Anda di halaman 1dari 59

AB 7

Merajut Kebersamaan dalam Kebhinnekaan

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Ridho-Nya sehingga kalian bisa menyelesaikan materi pada Bab 6 tentang Hak dan
Kewajiban dalam Berdemokrasi. Semoga kalian mendapatkan nilai yang memuaskan pada
ulangan harian Bab 6 sehingga kalian dapat menyelesaikan materi berikutnya dengan hasil
yang memuaskan.
Amatilah peta Indonesia berikut ini

Sebelum lebih jauh kita akan mendalami Bab 7, ada baiknya kalian amati dan simak
gambar tersebut di atas. Coba kalian perhatikan gambar tersebut? Bagaimana usaha kita agar
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh? Mengapa musyawarah mufakat
dalam kehidupan sehari-hari dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
lebih diutamakan? Silahkan kalian membuat beberapa pertanyaan yang dapat menyadarkan
rakyat Indonesia agar menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman
dalam dan luar negeri.
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………
Daerah atau provinsi mana yang pernah kalian kunjungi?Berapa jumlah pulau di
Indonesia?Berapa jumlah bahasa di Indonesia?Mengapa kebudayaan setiap daerah di
Indonesia berbeda-beda?Selain kebudayaan, apa saja yang berbeda?
Kalian harus ingat bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago) yang
terdiri atas pulau-pulau yang dibatasi oleh laut dan selat. Sebagai sebuah Negara kepulauan
yang terdiri dari banyak etnis dan budaya, Indonesia menghadapi berbagai kemungkinan
adanya perpecaan yang dapat menjadi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan,
kesatuan bangsa. Untuk menyiasati hal tersebut, berbagai upaya tengah dilakukan. Salah
satunya diterapkan dalam berbagai aspek, yakni diwajibkan kepada seluruh masyarakat untuk
memupuk komitmen persatuan dalam keberagaman, seperti tidak menyinggung SARA, harus
saling menghormati antaragama dan keyakinan, serta menghargai perbedaan budaya.
Oleh karena itu, pada bab ini akan dibahas bagaimana pentingnya peran kalian
sebagai generasi muda dalam upaya menjaga integrasi bangsa dalam konteks Bhinneka
Tunggal Ika. Dengan demikian, akan muncul karakter bangsa yang tercermin lewat generasi
muda yang mampu menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan, serta sikap
saling toleransi dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

A. Memupuk Komitmen Persatuan dalam Keberagaman


Perhatikanlah semboyan Bangsa Indonesia berikut ini

Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa

Kalian tentunya akan bertanya tentang makna semboyan tersebut.


1. Apa arti semboyan tersebut?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Apa hubungan persatuan dan keberagaman?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………

3. Mengapa persatuan sangat penting bagi bangsa Indonesia?


…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Bagaimana menjaga komitmen persatuan?
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5. …………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Apakah kalian tahu letak semboyan Bhinneka Tunggal Ika ditempatkan dalam
lembaga Negara kita?Coba perhatikan lambing Negara kita?Semboyan bangsa Indonesia
tersebut tertulis pada kaki lambang negara Garuda Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika
merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar memahami maknanya.
Selain semboyan tersebut, negara kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain,
yakni:
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan
Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang sengaja diciptakan agar persatuan dan
kesatuan bangsa tetap terjaga. Dapatkah kalian menyebutkan yang lainnya? Diskusikan
dengan teman kalian.
1. …………………………………………………………………………………………
2. ……………………………………………………………………………………………
3. ……………………………………………………………………………………………
4. …………………………………………………………………………………………
5. ……………………………………………………………………………………………
Persatuan dalam keberagaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam
keberagaman harus dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal
sebagai berikut.
1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang.
2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab.
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah.
4. Pembangunan berjalan lancar.

Tugas Mandiri
Carilah berita dimedia cetak, elektronik atau sumber lain dengan jujur dan cermat tentang peristiwa
yang dapat menimbulkan pecahnya persatuan bangsa Indonesia. Kemudian berikanlah komentar
atau pendapatnya.
Nama peristiwa
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Penyebab peristiwa
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
Pendapat kalian
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Indonesia merupakan Negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan dan
konflik. Hal ini disebabkan Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, etnik,
budaya, agama serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Indonesia merupakan
negara yang memiliki keistimewaan keanekaragaman budaya, suku, etnik, bahasa, dan
sebagainya dibandingkan dengan negara lain. Pernahkah kalian mendengar atau membaca
peristiwa konflik antarsuku di Indonesia?atau konflik yang mengatasnamakan wilayah atau
daerah?Jadikanlah peristiwa konflik tersebut sebagai pelajaran agar tidak terjadi kembali di
masa yang akan datang. Konflik dapat mengakibatkan perpecahan dan akhirnya merugikan
seluruh rakyat Indonesia.
Tugas Mandiri
Coba kalian cari informasi di internet atau sumber lain tentang nama provinsi beserta, nama
bahasanya, rumah adat dan tariannya. Kemudian, tuliskan dalam kolom berikut.
Tabel 7.1. Nama Provinsi
No Nama Provinsi Bahasa Daerah Rumah adat Tariannya
1.
2.
3.
4.
5.
Pada dasarnya keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam
pembangunan bangsa. Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang
tertanam disetiap warga negara Indonesia. Namun, dalam kenyataanya masih ada konflik
yang terjadi dengan mengatasnamakan suku, agama, rasa atau antargolongan tertentu. Hal ini
menunjukkan yang ada harusnya bisa menjadi modal bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa
yang kuat. Untuk mendukungnya, diperlukan persatuan yang kokoh dan kuat. Tetapi, masih
banyaki permasalahan yang harus diselesaikan. Salah satunya masih ada bentrokan yang
mengatasnamakan suku tertentu dalam hal penggarapan lahan pertanian atau hutan. Hal ini
menunjukkan belum adanya kesadaran akan sikap komitmen persatuan dalam keberagaman
di Indonesia. Komitmen akan persatuan akan tegak jika peraturan yang mengatur masalah
suku atau hak individu ditegakkan dengan baik.
Jika bentrokan ini diakibatkan karena masalah berkaitan dengan hukum, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur dalam Pasal 28D Ayat
(1) bahwa ”Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.” Dengan demikian, permaslahan dan
bentrokan bisa dihindari dengan memberikan perlindungan secara penuh kepada setiap warga
negara.
Untuk mempersatukan masyarakat yang beragam, perlu adanya toleransi yang tinggi
antarkebudayaan. Sikap saling menghargai antargolongan, mengenali dan mencintai budaya
lain dengan cara pengenalan budaya adalah hal yang perlu dibudayakan. Contoh nyata
implementasi hal tersebut adalah dengan mempertunjukkan tarian suku-suku yang ada di
Indonesia. Dengan demikian setiap suku mempunyai rasa simpati satu sama lain.

Tugas Mandiri
Diskusikanlah bersama teman kalian tentang sikap yang harus dilakukan dalam
menjaga persatuan dan kesatuan negara di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
bangsa. Apa akibatnya jika tidak dilakukan dan bagaimana cara membiasakannya. Tuliskan
dalam kolom berikut.

Tabel 7.2 Sikap dan Komitmen Persatuan


Sikap dan Akibat dari Cara
Perilaku Sikap Membina dan
yang Kurang Membiasakan
Mencermink menerapka Komitmen
an Komitme n Persatua Persatuan
n Persatuan n
Lingkungan

……………… …………… ………………


……………. …………….. …………..

……………… …………… ………………


…………… …………….. ………….

……………… …………… ………………


……………. …………….. ………….

……………… …………… ………………


…………….. …………… …………..

……………… …………… ………………


……………. …………… …………

……………… …………… ………………


……………. …………… …………

……………… …………… ………………


……………. …………… …………

……………… …………… ………………


…………….. ……………. ………….

……………… …………… ………………


1. Keluarga ……………… …………… …………..

……………… …………… ………………


…………….. …………… ………….

……………… …………… ………………


…………….. …………….. …………

……………… …………… ………………


…………….. ………….. ………….
dan Negara
Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan Indonesia. Jika
masyarakatnya tidak bersatu dan selalu memprioritaskan kepentingannya sendiri, maka cita-
cita Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga Pancasila akan hanya menjadi mimpi yang tak
akan pernah terwujud. Kalian harus mampu menghidupkan kembali semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Keberagaman harus membentuk
masyarakat Indonesia yang memiliki toleransi dan rasa saling menghargai untuk menjaga
perbedaan tersebut. Kuncinya terdapat pada komitmen persatuan bangsa Indonesia dalam
keberagaman nasional.

B. Pentingnya Integrasi Nasional dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika


Amatilah gambar berikut

Gambar bentrokan atau tawuran

Berdasarkan gambar tersebut


1. Pernahkah kalian melihat kejadian seperti gambar tersebut di lingkungan sekitar?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Mengapa sampai terjadi hal seperti itu?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. Apa penyebabnya?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Apa akibat yang ditimbulkan jika hal ini dibiarkan?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
5. Bagaimana upaya penyelesaiannya agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
1. Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi
berasal dari bahasa Inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan,
mempersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran hingga
menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nation
yang artinya bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai
arti politis dan antropologis.
a. Secara Politis
Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
b. Secara Antropologis
Integrasi secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan
yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.
2. Syarat Integrasi
Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat keberhasilan suatu integrasi
sebagai berikut.
a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-
kebutuhan satu dengan lainnya.
b. Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
c. Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses
integrasi sosial.
Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan
bahwa setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya. Apakah kalian bisa membedakan mana yang hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang baik(good citizenship). Jangan sampai menyalahgunakan hak karena banyak
sekali orang yang bisa seenaknya melakukan sesuatu hal yang bisa merugikan orang lain.
Begitu pula dengan orang yang selalu berusaha menghindar dari kewajibannya sebagai warga
negara. Perilaku ini bisa dijadikan salah satu contoh perilaku yang bisa
merugikan masyarakat lain khususnya bagi pemerintah. Pelanggaran akan hak orang akan
menyebabkan disintegrasi sehingga orang tersebut tidak menjalankan kewajibannya.
Tugas Mandiri
Coba kalian tuliskan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia dalam
menjaga integrasi nasional.

Tabel 7.3. Hak dan Kewajiban


No. Lingkungan Hak Kewajiban
1. Keluarga

2. Sekolah

3. Masyarakat

Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan dalam menjalankan hak dan kewajiban. Hal
ini agar tidak terjadi kesalahpahaman yang bisa mengakibatkan kerugian bagi orang lain dan
diri sendiri. Misalnya, pertumbuhan pembanguanan infrastruktur (jalan dan jembatan) di satu
daerah dengan daerah lainnya harus sama. Jika berbeda akan terjadi kecemburuan dan
berakibat terganggunya integrasi nasional. Dengan demikian, sangat penting integrasi
nasional bagi pembangunan bangsa dalam masyarakat yang berbeda-beda. Setiap warga
masyarakat didaerah harus menyadari perbedaan etnik, suku, agama, budaya, bahasa, dan
sebagainya jangan dijadikan sebagai pemicu disintegrasi nasional. Oleh karena itu, kalian
harus memahami hak, dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kewajiban sebagai warga negara adalah menjaga integrasi nasional dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Bagaimana cara menjaga integrasi tersebut?Kalian tentu
pernah melihat di televisi atau membaca di media massa, anggota TNI yang ditempatkan
diujung pulau untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Memang saat ini Indonesia tidak dalam keadaan atau suasana peperangan, tetapi
negara menuntut kita sebagai warga negara untuk ikut serta menjaga integrasi nasional.
Tugas Mandiri
Diskusikan dengan teman kalian tentang beberapa sikap dan perilaku yang dapat
menyebabkan disintegrasi nasional di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan bangsa.
Tabel 7.4. Penyebab Disintegrasi
Lingkunga Sikap dan Perilaku yang Akibat dari Sikap Alternatif agar Tidak
n Menyebabkan Disintegrasi dan Perilaku Terulang
Nasional Tersebut
Keluarga …………………………………. ………………………. …………………………
. ………………………. …………………………
…………………………………. .
Sekolah …………………………………. ………………………. ………………………….
. . ………………………….
…………………………………. ……………………….
. .
Masyarakat …………………………………. ………………………. ………………………….
. ………………………. ………………………….
…………………………………. .
.
Bangsa …………………………………. ………………………. ………………………….
. ………………………. .
…………………………………. . ………………………….
. .
Semua rakyat Indonesia harus memiliki sikap untuk mempersiapkan diri jika ada
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) yang mengganggu integrasi nasional.
Kalian juga wajib ikut serta dalam menjaga integrasi nasional dari segala macam
ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Oleh karena itu, kalian sebagai warga negara yang baik wajib menaati semua peraturan-
peraturan yang berlaku.
3. Faktor-faktor Pendorong, Pendukung, dan Penghambat Integrasi Nasional
a. Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional
1) Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah
2) Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika
3) Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
4) Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan muncul semangat nasionalisme dikalangan
bangsa Indonesia.
b. Faktor pendukung integrasi nasional
1) Penggunaan bahasa Indonesia
2) Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam suatu bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia
3) Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
4) Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.
5) Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang diderita.
c. Faktor penghambat integrasi nasional
1) Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen
2) Kurangnya toleransi antargolongan
3) Kurangnya kesadaran dari masyarakat indonesia terhadap ancaman, gangguan dari luar
4) Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan
Dalam upaya untuk mencapai integrasi nasional dengan cara menjaga keselarasan
antarbudaya. Hal itu dapat terwujud jika ada peran serta pemerintah dan partisipasi
masyarakat dalam proses integrasi nasional.
1. Peran Pemerintah
a. ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
b.
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
c. ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
d.
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
e. ……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
2. Partisipasi Masyarakat
a. ……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
b.
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
c. ……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………….
d.
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
e. …………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
C. Membangkitkan Kesadaran Warga Negara untuk Bela Negara
1. Kesadaran Warga Negara
Amatilah gambar berikut

Gambar Upacara bendera di sekolah

1. Pernahkah kalian menjadi petugas upacara di sekolah?


…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………..
2. Apa manfaat menjadi petugas upacara di sekolah?
..
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. Apa pendapat kalian jika ada teman kalian yang malas melaksanakan upacara?
…………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………
4. Apakah teman kalian yang malas melaksanakan upacara tidak mempunyai kesadaran?
……………………………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………………
5. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan kesadaran?Kesadaran adalah sikap mawas
diri sehingga dapat membedakan baik atau buruk, benar atau salah, layak atau tidak layak,
patut atau tidak patut dalam berkata dan berperilaku. Kesadaran warga Negara Indonesia saat
ini masih perlu pembenahan. Salah satunya kesadaran dalam bela Negara. Memang Negara
Indonesia tidak sedang dalam kondisi peperangan, tetapi kesadaran untuk bela Negara harus
tetap ada dalam bentuk lain demi kemajuan bangsa.
Tugas Mandiri

Coba kalian cari di Internet atau sumber lain mengenai contoh bentuk kesadaran
warga negara untuk bela negara. Kemudian berikanlah pendapat atau komentar.

2. Pengertian Bela Negara


Sebelum membahas lebih jauh mengenai bela Negara, sebaiknya kalian
memahami terlebih dahulu pengertian bela negara. Menurut penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Pertahanan Negara, Upaya
Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Bukan hanya sebagai kewajiban dasar manusia, tetapi juga merupakan kehormatan
warga negara sebagai wujud pengabdian dan rela berkorban kepada bangsa dan negara.
Bela negara yang dilakukan oleh warga negara merupakan hak dan kewajiban
membela serta mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Pembelaan yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara. Oleh karena itu, warga negara mempunyai kewajiban ikut serta dalam
pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan undang-undang.

Coba amati cerita fiktif berikut ini dengan teliti dan seksama
Elan adalah seorang pelajar. Di sekolah Elan terkenal sebagai anak yang suka membuat
masalah. Elan sering diingatkan oleh bapak atau ibu guru untuk tidak membuat masalah yang
membuat orang lain terganggu di sekolah. Misalnya, meminta uang secara paksa, melakukan
tawuran, dan mengganggu adik kelas yang sedang belajar. Bahkan Elan sudah membuat surat
perjanjian untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut di hadapan Kepala sekolah dan
orang tuanya. Namun, Elan tetap belum sadar akan sikap dan perbuatannya. Akhirnya,
dengan terpaksa sekolah mengeluarkan Elan dari sekolah setelah beberapakali diperingatkan.

Berdasarkan cerita tersebut


1. Apakah sikap dan perbuatan Elan menunjukkan sikap bela negara?jika tidak alasannya apa?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……
2. Mengapa Elan tidak melakukan perbuatan yang menunjukkan sikap bela Negara?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……
3. Bagaimana menyadarkan Elan untuk ikut bela negara?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……
4. Tuliskan pendapat atau saran kalian agar Elan bisa berpartisipasi dalam usaha bela negara
saat ini?
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……
5. Sebutkan contoh hak dan kewajiban Elan ikuti untuk menujukkan bela negara di sekolah
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
……
Dengan demikian, terkandung pengertian bahwa upaya pertahanan negara harus
didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada
kekuatan sendiri. Hal ini juga tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 1 ayat 1, yaitu Pertahanan Keamanan Negara
adalah segala usaha untuk mempertahankan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan terhadap bangsa dan
negara.
Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan.
Dalam Alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala
bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Penyelesaian pertikaian atau konflik
antarbangsa pun harus diselesaikan melalui cara-cara damai. Bagi bangsa Indonesia, perang
harus dihindari. Perang merupakan jalan terakhir dan dilakukan jika semua usaha-usaha dan
penyelesaian secara damai tidak berhasil. Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan
menganut politik bebas aktif. Prinsip ini merupakan pelaksanaan dari bunyi alinea pertama
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara
dengan mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan (ATHG) pada Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para pahlawan yang
rela berkorban demi kedaulatan dan kesatuan. Ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
tersebut dapat datang dari luar negeri bahkan dalam negeri sekalipun. Adapun pengertian
sederhana dari arti ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan sebagai berikut.
1. Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang
dilakukan secara konsepsional melalui tindak kriminal dan politis. Ancaman militer adalah
ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berasal dari luar negeri maupun dari luar
negeri. Beberapa macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :
a. Dari luar negeri
1) Agresi
2) Pelanggaran wilayah oleh negara lain
3) Spionase (mata-mata)
4) Sabotase
5) Aksi terror dari jaringan internasional.
b. Dari dalam negeri
1) pemberontakan bersenjata
2) konflik horizontal
3) aksiteror dari dalam negeri
4) sabotase dari dalam negeri
5) Aksi kekerasan yang berbau SARA
6) Gerakan separatis pemisahan diri membuat Negara baru
7) Pengrusakan lingkungan.
Adapun ancaman non militer adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata tetapi
jika di biarkan akan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa.
2. Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.
3. Hambatan adalah Usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.

4. Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
Tugas Kelompok
Diskusikanlah dengan teman kalian atau buatlah kelompok yang terdiri atas laki-laki dan
perempuan berjumlah 5-7 orang. Carilah informasi atau data dari berbagai sumber, baik
dimedia cetak atau elektronik (internet) tentang contoh kasus ancaman, terhadap negara
Indonesia. Buatlah laporannya berbentuk makalah. Kemudian setelah selesai dibuat,
dipresentasikan didepan kelas dalam kegiatan gelar kasus (show case).

3. Dasar Hukum Bela Negara


Ada beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
a. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok
Perlawanan Rakyat.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 1 Tahun 1988.
d. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
e. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
f. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 Pasal 30 Ayat
(1) dan (2): “Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system pemerintahan dan keamanan rakyat
semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai komponen utana, dan rakyat sebagai komponen
pendukung”. Adapula pada Pasal 27 Ayat (3): “Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya bela negara”.
g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ayat
1: “Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara”; ayat 2: “Keikutsertaan warga
Negara dalam upaya bela negara dimaksud ayat 1 diselenggarakan melalui:
1) Pendidikan Kewarganegaraan
2) Pelatihan dasar kemiliteran
3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib
4) Pengabdian sesuai dengan profesi”.

D. Membangun Kesediaan Warga Negara untuk Melakukan Bela Negara


Bacalah berita berikut dengan saksama
PSSI Janjikan Beasiswa Untuk Garuda Muda

Gambar kemenangan PSSI U 19 AFF


Tempo,-Setelah mengukuhkan diri sebagai jawara Piala AFF U-19 2013 dengan
mengalahkan tim Vietnam di laga final, tim garuda muda kebanjiran pujian. Permainan anak-
anak asuhan Indra Sjafri, seolah menyihir para penggemar bola seantero Indonesia.
Atas prestasinya yang membanggakan, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI)
menjanjikan bonus beasiswa bagi para pemain garuda muda. “Beasiswa diberikan sampai
para pemain lulus sampai sarjana,” kata Ketua Umum PSSI Djohar Arifin kepada Tempo,
Ahad 22 September 2013. "Pokoknya semuanya tidak boleh putus sekolah. Menurut Djohar,
PSSI kali ini memang sengaja tidak memberikan bonus atau tip berupa uang kepada para
garuda muda. Sebab ia menilai hadiah berupa uang itu tak memiliki dampak positif bagi para
pemain, terutama mereka yang masih berusia belia.
Banyak kasus, kata Djohar, pemain akhirnya hanya mengejar bonus dalam setiap
laganya. Apabila bonus yang dijanjikan jumlahnya sedikit, para pemain tidak akan bermain
secara maksimal, tapi jika bonus yang dijanjikan banyak, sebaliknya mereka akan bermain
dengan semangat. "Cara ini kan tidak bagus bagi tim," ujarnya.
Selain itu, kata Djohar, bonus berupa uang hanya bisa dirasakan sesaat oleh para pemain.
Berbeda dengan beasiswa yang diharapkan dapat memberikan masa depan yang lebih baik
kepada para pemain. "Saya harapkan tahun ini mereka sudah kuliah semua," katanya.
Sumber: http://www.tempo.co/read/news/2013/09/23/099515688/
PSSI-Janjikan-Beasiswa-Untuk-Garuda-Muda

1. Bagaimana pendapat kalian dengan kemenangan Timnas U-19 atas Vietnam di Piala AFC
2013?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Apa yang akan dilakukan jika salah satu pemain Timnas U-19 adalah kalian?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
3. Setujukah dengan pemberian beasiswa kepada para pemain?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
4. Apakah kemenangan ini menunjukkan sikap bela negara para pemain Timnas?alasannya
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
5. Bagaimana mempertahankan jiwa dan semangat bela negara para pemain muda Timnas U-19
ini?
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Segala usaha untuk membela negara, mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan
wilayah negara, dan keselamatan bangsa merupakan hak dan kewajiban setiap warga
negara. Semua usaha tersebut dapat dilakukan disegala bidang, seperti dilakukan oleh para
pemain Timnas U-19 yang melaksanakan kewajiban membela negara dalam bidang olahraga.
Dapatkah kalian menyebutkan bidang yang lainnya selain bidang olahraga?
Tugas Mandiri
Diskusikan dengan teman kalian mengenai sikap dan perbuatan yang kurang
menunjukkan komitmen, kecintaan pada tanah air, tidak memiliki jiwa patriotisme, tidak mau
rela berkorban, dan tidak perhatian terhadap pelaksanaan bela negara dalam bidang hukum,
ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
N Bidang Sikap dan Perbuatannya Langkah
o Penyelesaiannya
1 Hukum ……………………………………. ………………………
. ……………………………………. ……….
……………………………………. ………………………
……….
………………………
……….
2 Ekono ………………………………. ………………………
. mi ………………………………. ……….
………………………………… ………………………
……….
………………………
………..
3 Pendidi ……………………………………… ………………………
. kan …………………………………………………………… ……….
………………… ………………………
……….
………………………
……….
4 Sosial ………………………………. ………………………
. Budaya …………………………………………………………… ……….
……………….. ………………………
………..
………………………
……….
5 Pertaha ………………………………. ………………………
. nan …………………………………………………………… ……….
Keama ………………… ………………………
nan ……….
………………………
……….

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan


Negara pasal 9 ayat 2, ditegaskan berbagai bentuk usaha pembelaan negara yang meliputi.
a. Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Republik IndonesiaNomor 20
tahun 2003 tentang Sisdiknas, dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
pelajaran wajib yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tingkat.
Pendidikan kewarganegaraan dapat memupuk jiwa patriotik, rasa cinta tanah air, semangat
kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran akan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan
sikap menghargai jasa para pahlawan. Pendidikan kewarganegaraan dapat memberikan
pemahaman, analisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan
negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan sejarah nasional.
b. Pelatihan dasar kemiliteran
Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer
adalah siswa sekolah menengah dan unsur mahasiswa. Unsur mahasiswa tersusun dalam
organisasi Resimen Mahasiswa (Menwa). Setelah memasuki resimen tersebut harus
mengikuti latihan dasar kemiliteran. Sedangkan, siswa sekolah menengah dapat mengikuti
organisasi yang menerapkan dasar-dasar kemiliteran, seperti Pramuka, Patroli Keamanan
Sekolah (PKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), dan
organisasi lainnya.
c. Pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 Pasal 30 ayat 2
disebutkan bahwa TNI dan Polri merupakan unsur utama dalam usaha pertahanan dan
keamanan rakyat. Prajurit TNI dan Polri merupakan pelaksanaan dan kekuatan utama dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara. Setiap warga negara berhak untuk mengabdi sebagai
prajurit TNI dan Polri melalui syarat-syarat tertentu.
d. Pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi
Upaya bela negara tidak hanya melalui cara-cara militer saja tetapi banyak usaha bela
negara dapat dilakukan tanpa cara militer. Misalnya sebagai atlet nasional dapat
mengharumkan nama bangsa dengan meraih medali emas dalam Olimpiade Olahraga. Selain
itu, siswa yang ikut Olimpiade Fisika, Matematika atau Kimia di luar negeri dan
mendapatkan penghargaan merupakan prestasi yang menunjukkan upaya bela
negara.Pengabdian sesuai dengan profesi adalah pengabdian warga negara untuk kepentingan
pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi dan memperkecil akibat yang ditimbulkan
oleh perang, bencana alam, atau bencana lainnya.
Upaya bela negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945. Bela negara bukan hanya lagi
kewajiban dasar tetapi merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang harus
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban.
Demikian seluruh materi yang terdapat pada Bab 7. Jika masih ada yang dianggap
kurang oleh kalian maka dapat mencari sumber yang lain. Semoga kalian bisa mendalaminya
dan mempelajari kembali seluruh materi yang sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat
pada Bab ini. Kerjakanlah Tes Uji Kompetensi sebagai ukuran kalian dalam memahami dan
mendalami materi bab ini.

TUGAS KELOMPOK
Diskusikanlah dengan teman kalian atau buatlah kelompok yang terdiri atas laki-laki dan
perempuan berjumlah 5-7 orang Carilah berita atau kasus dengan cermat dan tanggung jawab di
media cetak atau elektronik mencerminkan sikap dan perbuatan yang mengancam rasa kebhinneka
Tunggal Ikaan. Bagaimana hubungan antara ancaman dengan lemahnya rasa kebhinneka Tunggal
Ikaan? Buat laporan hasil diskusi kelompok dalam bentuk tertulis (makalah) tersebut. Kemudian,
presentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas
Catatan :
Laporan hasil diskusi kelompok dan ditandatangani orang tua kalian !

REFLEKSI :
Setelah mempelajari mengenai Merajut Kebersamaan dalam Kebhinnekaan, manfaat apa saja
yang dapat Kalian dapatkan dari pembelajaran tersebut ?

RANGKUMAN
1. Kata Kunci
Kata Kunci yang harus kalian pahami dalam mempelajari materi pada bab ini, yaitu Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kebhinnekaan, integrasi, persatuan, bela
negara, archipelago, dan kesadaran.
2. Intisari Materi
Setelah kalian mempelajari Bab 7 tentang Merajut Kebersamaan dalam Kebhinnekaan,
dapat kita simpulkan antara lain
a. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam membela negara dari segala macam ancaman,
gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
b. Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang
dilakukan secara konsepsional melalui tindak kriminal dan politis.Tantangan adalah hal atau
usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.Hambatan adalah Usaha yang berasal
dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk melemahkan atau menghalangi secara
tidak konsepsional.Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau
bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).
c. Sikap-sikap yang harus dihindari agar perilaku toleransi tetap ada dan terjaga sehingga
kehidupan beragama di masyarakat aman dan damai. Sikap tersebut adalah fanatik yang
berlebihan, ekstremisme dan eksklusivisme.

UJI KOMPETENSI BAB 7


Jawablah soal-soal berikut !
1. Jelaskan hakikat pembelaan terhadap negara!
2. Jelaskan dan berikan contoh bentuk usaha pembelaan negara!
3. Sebagai warga negara Indonesia, kita mendapat perlindungan dan jaminan hukum dari
Negara. Sebutkan isi undang-undang yang memuat pernyataan tersebut!
4. Berilah satu contoh ancaman berdimensi sosial budaya dalam kesatuan berbangsa dan
bernegara yang terjadi di lingkungan sekitar Anda!
5. Berilah satu kasus terkait pertahanan keamanan, lalu analisis oleh Anda kasus tersebut
tergolong berdasarkan jenis, klasifikasi, dan dimensinya, sebelum diakhiri dengan solusi
penyelesaian!

MERAJUT KEBERSAMAAN DALAM KEBHINEKAAN

1. Bhineka Tunggal Ika


Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa
Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda.
Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka"
dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah
Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun
berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan
ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku
bangsa, agama dan kepercayaan.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar
memahami maknanya. Selain semboyan tersebut, negara kita juga memiliki alat-alat
pemersatu bangsa yang lain, yakni:
1) Dasar Negara Pancasila
2) Undang – Undang Dasar 1945
3) Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
4) Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan
5) Lambang Negara Burung Garuda
6) Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
7) Lagu-lagu perjuangan
Pada dasarnya keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan
bangsa. Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam
disetiap warga negara Indonesia. Namun, dalam kenyataanya masih ada konflik yang terjadi
dengan mengatasnamakan suku, agama, rasa atau antargolongan tertentu. Hal ini
menunjukkan yang ada harusnya bisa menjadi modal bagi bangsa ini untuk menjadi bangsa
yang kuat. Untuk mendukungnya, diperlukan persatuan yang kokoh dan kuat. Tetapi, masih
banyaki permasalahan yang harus diselesaikan. Salah satunya masih ada bentrokan yang
mengatasnamakan suku tertentu dalam hal penggarapan lahan pertanian atau hutan. Hal ini
menunjukkan belum adanya kesadaran akan sikap komitmen persatuan dalam keberagaman
di Indonesia. Komitmen akan persatuan akan tegak jika peraturan yang mengatur masalah
suku atau hak individu ditegakkan dengan baik.
Jika bentrokan ini diakibatkan karena masalah berkaitan dengan hukum, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah mengatur dalam Pasal 28D Ayat (1)
bahwa ”Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.” Dengan demikian, permaslahan dan
bentrokan bisa dihindari dengan memberikan perlindungan secara penuh kepada setiap warga
negara.
Untuk mempersatukan masyarakat yang beragam, perlu adanya toleransi yang tinggi
antarkebudayaan. Sikap saling menghargai antargolongan, mengenali dan mencintai budaya
lain dengan cara pengenalan budaya adalah hal yang perlu dibudayakan. Contoh nyata
implementasi hal tersebut adalah dengan mempertunjukkan tarian suku-suku yang ada di
Indonesia. Dengan demikian setiap suku mempunyai rasa simpati satu sama lain.
Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan Indonesia. Jika
masyarakatnya tidak bersatu dan selalu memprioritaskan kepentingannya sendiri, maka cita-
cita Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga Pancasila akan hanya menjadi mimpi yang tak
akan pernah terwujud. Kalian harus mampu menghidupkan kembali semboyan “Bhinneka
Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Keberagaman harus membentuk
masyarakat Indonesia yang memiliki toleransi dan rasa saling menghargai untuk menjaga
perbedaan tersebut. Kuncinya terdapat pada komitmen persatuan bangsa Indonesia dalam
keberagaman nasional.

2. Integrasi Nasional
A. Pengertian Integrasi Nasional
Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi berasal
dari bahasa Inggris, Integrate artinya menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu
kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya
bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan
antropologis.
1) Secara Politis
Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
2) Secara Antropologis
Integrasi secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan
yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat.

B. Syarat Integrasi
1) Anggota – angota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan –
kebutuhan satu dengan yang lainnya.
2) Terciptanya kesepakatan ( consensus) bersama mengenai norma – norma dan nilai –
nilai social yang dilestarikan dan dijadikan pedoman.
3) Norma – norma dan nilai – nilai social dijadiakan aturan baku dalam melangsukan proses
integrasi social.

C. Faktor-faktor Pendorong, Pendukung, dan Penghambat Integrasi Nasional


1) Faktor – faktor pendorong tercapainya integrasi nasional
 Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah.
 Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
 Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa indonesia seperti yang
dinyatakan dalam Sumpah Pemuda.
 Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan muncul semangat nasionalisme dikalangan
bangsa Indonesia.
2) Faktor – faktor pendukung tercapainya integrasi nasional
 Penggunaan bahasa Indonesia.
 Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam suatu bangsa, bahasa, dan tanah air
Indonesia.
 Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.
 Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.
 Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang diderita.
3) Faktor – faktor penghambat tercapainya integrasi nasional
 Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen.
 Kurangnya toleransi antargolongan.
 Kurangnya kesadaran dari masyarakat indonesia terhadap ancaman, gangguan dari luar.
 Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan.
 Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-
kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Dalam upaya untuk mencapai integrasi nasional dengan cara menjaga keselarasan
antarbudaya. Hal itu dapat terwujud jika ada peran serta pemerintah dan partisipasi
masyarakat dalam proses integrasi nasional.

3. Bela Negara
A. Pengertian Bela Negara
Sebelum membahas lebih jauh mengenai bela Negara, sebaiknya kalian memahami
terlebih dahulu pengertian bela negara. Menurut penjelasan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Pertahanan Negara, Upaya Bela
Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
negara. Bukan hanya sebagai kewajiban dasar manusia, tetapi juga merupakan kehormatan
warga negara sebagai wujud pengabdian dan rela berkorban kepada bangsa dan negara.
Bela negara yang dilakukan oleh warga negara merupakan hak dan kewajiban membela
serta mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Pembelaan yang diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara merupakan tanggung jawab dan kehormatan
setiap warga negara. Oleh karena itu, warga negara mempunyai kewajiban ikut serta dalam
pembelaan negara, kecuali ditentukan dengan undang-undang.
Dengan demikian, terkandung pengertian bahwa upaya pertahanan negara harus
didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada
kekuatan sendiri. Hal ini juga tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 1 ayat 1, yaitu Pertahanan Keamanan Negara
adalah segala usaha untuk mempertahankan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan
keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan terhadap bangsa dan
negara.
Bangsa Indonesia cinta perdamaian, tetapi lebih cinta kemerdekaan dan kedaulatan. Dalam
Alinea pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan”. Penyelesaian pertikaian atau konflik antarbangsa pun
harus diselesaikan melalui cara-cara damai. Bagi bangsa Indonesia, perang harus dihindari.
Perang merupakan jalan terakhir dan dilakukan jika semua usaha-usaha dan penyelesaian
secara damai tidak berhasil. Indonesia menentang segala bentuk penjajahan dan menganut
politik bebas aktif. Prinsip ini merupakan pelaksanaan dari bunyi alinea pertama Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sebagai warga negara yang baik sudah sepantasnya kita turut serta dalam bela negara dengan
mewaspadai dan mengatasi berbagai macam ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan
(ATHG) pada Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti para pahlawan yang rela
berkorban demi kedaulatan dan kesatuan. Ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
tersebut dapat datang dari luar negeri bahkan dalam negeri sekalipun. . Adapun pengertian
sederhana dari arti ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan sebagai berikut:
1) Ancaman
Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang
dilakukan secara konsepsional melalui tindak kriminal dan politis. Ancaman militer adalah
ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai
kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berasal dari luar negeri maupun dari luar
negeri. Beberapa macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :
 Dari luar negeri
 Agresi
 Pelanggaran wilayah oleh negara lain
 Spionase (mata-mata)
 Sabotase
 Aksi terror dari jaringan internasional.
 Dari Dalam Negeri
 pemberontakan bersenjata
 konflik horizontal
 aksiteror dari dalam negeri
 sabotase dari dalam negeri
 Aksi kekerasan yang berbau SARA
 Gerakan separatis pemisahan diri membuat Negara baru
 Pengrusakan lingkungan.
 Ancaman Non Militer
Adapun ancaman non militer adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata tetapi jika di
biarkan akan membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa.
2) Tantangan
Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.
3) Hambatan
Hambatan adalah Usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
4) Gangguan
Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).

B. Dasar Hukum Bela Negara


Ada beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :
1) Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok
Perlawanan Rakyat.
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1988.
4) Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5) Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6) Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 Ayat
(1) dan (2): “Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan Negara dilaksanakan melalui system pemerintahan dan keamanan rakyat
semesta oleh TNI dan Kepolisian sebagai komponen utana, dan rakyat sebagai komponen
pendukung”. Adapula pada Pasal 27 Ayat (3): “Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya bela negara”.
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ayat
1: “Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara”; ayat 2: “Keikutsertaan warga
Negara dalam upaya bela negara dimaksud ayat 1 diselenggarakan melalui:
 Pendidikan Kewarganegaraan
 Pelatihan dasar kemiliteran
 Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau Dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 2, ditegaskan
berbagai bentuk usaha pembelaan negara yang meliputi.
 Pendidikan Kewarganegaraan
Berdasarkan pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sisdiknas, dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran
wajib yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar, menengah, dan tingkat. Pendidikan
kewarganegaraan dapat memupuk jiwa patriotik, rasa cinta tanah air, semangat kebangsaan,
kesetiakawanan sosial, kesadaran akan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan sikap
menghargai jasa para pahlawan. Pendidikan kewarganegaraan dapat memberikan
pemahaman, analisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan
negara secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan sejarah nasional.
 Pelatihan dasar kemiliteran
Selain TNI, salah satu komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer adalah
siswa sekolah menengah dan unsur mahasiswa. Unsur mahasiswa tersusun dalam organisasi
Resimen Mahasiswa (Menwa). Setelah memasuki resimen tersebut harus Amengikuti latihan
dasar kemiliteran. Sedangkan, siswa sekolah menengah dapat mengikuti organisasi yang
menerapkan dasar-dasar kemiliteran, seperti Pramuka, Patroli Keamanan Sekolah (PKS),
Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), dan organisasi lainnya.
 Pengabdian sebagai Tentara Nasional Indonesia
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 ayat 2
disebutkan bahwa TNI dan Polri merupakan unsur utama dalam usaha pertahanan dan
keamanan rakyat. Prajurit TNI dan Polri merupakan pelaksanaan dan kekuatan utama dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara. Setiap warga negara berhak untuk mengabdi sebagai
prajurit TNI dan Polri melalui syarat-syarat tertentu.
 Pengabdian sesuai dengan keahlian atau profesi
Upaya bela negara tidak hanya melalui cara-cara militer saja tetapi banyak usaha bela negara
dapat dilakukan tanpa cara militer. Misalnya sebagai atlet nasional dapat mengharumkan
nama bangsa dengan meraih medali emas dalam Olimpiade Olahraga. Selain itu, siswa yang
ikut Olimpiade Fisika, Matematika atau Kimia di luar negeri dan mendapatkan penghargaan
merupakan prestasi yang menunjukkan upaya bela negara.Pengabdian sesuai dengan profesi
adalah pengabdian warga negara untuk kepentingan pertahanan negara termasuk dalam
menanggulangi dan memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau
bencana lainnya.
Upaya bela negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bela negara bukan hanya lagi kewajiban dasar
tetapi merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang harus dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban.wajib
C. Unsur Dasar Bela Negara
1) Cinta Tanah Air
2) Kesadaran Berbangsa & bernegara
3) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
4) Rela berkorban untuk bangsa & Negara
5) Memiliki kemampuan awal bela negara

D. Contoh-Contoh Bela Negara :


1) Melestarikan budaya
2) Belajar dengan rajin bagi para pelajar
3) Taat akan hukum dan aturan-aturan Negara
4) Mencintai produk-produk dalam negeri

http://pknabita.blogspot.co.id/2015/03/bab-7-merajut-kebersamaan-
dalam_7.html
http://rovisolihati.blogspot.co.id/2015/05/merajut-kebersamaan-
dalam-kebhinekaan.html

Merajut Kebersamaan dalam Kebhinnekaan


Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis,
suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal
sebagai masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang
budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan
adanya perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas
menghasilkan energi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan
multikulturalitas bisa menimbulkan bencana dahsyat. Kolaborasi positif orang buta dan orang
lumpuh dapat meningkatkan produktivitasnya belasan kali lipat.
Dalam konteks membangun masyarakat multikultural, selain berperan meningkatkan
mutu bangsa agar dapat duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain,
pendidikan juga berperan memberi perekat antara berbagai perbedaan di antara komunitas
kultural atau kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang budaya berbeda-beda agar
lebih meningkat komitmennya dalam berbangsa dan bernegara. Pengalaman bangsa
Indonesia dalam membina kebangsaan genap lah satu abad, sejak tanggal 20 Mei 1908, yang
kemudian dikokohkan melalui Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 serta dilengkapi
dengan kewujudan Indonesia sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Tentunya, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak
pengalaman yang diperoleh bangsa ini tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang termaktub dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan
nasional. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri lagi dalam realitasnya yang dihadapi
bangsa ini, sebut saja selama lima tahun terakhir telah terjadi krisis sosial yang tiada henti.
Khalayak sering menyebutnya keadaan seperti itu sebagai krisis multi-dimensial yang
disebabkan oleh benteng terakhir masyarakat, yakni pendidikan nasional cenderung tidak
menjalankan fungsi sosial budayanya dalam memberikan pencerahan. Dalam tataran itu,
seolah-olah acuan kehidupan bernegara (governance) dan kerukunan sosial (social harmony)
menjadi tidak menentu dan acapkali menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social
disobedience). Yang kadangkalanya lagi, dari realitas seperti itu, berawal tindakan-tindakan
anarkis, pelanggaran-pelanggaran moral, dan tentunya pula tidak terkecuali pelanggaran
hukum serta meningkatnya kriminalitas.

1. Pengertian Persatuan dan Kesatuan


A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa
-Persatuan / Kesatuan:
Persatuan/kesatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah.
Persatuan/kesatuan mengandung arti “bersatunya macam-macam corak yang beraneka
ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi.”
- Indonesia: Mengandung dua pengertian, yaitu pengertian Indonesia ditinjau dari segi
geografis dan dari segi bangsa.
Dari segi geografis: Indonesia berarti bagian bumi yang membentang dari 95° sampai 141°
Bujur Timur dan 6° Lintang Utara sampai 11o Lintang Selatan atau wilayah yang terbentang
dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia dalam arti luas adalah seluruh rakyat yang merasa senasib dan sepenanggungan
yang bermukim di dalam wilayah itu.
Persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia berarti persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia. Persatuan itu didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah
negara yang merdeka dan berdaulat.

B. Makna dan Pentingnya Persatuan Dan Kesatuan Bangsa


Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang
dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses
yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa
dalam jangkauan waktu yang lama sekali.
Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-
royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh
asas kemanusiaan dan kebudayaan. Karena masuknya kebudayaan dari luar, maka terjadi
proses akulturasi (percampuran kebudayaan). Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan
Hindu, Islam, Kristen dan unsur-unsur kebudayaan lain yang beraneka ragam.
Semua unsur-unsur kebudayaan dari luar yang masuk diseleksi oleh bangsa Indonesia.
Kemudian sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut
kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal
itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi makna dan pentingnya
persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong,
musyawarah dan lain sebagainya
Tahap-tahap pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai
berikut:
1. Perasaan senasib.
2. Kebangkitan Nasional
3. Sumpah Pemuda
4. Proklamasi Kemerdekaan

C. Prisip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa


Hal-hal yang berhubungan dengan arti dan makna persatuan Indonesia apabila dikaji lebih
jauh, terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta kita pahami lalu kita
amalkan.
1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika
Prinsip ini mengharuskan kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa
yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama dan adat kebiasaan yang majemuk. Hal ini
mewajibkan kita bersatu sebagai bangsa Indonesia.

2. Prinsip Nasionalisme Indonesia


Kita mencintai bangsa kita, tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan bangsa kita
sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih unggul daripada bangsa
lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada bangsa lain, sebab pandangan
semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak realistis, sikap seperti itu juga
bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan
beradab.
3.Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab
Manusia Indonesia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memiliki
kebebasan dan tanggung jawab tertentu terhadap dirinya, terhadap sesamanya dan dalam
hubungannya dengan Tuhan Yang maha Esa.
4. Prinsip Wawasan Nusantara
Dengan wawasan itu, kedudukan manusia Indonesia ditempatkan dalam kerangka
kesatuan politik, sosial, budaya, ekonomi, serta pertahanan keamanan. Dengan wawasan itu
manusia Indonesia merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air, serta
mempunyai satu tekad dalam mencapai cita-cita pembangunan nasional.
5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi
Dengan semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta
melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur

D. Pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan


Pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan antara lain :
1. Mempertahankan Persatuan dan Kesatuan Wilayah Indonesia. Pepatah mengatakan
“bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Oleh karena itu yang perlu kita tegakkan dan
lakukan adalah:
2. meningkatkan semangat kekeluargaan, gotong-royong dan musyawarah;
meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan
3. pembangunan yang merata serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia;
4. memberikan otonomi daerah;
5. memperkuat sendi-sendi hukum nasional serta adanya kepastian hokum
6. perlindungan, jaminan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan
7. memperkuat sistem pertahanan dan keamanan sehingga masyarakat merasa
terlindungi.
8. Meningkatkan semangat Bhinneka Tunggal Ika.
9. Mengembangkan semangat kekeluargaan.Yang perlu kita lakukan setiap hari
usahakan atau “budayakan saling bertegur sapa.”
10. Menghindari penonjolan sara/perbedaan. Karena bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku, bahasa, agama serta adat-istiadat kebiasaan yang berbeda-beda, maka
kita tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan perpecahan. Oleh karena itu
yang harus kita hindari antara lain:
1. Egoisme
2. Ekstrimisme
3. Sukuisme
4. Profinsialisme
5. acuh tak acuh tidak peduli terhadap lingkungan
6. fanatisme yang berlebih-lebihan dan lain sebagainya

E. Landasan Hukum Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Suatu negara perlu memiliki landasan hukum, sebab dengan landasan yang dimiliki
oleh suatu negara, maka negara akan menjadi lebih kokoh atau kuat dan tidak terombang-
ambing oleh kekuatan luar manapun (dipengaruhi oleh negara lain). Diibaratkan jika Anda
ingin membangun rumah, maka yang utama (dasar) dibangun lebih dahulu adalah
pondasinya. Dengan dasar pondasi yang kuat bangunan dengan bentuk apapun pasti akan
kuat, tidak goyang diterpa badai. Bagaimana Anda mengerti ‘kan?
Landasan hukum persatuan dan kesatuan bangsa antara lain:
a.Landasan Ideal, adalah Pancasila yaitu sila 3 “Persatuan Indonesia.”terdiri dari 7 butir
pengamalan pancasila yaitu :
1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Landasan Konstitusional, adalah UUD 1945 yang terdiri dari:
1. Pembukaan aline IV: … Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada … persatuan Indonesia.
2. Dalam pasal-pasal UUD 1945:
o pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk Republik.”
o pasal 30 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa:

 tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara.

 Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan Undang-undang.


Untuk penjelasan uraian landasan operasional yang tercantum dalam GBHN, mari
renungkan sejenak dan perlu juga Anda pahami bahwa sejarah mencatat beberapa peristiwa
penting yang merupakan ujian bagi bangsa kita dalam memupuk persatuan dan kesatuan.
Peristiwa sejarah itu antara lain:
1. Pada kurun waktu 1945 – 1950 persatuan dan kesatuan bangsa diguncang oleh
peristiwa pemberontakan PKI (1948).
2. Pada kurun waktu 1950 – 1959 persatuan dan kesatuan bangsa agak terganggu oleh
beberapa akibat sampingan dari praktek demokrasi liberal.
3. Di ujung kurun 1959 – 1965 terjadi peristiwa yang merupakan ujian terhadap
persatuan dan kesatuan bangsa yaitu peristiwa meletusnya G30S/PKI.
Dengan melihat beberapa peristiwa pahit tersebut kita dapat mengambil suatu hikmah
yang sangat berarti bagi bangsa Indonesia. Dan dewasa ini, bahaya adanya perpecahan
dikatakan dalam GBHN.

F. Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Serta Moraliras Modal Utama Kemajuan Bangsa
Dan Kokoh
Bencana, konflik, korupsi dan perseteruan terorisme yang sering ditonton sekarang ini
di Media, sebagai rakyat jelata saya hanya melongok dan melongok kondisi bangsa yang
semakin terpuruk dan memprihatinkan. Disamping banyak disaksikannya anak-anak terlantar
dan jerit masyarakat dengan mahalnya bahan pokok. Kalau kita runtut kembali sejarah
fenomenal bangsa Indonesia yang menyisakan detak takjub dan kebanggaan terhadap para
pahlawan yang berjuang mati-matian. Dalam upaya mengisi kemerdekaan, berbagai macam
cara ditempuh oleh bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, seperti
telah dicita-citakan dan tercantum dalam Pancasila dan pembukaan Undang-undang dasar
1945.
Indonesia merupakan Negara majemuk. Kemajemukan tersebut, disatu sisi menjadi
suatu potensi kemungkinan terjadinya konflik, disisi lain bisa menjadi unsur perekat dalam
rangka membina persatuan dan kesatuan bangsa.Masalah persatuan dan kesatuan bangsa
menjadi masalah utama negara untuk mencapai kemajuan dan tujuan bangsa Indonesia.
Upaya itu telah ditempuh oleh bangsa Indonesia sejak masa pergerakan nasional, karena pada
masa itu persatuan dan kesatuan bangsa sangat diperlukan dan menjadi modal utama dalam
menghadapi kekuasaan kolonial ( penjajahan ).
Sebelum merdeka, bangsa Indonesia punya luka besar yang menganga dan parah.
Ketika merdeka, sepintas lalu seolah-olah kita punya kesempatan untuk mengobati luka dan
mengolah lahan bumi pertiwi secara berdaulat. Tapi lagi lagi kekuasaan orde lama, tak terlalu
bisa kita sebut sebagi kekuatan penyelamat. Tumbang Orde lama, tumbuh orde baru. Lagi-
lagi negeri ini menyambutnya dengan penuh harapan. Tapi rupanya, selama 32 tahun negeri
ini diolah semaunya, seolah-olah lahan milik pribadi dan bukan milik bersama. Dan setelah
rezim tumbang, yang tersisa kini hanya kubang yang besar,
Hutangnya sampai beranak cucu. Baru 10 tahun, semangat kebaikan mendapat tempat
dan kesempatan. Reformasi. gerakan Islam tumbuh dengan berbagai wadah dan wajahnya.
Ada yang berbentuk partai, ada pula yang merintis gerakan, tak kurang jumlahnya yang
mengambil metode organisasi kemasyarakatan. Mereka bekerja membangun negeri mengolah
lahan dengan semangat kebaikan. Baru 10 tahun, sejak 1998. Itupun dilalui dengan segala
macam rintangan yang tak pernah ringan. Ada gerakan kebebasan, ada geliat globalisasi dan
ada arus besar pemikiran yang membahayakan.Baru 10 tahun, Tanahnya belum lagi subur.
Kita masih harus menata lagi irigasi dan pematang. Kita harus menyiangi lahan siang dan
malam. Memupuknya, menanam benih unggulan dan menjaganya dari wereng dan hama
lainnya yang siap mengancam.Tapi sungguh Ironis, ditengah proses berat sedemikian rupa,
ternyata ada saudara kita yang merasa sudah tiba saatnya memetik buah. Bahkan lebih
menyeramkan lagi, sebagian dari mereka ada yang menganggap, sudah tiba masanya panen
raya.
Dengan segala dalil, mereka membangun dalih agar mereka mendapatkan
pembenaran untuk menikmati usaha yang sedang dilakukan. Kata-kata memukau diumbar
obral. Ada yang bilang strategi, juga ada yang menyebutnya diplomasi. Bahkan tak sedikit
yang mengatakan, bahwa Idealisme dan pragmatisme adalah satu kesatuan yang harus selalu
berdampingan.

G. Cara Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Padahal salah satu misi utama kedatangan Islam di muka bumi ini adalah
menyebarluaskan rasa kasih sayang, kerukunan, kedamaian , persatuan dan kesatuan. Tak
hanya antar-sesama manusia, tetapi juga pada makhluk-makhluk Allah lainnya, seperti
binatang, tumbuh-tumbuhan, air, bumi, hutan, dan lain sebagainya. Karena itu sulit dipahami
jika manusia yang satu dengan yang lainnya tidak berusaha mewujudkan perdamaian. Misi
perdamaian Islam juga tercermin dalam kata ‘Islam’ itu sendiri yang berarti selamat,
sejahtera, aman, dan damai.
Tetapi menyatakan Islam berarti “salam” [damai] saja tak cukup. Setiap individu
Muslim harus membuktikan tak hanya dengan perkataan, tetapi lebih penting lagi dengan
amal perbuatan, bahwa Islam dan kaum Muslimin adalah cinta damai dan betul-betul
mengorientasikan diri menuju ke “Dar al-Salam” dengan cara damai pula.
Menegakkan amar ma’ruf nahyi munkar merupakan perintah Islam; tetapi nahyi
munkar harus dilakukan dengan cara-cara ma’ruf, yakni cara-cara yang baik, damai,
persuasif, hikmah, kebijaksanaan dan pengajaran yang baik; bukan dengan cara yang justru
mengandung kemungkaran, seperti pemaksaan, kekerasan, apalagi terorisme.
Membangun Persatuan dan kesatuan mencakup upaya memperbaiki kondisi
kemanusiaan lebih baik dari hari kemarin. Semangat untuk senantiasa memperbaiki kualitas
diri ini amat sejalan dengan perlunya menyiapkan diri menghadapi tantangan masa depan
yang kian kompetitif. Untuk dapat memacu diri, agar terbina persatuan dan kesatuan paling
kurang terdapat sepuluh hal yang perlu dilakukan:
1. berorientasi ke depan dan memiliki perspektif kemajuan;
2. bersikap realistis, menghargai waktu, konsisten, dan sistematik dalam bekerja;
3. bersedia terus belajar untuk menghadapi lingkungan yang selalu berubah;
4. selalu membuat perencanaan;
5. memiliki keyakinan, segala tindakan mesti konsekuensi;
6. menyadari dan menghargai harkat dan pendapat orang lain;
7. rasional dan percaya kepada kemampuan iptek;
8. menjunjung tinggi keadilan dan berorientasi kepada produktivitas, efektivitas dan
efisiensi

H.Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah filosofi terkadang ditafsirkan sebagai ideologi yang
menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dengan hak dan status
sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Istilah multikultural juga sering
digunakan untuk menggambarkan kesatuan berbagai etnis masyarakat yang berbeda dalam
suatu negara.
Multikulturalisme berasal dari dua kata; multi (banyak/beragam) dan cultural (budaya
atau kebudayaan), yang secara etimologi berarti keberagaman budaya. Budaya yang mesti
dipahami, adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan mesti dipahami sebagai semua
dialektika manusia terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan banyak wajah,
seperti sejarah, pemikiran, budaya verbal, bahasa dan lain-lain.

Kosep tentang mutikulturalisme, sebagaimana konsep ilmu-ilmu sosial dan


kemanusiaan yang tidak bebas nilai (value free), tidak luput dari pengayaan maupun
penyesuaian ketika dikaji untuk diterapkan. Demikian pula ketika konsep ini masuk ke
Indonesia, yang dikenal dengan sosok keberagamannya. Muncul konsep multikulturalisme
yang dikaitkan dengan agama, yakni ”multikulturalisme religius” yang menekankan tidak
terpisahnya agama dari negara, tidak mentolerir adanya paham, budaya, dan orang-orang
yang atheis (Harahap, 2008). Dalam konteks ini, multukulturalisme dipandangnya sebagai
pengayaan terhadap konsep kerukunan umat beragama yang dikembangkan secara nasional.

Istilah multikulturalisme sebenarnya belum lama menjadi objek pembicaraan dalam


berbagai kalangan, namun dengan cepat berkembang sebagai objek perdebatan yang menarik
untuk dikaji dan didiskusikan. Dikatakan menarik karena memperdebatkan keragaman etnis
dan budaya, serta penerimaan kaum imigran di suatu negara, pada awalnya hanya dikenal
dengan istilah puralisme yang mengacu pada keragaman etnis dan budaya dalam suatu daerah
atau negara. Baru pada sekitar pertengahan abad ke-20, mulai berkembang istilah
multikulturalisme. Istilah ini, setidaknya memiliki tiga unsur, yaitu: budaya, keragaman
budaya dan cara khusus untuk mengantisipasi keanekaragaman budaya tersebut. Secara
umum, masyarakat modern terdiri dari berbagai kelompok manusia yang memiliki status
budaya dan politik yang sama. Selanjutnya, demi kesetaraan masa kini, pengakuan adanya
pluralisme kultural menjadi suatu tuntutan dari konsep keadilan sosial (Okke KS Zaimar,
2007: 6).
Ketika Multikulturalisme Menjadi Sebuah Masalah
Akhir-akhir ini, intensitas dan ekstensitas konflik sosial di tengah-tengah masyarakat
terasa kian meningkat. Terutama konflik sosial yang bersifat horisontal, yakni konflik yang
berkembang di antara anggota masyarakat, meskipun tidak menutup kemungkinan timbulnya
konflik berdimensi vertikal, yakni antara masyarakat dan negara.
Konflik sosial dalam masyarakat merupakan proses interaksi yang alamiyah. Karena
masyarakat tidak selamanya bebas konflik. Hanya saja, persoalannya menjadi lain jika
konflik sosial yang berkembang dalam masyarakat tidak lagi menjadi sesuatu yang positif,
tetapi berubah menjadi destruktif bahkan anarkis.
Perkembangan terakhir menunjukkan pada kita, sejumlah konflik sosial dalam
masyarakat telah berubah menjadi destruktif bahkan cenderung anarkhis. Kasus Ambon,
Poso, Maluku, GAM di Aceh, dan berbagai kasus yang menyulut kepada konflik yang lebih
besar dan berbahaya. Konflik sosial berbau SARA (agama) ini tidak dianggap remeh dan
harus segera diatasi secara memadai dan proporsional agar tidak menciptakan disintergrasi
nasional. Banyak hal yang patut direnungkan dan dicermati dengan fenomena konflik sosial
tersebut. Apakah fenomena konflik sosial ini merupakan peristiwa yang bersifat insidental
dengan motif tertentu dan kepentingan sesaat, ataukah justru merpakn budaya dalam
masyarakat yang bersifat laten. Realitas empiris ini juga menunjukkan kepada kita bahwa
masih ada problem yang mendasar yang belum terselesaikan. Menyangkut penghayatan kita
terhadap agama sebagai kumpulan doktrin di satu pihak dan sikap keagamaan yang mewujud
dalam prilaku kebudayaan di pihak lain.
Kemajemukan masyarakat lokal seperti itu bukan saja bersifat horisontal (perbedaan
etnik, agama dan sebagainya), tetapi juga sering berkecenderungan vertikal, yaitu
terpolarisasinya status dan kelas sosial berdasar kekayaan dan jabatan atau pekerjaan yang
diraihnya. Dalam hal yang pertama, perkembangan ekonomi pasar membuat beberapa
kelompok masyarakat tertentu, khususnya dari etnik tertentu yang memiliki tradisi dagang,
naik peringkatnya menjadi kelompok masyarakat yang menimbulkan kecemburuan sosial
masyarakat setempat yang mandeg perkembangannya. Dalam hal kedua, kelompok
masyarakat etnis dan agama tertentu, yang semula berada di luar mainstream, yaitu berada di
pinggiran, mulai menembus masuk ke tengah mainstream. Hal ini dapat menimbulkan
gesekan primordialistik, apalagi bila ditunggangi kepentingan politik dan ekonomi tertentu
seperti terjadi di Ambon, Poso, Aceh dan lainnya

I.Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia Dalam Multikulturalisme


Bangsa kita merupakan bangsa ddengan banyak golongan, seharusnya ini menjadikan
bangsa kita yang kuat karena banyak perbedaan dan golongan. Lalu kenapa masih banyak
yang berselisih faham satu sama lain? Ini mungkin dikarenakan tidak adanya rasa saling
menghargai dan memiliki satu sama lain.
Lihatlah benua Amerika yang banyak Negara-negaranya dan setiap Negara memiliki
satu presiden. Tapi mereka jarang berselisih satu sama lain, ini disebabkan karena hanya ada
satu tokoh yang beerkuaasa yang memimpin Amerika yaitu Barac Obama untuk saat ini.
Lantas kenapa Bangsa ini tidak dapat seperti itu? Yah karena tidak adanya keselarasan tujuan
dari Negara ini sendiri.

2. Memupuk Persatuan dan Kesatuan lewat Budi Pekerti yang Luhur


Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan
dan pedoman pembangunan nasional. Tidak dipungkiri, masyarakat Indonesia yang terdiri
dari berbagai budaya, suku, adat istiadat dan bangsa, menjadikan Indonesia menjadi negara
yang heterogen. Keanekaragaman tersebut perlu disatukan agar tercipta Indonesia yang utuh
yang tidak tercerai berai dengan keanekaragaman tersebut. Perlu adanya wadah untuk
menciptakan rasa rukun, kompak dan punya rasa tenggang rasa yang baik antar elemen
masyarakat. Wadah tersebut dapat diwujudkan dengan berbagai aktifitas bersama dalam
segala bidang, salah satunya adalah kemah kebangsaan.
Kegiatan kemah kebangsaan, merupakan ajang menyatukan berbagai elemen
masyarakat Indonesia, bersatu dalam satu kegiatan, saling mengenal dan terciptanya rasa
saling memiliki, saling menyayangi, sehingga terpupuk rasa kebersamaan, kerukunan dan
melatih bersikap tenggang rasa dengan sesama manusia.
a. Pengertian Budi Luhur
Pada prinsipnya manusia tergolong mahluk sosial dengan sendirinya memiliki
perilaku sosial. Artinya manusia dalam kehidupannya selalu ada ketergantungan terhadap
orang lain, karena masing-masing individu/diri manusia itu selalu memiliki kelemahan dan
kelebihan sehingga timbul kondisi saling membutuhkan. Demikian juga kita yang hidup
dalam lingkungan masyarakat majemuk harus dapat melakukan hubungan sosial, membawa
diri dan bisa meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sosial di sekitar kita. Hal ini
sangat penting karena disamping menetapi kewajiban ibadah, juga untuk
mendapatkan ”hati” (simpati) dari masyarakat sehingga semua kegiatan dan amar ma’ruf nahi
mungkar kita dapat berjalan dengan aman dan lancar.
Budiluhur pada dasarnya adalah budipekerti/akhlaq yang baik yang secara nilai dasar
umum bisa diterima oleh masyarakat sebagai ucapan/perilaku/sikap/tindak-tanduk yang baik.
Pengertian dari budi luhur dalam makalah ini adalah segala perilaku/perbuatan yang sesuai
dengan peraturan agama dan menetapi peraturan pemerintah yang sah, mulai dari RT sampai
dengan pemerintah tingkat pusat serta menetapi norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat setempat. Orang yang berbudi luhur akan menjadi luhur kedudukannya dalam
masyarakat, ibarat orang naik tangga meskipun satu demi satu namun akhirnya sampai di
atas. Sebaliknya orang yang berbudi asor (tidak berbudi luhur) akan menjadi hina dapat
diibaratkan seperti orang yang menuruni tangga meskipun satu demi satu dia lalui toh
akhirnya sampai bawah juga.
Dari pengertian diatas maka bisa timbul pertanyaan, siapa obyek yang
harusdibudiluhuri? Yang menjadi obyek untuk dibudiluhuri adalah seluruh lapisan
masyarakat baik kelembagaan maupun perorangan, pejabat maupun masyarakat biasa,
keluarga maupun bukan keluarga, kalangan muslim maupun non muslim, lingkungan, alam
semesta dan semuanya yang beinteraksi secara sosial dengan kita. Hal ini tercermin dari
ungkapan bahwa budiluhur tidak hanya mengikuti aturan agama, tapi juga menetapi aturan
perundangan dan norma serta etika yang berlaku dalam masyarakat yang merupakan aturan
yang dibuat oleh manusia untuk mengatur ketertiban di lingkungannya.

Sedangkan yang menjadi ukuran ”baik” dalam berbudiluhur adalah baik secara aturan
dan sikap (cara penyampaian) menurut;

1. Agama,
2. Aturan perundangan yang berlaku,
3. Norma dan etika yang berlaku dalam lingkungan masyarakat tersebut.

Ajaran agama sebagai ajaran yang bersumber dari wahyu adalah suatu kebenaran
mutlak yang mengandung tuntunan kebajikan yang bersifat universal dan meliputi seluruh
aspek kehidupan. Peraturan agama adalah peraturan yang dibuat oleh Tuhan dan Utusan-Nya,
bersifat tetap dan mengikat semua umat tanpa ada batasan wilayah atau negara dengan
”reward and punishment” (pahala dan hukuman) berupa surga dan neraka (akhirat) dan tidak
secara langsung diterima di dunia. Dengan demikian peraturan ini wajib untuk diikuti dan
mengikat manusia baik di dunia maupun di akhirat nanti.
Aturan Perundangan adalah kesepakatan tertulis yang dibuat oleh manusia/pemerintah
dengan batas negara/wilayah/daerah tertentu, bersifat mengikat pada masyarakat di wilayah
tersebut dengan sanksi hukuman denda atau kurungan dan sebagainya yang sejenis serta
biasanya tanpa reward / penghargaan yang terukur. Dengan demikian boleh jadi aturan
negara/wilayah/daerah satu dengan lainnya akan berbeda.
Sedangkan norma dan etika adalah aturan kesepakatan tidak tertulis yang secara
umum diakui/dianggap baik dan dianut oleh masyarakat yang biasanya berlaku pada daerah
tertentu yang tidak lebih besar dari sebuah negara. Aturan ini secara eksplisit tidak ada
”reward and punishment”, akan tetapi biasanya si pelanggar akan dikenakan sanksi sosial
yaitu dijauhi dan dianggap jelek oleh lingkungan sosialnya yang berakibat si pelanggar akan
terkucilkan. Sebaliknya yang mengikuti aturan norma dan etika ini akan mendapatkan reward
berupa hubungan baik dengan lingkungan sosialnya dan dianggap baik oleh lingkunganya.
Tentunya normal dan etika pada suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya, akan
tetapi pada umumnya akan mengacu/seiring dengan aturan diatasnya yaitu agama dan aturan
perundangan. Aturan yang ketiga ini walaupun tidak ada hukuman tertulis dan tidak ada
hukuman fisik, akan tetapi bisa jadi dampak hukumannya lebih berat dari aturan kedua
karena hukuman yang bersifat sosial seringkali memberikan dampak psikologis yang lama
bahkan tidak ada batasan waktu yang jelas.
Pelanggaran pada peraturan Agama atau aturan perundangan sering kali juga
dibarengi dengan sanksi sosial sebagaimana pelanggaran norma dan etika. Oleh karena itu
yang harus difahami adalah dalam pelaksanaan praktek budiluhur urutan nomer yang bawah
tidak boleh bertentangan dengan nomor urutan yang diatasnya.
Dengan demikian secara umum, apabila seseorang/sekelompok orang/lembaga
melaksanakan konsep budiluhur, maka akan memberikan dampak dan kontribusi yang positif
kepada masyarakat dan lingkungannya sehingga akan terbangun pula citra yang positif.
Dengan kata lain jika dalam kehidupan bermasyarakat terbangun citra yang negatif, maka
perlu dilakukan mawas diri, barangkali ada ucapan/sikap/perilaku yang tidak budiluhur atau
budiasor.

b. Penerapan Budi Luhur


Sudah menjadi kesepakatan bangsa ini bahwa negara ini dibangun atas dasar
perbedaan/ heterogenitas. Hal ini tercermin dari semboyan yang muncul di lambang negara
burung Garuda yaitu ”Bhineka Tunggal Ika” (berbeda-beda akan tetapi tetap satu juga).
Bahkan banyak sekali pepatah di daerah yang mengungkapkan ungkapan senada seperti
pepatah Indonesia lain ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Itu semua
merupakan suatu ungkapan bahwa kita memang hidup didalam perbedaan atau adanya
perbedaan adalah dibenarkan dan harus difahami bahwa perbedaan itu merupakan kodrat dari
Tuhan Yang Maha Esa .
Oleh karena itu adalah suatu sikap yang sangat tidak bijaksana apabila kita
membicarakan atau mempermasalahkan perbedaan. Seharusnya adalah bagaimana kita bisa
bersama sama dalam perbedaan tersebut untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu
sangat diperlukan sikap saling menghormati/menghargai terhadap kepentingan sesama yang
penerapannya adalah dengan mengamalkan sikap/perilaku yang berbudiluhur yaitu saling
memegang aturan yang berlaku dan saling menghormati.
Memperhatikan uraian diatas, dimana perbedaan adalah dibenarkan sebagai hak dan
kodrat individu, maka penerapan budiluhur haruslah diawali dari dalam diri sendiri yang
kemudian melebar ke keluarga dan seterusnya ke lingkungan masyarakat yang lebih luas.

A. Penerapan Budiluhur Pada Diri Sendiri

Individu seseorang adalah elemen terkecil dari sebuah lingkungan sosial, dimana
segala proses interaksi sosial itu berawal dari kepentingan individu tersebut. Sebagai contoh
ketika seseorang membutuhkan tenaga kerja untuk memperbaiki rumahnya, maka dia harus
berinteraksi dengan individu lain yang punya keahlian memperbaiki rumah, yang juga sama-
sama punya kepentingan yaitu untuk mendapatkan penghargaan. Dalam interaksi sosial
tersebut harus ada komunikasi dan kompromi/kesepakatan yang saling menguntungkan dan
saling menerima kepentingan masing-masing sehingga terciptanya sebuah kesepakatan
kerjasama antar dua individu atau lebih. Proses interaksi inilah yang sering kali menimbulkan
masalah sosial ketika salah satu atau kedua individu tersebut tidak berbudi pekerti luhur
(tidak berperilaku baik), baik itu lewat ucapan, tingkah laku, atau janji yang tidak ditepati
sehingga menimbulkan kekecewaan salah satu pihak.
Contoh di atas baru menggambarkan satu kepentingan saja, padahal dalam kehidupan
sehari-hari seseorang mempunyai banyak sekali kepentingan dan keperluan yang berarti akan
banyak sekali berinteraksi dengan orang lain. Dengan dasar inilah maka praktek budiluhur ini
haruslah diawali dengan memahamkan diri sendiri bahwa;
(1) Apabila kita tidak senang diperlakukan tidak baik, maka orang lain pada hakikatnya juga
tidak senang apabila diperlakukan tidak baik. Apabila diri kita merasa senang dihormati,
maka orang lain juga senang hal yang serupa sebagaimana kita sendiri.
(2) Tidaklah mungkin kita memaksakan kehendak kita agar orang lain mengikutinya
sebagaimana tidak mungkinnya kehendak orang lain dipaksakan kepada kita.
(3) Budiluhur ataupun budiasor (budi pekerti yang tercela) yang kita perbuat secara individu
haruslah difahami bisa membawa dampak pada lingkungan sosial atau kelompok kita. Maka
tidak benar jika kita menganggap langkah budiasor kita secara individual adalah
tanggungjawab pribadi, akan tetapi dapat mempengaruhi baik buruknya kelompok atau
lingkungan sosial kita dan tentunya orang lain.
Penerapan budiluhur pada diri sendiri ini bukanlah sesuatu yang begitu saja dengan
mudah berubah, tapi harus dilatih terus-menerus karena ada unsur pengendalian hawa nafsu.
Pada hakikatnya budiluhur juga merupakan sikap pengendalian emosi kita untuk
melakukan/mengerjakan sesuatu yang belum tentu sesuai dengan hati kecil kita. Hal ini
terjadi karena setiap manusia punya egoisme yang sering muncul sebagai individu yang
merasa mempunyai kelebihan dari orang lain, tidak mau ngalah, perasaan harus menang dan
lain lain. Sehingga dengan sikap emosional tersebut sering muncul dalam hati kecil suatu
ungkapan: .. kenapa saya yang harus memulai?.., kenapa saya harus mengalah?..., emangnya
gua takut?.., jangan jangan saya dikira takut?... dan lain sebagainya yang akan menjadi
penghalang munculnya perilaku budiluhur. Padahal mempraktekkan budiluhur bukanlah
berarti sebagai ungkapan bahwa kita lebih rendah dari orang lain, atau kita kalah dengan
orang lain, akan tetapi budiluhur dalam hal ini harus dilihat sebagai sikap sosial yang harus
dilakukan oleh individu yang melakukan interaksi sosial dengan individu yang lainnya.

B. Penerapan Budiluhur Pada Lingkungan Keluarga

Selanjutnya praktek budiluhur harus dikembangkan dalam lingkungan yang sedikit


lebih luas, yaitu lingkungan keluarga. Diantara anggota keluarga perlu pula dikembangkan
sikap budiluhur yaitu untuk saling menghormati kepentingan masing-masing anggota
keluarga, menerapkan akhlaqul karimah. Budiluhur yang dilaksanakan pada level keluarga
akan memberikan dampak sebagai berikut:
 Merupakan proses pembelajaran dan pembiasaan pada seluruh anggota keluarga untuk selalu
berbudi pekerti luhur. Sehingga pada tataran yang lebih luas terhadap tetangga, di lingkungan
masyarakat menjadi kebiasaan/thobiat yang dengan sendirinya akan terpraktekkan.
 Kehidupan keluarga akan menjadi damai, nyaman dan harmonis bagaikan hidup di surga.
 Akan menjadi tauladan bagi masyarakat di sekitarnya dan akhirnya mulya disisi Allah.
 Penerapan budiluhur pada level keluarga ini adalah sangat penting, karena pada level ini ada
ikatan emosional yang sangat kuat sehingga sangat memungkinkan dilakukan keterbukaan
untuk saling belajar, saling mendidik, saling menasehati dan saling mempengaruhi. Inilah
tataran pendidikan yang paling dasar yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang.
Interaksi sosial yang terjadi pada level ini adalah antara ayah, ibu, anak, pembantu/tenaga
amal sholih, atau mungkin ada pula kakek, nenek, cucu dan lain lainnya. Sesuai kapasitas dan
kualitas yang dimiliki, diantara masing-masing anggota keluarga pasti ada perbedaan-
perbedaan. Saling memahami dan menghormati perbedaan inilah sebetulnya kunci budiluhur
dalam keluarga. Contoh ketika seorang ayah atau ibu harus berinteraksi dengan anaknya yang
masih kecil, maka secara sadar banyak hal yang harus dikorbankan untuk si anak, seperti
harus memandikan, diompoli dan lain sebagainya. Bahkan terhadap anaknya yang masih
kecil tersebut seluruh anggota keluarga biasanya bertutur kata yang baik dan halus.
Seyogjanya sikap seperti ini, tentunya dengan cara yang sedikit disesuaikan, harus tetap
dipertahankan walaupun si anak tersebut sudah tumbuh dewasa. Demikian juga interaksi
dengan anggota keluarga yang lainnya sehingga terbangun sikap saling rela berkorban, saling
menghargai, saling memperhatikan yang pada ujungnya akan muncul sikap budiluhur
diantara seluruh anggota keluarga.
Karena anggota keluarga yang utama di dalam sebuah keluarga adalah orang tua dan
anak, maka berikut ini akan diberikan beberapa contoh perilaku budi luhur anak terhadap
orang tuanya dan orang tua terhadap anaknya.

Beberapa contoh perilaku budiluhur anak kepada kedua orang tuanya:


1. Bertutur kata dengan bahasa yang halus (bisa boso kromo inggil).
2. Mohon ijin ketika mau bepergian dan pamitan dengan mencium tangan serta mohon do’a
mereka.
3. Bila disuruh, segera mengerjakan, selama tidak maksiat.
4. Bila dinasihati, anak mendengarkan dengan baik dan tidak memotong pembicaraan.
5. Bila berbicara, nada suara anak supaya lebih rendah dari orang tua / tidak membentak atau
mengeluarkan kalimat yang kasar.
6. Senang membantu pekerjaan orang tua di rumah.
7. Mendahulukan kepentingan / perintah orang tuanya daripada kepentingannya sendiri.
8. Apabila makan bersama orang tuanya / keluarga, orang tua diutamakan/didahulukan atau
orang tuanya diambilkan dahulu dan tidak meninggalkan tempat sebelum orang tuanya
selesai makan.
9. Jujur dan amanah, tidak bohong dan tidak berkhiyanat kepada orang-tua
10. Apabila berselisih pendapat dengan orang tuanya, anak tetap menghargai pendapat
orang- tua.
11. Selalu mendoakan yang baik kepada orang tuanya.
12. Merawat orang tuanya ketika sedang sakit.
13. Meramut orang tuanya, utamanya ketika sudah tua.
14. Bila dipanggil segera memenuhi panggilannya sambil mendekat dan menjawab dengan
nada rendah.

Beberapa contoh perilaku budiluhur orang tua terhadap anaknya:


1. Selalu mendo’akan yang baik kepada anak-anaknya.
2. Dapat mendidik anaknya dengan baik dan sabar, tidak bosan memberi nasihat,
memberikan pujian kepada anaknya ketika anak telah mengerjakan sesuatu dengan baik dan
benar (pujian / penghargaan yang wajar dan proposional bagi anak).
3. Dapat memberi contoh yang baik seperti memanggil anak dengan panggilan yang baik,
menyuruh dengan bahasa yang baik dan enak didengar.
4. Memperhatikan kebutuhan anaknya baik kebutuhan jasmani maupun rohaninya.
5. Dapat berbuat adil, baik yang bersifat materi maupun perhatian dan kasih sayang kepada
anak-anaknya.
6. Tidak mudah membentak pada anak dan tidak melaknatinya.

Apabila orang tua berhasil dalam mendidik anaknya menjadi anak yang berbudiluhur
orang tua juga akan memetik hasilnya baik di dunia maupun di akhirat. Namun apabila orang
tua tidak berhasil dalam mendidik anak-anaknya maka akan menjadi beban berat bagi orang
tuanya baik di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan bagi anak, orang tua merupakan jembatan untuk mencapai keberhasilan,
baik di dunia maupun di akhirat. Karena dengan dapat menghormat kepada orang tua dan
selalu tho’at kepadanya, orang tua akan selalu mendo’akan yang baik, sedangkan do’a orang
tua terhadap anaknya adalah sangat mustajab.

C. Penerapan Budiluhur Pada Lingkungan Masyarakat


Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri yang mempunyai sifat saling membutuhkan. Kita yang
hidup dalam lingkungan masyarakat majemuk harus dapat membawa diri dan bisa
meningkatkan kepedulian sosial. Hal ini sangat penting karena disamping menetapi
kewajiban agama, juga untuk mendapatkan simpati dari masyarakat sehingga semua kegiatan
dan amar ma’ruf nahi mungkar kita dapat berjalan dengan aman dan lancar. Dengan demikian
agama yang haq ini dapat berkembang dan diterima di tengah-tengah masyarakat.
Kehidupan sosial di dalam masyarakat tentunya jauh lebih komplek dari pada
kehidupan sosial dalam keluarga, apalagi kondisi ekonomi negara yang belum sepenuhnya
pulih telah menimbulkan dampak, dimana emosi seseorang menjadi lebih mudah tersulut
hanya karena masalah-masalah yang sebetulnya tidaklah signifikan (masalah sepele) untuk
dijadikan masalah. Timbulnya masalah Ambon dan Poso yang menelan ribuan nyawa
sebenarnya juga berawal hanya dari perkelaian beberapa orang pemuda yang mabuk. Akan
tetapi akibat adanya kesenjangan sosial sebagai dampak masalah ekonomi, masalah kecil
tersebut menjadi mudah disulut untuk menjadi masalah yang besar. Kalau kita dengan bijak
melihat dampak yang ditimbulkannya, pastilah kita akan sepakat untuk lebih baik melakukan
tindakan preventif dari pada terlanjur terjadi masalah yang lebih besar. Tindakan preventif
tersebut adalah dengan mengamalkan praktek budiluhur sebagaimana ajaran Allah dan
Rasululloh Shollallohu ‘alaihi wasallam.

Untuk mewujudkan hal tersebut kita dituntut untuk mampu mengendalikan hawa
nafsu dan emosi kita untuk mengalah dan lebih bisa mementingkan kepentingan yang lebih
besar dibandingkankan dengan kepentingan pribadi sesaat. Karena dampak dari perilaku
budiasor bisa sangat besar sekali yang tidak hanya menimpa pada diri pelaku itu sendiri, akan
tetapi juga membawa dampak pada pencitraan jelek pada keluarga, kelompok atau institusi si
pelaku. Yang akhirnya bisa menjadikan tidak lancarnya agama Allah yang tentunya ini
merupakan dosa yang sangat besar jika terjadi. Tetapi sebaliknya jika kita bisa berbudi
pekerti yang luhur sehingga dinilai baik oleh masyarakat luas sehingga terjadi pencitraan
yang baik, maka itu tidak hanya baik untuk dirinya sendiri tapi juga baik untuk keluarga,
kelompok atau institusinya. Akhirnya agama Allah juga akan bertambah lancar yang berarti
itu andil dalam perjuangan agama Allah yang pahalanya besar.

Secara amaliyah kita juga harus proaktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan di


masyarakat baik dalam bentuk materi maupun tenaga. Jangan sampai kita mengabaikan
bahkan acuh terhadap kegiatan di lingkungan sekitar sehingga berakibat munculnya
penilaian negatif dari masyarakat yang pada akhirnya menimbulkan antipati terhadap kita.

Berikut disampaikan beberapa contoh perilaku budiluhur dalam masyarakat :


 Apabila bertemu dengan tetangga menyapanya.
 Apabila melewati sekelompok masyarakat menyapa dengan sopan dan permisi.
 Apabila naik kendaraan di dalam kampung dengan kecepatan rendah dan tidakmenggeber-
nggeberkan gasnya atau melepas sarangan knalpotnya.
 Melayat warga yang meninggal dan memberikan sumbangan.
 Membantu dan menjenguk warga yang sakit.
 Memberikan sumbangan untuk pembangunan / perbaikan rumah ibadah, jalan, pos kamling,
jembatan dan lain lain yang bersifat untuk kepentingan umum.
 Ikut serta dalam gotong royong / kerja bakti.
 Membantu warga yang terkena musibah.
 Mengikuti pertemuan RT dan aktif memberikan ide-ide yang baik.
 Menjaga keamanan lingkungan misalnya ronda.
 Minta ijin apabila tidak dapat mendatangi undangan pada acara yang sudah rutin.
 Berusaha menjadi penengah dalam kehidupan bermasyarakat, tidak memihak/ngeblok salah
satu golongan.
 Apabila mempunyai rezeki yang lebih memberi santunan kepada tetangga yang memerlukan.
 Menyadari kekurangan kita dan mudah memaafkan kepada orang lain.
D. Penerapan Budiluhur Pada Tataran Berbangsa dan Bernegara
Sebagian besar ulama islam di Indonesia telah sama sama sepakat bahwa bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini adalah sudah final dan tidak bisa ditawar
lagi. Sikap ini bahkan telah diperkuat dalam ijtimak ulama se Indonesia dalam pertemuan
para ulama dibawah koordinasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Pondok Gontor, Ponorogo
pada tahun 2006 yang lalu;
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal
17 Agustus1945 yang mempunyai falsafah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan tujuan
negara sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah merupakan Rahmat AllahSubhanahu wata’ala dan
hasil perjuangan seluruh bangsa Indonesia. Sementara itumuncul fenomena yang terjadi
akhir-akhir ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mengindikasikan adanya
upaya memisahkan diri dari NKRI (separatisme), serta dengan
munculnya fenomena yang terkait dengan modernisasi dan globalisasi, maka perlu adanya
harmonisasi kerangka berfikir keagamaan di dalam konteks kehidupan kebangsaan. Untuk
itulah diperlukan adanya penyamaan manhaj al-fikr oleh semua umat Islam
Indonesia dan penyatuan langkah gerakan (harakah) agar keikutsertaan umat Islam dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
dapat memberikan andil yang maknawi dalammenciptakan kebersamaan perjuangan menuju
masyarakat yang berkeadilan dandiridlai oteh Allah Subhanahu wata’ala.
Kesepakatan bangsa Indonesia untuk membentuk Negara Kesatuan RepublikIndonesia adalah
upaya final bangsa Indonesia sebagai ikhtiyar untuk memeliharakeluhuran agama dan
mengatur kesejahteraan kehidupan bersama, adalah mengikat seluruh elemen bangsa.
Wilayah NKRI dihuni oleh penduduk yang sebagian besar beragama Islam, maka
umat Islam nilai-nilai yang memuliakan hak-hak dasar kemanusiaan yang luhur seperti wajib
memelihara keutuhan NKRI dan menjaga dari segala bentuk pengkhianatan
terhadap kesepakatan dan upaya pemisahan diri (separatisme) oleh siapapun dengan alasan
apapun.
Ajaran Islam sebagai tuntunan yang bersifat universal, memandang dan menempatkan
manusia dalam harkat martabat yang sangat mulia, dan oleh karena itu Islam menjunjung
tinggi kemerdekaan (al-hurriyah), persamaan (al-musawah), keadilan (al-'adalah/al-qisth), da
n kedamaian (al-silm). Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agama harus
dijadikan sebagai sumber inspirasi dan kaidah penuntun, sehingga tidak terjadi benturan
antara kerangka berfikir keagamaan dan kerangka berfikir kebangsaan
Dengan dasar ini maka seluruh warga negara Indonesia khususnya umat islam
dituntut untuk ikut menjaga tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tetap
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan selalu menjadikan agama sebagai penuntun
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena disadari sebagaimana keterangan pada bab sebelumnya bahwa Indonesia ini
sangat beragam/heterogen, maka persatuan dan kesatuan hanya dapat dibangun atas dasar
saling menghargai, saling rela berkorban untuk menyamakan persepsi/pola pikir (Taswiyatul
Manhaj atau Manhaj al-fikr), sehingga terciptanya kesamaan/keserasian langkah (Tansiqul
Harokah). Disinilah budiluhur menjadi kunci untuk bisa menyatukan persepsi dan
menyerasikan langkah.

Dengan demikian penerapan budiluhur dalam berbangsa dan bernegara dapat dicontohkan
sebagai berikut;
1. Mensepakati dan mendukung sepenuhnya untuk tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Rela berkorban untuk tetap utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Berusaha menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
4. Komitmen terhadap Pancasila sebagai dasar negara dan Undang-undang Dasar 1945.
5. Menghormat, menjunjung tinggi dan tidak mencela lambang-lambang kebesaran negara.

3. Pentingnya Integrasi Nasional


Keberagaman masyarakat indonesia ditandai oleh adanya keberagaman
budaya. Misalnya perbedaan suku bangsa menyebabkan adat-istiadat, bentuk
rumah, pakaian serta kesenian yang memiliki ciri khas yang berbeda. Bangsa
indonesia menyadari dan menghormati adanya perbedaan budaya tersebut. Bangsa
indonesia sejak dahulu telah dipersatukan dalam semboyan “Bhineka Tunggal Ika”
yang artinya berbeda-beda, tetapi tetap satu.
Integrasi nasional adalah penyatuan bagian-bagian yang berbeda dari suatu masyarakat
menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-masyakarat kecil
yang banyak jumlahnya menjadi suatu bangsa (ICCE,2007).
Integrasi nasional merupakan masalah yang dialami oleh semua negara yang ada di
dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapi. Beberapa negara yang
berdiri setelah perang dunia II ternyata banyak yang tidak mampu mengintegrasikan berbagai
golongan dalam masyarakatnya. Perang saudara yang terjadi di Nigeria terjadi karena Nigeria
tidak mampu mengintegrasikan suku-suku bangsa Hausa, Fulani, Ibo, dan Yoruba, sehingga
lahirlah negara baru yang menamakan diri Republik Baifara. Ketidakmampuan India
mempersatukan seluruh wilayahnya, melahirkan negara Pakistan. Ketika wilayah Timur
memberontak, Pakistan tidak mampu mempersekutukan kedua wilayah itu sehingga pada
tahun1971 lahirlah Bangladesh. Amerika Serikat, Canada,dan Australia menghadapi masalah
integrasi bangsa-bangsa imigran. Demikian masalah yang disebabkan oleh masalah integrasi
ini.
Setelah keruntuhan Uni Soviet, pada tahun 1992 Anne Booth, seorang ekonom dan
pengamat Indonesia menulis suatu artikel di jurnal Indonesia Circle dengan judul yang
provokatif, Can Indonesian Survive as a Unitary State? (Booth: 1992). Artikel Booth ini
sangat skeptik terhadap masa depan Indonesia sebagai negara kesatuan dan berargumen
bahwa disintegrasi Indonesia tinggal menunggu waktu jika tidak terjadi perubahan
fundamental dalam tata cara pengelolaan negara, terutama yang terkait dengan pola hubungan
pusat dan daerah. Pada saat itu, tak sedikit pengamat asing yang memprediksi bahwa
Indonesia akan mengalami proses Balkanisasi, atau terkoyaknya negara kesatuan menjadi
negara-negara kecil seperti di wilayah Eropa Timur, akibat kristalisasi dari gejolak
kekecewaan daerah. Untuk menghadapi persoalan ini, nyaris semua pengamat
merekomendasikan resep yang seragam, yaitu demokratisasi, desentralisasi dan otonomi
daerah dalam berbagai variannya.
Seperti yang kita ketahui, indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari
kebudayaan ataupun wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa
karena kita bisa memanfaatkan kekayaan alam indonesia secara bijak atau mengelola budaya-
budaya yang melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah
keuntungan, hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Kita ketahui dengan
wilayah dan budaya yang melimpah itu akan menghasilkan karakter atau manusia yang
berbeda pula sehingga dapat mengancam keutuhan bangsa indonesia. Akan tetapi, pada
kenyataanya Indonesia masih berdiri dengan keberagaman suku dan budaya meskipun ada
beberapa yang memisahkan diri seperti Timor Leste.
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional sebagai berikut :
1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan.
2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa indonesia sebagai mana dinyatakan dalam
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan
merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan.
4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh
banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan.
5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila
dan UUD 1945, bendera merah putih, lagu kebangsaan indonesia raya, bahasa kesatuan
bahasa indonesia.
Faktor-faktor penghambat integrasi nasional sebagai berikut :
1. Masyarakat indonesia yang heterogen (beraneka garam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan
dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan
sebagainya.
2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan
luas.
3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang merongrong
keutuhan, kesatuan, dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar
negeri.
4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidak merataan pembangunan dan hasil-hasil
pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA
(Suku, Agama, Ras, dan Antar-Golongan) gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi
dan unjuk rasa.
5. Adanya paham “entosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-
kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain.
Masalah integrasi nasional di Indonesia sangat kompleks dan multidimensional. Untuk
mewujudkannya diperlukan keadilan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dengan
tidak membedakan ras, suku, agama, bahasa, gender, dan sebagainya. Sebenarnya, upaya
membangun keadilan, kesatuan, dan persatuan bangsa merupakan bagian dari upaya
membangun dan membina stabilitas politik di samping upaya lain seperti banyaknya
keterlibatan pemerintah dalam menentukan komposisi dan mekanisme parlemen.
Dengan demikian upaya integrasi nasional dengan strategi yang mantap perlu terus
dilakukan agar terwujud integrasi bangsa Indonesia yang diinginkan. Upaya pembangunan
dan pembinaan integrasi nasional ini perlu, karena pada hakekatnya integrasi nasional tidak
lain menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa yang diinginkan (Mahfud,
1993). Pada akhirnya persatuan dan kesatuan bangsa inilah yang dapat lebih menjamin
terwujudnya negara yang makmur aman dan tentram. Jika melihat konflik yang terjadi di
Aceh, Ambon, Kalimantan Barat, dan Papua merupakan cermin dari belum terwujudnya
integrasi nasional yang diharapkan selama ini.

1. Pengertian Integrasi Nasional


Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “Integrasi” dan “Nasional”. Integrasi
berasal dari bahas inggris, Integrateartinya menyatupadukan, menggabungkan,
mempersatukan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Integrasi artinya
pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Kata Nasional
berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya bangsa. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis.
a. Secara Politis
Integrasi secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial
dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
b. Secara Antropologis
Integrasi secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur
kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam
kehidupan masyarakat. Pendapat para ahli tentang integarsi. Yaitu sbb:
1) Howard Wriggins
Menurutnya, integritas bangsa berarti penyatuan bagian yang berbeda-beda dari
suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan
masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak menjadi satu kesatuan
bangsa.
2) Myron Weiner
Menurutnya, integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya
san sosial ke dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka pembentukan suatu
identitas nasional. Integrasi biasanya mengandalkan adanya satu masyarakat yang
secara etnis majemuk dan setiap kelompok masyarakat memiliki bahasa dan sifat-
sifat kebudayaan yang berbeda.
3) Dr. Nazaruddin Sjamsuddin
Menurutnya, integrasi nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa yang
mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan
budaya. Integrasi juga meliputi aspek vertikal dan horizonntal.
4) J. Soedjati Djiwandono
Menurutnya, integrasi nasional sebagai cara bagaimana kelestarian persatuan
nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri.
Hak tersebut perlu dibatasi pada suatu taraf tertentu. Bila tidak, persatuan nasional
akan dibahayakan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi
nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai
suatu bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dan direalisasikan
dalam satu kesepakatan atau konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928.

2. Syarat Integrasi
Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat keberhasilan suatu integrasi
sbb:
a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi
kebutuhan-kebutuhan satu dengan lainnya.
b. Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan
nilai-nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman
c. Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam
melangsungkan proses integrasi sosial.

3. Perwujudan Integrasi Nasional


Terwujudnya integrasi nasional, antara lain dapat dilihat dari pakaian, bahasa,
lambang dan identitas kebangsaan, landasan ideologi, perilaku sosial, serta
lembaga-lembaga.

4. Faktor-faktor Pendorong, Pendukung, dan Penghambat Integrasi Nasional


a. Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional
1) Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah
2) Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda
Pancasila & semboyan Bhineka Tunggal Ika
3) Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa indonesia
seperti yang dinyatakan dalam sumpah pemuda.
4) Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan muncul semangat
nasionalisme dikalangan bangsa indonesia.
b. Faktor pendukung integrasi nasional
1) - Penggunaan bahasa indonesia
2) - Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam suatu bangsa, bahasa,
dan tanah air indonesia
3) - Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama yaitu
pancasila.
4) - Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi
keagamaan yang kuat.
5) - Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang diderita.
c. Faktor penghambat integrasi nasional
1) - Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen
2) - Kurangnya toleransi antar golongan
3) - Kurangnya kesadaran dari masyarakat indonesia terhadap ancaman,
gangguan dari luar
4) - Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-
hasil pembangunan

5. Fungsi Pancasila dalam Integrasi Nasional


Pancasila merupakan moral bangsa indonesia dan pelindung dari perbedaan /
kemajemukan yang ada di indonesia. Berikut makna dari pancasila :
a. Sila Pertama : mewajibkan kita untuk mengakui dan memuliakan Tuhan
sebagai pencipta baik dalam hati maupun perbuatan.
b. Sila Kedua : mewajibkan kita untuk mengakui dan memperlakukan setiap
orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia dan hak serta
kewajiban asasi.
c. Sila Ketiga : mewajibkan kita untuk mencintai tanah air bangsa, dan negara
indonesia
d. Sila Keempat : mewajibkan kita untuk turut serta dalam kehidupan politik dan
pemerintahan sesuai dengan kedudukan masing-masing
e. Sila Kelima : mewajibkan kita memberi sumbangan sesuai dengan
kemampuan demi mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Mewujudkan Integrasi Nasional


Dalam upaya untuk mencapai integrasi nasional dengan cara menjaga keselarasan
antarbudaya. Hal itu dapat terwujud jika ada peran serta pemerintah dan partisipasi
masyarakat dalam proses integrasi nasional.
a. Peran Pemerintah
1) Pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang
dapat mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang
berbeda-beda.
2) Kemampuan desentralisasi pemerintah yang diwujudkan dalam agenda
otonomi daerah.
3) Keterbukaan dan demokratisasi yang bertumpu pada kesamaan hak dan
kewajiban warga negara.
b. Peran Masyarakat
1) Meminimalkan perbedaan dan berpijak pada kesamaan-kesamaan yang
dimiliki oleh setiap budaya daerah.
2) Meminimalkan setiap potensi konflik yang ada.

Permasalahan yang terjadi dalam mencapai Integrasi Sosial dan Integrasi Nasional
Sejarah telah mencatat bahwa Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tahun 1928 adalah
suatu perwujudan solidaritas sosial begitu kental merasuk dalam kalbu antargolongan
pemuda. Tidak perlu dipertanyakan darimana asal-usul suku bangsa, ras, agama, bahasa dan
lain sebagainya. Mereka bergabung, membaur, menyatu, dalam kadar solidaritas yang tinggi,
menuju terwujudnya integrasi sosial dan integrasi nasional.
Bangsa dan budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu. Kenyataanya adanya
berbagai suku bangsa, ras dan corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan
budaya bangsa yang menjadi modal dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya,
sehingga menjadi modal dasar terwujudnya integrasi sosial-nasional.
Sudah menjadi takdir bangsa Indonesia, bahwa neraga ini terdiri atas maysarakat yang
heterogen, masyarakat majemuk. Kenyataan ini merupakan kenyataan bagi bangsa Indonesia
dan sekaligus menciptakan tantangan-tantangan. Sejarah telah membuktikan kepada kita,
bahwa perjalanan masyarakat nusantara menuju terwujudnya kesatuan bangsa tidak selalu
berjalan mulus, melainkan kadang-kadang berhadapan dengan berbagai masalah.
Secara umum terdapat tiga masalah besar yang harus dikaji dengan serius untuk mencapai
Integrasi Sosial – Integrasi Nasional yang mantap, yaitu:

a. Pembauran Bangsa
Pembauran bangsa (dalam hal ini bangsa Indonesia) Merupakan usaha untuk menyatukan
suku-suku bangsa dalam masyarakat bangsa Indonesia menjadi satu kesatuan yang utuh atau
pemaduan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa baru,
yaitu Indonesia. Bersatu sebagai satu bangsa tidak hanya berdasarkan atas kesamaan ras,
suku, bangsa, bahasa, agama, kepentingan atau batas-batas geografis, tetapi berdasarkan pada
kesaman perasaan, kesamaan niat yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah dialami
di masa lampau, masa kini, dan akan dialami bersam-bersama di masa mendatang.masyarakat
indonesia sebagai suatu bangsa, tidak hanya merupakan federasi antara kelompok-kelompok
manusia nusantara yang masing-masing memiliki ciri khas, melainkan merupakan satu
kesatuan baru dan mewujudkan ikatan solidaritas yang mencakup segenap manusia-manusia
indonasia seluruhnya. Dengan demikian ikatan solidaritas itu bukan lagi karena persamaan
suku bangsa, ras agama, maupun golongan, melainkan berdasarkan ikatan kejiwaan,
solidaritas, dan kesetiakawanan seluruh rakyat indonesia yang berkeyakinan sebagai satu
bangsa Indonesia(Sukanto, 1984: 730).
Titik rawan dari pembauran bangsa tetap terletak pada kelompok keturunan. Perhatian
khusus diberikan kepada kelompok masyarakat keturunan Tionghoa, ini disebabkan beberapa
hal, yaitu:
1) Jumlah kelompok masyarakat itu cukup besar, sekitar 3,5 juta orang;
2) Pola hidup mereka secara relatif masih eksklusif; dan
3) Pada umumnya mereka berada dalam kelompok masyarakat ekonomi kuat.
Berdasarkan pada hal itu kita dapat mengatakan bahwa masih ada beberapa hambatan
dalam proses pembauran kelompok keturunan Tionghoa ini antara lain faktor budaya,
ekonomi, dan politik (Bahri, 1984: 694).

b. Kerukunan Antar Umat Beragama


Sudah menjadi pendapat umum pada tingkat nasional ataupun tingkat internasional,
bahwa Republik Indonesia adalah negara yang mempunyai penganut Agama Islam terbesar di
dunia. Dari data statistik sering diungkapkan bahwa dari 148 juta (tahun 1984) penduduk
indonesia, 90% menganut Agama Islam.
Akan tetapi sejak Indonesi merdeka kedudukan islam dalam area politik nasional
seringkali menjadi persoalan yang menimbulkan pertentangan, sehingga mengakibatkan
kemacetan politik, pemberontakan berlatar belakang agama dan kedaerahan, juga
pertentangan sosial lainnya. Di kalangan umat islam dalam kenyataannya terdapat berbagai
derajat kaum muslimin, dari yang saleh sampai mereka yang abangan. Sedangkan di barisan
orang-orang saleh pun terdapat bermacam-macam aliran. Dengan kondisi seperti itu,
menjadikan masalah islam di Indonesia sebagai persoalan yang cukup rumit.
Bersaman dengan isu Kristianisasi di kalangan umat islam belum kunjung lenyap, dan
belakangan ini muncul isu Islamisasi di kalangan umat kristen. Semua ini menunjukkan
betapa berkembangnya solidaritas sempit yang membawa kemrosotan semangat kebangsaan
Indonesia.dengan demikian kesadaran untuk menumbuhkan sikap saling pengertian kesulitan
yang dihadapi masing-masing kelompok agama masih sangat rendah[2]. Walaupun di masa,
Orde Baru, konflik antara umat Islam dan Kristen juga kerap terjadi, namun setelah tahun
1998, konflik antara dua kelompok agama ini mengalami eskalasi yang sangat signifikan
dengan tingginya jumlah korban jiwa (Tadjoeddin 2004).Pada bulan, Oktober 2002, ledakan
bom di daerah wisata Kuta di Bali merupakan serangan sekelompok oknum terbesar kedua
setelah tragedi 11 September 2001 di New York, karena memakan korban hampir sekitar 200
orang, sekaligus menjadi peristiwa paling berdarah yang menyangkut gerakan Islam radikal
di tanah air. Konfl ik kekerasan bukanlah hal yang baru dalam episode sejarah Indonesia.
Sejak masa keemasan kerajaan Majapahit, hingga era kolonialisme dan perjuangan
kemerdekaan, dinamika konfl ik kekerasan selalu lekat mengiringi. Karenanya, Indonesianis
sekaliber Ben Anderson tidak segan-segan untuk berpendapat bahwa kultur kekerasan
bukanlah monopoli penguasa Orde Baru saja, tetapi sudah sejak lama diidap oleh semua
lapisan di dalam masyarakat (Anderson, 2001).

c. Perubahan Nilai-nilai
Dari mulai Indonesia merdeka sampai sekarang ini, masih terdapat pandangan umum
bahwa ada kesulitan untuk menentukan nilai-nilai Indonesia, akibat adanya kesenjangan yang
bersifat struktural dalam masyarakat. Kesenjangan itu semakin terasa manakala arus budaya
barat masuk dengan deras tak tertahan ke persada Nusantara. Lebih tragis lagi karena
ketidaksiapan dan ketidakmatangan budaya domestik untuk merangkul budaya barat yang
disebut budaya modern itu.
Akibat dari perkembangan teknologi komunikasi juga muncul kelompok masyarakat
yang merasa mandiri, kemudian muncul egoisme, asalkan saya selamat, yang lain masa
bodoh. Bila kita sampai pada pemikiran seperti itu akan sampai pada satu bahaya besar,
karena akan terjadi disintegrasi yang tidak tampak. Disintegrasi seperti itu baru akan terlihat
bila kita telah mengalami suatu musibah besar perpecahan politik etau serangan dari luar. Jika
ini terjadi, neragara hanyalah tinggal sebagai kerangka tetapi isinya keropos.
Sekelompok pakar berpendapat bahwa proses pembangunan di negara-negara
berkembang berpotensi untuk menjadi violent-generating process (proses pembentukan
kekerasan). Olson misalnya menyatakan bahwa perubahan secara cepat di dalam teknik
produksi dan prilaku ekonomi akan membawa masyarakat pada situasi anomy yang dicirikan
dengan perasaan hilangnya pijakan dan hilangnya norma-norma (Olson 1997). Ironi dari
bangsa Indonesia hari ini adalah rontoknya tradisi meritokrasi dan hilangnya kapasitas
visioner yang diiringi dengan menggejalanya “tradisi instan” di segala lapisan masyarakat.
Belajar dari pengalaman negara-negara di Amerika Latin, suatu sistem politik yang
didominasi oleh kalkulasi materi dan agenda-agenda politik yang pragmatis, tidaklah
memiliki kemampuan jangka panjang untuk mengantarkan suatu negara bangsa mencapai
fase demokrasi yang terkonsolidasi.
Bela Negara
Bela Negara adalah tekad,sikap dan prilaku warga Negara yang di jiwai oleh
kecintaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia,yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara.
Pembelaan Negara bukan semata mata tugas TNI tetapi segenap warga Negara sesuai
kemampuan dan propesinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Kesadaran Bela Negara pada hakikatnya merupakan kesediaan berbakti pada
Negara dan berkorban demi membela Negara. Upaya bela Negara selain sebagai kewajiban
dasar juga merupakan kehormatan bagi setiap warga Negara yang di laksanakan dengan
penuh kesadaran,tanggung jawab,dan rela berkorban dalam pengabdian kepada Negara dan
Bangsa.
Ketentuan tersebut di atur dalam Pasal 27 ayat (3) UUD Negara Rebublik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan “bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan Negara” dan Pasal 30 ayat (1) UUD Negara Rebublik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan “bahwa tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara”
Kedua ketentuan tersebut menegaskan bahwa setiap warga Negara harus memiliki kesadaran
bela Negara
Membangun kesadaran bela Negara saat ini masih ada kecenderungan masyarakat
bahwa kesadaran bela Negara ini di tafsir hanya berhubungan dengan angkat senjata melawan
militer dari Negara luar saja .Bela Negara bukan hanya tanggung jawab TNI dan POLRI
saja,tetapi merupakan tanggung jawab semua warga Negara sebagai komponen Negara.
Sebagai warga Negara Indonesia harus lebih kreatif menerapkan arti bela Negara ini dalam
kehidupannya tanpa menghilangkan hakekat bela Negara itu sendiri.Menjadi keharusan bagi
warga Negara Indonesia untuk ikut bertanggung jawab mengembangkan bela Negara,sebab
apabila sudah tidak memiliki kesadaran mengenai bela Negara ini ,maka ini merupakan
bahaya besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara ,yang mengakibatkan bangsa ini akan
jatuh ke dalam kondisi yang sangat parah bahkan jauh terpuruk dari bangsa-bangsa yang lain
yang telah mempersiapkan diri dari gangguan bangsa lain
Untuk membangun kesadaran bela Negara masyarakat harus mempunyai unsur dasar
bela Negara yaitu :
v Cinta Tanah Air
v Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
v Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
v Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara
v Memiliki kemampuan awal Bela Negara

Keikutsertaan setiap warga Negara dalam usaha pembelaan Negara bukan hanya
merupakan hak,tetapi juga sebagai kewajiban.
Kesadaran bela Negara banyak sekali cara untuk mewujudkannya membela Negara tidak
harus dalam wujud perang atau angkat senjata ,tetapi dapat juga di lakukan dengan cara lain
seperti dalam usaha pembelaan Negara di lingkungan :
v Masyarakat
v Keluarga
v Sekolah
v Negara

Ø Di lingkungan Masyarakat ,contoh tindakan positif bela yaitu;


v Mengikuti kegiatan siskamling
v Ikut serta menanggulangi akibat bencana alam
v Ikut serta mengatasi kerusuhan missal
v Ikut serta konflik komunal
v Gotong royong
v Membuat organisasi ,missal :karang taruna
v Mengadakan organisasi keamanan rakyat (KAMRA) yaitu partisipasi rakyat langsung dalam
bidang keamanan
v Perlawanan rakyat (Wanra) yaitu partisipasi rakyat langsung dalam bidang pertahanan
v Pertahanan sipil (Hansip) yaitu kekuatan rakyat yang merupakan unsure-unsur perlindungan
masyarakat pada saat menghadapi bencana saat perang

Ø Di lingkungan Keluarga, contoh tindakan positif bela Negara yaitu:


v Menghargai antar anggota keluarga
v Saling menghormati antar anggota keluarga
v Mengikuti/mematuhi aturan yang sudah di buat di rumah
v Saling membantu apabila sedang mengerjakan sesuatu
v Saling mendukung pada kegiatan yang sedang di lakukan
v Menjaga nama baik keluarga

Ø Di lingkungan Sekolah ,contoh tindakan positif bela Negara yaitu:


v Belajar dengan sungguh-sungguh
v Mematuhi peraturan sekolah
v Rajin mengerjakan PR dan tugas kelompok
v Ikut serta menjaga keamanan lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya
v Menjaga nama baik sekolah

Ø Di lingkungan Negara, contoh tindakan positif bela Negara yaitu:


v Menjaga nama baik bangsa dan Negara
v Menjaga ketuhanan dan keamanan Negara
v Mematuhi peraturan perundang-undangan di suatu Negara
v Menjaga ancaman dari Negara lain karena Negara Indonesia termasuk Negara berkembang
v Melaksanakan penertiban
v Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
v Melaksanakan operasi militer selain perang
v Mempertahankan kedaulatan Negara dan keutuhan wilayah
v Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa

Salah satu solusi jangka panjang menjaga keutuhan, keamanan, dan kenyamanan hidup
berbangsa dan bernegara, setiap negara membutuhkan fundamental ekonomi, budaya, dan
pertahanan keamanan nasional yang kuat dan kokoh. Tanpa fundamental ketahanan nasional
yang kuat, ancaman keamanan dan kenyamanan bangsa sangat rentan. Untuk itu, solusinya
adalah pendidikan kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara.

Pendidikan bela negara ini menjadi penting, karena pertama kebutuhan legal. Secara
hukum, khususnya merujuk Pasal 30 UUD 1945, setiap warga negara memiliki kewajiban
bela negara. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan bela negara menjadi sesuatu hal yang
legal dan dipayungi konstitusi negara yang sangat kuat.

Kedua, sebagaimana merujuk pada penjelasan di atas, pendidikan bela negara menjadi
sesuatu yang wajib, sejalan dengan kenyataan empiris yang berkembang saat ini, yaitu jika
dikaitkan dengan kondisi empiris Indonesia yang berada pada persimpangan kepentingan
dunia. Realitas empiris inilah yang menjadi satu kebutuhan Indonesia untuk melakukan
reorientasi sistem ketahanan nasional.

Ketiga, kepentingan masa depan, khususnya dikaitkan dengan potensi ancaman di masa
yang akan datang. Negara besar yang kuat secara militer dan atau kuat secara ekonomi-
politik, merupakan ancaman yang potensial sebagai terorisme negara di masa yang datang.
Sebagai contoh kasus penyerangan ke Irak. Kendati tidak mengantongi izin PBB, AS yang
merasa kuat secara ekonomi dan militer, kemudian melaksanakan penyerangan ke Irak. Hal
demikian, menjadi preseden dan indikasi bahwa negara yang kuat secara ekonomi dan
militer, potensial menjadi terorisme negara kepada negara-negara lain. Dengan
mengatasnamakan melawan terorisme, negara besar dapat menjadi negara teroris.

 Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi
suatu negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut.

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam
menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
 Pengertian Bela Negara ( UU No 3 tahun 2002 Pasal 9 ayat 1 )
Sikap dan prilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

 Landasan konsep Bela Negara


Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah
tentara atau perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau
sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer).

 Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan
Syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu
hakikatnya kesediaan berbakti pada negara dan kesediaan berkorban membela negara.
Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling halus, hingga yang paling keras. Mulai
dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama menangkal ancaman nyata
musuh bersenjata.
 Unsur Dasar Bela Negara

 Cinta Tanah Air


 Kesadaran Berbangsa & bernegara
 Yakin akan pancasila sebagai ideologi negara
 Rela berkorban untuk bangsa & negara
 Memiliki kemampuan awal bela negara
 Berdasarkan UUD 1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara.” Dan “syarat-syarat tentang pembelaan
diatur oleh UU.” Jadi sudah jelas, mau tidak mau kita wajib ikut serta dalam membela negara
dari segala macam ancaman, gangguan, dan hambatan baik yang datang dari dalam maupun
dari luar.
 Dasar hukum dan peraturan tentang wajib bela negara
 Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep wawasan nusantara dan keamanan Nasional.
 Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
 Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah
oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
 Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI
 Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI danPOLRI.
 Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
 Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang pertahanan negara
 Landasan hukum bela negara
a. Landasan Idiil ; Pancasila

b. Landasan Konstitusional ; UUD 1945 (Amandemen)

 Pasal 27 (3) ; Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara
 Pasal 30 (1 &2) ;
(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara

(2) Usaha pertahanan keamanan negara dilaksanakan melalui Sishankamrata (TNI sebagai
komponen Utama dan Rakyat sebagai komponen Pendukung).

c. Landasan Operasional ; UU No. 3 Tahun 2002 (lihat Pengertian Bela Negara ).

 Wujud bela negara ( UU No 3 Tahun 2002 )


a. Pendidikan Kewarganegaraan

b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib

c. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela

d. Pengabdian sesuai profesi

 Contoh-Contoh Bela Negara :


 Melestarikan budaya
 Belajar dengan rajin bagi para pelajar
 Taat akan hukum dan aturan-aturan Negara

Arti penting pembelaan negara


a. Sebagai syarat berdirinya suatu negara

b. Untuk melindungi kedaulatan negara

c. Untuk mempertahankan keutuhan wilayah negara

d. Untuk semua warga negara agar memiliki kewajiban dan hak yang jelas dalam ikut serta
pembelaan terhadap negara.

 Alasan bela negara


a. Menghormati dan menghargai para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan

b. Ingin memajukan Negara

c. Mempetahankan Negara jangan sampai dijajah kembali


d. Meningkatkan harkat dan martabat bangsa di mata dunia internasional.

 Bentuk-bentuk bela negara


a. Secara Fisik

Segala upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara dengan cara berpartisipasi secara
langsung dalam upaya pembelaan negara (TNI Mengangkat senjata, Rakyat Berkarya nyata
dalam proses Pembangunan).

b. Secara Non Fisik

Segala upaya untuk mempertahankan NKRI dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa
dan bernegara, menanamkan kecintaan pada tanah air serta berperan aktif dalam upaya
memajukan bangsa sesuai dengan profesi dan kemampuannya.

 Wujud bela negara bagi pelajar


a. Lingkungan Keluarga ; Memahami hak dan kewajiban dalam keluarga, menjaga keutuhan
dan keharmonisan keluarga, Demokratis, menjaga nama baik keluarga dll
b. Lingkungan Sekolah ; Patuh pada aturan sekolah, berkata dan bersikap baik, bertanggung
jawab atas tugas yang diberikan, tidak ikut tawuran dll
c. Lingkungan Masyarakat ; Aktif dalam kegiatan masyarakat, rela berkorban untuk
kepentingan masyarakat
d. Lingkungan berbangsa dan bernegara ; Menghormati jasa Pahlawan, berani
mengemukakan pendapat, melestarikan adat dan budaya asli daerah.

 Pengertian pertahanan negara


Segala usaha untuk mempertahakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan
keselamatan bangsa dari segala bentuk ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara

 Pengertian ancaman
Setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam maupun luar negeri yang dinilai membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa.

 Jenis-jenis ancaman
a. Ancaman Militer ; Ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisir
yang dinilai dapat mengancam kedaulatan negara.

 Spionase
 Sabotase
 Aksi teror bersenjata
 Agresi
 Pelanggaran wilayah
 Bentrokan bersenjata
 Perang saudara
b. Ancaman Non Militer ; Ancaman yang mengganggu sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara

 Aksi radikalisme
 Konflik komunal
 Terorisme
 Gerakan separatis
 Kejahatan lintas negara
 Kegiatan imigrasi lengkap
 Gangguan keamanan
 Polusi
 Bencana alam

http://adikurniaw.blogspot.co.id/2015/04/merajut-kebersamaan-dalam-
kebhinnekaan_82.html

Anda mungkin juga menyukai