Anda di halaman 1dari 18

JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN

Volume 01  Nomor 01  Maret 2020


http://doi.org/xxxx/xxxx
Diterima: 01 Maret 2020 Direvisi: 12 Maret 2020 Dipublikasikan: 20 Maret 2020

Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas (ROA) pada
Bank Syariah Bukopin Periode 2012-2018

Indra Gunawan1), Endah Dewi Purnamasari2), Budi Setiawan3)


1), 2) 3)
Program Studi Manajemen, Universitas Indo Global Mandiri
Email: indragunawan071696@gmail.com1), endahdps@yahoo.co.id2), budi.finance@gmail.com3)

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-performing
Financing (NPF), Financing to Deposit (FDR), and Operational Income Operational Costs
(BOPO) on profitability (ROA) at Bank Syariah Bukopin. During the observation period
shows that the data are normally distributed. Based on the normality test, autocorrelation
test, multicollinearity test, and heteroscedasticity test, there are no variables found that
deviate from the classical assumption test. These results show that the available data meets
the requirements using multiple linear regression equation models. The results of this study
use the t-test shows that the CAR has no significant effect on profitability (ROA), the NPF
variable has a negative and significant effect on profitability (ROA), the FDR variable has no
significant effect on profitability (ROA), and BOPO has no significant effect on profitability
(ROA) ). The results of this study using the F test show that the CAR, NPF, FDR, and BOPO
variables together have a negative and significant effect on profitability (ROA) seen from the
significance value of 0.002810.

Keywords: CAR, NPF, FDR, BOPO, ROA

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk menguji Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Perfoming Financing (NPF), Financing to Deposit (FDR) dan Biaya Operasional
Pendapatan Operasionl (BOPO) terhadap profitabilitas (ROA) pada Bank Syariah Bukopin.
Selama periode pengamatan menunjukan bahwa data berdistribusi normal. Berdasarkan uji
normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas tidak di temukan
variabel yang menyimpang dari uji asumsi klasik. Hal ini menunjukan data yang tersedia
telah memenuhi syarat menggunakan model persamaan regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menggunakan uji t menunjukan bahwa variabel CAR tidak berpengaruh
signifikan Terhadap Profitabilitas (ROA), Variabel NPF berpengaruh negatif dan Signifikan
Terhadap Profitabilitas (ROA), Variabel FDR tidak berpengaruh signifikan Terhadap
Profitabilitas (ROA) dan BOPO tidak berpengaruh signifikan Terhadap Profitabilitas (ROA).
Hasil penelitian ini menggunakan Uji F menunjukan bahwa variabel CAR, NPF, FDR, dan
BOPO Secara bersama-sama berpengaruh negatif dan Signifikan terhadap Profitabilitas
(ROA) dilihat dari nilai signifikasi sebesar 0,002810.

Kata Kunci: CAR, FDR, NPF, BOPO dan Profitabilitas (ROA)

Fakultas Ekonomi 19
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
PENDAHULUAN

Bank merupakan badan usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana
dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkan kembali
kepada masyrakat yang kekurangan dana (lack of fund), serta memberikan jasa-jasa bank
lainnya. Sektor perbankan mempumyai peranan yang sangat vital dalam pencapaian tujuan
nasional yang berkaitan dengan peningkatan dan pemerataan taraf hidup masyarakat dan
menunjang berjalannya roda perekonomian, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat
transmisi kebijakan moneter (Booklet Perbankan Indonesia : 2013). Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan bahwa usaha perbankan meliputi 3 kegiatan
yaitu, menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya.

Menurut Kasmir (2014) bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga
perantara keuangan (financial intermendiaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang
berkelebihan dana (idle fund) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana
(deficit unit) pada waktu yang di tentukan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
perantara, bank mendasarkan kegiatan usahanya pada kepercayaan masyarakat. Maka bank
juga disebut lembaga kepercayaan masyarakat.

Secara umum di Indonesia ada jenis-jenis bank berdasarkan operasionalnya yaitu, bank
konvesional dan syariah. Bank konvesional adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvesional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
berdasarkan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan sedangkan, bank syariah adalah
perbankan yang segala sesuatu menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya. Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa
perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang
tidak didasarkan pada suku bunga, melainkan atas dasar prinsip syariah sebagaimana
digariskan syariah (hukum) Islam.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atasUndang-Undang


Nomor.7 tahun 1992 tentang Perbankan pada bab 1dan pasal 1 serta ayat 13 dijelaskan bahwa,
prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak
lainnya untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
(mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), Prinsip jual
beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan persetujuan berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak
lain (ijarah wa iqtina) (Fahmi,2015).

Saat ini, pertumbuhan dan perkembangan sistem ekonomi keuangan berlandaskan Syariah
Islam di Indonesia maju sangat pesat. Menurut laporan Otoritas Jasa Keuangan (2017) bahwa
secara umum kondisi perekonomian dan keuangan syariah Indonesia tahun 2017 mengalami
pertumbuhan dari angka pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Rill dalam 3 tahun
menunjukan tren yang stabil dan mengalami peningkatan dari 5,03% menjadi sebesar 5,07%
pada akhir tahun 2017.

Menurut laporan Global Islamic Finance Report (2017) menyatakan bahwa Indonesia
termasuk ke dalam negara-negara yang memiliki peran penting dalam industry keuangan

Fakultas Ekonomi 20
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
syariah global, dengan total aset perbankan syariah mencapai Rp. 435,02 triliun di tahun
2017. Permodalan perbankan syariah pada tahun 2017 membaik yang tercermin dari nilai
rasioCapital Adequacy Ratio (CAR) diatas yang mencapai 17,91% dibandingkan tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 16,63%. Kualitas pembiayaan yang disalurkan dan efisiensi
operasional perbankan syariah membaik, yang tercermin dari penurunan rasio Non Perfoming
Financing (NPF) dari 4,15% menjadi 3,90% dan nilai rasio Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) turun dari 93,63% menjadi 89,62%. Tingkat intermediasi yang
ditunjukkan oleh rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) terjaga pada angka 84,99%.

Menurut Fahmi (2012) potensi keberhasilan yang ada di perusahaan tercerminkan dalam
laporan keuangan perusahaan berupa profitabilitas, dimana rasio profitabilitas terdiri dari
Return On Equity (ROE) yaitu rasio yang menggambarkan besarnya kembalian atas modal
untuk menghasilkan keuntungan, dan Return On Asset (ROA) yaitu rasio yang menunjukan
kemampuan dari keseluruhan aset yang ada dan digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
Dimana profitabilitas merupakan indikator atas kinerja dan kemampuan badan usaha dalam
memanfaakan seluruh kekayaan yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat
profitabilitas yang tinggi mencerminkan bahwa badan usaha mampu bekerja secara efektif
dan efisien dalam kegiatan operasionalnya. Rasio yang biasa digunnakan untuk mengukur
kinerja profitabilitas adalah Return on Equity (ROE) dan Return on Assets (ROA). Alasan
dipilihnya ROA dalam penilitian ini karna rasio ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan.ROA
merupakan rasio yang mengukur kemampuan Bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi
secara keseluruhan, Semakin besar ROA bank,semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset (Harianto,
2017)

Menurut Kasmir (2014) Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal
merupakan salah satu masalah yang dihadapi perbankan dalam sektor internal. Bank harus
memelihara modal yang cukup untuk mendukung aktivitas pengambilan risiko (risk taking).
Peranan modal sangat penting, dimana kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan
lancar apabila memiliki modal yang cukup, sehingga pada saat masa-masa kritis bank tetap
aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia. Bank yang tidak memiliki
kecukupan modal maka bank tersebut dapat dikatakan tidak sehat rasionya, sehingga bank
tersebut masuk dalam kriteria bank dalam pengawasan khusus karena CAR di bawah standar
yang ditetapkan Bank Indonesia (8%), sehingga bank mengalami kesulitan untuk survive
pada saat mengalami kerugian dan juga mengakibatkan turunnya kepercayaan nasabah yang
pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas bank. Apabila nilai CAR rendah, maka
profitabilitas (ROA) bank akan mengalami penurunan (Wicaksono,2014).

Menurut Fahmi (2015) rasio FDR digunakan bank untuk menilai likuiditas suatu bank yang
dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga. Pembiayaan yang dikelola dengan baik oleh bank, akan menghasilkan laba yang
tinggi, namun jika bank tidak hati-hati pada penyaluran dana pembiayaan, akan berdampak
pada laba yang diperoleh, sehingga akan terjadi pembiayaan bermasalah. Pembiayaan
bermasalah bisa disebut juga dengan NPF, ratio ini dijadikan variabel yang mempengaruhi
profitabilitas karena mencerminkan risikopembiayaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan
kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut
mempengaruhi pencapaian laba bank. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank,
mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah.

Fakultas Ekonomi 21
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
Menurut Pandia (2012) BOPO merupakan perbandingan antara total biaya operasi dengan
total pendapatan operasi. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, serta digunakan untuk mengatur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional dan pendapatan
operasional. Apabila semakin kecil rasio BOPO maka akan semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penelitian ini ingin mengetahui pokok permasalahan
dalam memprediksi tingkat profitabilitas pada perbankan syariah yang terdaftar di bursa efek
indonesia (BEI). Adapun variabel yang di gunakan antara lain: CAR, NPF, FDR dan BOPO.

TINJAUAN PUSTAKA

Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan suatu bank
adalah CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio), NPF (Non
Perfoming Financing) dan BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional).

Menurut Darmawi (2011) salah satu komponen faktor permodalan adalah kecukupan modal.
Rasio untuk menguji kecukupan modal bank yaitu rasio CAR (Capital Adequacy Ratio).
Capital Adequacy Ratiomerupakan perbandingan rasio tersebut antara rasio modal terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan sesuai ketentuan pemerintah(Kasmir, 2014).

Menurut Bank Indonesia (Nomor 9/13/PBI/2007), CAR adalah penyediaan modal minimum
bagi bank didasarkan pada risiko aktiva dalam arti luas, baik aktiva yang tercantum dalam
neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin pada kewajiban
yang masih bersifat kontijen dan/atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga
maupun risiko pasar. Berdasarkan definisi menurut para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, seperti kredit yang diberikan
kepada nasabah. Menurut ketentuan Bank Indonesia, capital adequacy ratio (CAR)
mempunyai nilai minimal 8%.

Modal bank terdiri dari dua komponen yaitu modal intidan modal pelengkap. Modal inti
adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh
para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan modal pelengkap terdiri dari
cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman,
dan pinjaman subordinasi. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan ATMR
(Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) yang merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dan
ATMR aktiva administratif. ATMR aktiva neraca diperoleh dengan cara mengalikan nilai
nominal aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko masing masing aktiva. ATMR aktiva
administrative diperoleh dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang
bersangkutan dengan risiko.

Besarnya nilai CAR suatu bank dapat dihitung dengan rumus:

Menurut Purwanto (2013) Non Perfoming financing (NPF) adalah tingkat pengembalian
pembiayaan yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat

Fakultas Ekonomi 22
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
pembiayaan macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan
non lancar terhadap total pembiayaan. Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut
akansemakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan
mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. Kredit bermasalah
yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet NPF adalah
tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF
merupakan tingkat kredit pada bank tersebut.

Menurut Ismail (2013) pembiayaan Non Performing atau pembiayaan bermasalah dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. Pembiayaan Kurang Lancar
Pembiayaan kurang lancar merupakan pembiayaan yang telah mengalami peningkatan
dengan kriteria sebagai berikut:
 Pengembalian pokok pinjaman dan bagi hasilnya telah mengalami penundaan
pembayarannya melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari.
 Pada kondisi ini hubungan debitur dan bank memburuk.
 Informasi keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh bank.
b. Pembiayaan Diragukan
Pembiayaan diragukan merupakan pembiayaan yang mengalami penundaan pembayaran
pokok dan/atau bagi hasil dengan kriteria sebagai berikut:
 Penundaan pembayaran pokok dan/atau bagi hasil antara 180 hingga 270 hari.
 Pada kondisi ini hubungan debitur dengan bank semakin memburuk dan Informasi
keuangan sudah tidak dapat dipercaya.
c. Pembiayaan Macet
Pembaiayaan macet merupakan pembiayaan yang menunggak melampaui 270 hari atau
lebih. Besarnya NPF yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal
5%. Pengukuran ini diukur dengan satuan persen dan persamaannya adalah sebagai
berikut:

Kasmir (2014)Financing Deposit Ratio menunjukkan rasio untuk mengukur komposisi


jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat yang berhasil
dihimpun oleh bank. FDR adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito
berjangka, giro, tabungan, dan lain- lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan
pinjaman (loan requests) nasabahnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas.
Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas FDR berada pada tingkat sebesar
85% 100%. Pengukuran ini diukur dengan satuan persen dan persamaannya adalah sebagai
berikut:

Menurut Munawir, (2010) efisiensi operasional dapat diukur dengan cara membagi biaya
operasional dengan pendapatan operasional (BOPO). BOPO merupakan rasio perbandingan
antarabiaya operasional dengan pendapatan operasional. Rasio BOPO juga termasuk dalam
kategori rentabilitas (earning) yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selamaperiode tertentu. Bank Indonesia menetapkan besarnya rasio BOPO

Fakultas Ekonomi 23
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
tidak melebihi 90%, apabila melebihi 90%, maka bank tersebut dikategorikan tidak efisien.
Pengukuran ini diukur dengan satuan persen dan persamaannya adalah sebagai berikut:

Menurut Weygandt et al. (1996), rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan
besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang
paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas
merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat
risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi
pula.

Menurut Fahmi (2012) rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang di peroleh dalam hubungannya dengan pendapatan maupun investasi. Rasio
profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan
operasi perusahaan, karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai
alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi,
diharapkan profitabilitas yangdiperoleh semakin tinggi pula (Rahma, 2011). Rasio rentabilitas
atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasioyang menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba disebut Operating Ratio. Salah satu rasio yang ada pada
profitabilitas yaitu ROA.

Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas, di mana rasio ini melihat
sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan
sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan
yang ditanamkan atau ditempatkan. Sehingga dalam penelitian ini ROA digunakan sebagai
ukuran kinerja perusahaan perbankan. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak
terhadap total aset. Semakin besar ROAmenunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik,
karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti
profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan
profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Fahmi, 2012).

Menurut Kasmir (2014), bahwa rasio profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan.

Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran di bawah diketahui yang menjadi variabel independen adalah CAR
(X1), NPF (X2), FDR (X3) dan BOPO (X4) Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah
ROA (Y).

Fakultas Ekonomi 24
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx

CAR (X1)
H1
NPF (X2)
H2 ROA (Y)

FDR (X3) H3
H5
BOPO (X4) H4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

METODOLOGI

Jenis data dalam penelitian ini ialah internal dan eksternal yang diperoleh melalui laporan
triwulan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia dan Data Bank Syariah Bukopin dengan
demikian penelitian ini menggunakan data time series yang diambil dalam periode 2012–
2018 dengan alat bantu penelitian menggunakan Eviews.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono
(2017) data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data sekunder ini merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data
primer seperti buku-buku dan bacaan yang berkaitan dna menunjang penelitian. Sumber data
penilitian ini di peroleh dari website Perusahaan dan website Bursa Efek Indonesia melalui
situs www.idx.co.id data yang di maksud meliputi laporan Triwulan keuangan. Dengan
demikian penelitian ini menggunakan data time series yang di ambil dalam periode 2012-
2018 dengan menggunakan penelitian Eviews.

Teknik analisis data menggunakan:

1. Uji Asumsi Klasik


 UJi Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi panel variable-
variabelnya berdistribusi normal atau tidak
 Uji Multikolinearitas
Menurut Imam Ghozali (2013:105) uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Metode yang dapat digunakan untuk menguji terjadinya multikolinieritas dapat
dilihat dari matrik korelasi variabel-variabel bebas. Pada matrik korelasi, jika antar
variabel bebas terdapat korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas (0,90), maka
hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
 Uji Autokorelasi
Autokorelasi sering dikenal dengan istilah korelasi serial dan sering ditemukan pada
data serial waktu (time series). Regresi yang terdeteksi autokorelasi dapat berakibat
pada biasnya interval kepercayaan dan ketepatan penerapan uji F dan uji t.
 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

Fakultas Ekonomi 25
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varians dari suatu pengamatan kepengamatan yang lain sama maka disebut
homokedastisitas. Dan jika varians berbeda maka disebut heteroskedastisitas.
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Sugiyono (2017) analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan
bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih
variabel independen sebagai faktor prediator dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).
Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya
minimal2.
3. Pengujian Hipotesis
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t, uji F dan koefisien determinasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Deskriptif
Tabel 4.1
Descriftive Statistics
ROA CAR NPF FDR BOPO
Mean 0.456 15.097 3.155 92.30 92.658
6
Median 0.505 14.920 3.460 92.19 94.615
5
Max 1.130 19.720 4.940 103.6 109.62
6
Min -1.120 10.740 1.330 82.44 33.140
0
Std. Dev. 0.450 2.824 1.138 5.195 12.473
Skewness -1.274 0.183 -0.180 0.279 -3.979
Kurtosis 6.492 1.984 1.777 3.097 20.057

Jarque-Bera 21.814 1.358 1.896 0.375 413.37


Probability 0.000 0.506 0.387 0.828 0.000

Sum 12.790 422.73 88.34 2584. 2594.43


0 0 58
Sum Sq. Dev. 5.471 215.37 35.02 728.7 4200.82
3 4 8

Observations 28 28 28 28 28

Dari data statistik deskriptif di atas menunjukkan bahwa jumlah observasi bank syariah
bukopin adalah sebanyak 28 data selama periode Maret 2012-Desember 2018. Dari hasil
perhitungan, dapat diketahui nilai terendah (minimum) ROA adalah -1.120000 dan nilai
tertinggi (maximum) adalah 1.130000 sedangkan nilai rata-rata (mean) adalah 0.456786
dengan standar deviasi 0.450177. Rata-rata Bank Syariah Bukopin dalam mengelola asetnya
sudah baik karena telah berada diatas ketentuan Bank Indonesia 0.5% sehingga bank dalam
mendapatkan keuntungan semakin besar.

Variabel CAR memiliki nilai terendah (minimum) adalah 10.74000 dan nilai tertingginya
(maximum) 19.72000 dengan standar deviasi 2.824325, sedangkan rata-ratanya (mean)

Fakultas Ekonomi 26
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
menunjukkan 15.09750. Hasil ini menunjukkan sejauh mana penurunan aset bank masih
dapat ditutup oleh modal yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi
sebuah bank.

Pada variabel FDR nilai terendah (minimum) adalah 82.44000 dan nilai tertingginya
(maximum) adalah 103.6600 sedangkan rata-rata (mean) adalah 92.30643 dengan standar
deviasi 5.195395 . Rata-rata Bank Syariah Bukopin dalam mengelola rasio ini sudah baik
karena berada ditengah ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia yaitu 78% - 94%.
Sehingga membuat bank dalam mendapatkan keuntungan di rasio ini harus di tingkatkan lagi.

NPF memiliki nilai terendah (minimum) sebesar 0.86 dan nilai tertingginya (maximum)
sebesar 4.70 dengan standar deviasi 1.48354, sedangkan rata-ratanya (mean) menunjukkan
2.4460. Hasil ini menunjukkan bahwa, nilai minimum maupun maximum, dan rata-rata NPF
Bank Syariah Bukopin sudah baik, karna nilainya kurang dari standar yang sudah ditentukan
oleh Bank Indonesia yaitu 5%, berarti Bank Syariah Bukopin dalam menyalurkan
pembiayaannya sudah optimal dengan menjalankan prinsip kehati-hatian.

Variabel BOPO nilai terendah (minimum) adalah 33.14000 dan nilai tertinggi (maximum)
adalah 109.6200 sedangkan nilai rata-rata (mean) dalah 92.65821 dengan standar deviasi
12.47341. Rata-rata Bank Syariah Bukopin dalam mengelola sumber daya yang ada di
perusahaan masih kurang optimal karena berada di atasketentuan Bank Indonesia yaitu 70% -
80%.

Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas

Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah nilai residual terdistribusi
secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
terdistribusi secara normal. Normalitas dapat dideteksi dengan menggunakan uji Jarque-Berra
(uji JB). Uji JB merupakan uji normalitas berdasarkan pada koefisien keruncingan (kurtosis)
dan koefisien kemiringan (skewness). Dalam uji JB normalitas dapat dilihat dari besaran nilai
probability JB, jika nilai probability JB > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika
nilai probability < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal. Adapun hasil pengujian
normalitas pada PT Bank Syariah Bukopin Tbk dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2
6
Series: Residuals
Sample 2012Q1 2018Q4
5 Observations 27

4 Mean -3.45e-16
Median 0.089373
Maximum 0.993562
3 Minimum -1.789883
Std. Dev. 0.698724
Skewness -0.950253
2
Kurtosis 3.721203

1 Jarque-Bera 4.648563
Probability 0.097854

0
-2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0

Keputusan terdistribusi normal tidaknya residual secara sederhana dengan membandingkan


nilai Probabilitas JB (Jarque-Bera) hitung dengan tingkat alpha 0,05 (5%). Apabila Prob. JB
hitung lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal dan
sebaliknya, apabila nilainya lebih kecil maka tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa
residual terdistribusi normal. Nilai Prob. JB hitung sebesar 0,097854 > 0,05 sehingga dapat

Fakultas Ekonomi 27
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
disimpulkan bahwa residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang
kenormalan telah dipenuhi.

Uji Multikolinearitas

Multikolonieritas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linear yang sempur na atau
mendekati antar variable independen dalam model regresi. Suatu model regresi dikatakan
mengalami Multikolonieritas jika ada fungsi linear yang sempurna pada beberapa atau semua
independen variabel dalam fungsi linear. Dan hasilnya sulit didapatkan pengaruh antara
independen dan dependen variabel. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala
multikoliniearitas antara lain dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF).

Berdasarkan aturan Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance, maka apabila VIF
melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan terjadi gejala
multikolinearitas. Sebaliknya apabila nilai VIF kurang dari 10 atau tolerance lebih dari dari
0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Tabel 4.3
Variance Inflation Factors
Date: 11/21/19 Time: 21:12
Sample: 2012Q1 2018Q4
Included observations: 28

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

C 3.964838 917.0139 NA
CAR 0.001035 56.42009 1.841810
NPF 0.004667 12.09396 1.350134
FDR 0.000301 595.6634 1.814075
BOPO 3.25E-05 65.61132 1.126843

Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan hubungan antara residual satu observasi dengan residual observasi
lainnya. Untuk mendeteksi masalah autokorelasi, peneliti menggunakan Uji Breusch-Godfrey
(BG) atau Uji Lagrange Multiplier (LM). Kriteria untuk mendeteksi ada tidaknya masalah
autokorelasi adalah apabila nilai probabilitas Obs*R-squared > α (5%), berarti tidak ada
autokorelasi, sebaliknya apabila nilai probabilitas Obs*R-squared ≤ α (5%), berarti ada
autokorelasi. Berikut adalah tabel hasil uji BG.

Tabel 4.4
Breusch-Godfrey Serial Correlation
LM Test:

F-statistic 0.6041 Prob. 0.555

Fakultas Ekonomi 28
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
23 F(2,21) 8
Obs*R- 1.5233 Prob. Chi- 0.466
squared 49 Square(2) 9

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai probabilitas O bs*R-squared sebesar 0.5558
(Prob. > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa model persamaan tidak mengalami
masalah autokorelasi.

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk
semua pengamatan pada model regresi. Ada beberapa cara untuk menguji apakah model
regresi yang kita pakai lolos heteroskesdastisitas. Dalam mendeteksi ada tidaknya masalah
heteroskedastisitas penelitian yang kita pakai ini menggunakan data Times series yakni
meregresikan nilai mutlaknya dengan variabel independen. Ketentuan yang dipakai, jika nilai
probabilitasnya tidak signifikan secara statistik pada derajat 5% maka hipotesis nol diterima,
yang berati tidak ada heteroskedastisitas dalam model. Sebaliknya jika nilai probabilitasnya
signifikan secara statistik pada derajat 5% maka hipotesis nol ditolak, yang berati ada masalah
heteroskedastisitas.

Tabel 4.5
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-
Godfrey

0.7974 Prob. 0.539


F-statistic 05 F(4,23) 1
Obs*R- 3.4101 Prob. Chi- 0.491
squared 04 Square(4) 7
Scaled
explained 5.6247 Prob. Chi- 0.229
SS 01 Square(4) 0

Keputusan terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi linier adalah dengan
melihat Nilai Prob. F-statistic (F hitung). Apabila nilai Prob. F hitung lebih besar dari tingkat
alpha 0,05 (5%) maka H0 diterima yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan
apabila nilai Prob. F hitung lebih kecil dari dari tingkat alpha 0,05 (5%) maka H0 ditolak
yang artinya terjadi heteroskedastisitas.

Dari tabel diatas Nilai Prob. F hitung sebesar 0,5391 lebih besar dari tingkat alpha 0,05 (5%)
sehingga, berdasarkan uji hipotesis, H0 diterima yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel independent
(CAR, NPF, FDR dan BOPO) terhadap variabel dependen (ROA). Hasil dari penggunaan
analisis regresi berganda dapat digunakan untuk memutuskan naik atau menurunnya nilai dari
variabel dependen, yang dapat dilakukan melalui menaikkan atau menurunkan keadaan
variabel independen.

Fakultas Ekonomi 29
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
Dari hasil analisis dan pengolahan data dalam penelitian ini dengan jumlah data yaitu 7 tahun
dari tahun 2012-2018, diperoleh hasil pengolahan pada tabel 4.6 diatas. Hasil pengolahan
Eviews tersebut dapat dilihat persamaannya sebagai berikut:
(Y) = a-b1x1-b2x2+b3x3-b4x4
(ROA) = 1.764662 –0.031668 (CAR) – 0.193869( NPF) + 0.006984 (FDR) –
0.009312 (BOPO)

Hasil pengolahan data diperoleh nilai bahwa CAR memberikan nilai koefisien – 0.031668,
NPF nilai koefisien - 0.193869, FDR nilai koefisien 0.006984 dan BOPO memberikan nilai
koefisien – 0.009312.

Tabel 4.6
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 11/27/19 Time: 19:12
Sample: 2012Q1 2018Q4
Included observations: 28

Coefficie Std.
Variable nt Error t-Statistic Prob.

C 1.764662 1.991190 0.886235 0.3847


CAR -0.031668 0.032176 -0.984205 0.3353
NPF -0.193869 0.068313 -2.837942 0.0093
FDR 0.006984 0.017359 0.402342 0.6911
BOPO -0.009312 0.005699 -1.634054 0.1159

Pengujian Hipotesis
Uji T

Uji t dalam regresi linier berganda dimaksudkan untuk menguji apakah parameter (koefisien
regresi dan konstanta) yang diduga untuk mengestimasi persamaan/model regresi linier
berganda sudah merupakan parameter yang tepat atau belum. Maksud tepat disini adalah
parameter tersebut mampu menjelaskan perilaku variabel bebas dalam mempengaruhi
variabel terikatnya. Parameter yang diestimasi dalam regresi linier meliputi intersep
(konstanta) dan slope (koefisien dalam persamaan linier). Pada bagian ini, uji t difokuskan
pada parameter slope (koefisien regresi) saja. Jadi uji t yang dimaksud adalah uji koefisien
regresi.

Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di atas. Apabila nilai prob. t hitung (ditunjukkan pada
Prob.) lebih kecil dari tingkat kesalahan (alpha) 0,05 (yang telah ditentukan) maka dapat
dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya,
sedangkan apabila nilai prob. t hitung lebih besar dari tingkat kesalahan 0,05 maka dapat
dikatakan bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya.

Berdasarkan Tabel 4.7 di bawah, maka dapat diketahui pengaruh masing-masing variabel
sebagai berikut:

Fakultas Ekonomi 30
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
1. Pengaruh CAR terhadap ROA
Berdasarkan tabel di bawah diperoleh nilai t-statistik sebesar -0.984205 yang berarti nilai
t-hitung (0.984205)< dari nilai t tabel (1.70562). Sementara tingkat signifikansi sebesar
0.3353> 0.05, maka H0 diterima dan menolak Ha. Dari hasil uji hipotesis ini di
simpulkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan pada variabel CAR terhadap ROA..
2. Pengaruh NPF terhadap ROA
Berdasarkan tabel di bawah diperoleh nilai t-statistik sebesar -2.837941 yang berarti nilai
t-hitung (2.837941)> dari nilai t tabel (1.70562). Sementara tingkat signifikansi sebesar
0.0093<005 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil uji hipotesis ini disimpulkan
bahwa ada pengaruh berpengaruh negatif dan signifikan variabel NPF secara parsial
terhadap ROA.
3. Pengaruh FDR terhadap ROA
Berdasarkan tabel di bawah diperoleh nilai t-statistik sebesar 0.402342 yang berarti nilai
t-hitung (0.402342) < dari nilai t tabel (1.70562). Sementara tingkat signifikansi sebesar
0.6911>0.05, maka H0 diterima dan menolak Ha. Dari hasil uji hipotesis ini di simpulkan
bahwa tidak ada pengaruh pada variabel FDR terhadap ROA.
4. Pengaruh BOPO terhadap ROA
Berdasarkan tabel di bawah diperoleh nilai t-statistik sebesar -1.634054 yang berarti nilai
t-hitung (1.634054)< dari nilai t tabel (1.70562). Sementara tingkat signifikansi sebesar
0.1159> 0.05, maka H0 diterima dan menolak Ha. Dari hasil uji hipotesis ini di
simpulkan bahwa tidak ada pengaruh pada variabel BOPO terhadap ROA.

Tabel 4.7
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 12/12/19 Time: 19:29
Sample: 2012Q1 2018Q4
Included observations: 28

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.764662 1.991190 0.886235 0.3847


CAR -0.031668 0.032176 -0.984205 0.3353
NPF -0.193869 0.068313 -2.837942 0.0093
FDR 0.006984 0.017359 0.402342 0.6911
BOPO -0.009312 0.005699 -1.634054 0.1159

Uji F

Tabel 4.8

R-squared 0.491133 Mean dependent var 0.456786

Adjusted R-squared 0.402634 S.D. dependent var 0.450177

S.E. of regression 0.347940 Akaike info criterion 0.886857

Sum squared resid 2.784425 Schwarz criterion 1.124750


-
Log likelihood 7.415993 Hannan-Quinn criter. 0.959583

Fakultas Ekonomi 31
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx

F-statistic 5.549610 Durbin-Watson stat 1.644073

Prob(F-statistic) 0.002810

Uji F (simultan) merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi
layak atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah model yang diestimasi layak
digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
Nama uji ini disebut sebagai uji F, karena mengikuti mengikuti distribusi F yang kriteria
pengujiannya seperti One Way Anova. Pengunaan software memudahkan penarikan
kesimpulan dalam uji ini. Apabila nilai prob. F hitung lebih kecil dari tingkat kesalahan/error
(alpha) 0,05 (yang telah ditentukan) maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang
diestimasi layak, sedangkan apabila nilai prob. F hitung lebih besar dari tingkat kesalahan
0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak.

Adapun penjelasan mengenai hasil uji F yang telah disajikan pada tabel 4.8 di atas bahwa
hasil uji F pada penelitian ini memiliki nilai koefisien sebesar 5.549610, Ftabel = 3.369
dengan prob (Fstatistik) sebesar 0.002810< 0,05. Hasil ini memiliki arti bahwa variabel bebas
(CAR, NPF, FDR dan BOPO) secara simultan / bersama-sama mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap ROA.

Uji Koefisisen Determasi (R2)

Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel


terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh nilai R-Square atau
Adjusted R-Square. R-Square digunakan pada saat variabel bebas hanya 1 saja (biasa disebut
dengan Regresi Linier Sederhana), sedangkan Adjusted R-Square digunakan pada saat
variabel bebas lebih dari satu. Dalam menghitung nilai koefisien determinasi penulis lebih
senang menggunakan R-Square dari ZC pada Adjusted R-Square, walaupun variabel bebas
lebih dari satu.

Tabel 4.9
Mean dependent
R-squared 0.491133 var 0.456786

Adjusted R-squared 0.402634 S.D. dependent var 0.450177


Akaike info
S.E. of regression 0.347940 criterion 0.886857

Sum squared resid 2.784425 Schwarz criterion 1.124750


Hannan-Quinn
Log likelihood -7.415993 criter. 0.959583
Durbin-Watson
F-statistic 5.549610 stat 1.644073

Prob(F-statistic) 0.002810

Fakultas Ekonomi 32
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
Nilai R-Square berdasarkan hasil koefisien determinan pada Bank Syariah Bukopin
diperoleh data koefisien determinan (R2) dari tabel 4.9 sebesar 0.49113 yang berarti bahwa
49.11% variabel terkait dalam penelitian ini yaitu CAR, NPF, FDR dan BOPO berpengaruh
terhadap ROA, sedangkan sisanya sebesar 50.69% di jelaskan oleh variabel lain di luar
model.

Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka dapat dibuat tabel ringkasan hasil pengujian
hipotesis tersaji seperti berikut ini:

Tabel 4.10
Hipotesis Uji t-hitung / t- Hasil
Signifik tabel
an
CAR berpengaruh positif dan 0,3353> 0,05 0.984205<1.70 Hipotesis ditolak
signifikan ROA 562
NPF berpengaruh negatif dan 0,0093< 0,05 2.837941>1.70 Hipotesis diterima
signifikan terhadapROA 562

FDR berpengaruh positif dan 0,6911>0,05 0.42342<1.705 Hipotesisditolak


signifikan terhadap ROA 62

BOPO berpengaruh positif dan 0,1159> 0,05 1.634054<1.70 Hipotesis ditolak


signifikan terhadap ROA 562

CAR, NPF, FDR, dan BOPO 0,002810< 5.549610>3.36 Hipotesis diterima


berpengaruh secara simultan atau 0,05 9
bersama-sama terhadap ROA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui CAR, NPF, FDR, dan BOPO terhadap
Profitabilitas ROA pada Bank Syariah Bukopin periode 2012-2018. Berdasarkan hasil uji
hipotesis pertama variabel CAR tidak berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA).
Rendahnya CAR pada bank syariah terjadi karena tidak mengoptimalkan modalnya maka
bank harus mengendalikan tingkat resikonya untuk tidak melebihi jumlah modal yang ada.
Bagi pihak bank harus mengoptimalkan keseimbangan dananya yang berhasil dihimpun
dengan menyalurkannya kembali dalam bentuk pembiayaan dan bank harus lebih berhati-hati
dalam menentukan kebijakan mengenai tingkat kecukupan modal (CAR) dan penyaluran
pembiayaan dengan menjaga keseimbangan modal, tingkat resiko, pembiayaan dan
penghimpunan dana. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wibowo
dan Syaichu (2013) yang menyatakan bahwa NPF berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap ROA bank syariah.

Hasil pengujian hipotesis ke dua variabel NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
ROA. Hal ini berarti bahwa kondisi NPF yang lebih besar dalam satu periode tidak secara
langsung memberikan penurunan laba pada periode yang sama. Hal ini dikarenakan pengaruh

Fakultas Ekonomi 33
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
signifikan dari NPF terhadap ROA adalah berkaitan dengan penentuan tingkat kemacetan
pembiayaan yang diberikan oleh sebuah bank. Di sisi lain adanya NPF yang tinggi akan dapat
mengganggu perputaran modal kerja dari bank. Maka mana kala bank memiliki jumlah
pembiayaan macet yang tinggi, maka bank akan berusaha terlebih dahulu mengevaluasi
kinerja mereka dengan sementara menghentikan penyaluran pembiayaannya hinga NPF
berkurang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan
Kholis (2016) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap Return
On Asset ROA.

Hasil pengujian hipotesis ketiga FDR tidak berpengaruh terhadap ROA. Semakin tinggi FDR
maka akan berdampak pada meningkatnya profitabiitas bank umum syariah. Penyaluran
pembiayaan kepada calon nasabah dilakukan dengan memperhatikan prinsip 5C yang terdiri
dari Character (karakter), Capacity (kemampuan pengembalian), Collateral (jaminan), Capital
(modal), dan Condition (situasi dan kondisi).Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahma (2011) yang berjudul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas (ROA).

Hasil pengujian hipotesis ke empat variabel BOPO tidak berpengaruh terhadap Return On
Assets (ROA). Menurut Loen, B dan Ericson (2008) bahwa BOPO ini digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
Setiap peningkatan biaya operasi akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang
pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan.
Semakin tinggi nilai BOPO maka biaya operasional semakin tinggi dibandingkan dengan
pendapatan operasional. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wibowo dan Syaichu (2013), Susanto dan Kholis (2016), menyatakan bahwa BOPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Hasil pengujian hipotesis ke lima diperoleh hasil CAR, NPF, FDR dan BOPO berpengaruh
secara simultan atau bersama-sama terhadap ROA. Hasil penelitian ini sejalan dengan Rahma
(2011) yang menyatakan bahwa secara bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas
(ROA) bank. Hal ini ditunjukkan dari nilai F hitung sebesar 5.549610 dimana F hitung lebih
besar dari F tabel (3.369) dengan probabilitas 0.002810.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sampel laporan keuangan
pada PT Bank Syariah Bukopin Tbk periode triwulan 2012-2018 dan diolah dengan Eveiws
versi 9 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Capital Adequancy Ratio (CAR) tidak berpengaruh signifikan Terhadap Profitabilitas
pada Bank Syariah Bukopin periode Triwulan 2012-2018. Hal ini kemungkinan
dikarenakan peraturan BI yang mengharuskan setiap bank untuk menjaga CAR dengan
ketentuan 8%, sehingga para pemilik bank menambah modal bank dengan meyediakan
dana (Fresh money) untuk mengantisipasi sklau usaha yang berupa expansi pembiayaan
atau pinjaman yang diberikan kecukupan modal (CAR) bank dapat memenuhi ketentuan
BI.
2. Non Perfoming Financing (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan Terhadap
Profitabilitas pada Bank Syariah Bukopin Periode Triwulan 2012-2018. Ha ini dapat
diartikan pembiayaan yang diberkan pada bank syariah bukopin bisa di katakan optimal
tidak terdapat kendala dalam menyalurkan pembiayaan dengan nasabah, jadi resiko
pembiayaan macet sangat rendah dan berpengaruh terhadap ROA

Fakultas Ekonomi 34
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
3. Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh signitifikan Terhadap Profitabilitas
pada Bank Syariah Bukopin Periode Triwulan 2012-2018. Hal ini di karenakan kredit
yang disalurkan masih di bawah dari jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun, kondisi
ini menunjukan bahwa bank syariah bukopin kurang efektif dalam menyalurkan dana.
4. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) tidak berpengaruh signitifikan
Terhadap Profitabilitas pada Bank Syariah Bukopin Periode Triwulan 2012-2018. Hal ini
disebabkan setiap peningkatan biaya operasi bank, yang tidak di barengi dengan
peningkatan pendapatan operasinal bank akan berakibat berkurangnya laba sebelum
pajak, yang ada akhirnya akan menurunkan Return On Asset (ROA).
5. CAR, NPF, FDR dan BOPO Secara bersama-sama berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Profitabilitas pada Bank Syariah Bukopin Periode Triwulan 2012-2018.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti memberikan saran yang diharapkan mampu
memberikan informasi bagi pihak yang berkepentingan, antara lain sebagai berikut:

1. Saran Bagi Bank


Manajer bank diharapkan untuk mengoptimalkan biaya operasional agar tidak terlau
mencapai angkat 100%, terutama pada bank syariah bukopin pada laporan triwullan
keuangan rasio BOPO tahun 2012, 2013, 2014, 2016, 2017 dan 2018 nilai nya selalu
berada diatas 90% , bahkan pernah berada di 109.62% pada triwulan ke 4 tahun 2016 hal
itu bisa berdampak buruk pada tingkat kesehatan bank, sehingga rasio BOPO tinggi maka
kinerja perbankan dikategorikan tidak efisien.
2. Bagi Akademis
Penelitian yang dilakukan oleh penulis agar dapat dijadikan tambahan pengetahuan bagi
peneliti selanjutnya. Sebaiknnya untuk peneliti selanjutnya bisa menambah lagi variabel,
terutama untuk variable Nert Interest Margin (NIM) sehingga bisa menambah
pengetahuan lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, D., Marnisah, L., & Purnamasari, E. D. (2017). Pengaruh Inventory Ternover
Terhadap Return On Asset Pada PT.INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR, Tbk Tahun
2011-2015.8(02), 79–84.
Agustiningrum, R. (2013). Analisis Pengaruh CAR, NPL, dan LDR Terhadap Profitabilitas
pada Perusahaan Perbankan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 2(8), 885–902.
Darmawi Herman. (2011). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ghozali, I. (2011). Applikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivarite Dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS
Regresi (Cetakan Ke). Semarang: Universitas Diponegoro.
Hakiim, N. (2018). Pengaruh Internal Capital Adequency Ratio (Car), Financing To Deposit
Ratio (Fdr), Dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (Bopo) Dalam
Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah Di Indonesia. Mega Aktiva: Jurnal
Ekonomi Dan Manajemen, 7(1), 1. https://doi.org/10.32833/majem.v7i1.55
Harianto, S. (2017). Rasio Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Esensi, 7(1), 41–48. https://doi.org/10.15408/ess.v7i1.4076
Indrawati, N., Wardiningsih, S. S., & Wibowo, E. (2018). Pengaruh Capital Adequacy Ratio,
Non Perfoming Financing, Financing To Deposit Ratio, Biaya Operasiaonal Pendapatan
Operasional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, Vol. 18(No o2), 253 – 264.

Fakultas Ekonomi 35
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
JURNAL MANAJEMEN SDM, PEMASARAN, DAN KEUANGAN
Volume 01  Nomor 01  Maret 2020
http://doi.org/xxxx/xxxx
Irham Fahmi. (2018). Pengantar Manajemen Keuangan (cetakan Ke). Bandung: Alfabeta.
Irham Fahmi. (2015). Manajemen Perbankan Konvesional dan Syariah (Cetakan ke).
Bandung: Mitra Wancana Media.
Kasmir. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Edisi Revi). Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Keuangan, O. J. (n.d.). Laporan Perkembangan Keuangan Syariah 2017. Retrieved from
https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Laporan-Perkembangan-
Keuangan-Syariah-2017.aspx
Octaviani, S., & Andriyani, Y. (2018). Pengaruh Non Performing Loan (Npl) Dan Loan To
Deposit Ratio (Ldr) Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia (Bei). Jurnal Akuntansi : Kajian Ilmiah Akuntansi (JAK), 5(1),
64. https://doi.org/10.30656/jak.v5i1.504
Purwanto. (2013). Evaluasi Hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahma Adyani Djoko Sampurno, L. R. (2011). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kaulitatif dan R&D (Cetakan Ke).
Bandung: Alfabeta.
Susanto, Heri & Kholis, N. (2016). Analisis Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada
Perbankan Indonesia. E-Jurnal LP3M STIEBBANK, 7(1), 11–12.
https://doi.org/10.1093/nar/gkr991
Weygandt et al. (1996). Accounting Principles (Edition 4). USA: Jhon Wiley & Sons.
Wibowo, E. S., & Syaichu, M. (2013). Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO,
NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Polski Tygodnik Lekarski, vol 2(No 02), 191.
Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14371128
Wicaksono, A. P. (2014). Pengaruh CAR, LDR, NPL, Terhadap Profitabilitas Perusahaan
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia, 32–39.
Widyaningrum, L. (2015). Pengaruh CAR, NPF, FDR, dan OER Terhadap ROA Pada Bank
Pembiayaan Rakyat. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 2(12), 970–985.

Fakultas Ekonomi 36
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Anda mungkin juga menyukai