Research article
Received 30 June 2022; Accepted 27 September 2022
How to cite: Fitriya, N., Syarief, ME., & Firdaus, A., (2022). Pembiayaan Bermasalah pada Bank
Muamalat Indonesia: Apakah Faktor Internal dan Faktor Eksternal Berpengaruh?. Journal of Applied
Islamic Economics and Finance, 3(1), 44-53.
*Corresponding author: noviatulftry04@gmail.com
Abstract: The purpose of this study was to find out the effect of the ratio of Operating Costs and
Operating Income (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposite Ratio (FDR),
Inflation, and Exchange Rate (Exchange Rate) on Non Performing Financing (NPF) at Banks. Sharia
Muamalat. The population used in this study is Bank Muamalat Indonesia and the data used is time
series data sourced from the quarterly reports of Bank Muamalat Indonesia for the 2011-2020 period
published on the bank's official website. The method used to solve this problem is to use quantitative
research with multiple regression analysis and is supported by Eviews9 software as an application to
process data. The findings of this study are to contribute to Bank Muamalat Indonesia regarding the
factors that affect the NPF at Bank Muamlat Indonesia.
Keyword: BOPO, CAR, FDR, INFLASI, KURS, NPF
1. Pendahuluan
Bank dengan kegiatan operasionalnya berlandaskan pada prinsip syariah atau bagi hasil
yaitu adalah bank syariah. Dengan berlandaskan prinsip syariah menjadikan produk yang
terdapat di bank syariah menjadi lebih bervariasi dan dapat disesuaikan dengan keadaan
nasabah. Pada kenyataannya walaupun produk pada bank syariah dapat disesuaikan
dengan keadaan nasabah namun masih saja ditemukan adanya risiko, terutama risiko
pembiayaan atau yang biasa disebut pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance
(NPF). Fungsi dari rasio NPF yaitu untuk menilai pembiayaan bermasalah yang terjadi di
bank lalu dibandingkan dengan seluruh pembiayaan yang telah tersalurkan oleh bank yaitu
rasio NPF. Apabila rasio ini tinggi, maka dapat diartikan bahwa pembiayaan bermasalah
yang terjadi pada bank tersebut tinggi dan bank tersebut tidak dalam keadaan sehat.
(Umam, Khaerul: 2015)
Saat ini pembiayaan bermasalah pada bank muamalat sedang mangalami peningkatan,
dikarenakan bank muamalat lebih banyak menyalurkan pembiayaan ke sektor korporasi
seperti sektor pertambangan. Hal ini didukung dengan menurunnya laba bersih Bank
Muamalat sejak tahun 2018. Pada tahun 2018 laba bersih yang didapatkan Bank Muamalat
mencapai 46 milyar, nilai ini meningkat 76,25% dibandingkan dengan 2017 yaitu 26 milyar.
Namun kenaikan laba bersih ini tidak berlangsung lama, pada periode selanjutnya yaitu
2019 dan 2020 laba bersih Bank Muamalat kembali menurun. Pada 2019 laba bersih Bank
Muamalat menurun menjadi 16 milyar dan pada tahun 2020 menurun menjadi 10 milyar.
Berikut merupakan data rasio keuangan Bank Muamalat yang disajikan dengan tabel
dengan berfokus pada rasio NPF yang berubah
Tabel 1. Data NPF, BOPO, CAR, FDR, Inflasi dan Kurs Tahun 2020
Rasio Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV
NPF (%) 4,98 4,97 4,95 3,95
BOPO (%) 97,94 98,19 98,38 99,45
CAR (%) 12,12 12,13 12,48 15,21
FDR (%) 73,77 74,81 73,8 69,84
Inflasi (%) 2,87 2,27 1,43 1,57
Kurs (Rp) 14305 15072 14791 14457
Sumber: Laporan Triwulan Bank Muamalat Indonesia
Berdasarkan data tersebut rasio-rasio mengalami perubahan dan kekeliruan dari teori
yang menjelaskan hubungan antar variabel. Menurut (Maraya Auliani, 2016) menyatakan
bahwa BOPO berpengaruh terhadap NPF, namun menurut (Indrajaya, 2019) BOPO tidak
berpengaruh terhadap NPF. Selanjutnya variabel CAR menurut (Firdaus, 2016) memiliki
pengaruh terhadap NPF, namun menurut (Asmara, 2019) CAR tidak memiliki pengaruh
terhadap NPF. Rasio FDR menurut (Akbar, 2016) memiliki pengaruh terhadap NPF
sementara menurut (Wibowo & Saputra, 2017) FDR tidak memiliku pengaruh terhadap NPF.
Inflasi menurut (Asmara, 2019) berpengaruh terhadap NPF, dan hasil menurut (Wibowo &
Saputra, 2017) tidak berpengaruh terhadap NPF. Kurs menurut (Maraya Auliani, 2016)
berpengaruh terhadap NPF, sementara menurut (Indrajaya, 2019) tidak berpengaruh
terhadap NPF.
2. Kajian Pustaka
2.1. Non Performing Financing
Menurut Ismail (2018), definisi dari Non Performing Financing yaitu merupakan rasio yang
berguna untuk menilai pembiayaan yang bermasalah yang dibandingkan kepada seluruh
pembiayaan yang telah dikeluarkan. Jenis pembiayaan diragukan, kurang lancar dan macet
akan digolongkan ke pembiayaan bermasalah (Mutamimah & Chasanah, 2012). Rasio NPF
yang baik sesuai dengan kriteria Bank Indonesia yaitu maksimal 5%.
apakah bank menyimpan kecukupan modal yang berguna gunanya untuk menyisihkan
dananya yang diperuntukkan untuk menanggulangi konsekuensi terjadinya risiko yang
menyebabkan bank mengalami kerugian (Azizah dkk., 2022). CAR merupakan komparasi
modal terhadap aktiva bank yang memiliki risiko. Apabila rasio CAR tinggi maka artinya
kesanggupan bank semakin baik dalam menyelesaikan risiko yang menyebabkan kerugian
bagi bank termasuk pembiayaan bermasalah.
2.5. Inflasi
Inflasi termasuk kedalam salah satu variabel yang berasal dari makro ekonomi. Inflasi
merupakan gejala dimana harga dari jasa dan barang meningkat dan berkelanjutan dalam
waktu yang tidak diketahui (Rahardja & Manurung; 2004). Dengan meningkatnya harga
barang dan jasa mengakibatkan permintaan jasa dan barang tersebut berkurang, sehingga
berdampak berkurangnya pendapatan yang diterima oleh perusahaan (Tripuspitorini &
Setiawan, 2020). Hal ini mengakibatkan terganggunya kelancaran pengembalian
pembiayaan perusahaan kepada bank, dan berdampak pada meningkatnya risiko
pembiayaan bermasalah.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif, dan menggunakan metode
Analisis Regresi Linier Berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) dan dengan
menggunakan Uji Asumsi Klasik. Analisis yang dilakukan bermaksud untuk memahami
apakah BOPO, CAR, FDR, Inflasi dan Kurs berpengaruh kepada Pembiayaan Bermasalah.
Data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari Laporan Keuangan (financial
statements) Bank Muamalat Indonesia dari Triwulan 1 2011 hingga Triwulan 4 2020.
Adapaun persamaan pada penelitian ini adalah :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e
Keterangan:
0,000132 (KURS) + e
Dari persamaan diatas, mengartikan bahwa :
• Nilai konstanta senilai 5,761246, hal ini berarti apabila nilai semua variabel sebesar 0
atau tidak mengalami perubahan maka besarnya pembiayaan bermasalah pada Bank
Muamalat sebasar 5,761246.
• Koefisien variabel BOPO sebesar 0,000282, dan bernilai positif, dapat diartikan apabila
dengan asumsi variabel CAR, FDR, Inflasi, dan Kurs adalah tetap, maka setiap
kenaikan 1 point BOPO akan meningkatkan pembiayaan bermasalah sebesar 0,000282.
• Koefisien variabel CAR sebesar 0,002785, dan bernilai negatif, dapat diartikan apabila
dengan asumsi variabel BOPO, FDR, Inflasi, dan Kurs adalah tetap, maka setiap
kenaikan 1 point CAR akan menurunkan pembiayaan bermasalah sebesar 0,002785.
• Koefisien variabel FDR sebesar 0,000508, dan bernilai negatif, dapat diartikan apabila
dengan asumsi variabel BOPO, CAR, Inflasi, dan Kurs adalah tetap, maka setiap
kenaikan 1 point FDR akan menurunkan pembiayaan bermasalah sebesar 0,000508.
• Koefisien variabel Inflasi sebesar 0,301712, dan bernilai positif, dapat diartikan apabila
dengan asumsi variabel BOPO, CAR, FDR, dan Kurs adalah tetap, maka setiap
kenaikan 1 point Inflasi akan meningkatkan pembiayaan bermasalah sebesar 0,301712.
• Koefisien variabel Kurs sebesar 0,000132, dan bernilai positif, dapat diartikan apabila
dengan asumsi variabel BOPO, CAR, FDR, dan Inflasi adalah tetap, maka setiap
kenaikan 1 point Kurs akan meningkatkan pembiayaan bermasalah sebesar 0,000132.
R-squared 0,352224
Adjusted R-Squared 0,256962
Sumber: Hasil olah data Eviews 9
Berdasarkan tabel tersebut, hasil dari uji koefisien determinasi (R2) mengacu pada nilai
Adjusted R-squared yang sebesar 0,256962 atau sebesar 25,70%, angka tersebut dapat
diartikan bahwa BOPO, CAR, FDR, Inflasi dan Kurs dapat menjelaskan NPF sebanyak
25,70% dan sebesar 74,30% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh BOPO terhadap NPF
Berdasarkan penelitian regresi dan uji-t yang dilakukan memiliki hasil yang
memperlihatkan bahwa NPF tidak dipengaruhi oleh BOPO. Hasil penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh (Indrajaya, 2019) juga menjelaskan bahwaNPF tidak dipengaruhi oleh
BOPO. Hal ini dikarenakan pertumbuhan rasio BOPO yang fluktuatif, selain itu
pertumbuhan BOPO yang tidak terlalu signifikan tidak dapat memberikan pengaruh
terhadap pembiayaan bermasalah (NPF).
Meskipun tidak berpengaruh, perusahaan tetap harus menjaga rasio BOPO ini, karena
jika BOPO dibiarkan terlalu tinggi artinya beban operasional perusahan kemungkinan akan
menjadi lebih besar dari pada pendapatan operasional yang didapatkan perusahaan.
Apabila rasio BOPO tinggi dapat diartikan bahwa pengontrolan biaya operasional yang
dilakukan bank tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bank tidak mampu
mengelola biaya operasional perusahan dengan efisien, hal ini ditandai dengan
meningkatnya biaya operasional.
terdahulu yang dilakukan oleh (Asmara, 2019) yang memiliki hasil bahwa NPF tidak
dipengaruhi oleh nilai tukar (Kurs). Dikarenakan pembiayaan bermasalah tergantung
kepada calon debitur itu sendiri, bagi debitur yang melakukan kegiatan eksport,
peningkatan nilai mata uang rupiah akan mengurangi pendapatannya, tetapi jika debitur
melakukan kegiatan import maka peningkatan nilai mata uang rupiah akan menambah
pendapatan debitur tersebut.
5. Implikasi Manajerial
Bagi Bank Muamalat dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah sebaiknya
memerhatikan aspek rasio keuangan, baik rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio
likuidita hal ini bertujuan agar terjadinya risiko pembiayaan atau pembiayaan bermasalah
dapat ditekan. Berdasarkan hasil penelitian ini, rasio yang berpengaruh terhadap
pembiayaan bermasalah adalah CAR. Hal ini karena CAR menunjukkan seberapa besar
kapasitas bank untuk menyediakan dana yang dapat digunakan untuk meminimalkan
terjadinya risiko pembiayaan bermasalah.
Daftar Pustaka
Akbar, Dinnul Alfian. (2016). Inflasi, Gross Domestic Product (GDP), Capital Adequacy
Ratio (CAR), Dan Finance To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Non Performing
Financing (NPF) Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia. I-ECONOMICS: A Research