Listrik
oleh Calon Konsumen mulal pendaftaran sampai dengan penyambungan
listnik pada persil bangunan Calon Konsumen.
1.5.33. Sambungan Listnik Tegangan Menengah (TM) merupakan sambungan
Tenaga Listrik dengan tegangan nominal 20.000 (dua puiuh nibu) Volt.
1.5.34. Sambungan Listrik Tegangan Rendah (TR) merupakan sambungan
Tenaga Listnik dengan tegangan nominal 230 V untuk sambungan fasa
tunggal atau 400 V untuk sambungan fasa tiga.
1.5.35.Sambungan Listrik Tegangan Tinggi (IT) adalah sambungan Tenaga
Listrik 3 fasa dengan tegangan antar fasa 66.000 (enam puluh enam ribu)
Volt dan 150.000 (seratus lima puluh ribu) Volt.
1.5.36. Standar PT PLN (Persero) yang selanjutnya disebut SPLN adalah
standar penusahaan PT PLN (Persero) yang ditetapkan Direksi bersifat
wajib dan dapat berupa peraturan, pedoman, instruksi, cara pengujian
dan spesifikasi teknik.
1.5.37.Tanur Listnik adalah tanur/tungku yang melakukan proses pembuatan
baja atau baja paduan dengan memanfaatkan sumber panas dan anus
listnik.
1.5.38.Tanif Tenaga Listrik adalah tanif Tenaga Listrik untuk Konsumen yang
disediakan oleh PLN.
1.5.39.Tenaga Listnik adalah bentuk energi sekunder yang dibangkitkan,
ditransmisikan, dan didistnibusikan untuk semua keperluan di luan listnik
yang digunakan dalam komunikasi atau isyarat.
I .5.40.Tegangan Menengah yang selanjutnya disebut TM adalah tegangan
sistem di atas 1.000 Volt sampai dengan 35.000 Volt.
1.5.41. Tegangan Rendah yang selanjutnya disebut IR adalah tegangan sistem
sampai dengan 1.000 Volt.
4
Edisi ke : 0 Tanggai Berlaku 't' /k
Revisi ke : 0 Tanggat yang
Digantikan
: Parf
Vk 9 g L 14
f'] ,6
5
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku : ,i 1
Revisi ke : 0 Tanggal yang
Digantikan
Prf:
IfY'
/ D i' A M' A
BAB II
ORGANISASI DAN KEWENANGAN
6
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku
Paraf : g
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan :
BAB Ill
SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH
3.2.1 Pembatasan
3.2.2 Pengukuran
a. Alat Pengukur yang digunakan untuk melakukan pengukuran
pemakaian energi Konsumen TR diantaranya adalah sebagaimana
disebutkan pada Tabel I sebagai berikut:
No. Jenis Meter Keterangan
Menggunakan meter energi statik
1 Meter-kWh Fase lunggal
kelas 1.0
Meter-kWh 3 Ease, Menggunakan meter energi statik
2
tersambung Iangsung kelas 1.0
Mete r-kWh 3 Fase,
Menggunakan meter energi statik
3 tersambungtidak
kelas 0.5 dan 0.5S
Iangsung
7
4,
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
Paraf:
,/ . 4 1'kJ
Catatan
* Daya 13.900 VA, 17.600 VA, dan 22.000 VA khusus untuk wilayah Jawa Tengah & D.I.Y
** Daya 53.000 VA dapat dilayani dengan pengukuran langsung/tidak langsung
8
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan : i
No Jerns Alat
Gambar0agrarnTunggaI
Gbr Pengukuran Pengukur
(t)' [
IR tase
Meter
tunggal .. energi
1
pengukurai
statik
Iangsung
1
SPLN 03.007: 2021
I 4),
9
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Paf: ,
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
BAB IV
SAM BUNGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH
10
: 0 Tanggal Berlaku
Edisi ke
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan :
Paraf: J ,A. cl¼i
[j]2
Dimana:
t—
— x
0
I
[J]2 — [ k x 1SJ
]21
I
menit
4.3.2 Pengukuran
a. Pengukuran kWh dan kVArh pada Konsumen TM dilakukan dengan
menggunakan Meter Energi Statik.
b. Perhitungan Rekening Minimum mengacu kepada aturan Tarif
Tenaga Listrik yang berlaku.
c. Pengukuran kVA-maksimal khusus pada Konsumen golongan tarif
Traksi (T) menggunakan Meter Energi Statik yang mampu mencatat
pemakaian daya tertinggi dalam periode I (satu) bulan.
d. Perhitungan Energi Minimum pada Konsumen TM dengan Tanur
Listrik sesuai dengan ketentuan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
e. Konsumen TM yang mempunyai pembangkit listrik sendiri dengan
kemungkinan ekspor-impor Tenaga Listrik secara interkoneksi
dengan PLN harus dipasang Meter Energi Statik ekspor-impor, untuk
perhitungan pemakaian energi mengacu kepada ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Untuk saluran Tenaga Listrik yang dilayani lebih dan satu jaringan
Tenaga Listrik dapat dilakukan pengukuran secara penjumlahan
(summation) menggunakan lebih dan 1 (satu) Meter Energi Statik
atau Meter Energi Statik multi kanal. Dalam hal penggunaan lebih
dan I (satu) meter, maka penjumlahan energi dilakukan secara
otomatis.
g. Pengukuran Konsumen TM harus menggunakan trafo pengukur
yaitu:
a. Jaringan TM yang ditanahkan langsung atau yang ditanahkan
melalui tahanan rendah digunakan 3 (tiga) buah Trafo
Arus/Current Transformer (CT) dan 3 (tiga) buah Trafo
Tegangan/Potential Transformer (PT).
b. Trafo Arus/Current Transformer (CT) yang digunakan untuk
Meter Energi Statik dengan Kelas Ketelitian 0,2S atau lebih baik
yang mengacu pada SPLN D3.014-1.
c. Trafo Tegangan/Potential Transformer (PT) yang digunakan
untuk Meter Energi Statik dengan Kelas Ketelitian 0,2 atau lebih
baik yang mengacu pada SPLN D3.014-2.
h. Penggunaan Alat Pengukur Meter Energi Statik mengacu pada hal
sebagai berikut:
a. Konsumen TM menggunakan Meter Energi Statik dengan kelas
ketelitian 0,5S atau lebih baik yang mengacu pada SPLN 03.006
yang berlaku.
b. Pengamanan sistem pemrograman Meter Energi Statik
dilakukan dengan pengaturan hierarki petugas sesuai
kewenangan dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
12
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
Paraf: ,aH
No Jenis Alat
Gambar Diagram Tunggal
Gbr Pengukuran Pengukur
oco o
TM 3 Kawat
TM Meter
4 pengukuran energi
tidak langsung statik
TM 4 Kawat
4.5.2 Persyaratan teknis untuk Konsumen Tanur Listrik terkait Kelip Tegangan
(flicker), faktor Ketidakseimbangan Tegangan, Harmonisa tegangan dan
goncangan frekuensi sistem diatur lebih lanjut dalam SPLN D5.004-1.
4.5.3 PLN Unit Induk dan/atau Unit Pelaksana perlu melakukan analisis Kelip
Tegangan dan goncangan frekuensi yang akan terjadi berdasarkan
kapasitas Tanur Listrik dan kapasitas sistem kelistrikan di titik sambung
bersama sebelum Konsumen Tanur Listrik disambung ke jaringan.
4.6. Lain-lain
4.6.1 Batasan Kelip Tegangan harus dituangkan dalam PJBTL Konsumen TM.
4.6.2 Konsumen Tanur Listrik TM perlu melakukan penyesuaian terhadap
persyaratan Konsumen Tanur Listrik sesuai dengan butir 4.5 dan diatur
melalui kesepakatan bersama dengan Konsumen yang dituangkan
dalam addendum PJBTL.
15
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku : J ss
Praf :\J
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
BABV
SAMBUNGAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI
5.1. Sambungan listrik Tegangan Tinggi (TT) adalah sambungan Tenaga Listrik 3
(tiga) fasa dengan tegangan antar fasa 66.000 (enam puluh enam ribu) Volt dan
150.000 (seratus lima puluh ribu) Volt.
5.2. Konsumen U wajib menyediakan area gardu induk untuk kepentingan PLN dan
instalasi Konsumen sendiri.
5.3. Pelaksanaan Penyambungan Konsumen TT
5.3.1 Konsumen baru Tegangan Tinggi harus dilayani dengan sambungan
TT/TT/TT sesuai daya ~ 30 MVA yang diukur di sisi TT dan menerima
pasokan pada Tegangan Tinggi.
5.3.2 PLN perlu melakukan perubahan secara bertahap terhadap Konsumen
eksisting dengan sambungan TT/TT/TM (daya ~ 30 MVA yang diukur di
sisi TT, menerima pasokan pada Tegangan Menengah) serta TT/TM/TM
(daya >30 MVA yang diukur di sisi TM dan menerima pasokan pada
Tegangan Menengah) menjadi sambungan TT/TT/TT melalui skema
perubahan daya atau skema kerjasama dengan pihak ketiga untuk
penyediaan trafo dan aksesorisnya.
5.3.3 Pemakaian energi kWh dalam rekening bulanan dihitung dengan faktor
perkalian hasil-ukur sebagai berikut:
a. Sambungan TT/TT/TT dan TT/TTITM
Pemakaiannya dihitung sebesar kwh terukur dikalikan faktor rugi
trafo 1,00.
b. Sambungan TT/TM/TM
Untuk memperhitungkan rugi-rugi besi dan tembaga, maka
perhitungan biaya pemakaian dihitung sebesar kWh terukur dikalikan
dengan:
i. faktor 1,02 apabila APP terletak di gardu PLN
ii. faktor 1,05 apabila APP tidak terletak di gardu PLN.
5.4. Pembatasan, Pengukuran dan Daya Tersambung Konsumen TT
5.4.1 Pembatasan
a. Pembatasan daya pada Konsumen U dilakukan dengan perangkat
pembatas Circuit Breaker (CB) yang dilengkapi dengan Trafo Arus
(CT), Trafo Tegangan (PT) dan Rele Beban Lebih 3 (tiga) fasa. Rele
beban 3 (tiga) fasa yang digunakan mempunyai karakteristik waktu
yang mengacu kepada rumus cold start dan karakteristik thermis
Rele Beban Lebih (over load) yang disesuaikan pada arus nominal
untuk Daya Tersambung (In), sebagai berikut:
[j]2
t = i: X °n menit
[
[J]2 - [k x 1si12
Dimana:
= waktu dalam menit I = arus beban
= konstanta thermis k = konstanta 1,05
= logaritma bilangan natural I = setelan arus rele
16
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Paraf : 'J
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
i •i
4
TT
pengukuran
tEI TT 3 Kawat
Meter
energi
1
tidaklangsung statik
ii
TT 4 kawat
5.5. Setelan arus nominal pada rele pembatas daya untuk Konsumen TT digunakan
rumus sebagai berikut:
ln= S
1,73x E
S = Daya Tersambung dalam kVA
In = arus nominal dalam ampere
E = tegangan fasa-fasa dalam kV.
5.6.2 Dalam keadaan terjadi Kelip Tegangan dan terjadi kegagalan sistem
proteksi utama di jaringan PLN, maka peralatan proteksi back up akan
bekerja paling lama sebagaimana dijelaskan pada Tabel 9 di bawah mi:
18
Edisi ke
Revisi ke
0
0
Tanggal Berlaku
Tanggal yang Digantikan 4
No. Tegangan Sistem Waktu Kerja Rele *)
1 Jaringan Tegangan Ekstra Tinggi 500 kV ~ 400 milidetik
Keterangan:
*)
Mengacu Grid Code Permen ESDM No.20 Tahun 2020 tentang Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik
(Grid Code)
20
Edisi ke : 0 Tanggal Berlaku :
Paraf : \f
Revisi ke : 0 Tanggal yang Digantikan
I
BAB VI
DOKUMENTASI, ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
21
Edisi ke 0 Tanggal Berlaku
Revisi ke 0 Tanggal yang Digantikan
Paraf :)
h
BAB VII
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN