Anda di halaman 1dari 82
5 Drs. HM. Kholili , M.Si. Beberapa Pendekatan Be tae aye Drs. HM. Kholili, M.Si. Beberapa Pendekatan PSIKOLOGI dalam DAKWAH Penerbit CV. AMANAH Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbiten (KD) Kholili, HM Beberpa Penden dal Pkg Dakwal/Oleh Drs HM Khoi MS ~ Yogkarta: CV. Amanah, 2009 + 150 hm, 14,5 X 20,5 em, ISBN: 979-111918X 1. Agama I. Jodul UL. Kholili. HM BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI DAKWAH Karya : Des. HLM. Kholili, M.Si. Tata Letak : Harun Arrasyid Tata Sampul : Agus Maimun, SS Editor : CV. Amanah CCetakan Pertama, Januari 2009 Penerbit CV. AMANAH Yogyakarta ISBN: 979-111918-X Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak culisan ini dalam beneuk dan dengan cara apapun, termasuk memfoto copy, tanpa ijn tertulis dari penerbit KATA PENGANTAR Bismillabirrahmanirrahim “Sekarang banyak muslim KTR, mereka tidak paham agama. Ada yang sudah berhenti shalat, puasa, bahkan ada yang berpikis, lebih baik orang Kristen saja, lebih bahagia. Sebagai muslim, saya bertanggung jawab untuk memperkuat akidah umat Islam. Saya ingin orang Islam menjadi good moeslem yang mengikuti Rasulullah saw, jangan jadi Islam KTP” kata Gene yang telah merampungkan buku Mencari Tuhan, sebuah buku studi perbandingan agama dan perjalanan spritualnya menjadi Muslim, (Adhes Satria , Cyber Sabili - Banyak Jumpai Muslim KTP) (online) (heep://sabili.co.id/index.php, diakses 5 Nopember 2008). Ah, menurut gw, masalah Ahmadiyah sebetulnya lebih ke masalah keyakinan, bukan hanya masalah penodaan agama. Jangan salah Iohhbh, secara teologis, gw ga setuju dengan ajaran ‘Ahamadiyah. Gw meyakini kalo Nabi Muhammad saw adalah nnabi terakhir, dan tidak ada kitab suci lain selain Alqur’an dan Al Hadist. Namun, gw ga setuju dengan kekerasan yang dilakukan oleh FPI. ... Islam adalah Rahmatan lifalamin, Rahmat bagi semesta alam. Namun, mengapa umatnya malah menjadi teror bagi umzt lain, Dulu, nabi Muhammad saw tidak menyebarkan Islam dengan kckerasan, tidak dengan paksaan. Trus, kenapa sebagai umatnya, yang katanya menjadikan Rasullah sebagai panuran, malah melakukan sst yang tidak pernah dilakukan Beliau? Memaksakan keyakinan kita kepada orang lain? Kalau dalihnya adalah, karena Ahmadiyah melakukan penodaan agama, dan kita membela agama, bukankan ada cara? lain yang lebih bijak? Dengan cara yang bisa menarik simpatik mereka? Bukan malah menjauhkan mereka dengan cara menyakiti mereka? (Reikasurya, Ahamdiyah-vs-FPI, (online) — (hetp://reikasurya. blogspot.com /2008/06/ahamdiyah-vs-fpi.heml, diakses 3 Nop. 2008). Demikian beberapa paparan realitas keberagamaan dan pemahaman ummat tentang Islam Islamadalah agamadakwahagamayangharusdisampaikan dengan penjelasan-penjelasan yang memadai baik penjelasan secara lisan atau penjelasan secara tindakan nyata (teladan), seperti diinginkan Allah dalam firman Nya: “Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.(QS. Yasin, 36: 17). Oleh karenanya Islam tidak memembenarkan mengadakan pemaksaan untuk memeluk agama Islam.). Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. (QS, Al- Bagarah, 2:256). Seseorang tidak bisa merobah keadaan orang lain, tingkah lakunya, sikap dan pandangan hidupnya kecuali atas kehendaknya sendiri, (QS, Ar-Raldu, 13 : 11). Dalam firman Nya yang lain: Dan Kami tidak mengurus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (QS, Saba, 34:28). Jika kemudian ada sebagian orang tidak paham tentang Islam yang seharusnya, maka perlu adanya perenungan kembali terhadap dakwah yang dilakukan kita. Sudahkah kita menyampaikan Islam yang menggembirakan, yang menguntungkan pada kahidupan ummar, schingga orang paham bahwa Islam itu indah dan menguntungkan bagi kehidupannya. Atau sebaliknya orang justru memahami Islam sebagai agama yang merugikan bahkan menakutkan karena Islam telah disampaikan dengan kekersan. (Oleh karena itu menjadi keharusan bagi kita untuk dapat menyampaikan Islam dengan menghadirkan konsep dan realitas Islam yang menggembirakan bagi kehidupan ummatnya, baru kemudian menyampaikan peringatan dalam arti memberikan beberapa solosi hidup terhadap berbagai persoalan yang muncul dalam kescharian mereka. Inilah nampaknya yang dinginkan ummat dan dakwah yang demikian yang akan membekas pada jiwaummatnya. Bukankah tugas da’i adalah menyampaikan Islam dengan pesan yang menyentuh pada jiwa ummatnya yaitu pesan dakwah yang diaharapkan mampu mengisi apa yang menjadi kebutuhan, harapan, dambaan bagi kehidupan ummatnya ? Oleh karena itu Allah meminta para da’i menyampaikan Islam dengan konsp-konsep yang dapat menyentuh jiwa ummatnya, «... dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (QS, An-Nisa’.4:63) Buku ini sebagai pengantar bagi para da’i dan pemikir dakwahyangmenginginkandakwahnyamenggunakan pendekatan psikologi, yaitudakwah yang akan berusahamenyentuh jiwaorang yang menjadi sasaran dakwahnya. Dakwah dengan pendekatan psikologi, dakwah yang dilakukan akan mampu menghadirkan pemahaman yang utuh tentang Islam yang sebenarnya. Hanya saja buku ini masih butuh pengembangan secara terus menerus terutama upaya yang mengarah pada implementasi di lapangan, agar supaya nantinya dapat memenuhi harapan para dai dan semua pihak yang membutuhkannya. Yogyakarta, 10 Nopember 2008. Dekan Fakultas Dakwah, Prof. Dr. H.M. Bahri Ghazali, MA DAFTAR ISI Bagian Pertama: Menuju Dakwah yang Psikologis Bab I Pendahuluan A. Bsikologi Dakwah .. B. Mengapa Psikologi Dakwahi C. Blektivitas Dakwah yang Psikologis Bab Il Mengenali Sasaran Dakwah dengan Perspektif Psikologi ‘A. Mengenal Sasaran Dakwah Secara Global .... B. Mengenal Prilaku Manusia Menurut Beberapa ‘Teori Psikologi Bab IIT Rumusan dan Bahasan Dakwah yang Psikologis A. Rumusan Dakwah B. Bidang Bahasan Dakwah Bagian Kedua: Mengupayakan Dakwah dengan Membentuk Persepsi Bab IV Persepsi dan Karakteristiknya A. Pengertian Persepsi . B. Macam Persepsi dan Cara Mempersepsi C. Persepsi Bersifat Labi D. Persepsi Membentuk Pola Pemahaman 26 69 70 72 Bab V Membentuk Persepsi: Urgensi dan Tahapannya dalam Proses Dakwah A. Pembentukan Persepsi Agama ... B. Urgensi Membentuk Persepsi CC. Tahapan Pembentukan Persepsi Bab VI Membentuk Persepsi Dalam Dakwah . Membutubkan Fokus dan Banyak Informasi Penonjolan Diperlukan .. . Beberapa Tehnik yang Dapat Digunakan . Pola Pemahaman yang Dapat Diraih cop> Bagian Tiga: Mengupayakan Dakwah dengan Motivasi dan Dakwah Eksplorasi Bab VII Kegiatan Dakwah dengan Memberi Motivasi A. Pengertian Motif dan Motivasi .. o B. Dorongan, Motif dan Tingkahlaku Bermotivasi .... 118 C. Beberapa Macam Motif . : D. Mortivasi Tingkahlaku dalam Kegaitan Dakwah E. Kebutuhan Manusia Dinamis....... Bab VIII Kegiatan Dakwah dengan Cara Eksplorasi A. Dakwah yang Diharapkan . B. Manusia Sasaran Dakwah C. Dakwah Eksplorasi Satu Terobosan . D. Apa yang Diperoleh dari Dakwah Eksploras vi Bagian Pertama MENUJU DAKWAH YANG PSIKOLOGIS BABI PENDAHULUAN A. PSIKOLOGI DAKWAH 1. Pengertian Psikologi Dakwah. Kita sepakat apabila berpendapat bahwa psikologi dakwah termasuk ilmu pengetahuan baru dalam penampilannya sebgai ilmu yang berdiri sendiri. Hanya saja secara pasti sejak kapan ilmu tersebut berdiri sendiri, belumlah dapat ditentukan. Walaupun demikian, kita yakin bahwa dakwah yang dimaksudkan adalah dakwah Islam yaitu agama yang terakhir. Kalau pengertian dakwah yang dimaksudkan adalah dakwah dalam agama Islam, maka embrio psikologi dakwah telah lama ada sejak Rasulullah SAW. melaksanakan tugas-tugas dakwah. Pengenalan Islam lewat surat-surat beliau kepada raja-raja non-Islam di kala itu; bersikap tegas tapi simpatik di waktu Da'tsur akan membunuh beliau; dan pembentukan masyarakat Islam di Madinah, adalah contoh- contoh dakwah Rasulullah dengan pendckatan psikologis yang, tidak dapat dilupakan. Jarang dijumpai para abli_ merumuskan _pengertian psikologi dakwah dalam bencuk definisi. Kebanyakan psikologi dakwah dirumuskan dalam pengertian yang sifatnya masih umum dan disajikan hanya secara tersirat, walaupun judul dari tulisan itu adalah “Psikologi Dakwah”. Psikologi dakwah yang berasal dari kata ‘psikologi’ dan ‘dakwah’, H.M. Arifin mendefinisikan sebagai: “IImu pengetahuan yang bertugasmempelajari/ membahas segala gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan dakwah.... Dengan demikian, ruang lingkup pembahasannnya pun berada dalam proses perubahan dakwah di mana sasarannya adalah manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial”.! Adaduaprinsip pandangan psikologidi dalam menganalisa kchidupan jiwa manusia: a. pandanganpsikologiindividuildimanapenganalisaannya dititikberatkan pada hidup manusia sebagai makhluk individuil baik dalam kondiisi normal atau abnormal. b. prinsip pandangan hidup spikolgi sosial atau kolektif di_mana penganalisaannya ditekankan pada hidup manusia sebagai makhluk sosial (homonisius atau zoon piliticon) baik dalam situasi dan kondisi interpersonal dalam ingroup dan outgroup dalam masyarakat Dari prinsip itulah nantinya prinsip-prinsip psikologi dakwah dikembangkan, dan prinsip-prinsip tersebut menjadi csensial dan fondamentil bagi pengembangannya, Oleh karena sasaran dakwah dalam pembahasan psikologi dakwah akan dilihat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, maka pembahasan psikologi dakwah adalah tidak terlepas dari kedua macam psikologi sebagai landasannya yaitu psikologi individuil dan psikologi sosial/kelompok, schingga kalau digambarkan dalam bentuk bagan akan diperoleh gambar sebagaimana pada gambar 1. 1 Drs. HLM. Arifin, M.Ed., Psikologi Dakwah, Bulan Bintang, Jakarca, 197, him. 29. 2 Ibid. ble: 33. Sosial & Cima) individuil 3 Psi ae Psikologi ‘Kelompok Gambar: 1 2. Obyek Telaah Psikologi Dakwah Ketika berbicra psikologi dakwah, kita tidak bisa lepas seoenuhnya dari konsep-konsep yang ada dalam psikologi di mana psikologi dakwah dikembangkan daripadanya. Demikian halnya dengn pembicraan kita tentang obyek telaah psikologi dakwah, Sebelum masuk kepada pembahasan pokok, mula- mula pembahasan akan membicarakan pengertian psikologi, perbedaanya kemudian dengan ilmu jiwa kemudian obyek psikologi. Dari sinilah kita akan diantar kepada pembahasan pokok yaitu obyek telaah psikologi dakwah.. Psikologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu: “Pyche” dan “Loges”. Kata logos mempunyai arti nalar, logika, atau ilmu. Dengan demikian psikologi berarti ilmu tentang “psyche”. Tetapi arti psyche sendiri itu apa? Dalam bahasa Inggris istilah pryche mempunyai arti “soul”, “mind”, dan “spirit” yang dalam bahasa Indonesia ketiga kata tersebut dapat diterjemahkan dengan “jiwa’. Karena itulah dalam bahsa Indonesia kata psikologi oleh banyak orang lebih cenderung diartikan sebagai Ilmu Jiwa. Dalam bahasa 1 Tbid., bm: 61. ee ‘Arab psikologi diartikan sebagai “ilmu Nafs” sebagaimana sering kita jumpai misalnya dalam bentuk ungkapan “menghembuskan nafas penghabisan” yang artinya mati, tidak lagi bernafas atau tidak lagi berjiwa”. Ketika psikologi masih berada dalam lingkup bahasan filsafat, definisi psikologi sebagai ilmu jiwa belum menimbulkan banyak kesulitan. Akan tetapi pada saat psikologi melepaskan dari induknya, filsafat, mulailah menimbulkan beberapa kesulitan, sebab salah satu cuntutan ilmu pengetahuan, bahwa setiap segala sesuatu yang dipelajari haruslah dapat dibuktikan dengan nyata.! Hal ini kemudian menuntut kita untuk membedakan antara psikologi dan ilmu jiwa. Garungan membedakan psikologi daripada ilmu jiwa dalam konteks sebagai berikut: a. Ilmu jiwa adalah merupakan ilmu istilah bahasa Indonesia yang iasa dipakai dalam ilmu jiwa ke dala pengertian yang luas sebgaimana dipahami banyak orang, Sedangkan psikologi merupaan istilah ilmu pengetahuan yang bercorak “scientific”, schingga ilmu jiwa yang masuk ke dalam kategori ini adalah ilmu jiwa ysng bercorak ilmiah tertentu saja. b. _Ilmu jiwa memilki cakupan wilayah yang luas dan lebih umum seperti pemikiran, pengetahuan, canggapan, tetapi juga masuk ke dalammnya segala dan spekulasi mengenai jiwa itu. Sedangkan psikologi akan meliputi segala ilmu jiwa yang diperolch secara_sitematik metodologi menurut norma-norma ilmiah modern. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa imu jiwa 4 Dr, Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh- ‘okob Pskologi, Bulan Bintang, Jakarta, 1978, him: 13-15. ee oe a belum tentu psikologi, akan tetapi sebaliknya psikologi senantiasa juga ilmu jiwa.> Apubila bukti nyata yang dikehendaki dari suatu telaah psikologi, tingkah laku adalah merupakan obyek telah yang, dapat memnuhi kehendak itu. Ini dapat kita lihat pada beberapa definisi psikologi yang dikemukakan oleh para ahli seperti di bawah ini. Howard H. Kendler: Psychology is the science of behavior. (psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku).$ Arno FE. Witting: Pychology is the scientific study behavior. (psikologi adalah suatu telaah ilmiah tentang tingkah laku).” Clifford T. Morgan: Prychalagy is the science of human and animal behavior (Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan)*.. Sarlito. Wirawan Sarwono: Psikologi adalah ilmu pengerahuan yang mempelajari tingkah laku manuisa dalam hubungan dengan lingkungannya? Tingkah laku yang dimaksudkan adalah semua reaksi Dr. WA. Garungan, Dpl. Psych. Prikolagi Sesial, PT Erisco, Bandung, 1978, him.5-6 6 Howard H. Kendler, Basie Prychology, WA. Banyamin, Inc. California, 1975, him:3. 7 Amo F. Wittig, Theory and Problems of Introduction to Psycholgy, Mec. Graw- Hill Book Company, New York, 1977, hm. 1. 8 Cifford’T. Morgan, Introduction to Pxycholegy, Mc. Graw-Hill Book Company, New York, 1961, hm: 2 9 Dr. Salito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Pskologi, Bulan Bintang, Jakarca, 1982, hm: 10, manusia yang tampak dan dapat diukur!® oleh instrumen- instrumen percobaan atau observasi_ yang dilakukan orang. Misalnyaseoranganak makan, naik sepeda, bercakap-cakap, malu dan berteriak". Tingkah laku atau perbuatan akan mempunyai arti yang lebih konkrit daripada jiwa yang abstrak, oleh karenannya tingkah laku lebih mudah dalam mempelajarinya, dan melalui tingkah laku kita akan dapat mengenal seseorang,' Dalam pembahasan psikologi dakwah, sesuai dengan namanya psikologi dakwah, ia dapat dilkategorikan ke dalam pengetahuan yang bercorak scientific dengan pembahasan ilmiah tertentu. Kemudian sebagai konsekuensi logis dari corak yang dimilikinya, maka obyek telaah psikologi dakwah adalah tingkah laku manusia yaitu tingkah laku orang-orang yang terlibat dalam suatu proses kegiatan dakwah. Pembahasanannya memakai metode-metade dan teori-teari psikologi pada umumnya Namun demikian, walaupun psikologi dakwah dikembangkan dengan konsep scientific yang menggunakan kriteria-kriteria ilmiah tertentu, penggunaan-penggunaan ilmu jiwa yang masih bersifat umum, adalah akan dianggap patut sebatas tidak keluar dari usaha dakwah yang mengharuskan pemberlakuan dengan pendekatan kejiwaan dalam proses pelaksanzannya. Dengan demikian penggunaan konsep ilmu jiwa bisa diberlakukan sepanjang pada batas tertentu dan dalam keadaan yang sangat mendesak. 10 Amo F. Wittig, Loc. Cit. 11 Emest R. Hilgard, Introduction to Psichogy, Harcourt, Bace World, Ine. New York, 1962, him: 6. 12 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Lac. Cit 3. Tujuan Psikologi Dakwah ‘Tujuan psikologi dakwah adalah berkeinginan untuk memberikan pandangan tentang mungkinnya dilakukan perubahan tingkah laku atau mental psikologis sasaran dakwah sesuai dengan pola kehidupan yang dikehendaki oleh ajaran agama yang didakwahkan."? Inilah tujuan psikologi dakwah. Jadi seorang atau masyarakat manusia bukan makhluk yang tetap sebagaimana adanya akan tetapi manusia adalah makhluk yang dapat dirobah, dapat dipengaruhi dan dapat diarahkan kearah mana yang dikehendaki, yaitu kearah terciptanya perilaku produktif dan kreatif dan dijiwai agama. Perobahan tingkah laku manusia—sebagai sasaran dakwah—akan terjadi manakala ia telah mengalami proses belajar, yaitu belajar dari lingkungan di mana ia hidup (lihat Bab. 1), dan pesan dakwah adalah merupakan salah satu bentuk lingkungan yang akan dihadapi olch dirinya. Sedang, proses belajar tersebut banyak dipengaruhi faktor situasi dan kondisi kchidupan psikologis yang melingkupi manusia itu sendiri dalam mana situasi dan kondisi itu merupakan hasil dari pengaruh lingkungan dan kemampuan dasar yang berkembang melalui waktu.'* Apabila hal tersebur yang diharapkan oleh suatu kegiatan dakwah, mengarahkan manusia dengan ‘segala hal yang terkait’ dengan dirinya, baik secara perorangan maupun bersama-sama ke arah mana yang akan dituju adalah merupakan suatu keharusan yang musti dilakukan. Pengarahan tersebut sudah barang tentu memakai prinsip psikologi di mana aspek persepsi, motivasi dan konsep diri manusia mendapatkan tempat terdepan. 13. Ibid, blm: 16. 14 Ibid. {7 8 B. MENGAPA PSIKOLOGI DAKWAH ? Setelah diketahui dan dimengerti_mengenai apa scbenarnya yang dimaksud psikologi dakwah dengan beberapa hal yang berkaitan dengannya, satu hal lain yang perlu juga diketahui adalah kenapa psikologi dakwah menjadi penting bagi suatu pelaksanaan dakwah? Beberapa bagian uraian berikut ini akan menjelaskannya. 1. Islam Agama Dakwah Islam adalah agama dakwah. Islam disebarkan dan diperkenalkan kepada umat manusia lewat aktivitas dakwah, tidak melalui kekerasan atau kekuatan senjata. Islam tidak membenarkan mengadakan pemaksaan untuk memeluk agama Islam. Setidak-tidaknya ada empat alasan, kenapa Islam tidak boleh dipaksakan dalam dakwahnya. Pertama, karena Islam adalah agama yang benat.'* Tugas seorang da’i adalah hanya bagaimana agar kebenaran yang ada dalam Islam manjadi jelas dan nyata.'® Kemudian apabila orang mau terbuka dan melihat secara obyektif, sungguh kebenaran itu akan nampak nyata, schingga mercka tidak perlu dipaksa. Kedua, karena Islam adalah agama fitrah, agama yang sesuai dengan fitrah kejadian manuisa!” bahkan kesaksiannya untuk berislam telah dilakukannya ketika jadi alam arwah."* Hanya karena lingkungan yang tidak mendukung sehingga manusia keluar dari jalan yang 15 16 7 18 (QS, Al-Bagarah, 2: 256. QS, An-Nur, 24: 54. QS. Ar-Rum, 30: 30. QS, AFA’raf, 7: 172. — benar. Tugas seorang dai adalah bagaimana membuat suatu lingkungan yang mendukung kecenderungan baik manusia yaitu kecenderungan kepada Islam sebagai kecenderungan yang dibawa sejak lahir. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi motivasi kepada mereka baik secara individu maupun secara bersama- sama. Ketiga, dakwah yang dipaksakan hanya akan membuat sescorang menjadi munafik. Iman seseorang akan mudah cumbuh dalam suasana bebas yang sunyi dari tckanan dan paksaan, Paksaan dan ancaman hanya akan menghasilakn pengakuan palsu."” Hal ini nampak jelas pada sebagian orang yang notabene masuk dalam kelompok PKI, pada saat G 30 S PKI meletus tahun 1966. Mercka berbondong-bondong imasuk atau mengaku Islam dan berusaha mengamalkan Islam sehingga pada saat itu hampir seluruh masjid penuh sesak ketika shalat Jum'at berlangsung. Biarkan mereka berpaling, kalau kita telah berusaha menyampaikannya (islam) dengan jelas dan nyata, karena tugas da’i hanya pada batas itu.” Keempat, persoalan mau beriman atau tidak adalah persoalan hidayah yang mutlak di tangan Allah.2! Seorang da'i tidak dapat memberi petunjuk ke dalam hati manuisa kecuali dia hanya memperkenalkan Islam yang sebenarnya untuk kemudian diharapkan mereka 19M. Nawir, Fighud Da'wah, Yayasan Kesejateraan Pemuda Islam, Surakarta, 1981, hl. 123. QS, An-Nahal, 16: 82 dan QS, Ali Imran, 3:20. QS, Al-Qashash, 28: 56. mau mempercayai dan mengamalkannya. Tetapi apakah mereka mau percaya atau tidak, mengamalkan atau tidak, adalah urusan Allah SWT.? 2. Berdakwah Kewajiban Setiap Muslim Dasar melaksanakan ini banyak disebutkan dalam Al- Qur'an maupun dalam Hadits, di antaranya adalah: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan ummat ‘yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepda yang ‘mairuf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang- orang yang beruntung’.® “Barang siapa di anatara kamu melihat kemungkaran, ‘maka hendaklah ia mengubahnya (mencegahnya) dengan tangannya ; apabila tidak sanggup, maka dengan lidabnya; apabila tidak kuasa maka dengan hatinya, dan itulab selemab-lemah iman.’™ “Sampaikanlah dari padaku walau satu ayat’?? Dalam Al-Qur’an disebutkan pula: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerabkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akherat, dan janganlah lupakan kebahagiaanmnu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat 22 QS, Yunus, 10: 99-100 dan QS, Ar-Ro'du, 13: 40. 23° QS, Ali Imrat “Shabith Muslim, Sid. 1, Datusy Sya'ab, Cairo, T-t., hlm: 224- 227. , 25 Imam Turmudzi, Suman Turmudzi; Al-Jami'wh Shabib, Jur IV, Daral Fikti, Cairo, 1974, hm: 147. kerusakan di (mua) bumi. Seunggubnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat keruskan” *6 Daridalil-daliltersebutdiatas, jelaslahbahwamelaksanakan dakwah adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim. Sebab bila dilihat ayat 104 surat Ali Imran, kata “min” dari kata “minkum” dimaksudkan “littabyin” (menerangkan) yang berarti setiap orang berkewajiban melaksanakannya, dan kewajiban itu. menurut kemampuan yang ada pada diri masing-masing, sebagimana dijelaskan dalam hadits di atas yang menerangkan urut-urutan cara melakukan pencegahan terhadap kemungkaran. Urut-urutan itu dimaksudkan bagaiman semestinya seseorang melakukan pencegahan sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Dan dialnjutkan dengan hadits berikutnya ....”walau ayah” yaknai menyampaikan dakwah dalam satu ayat. Yaitu menyeru kepada kebaikan dan kepada ma'ruf serta mencegah dati yang munkar; berbuat baik kepada orang lain sebagimana Allah telah berbuat baik kepada manusia serta tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Mereka yang melaksanakan dakwah oleh Allah digolongkan sebagai ummat yang baik.” Mereka tergolong kepada manusia beruntung.* Dan mereka diberi rahmat oleh Allah, karena perbuatannya itu.” Selain itu semua, mereka akan masuk golongan orang yang akan diberi pecunjuk yang benar dan Allah akan selalu bersamanya.” Namun sebaliknya, bagi orang- orang yang enggan melaksanakan dakwah, di mana dakwah merupakan salah satu amanat Allah yang harus disampaikan QS, Al-Qashash, 28: 77. QS, Ali Imran, 3: 110. QS, Al ‘Ashr, 103: 1-3. QS, AcTaubah, 9: 71. QS, Al-Ankabut, 29: 69. un oleh setiap manusia terhadap sesamanya,” maka mereka akan tergolong kepada orang-orang yang akan mendapat siksa dari Tuhannya, Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa.”? Dari uraian di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa seoarng atau masyarakat Islam yang melaksanakan agamanya dengan baik, dia secara otomatis, akan melaksanakan dakwah atau dengan kata lain orang atau masyarakat Islam yang baik adalah orang atau masyaraklat Islam yang telah melaksanakan tugas-tugas kewajiban agamanya cermasuk tugas melaksanakan dakwah merupakan salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang muslim. Jadi ketaatan beragama dalam Islam akan melahirkan aktivitas dakwah pada pemeluknya. Dengan demikian dakwah akan subur di kalangan masyarakat Islam yang tat. a <> ‘Menguatkan ee Gambar 2. Keterkaitan keta'atan beragama ddan aktivitas dakwah Selanjutnya, dalam suatu masyarakat Islam yang kesadaran dakwahnya tinggi, maka akan didapat pada masyarakat itu suatu masyarakat yang kuat di dalam mengamalkan ajaran agamanya.. Namun sebaliknya, manakala dalam suatu masyarakat dalam. 31 A. Hasyny, Dstur Dawah Menurut AL-Qur'an, Bulan Bintang, Jakarta, 1974, hl: 147. 32. QS, Al-Madah, 5: 79-80. pengamalan agamanya sangat minim, maka di sana juga akan ditemui kegiatan dakwah yang sangat lemah dan jarang dilakukan, hal ini akan berakibar kepada kehidupan beragama yang sangat rapuh. Jadi antara keta‘aran beragama dengan kegiatan dakwah merupakan satu rangkaian yang berkait di mana satu dengan yang lain saling menentukan. 3. Kemudian Dakwah Islam Mundus, Mengapa? Islam banyak dipeluk orang, tetapi sekaligus Islam banyak dipercanyakan orang. Islam masuk ke Indonesia sekitar abad VII Maschi, namun sampai sekarang Islam belum mendapatkan tempat sebagaimana mestinya. Posisi Islam semakin terhimpic, ruang gerak terasa semakin sempit, akan muncul semakin sulic. Kita sebagai ummat Islam tidak bolch diam kenapa dakwah Islam mundur. Kita cari penyebabnya untuk kemudian kita gempur. Sctidak-tidaknya ada empat hal yang menyebabkan dakwah Islam mundur: a, Kebodohan. Kebodohan yang terjadi pada ummat Islam karena kita dijajah, dan terlalu lama dijajah. Ummat sebenarnya banyak memilki potensi, tetapi potensi itu tidak dapat berkembang secara wajar. b, Rusaknya budi pekerti ummat. Ummat tidak lagi memilki akhlak sebagaimana yang dianjurkan Al-Qu:’an. Al-Qur'an sudah tidak menjadi perangai mereka, mereka tidak bisa memikirkan dirinya sendiri, apalagi memikirkan orang lain Sekian persen potensi ummat untuk berdakwah telah hilang, dan sekian persen kegiatan dakwah mandek. uf Rusaknya moral pemimpin dan lenyapnya citra ulama. Pemimpin atau penguasa mulai berbuat sekehendak dirinya dan ulama mulai merestui perbuatan pemimpin tadi. Apa yang telah dilakukan penguasa tidak ditegomya bahkan diperkuat lewae facwa-facwanya. d. Sifat penakue dan pengecut telah melanda ummat Islam. Mereka taku berdakwah, mereka takut mati dan mereka takut menegakkan kebenaran.® Dalam hal kenapa ummat Islam dijajah, sebenarnya kalau ditelusuri lebih jauh, yang menyebabkan kita dijajah adalah berpangkal kepada kita sendiri. Dalam masalah ini, Abul A‘la Maududi berkomentar bahwa “penjajahan yang menimpa kita pada abad yang lalu, sesungguhnya mereupakan konsekuensi logis dari kemerosotan kita dibidang keagamaan, moral dan alam pikiran Islam yang sudah mulai terlihat pada beberapa kurun sebelumnya.34 Kondisi keberagamaan kita. Islam banyak tersebar ke wilayah kita bukanlah melalui gerakan-gerakan yang sistematis, melainkan melalui pedagang-pedagang dan beberapa ulama yang dengan penampilan pribadinya, para warga negeri terkesan kemudian tertarik masuk Islam. Sebagai kelanjutan dari kelalian ini, banyak yang terjadi masuk Islam masih tidak: mau meninggalkan tradisi-tradisi_ yang pernah kita lakukan dari agama kita dahulu. Secara formal kita melaksanakan Islam, namun dalam keyakinan kita masih cetap melekat keyakinan yang pernah kita yakini sebelumnya. Kita memang tidak lagi 33_AbAmir Syakib Arsalan, Mengapa Kaum Muslimin Mundur?, Bulan Bintang, Te lim 86:91. 34. Abul A’la Maududi, Kemerosotan Ummat Islam dan Upaya Pembangkitannyay Pustaka, Bandung, 1984, him: 7 memohon berkah kehidupan kepada sang Budha atau pendeta, tetapi kepada scorang shaleh kita memohon berkah. Antara ‘on-muslim dengan orang muslim hampir tidak ada perbedaan. Perbedaan paling menyolok hanyalah pengertian tuhan kita dari yang lama kepada yang baru, lalu kita mencari penamaan baru ~ bagi bentuk ritual kita dengan menyadap nama-nama Islam. amun pada hakekamnya kita cetap menyembah berhala, yang, berubah hanyalah kulit luar dan buahnya belaka.”* Kondisi moral. Sering kitalakukan hidup yang berorientasi pada kerja, bukan pada amal shaleh, bukan pada ridha Allah atau katakanlah perjuangan yakni memperjuangkan agama Allah. Karena orientasi kerja, akhirnya segala apa yang dapat dilakukan, dikerjakan. Kita bekerja dibawah satu kekuasaan, apa yang diperintahkan oleh atasan, kita laksanakan, bahkan disuruh menginjak teman sendiripun dilakukan. Kita pernah dijajah. Kemudian apa yang pernah dialaminya, dipraktekkan pula kepada bawahannya, bila kita diberi kesempatan menjabat. Apa yang pernah dilakukan atasan dulu, tidak berbeda dengan ‘apa yang kita lakukan sekarang. Masalah ini nampaknya tidak terbatas pada penguasa atau si pencari kerja. Paratokoh agama pun terlibat dalam masalah ini. Ada sebagian mereka yang bertugas di lemabaga formal—karena mereka merasa berada di bawah naungan pengusa—apa yang diajadikan programnya dilakukan dilakukannya, bahkan kepada masalah-masalah yang belum atau tidak ada hukumnya secara syar‘iy, dicarikannya, sehingga sempat terjadi apa yang tidak biasa dilakukan masyarakat menjadi boleh hukumnya dan sempat menjadi perselisihan antara tokoh agama yang duduk di lembaga formal berbeda dengan para toloh agama {15 yang tidak duduk di lembaga formal.% Kondisi alam pikiran dan keilmuan, Alam pikiran yang, berlaku dan berkenaan dengan keilmuan kita, sudah dianggap selesai di tangan para pendahulu kita itu. Apa yang masih mungkin kita lakukan terbatas hanya pada memberi komentar dan catatan pinggir belaka. Oleh karena itu, pada kurun ini hampir tidak pernah menemukan adanya karya-karya dan penemuan baru yang cukup berarti. Akibat lanjut dari masalah ini, kita pun lalu mengalami stagnasi alam pikiran dan suasana keilmuan kita tertutup polusi kejumudan dan kemandulan.”” Suasana sebagaimana telah dilukiskan di atas, sekarang masih_nampak terasa, disaat kita merdeka. Hal ini, tidak mustahil akan menyebabkan kita untuk dijajah kembali, secara cerang-terangan atau terselubung disadari atau tidak, ini suatu kenyataan. Oleh karena itu marilah kita bergegas-geges untuk: kembali kepada Islam yang sebenarnya. 4, Psikologi Dakwah Sebagai Satu Alternatif. Nampak jelas bahwa kemunduran dakwah Islam adalah disebabkan oleh ummat Islam sendiri dimana mereka tidak mau’ mengamalkan ajaran agamanya secara benar dan konsekuen, Kalan demikian persoalannya, satu hal yang harus dilakukan adalah bagaimana mengusahakan agar Islam dapat diamall dengan benar oleh ummatnya secara individu maupun bersama- sama yang antinya akan membentuk masyarakat Islam. mere akan sclalu mengamalkan ajaran Islam dalam keadaan sengganj atau sempit, ketika kaya atau miskin, di saat bahagia atau susah, Tid. him: 14-17. 36 37 Ibid., him: 18-19. ketika berkuasa atau menjadi orang biasa dan seterusnya, pendek kata di mana saja kapan saja dan dalam keadaan bagaimana pun juga Islam tetap diamalkannya, Pada ayat 104 surat Ali Imran, kita ummat Islam diwajibkan berdakwah dengan cujuan ke arah kebaikan, “ilal khoyri”’® Kebaikan bukan sembarang kebaiakan, menurut ukuran yang tidak jelas. Kebaikan dimaksud adalah kebaiakan menurut jalan Allah “iabili rabbika’,” bukan di luar itu, di mana banyak macam kebaiakan yang hanya menurut pikiran orang, sementara pikiran-pikiran itu muncul dengan tidak dilandasi iman. Untuk mencapai kebaikan kita butuhkan jarak yang berupa waktu, Apabila kita pergi dari rumah ke masjid, jarak yang kita hadapi berupa jarak tempat. Berbeda dengan dakwah yoitu ‘ilal bhoyri”. Kata “ila” mengandung jarak walceu, dimenci waktu, sebab: Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh situasi lingkungan, oleh kondisi diri, oleh pengalaman masa lampau, dan gambaran-gamabran tentang masa depan. Artinya orang tadinya sudah yakin, sudah rajin sembahyang, sudah jujur, sopan dan sebagainya, dapat berubah menjadi sebaliknya atau minimal berkurang kadarnya, akibat pengaruh situasi dan kondisi, pengalaman dan gambaran masa depan itu.” Maka terjadilah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW. . seseorang pagi harinya beriman dan petang harinya QS, Alilimran, 3: 104. QS, An-Nahl, 16: 125. Drs. H. Adnan Harahap, Da'wah dalam Teori dan Praktck, Sumbangsih, Yogyakarta, 1980, him: 5-6. {v7 konsekuensinya fungsi pemeliharaan atas tingkah laku yang telah dicapai oleh kegiatan sebelumnya adalah sangat penting, Ini berarti, bahwa kegiatan dakwah itu harus merupakan suatt. proses yang kontinyu’.? Atas dasar kenyataan tersebut di atas, perencanaan yang matang bagi setiap pelaksanaan dakwah sangat dibucuhkan. perencanaan yang matang, manakala mengharapkan usaha itu dapat berjalan secara efektif dan efisien. Demikian pula halnya dengan usaha dakwah. Dakwah yang mencakup segi-segi yang sangat luas harus mendapatkan petlatian serius dalam perencanaanya, agar pelaksanaan dakwah mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.® Para petugas dakwah maju ke depan, harus sudah berada dalam arah yang jelas, memiliki konsep perjuangan cita yang pasti serta keyakinan yang bulat dan sempurna. Garis dan strategi perjuangan telah dileral dengan tepat dan mantap, agar kesimpangsiuran tidak terjadi. Suatu perjuangan meyakinkan manakala pejuang mantay dengan idealisme yang dibawanya serta maju dengan strat yang pasti. a 43 ‘Imam Muslim, op. cit, hlm: 320. hafir, atau petangnnya beriman paginya kafir...”.! Oleh Inilah strategi dakwah yang pertama yang lebih banyak karenanya dakwah yang dilakukan tidak langsung jadi yangkut persoalan situasi di luar diri sasaran dakwah. dan eda’ Sedangkan strategi dakwah yang kedua menyangkut hal-hal di lam diri manusia yaitu jiwa manusia, dalam manusia bertindak bertingkah laku adalah atas dorongan jiwanya. Pada strategi Ini, scorang da’i harus mengupayakan agar Islam. secara benar menjadi kebutuhan hidupnya baik secara individu maupun a bersama-sama. Dakwah hendaknya diupayakan agar ajaran-ajaran yang jsampaikan dapat dipahami dengan benar, sasaran dakwah angkap isi ajaran Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh jaran itu sendiri, bukan di luar daripada yang dimaksudkan. “Pemahaman yang tidak benar menyebabkan pengamalan yang “Keliru. Selain itu dakwah hendaknya memperhatikan minat, keburuhan dan kesiapan sasaran dalam menerima pesan. Dali “menjadi peayan, bukan menjadi pemegang otoritas. Dakwah yang psikologis adalah dakwah yang berorientasi kepada sifat ‘dan hakekat manusia yang menjadi sasaran sebagai manusia yang herkembang. Seorang da’i tidak diharapkan sebagai seorang yang ‘Mengisi air ke dalam botol kosong, ia mengisi pesan menurut ‘Aehendak dirinya, ia tidak memperhatikan apa sebenarnya 1g dibutuhkan sasaran, padahal kebutuhan seseorang dengan ig lain berbeda dan masing-masing orang pada akhirnya in berkecenderungan untuk mewujudkan dirinya sebagai ma yang ada dalam kemampuannya.*” Oleh karena itu usaha tuk menjelaskan manfaat apa dari pesan yang disampaikan adap sasaran satu hal yang harus dilakukan, bukan ia mberikan sesuatu tanpa diketahui manfaat penting tethadap “Karena sifat kepribadian yang labil ini, maka Dalam segala usaha, apapun tujuannya, diperlukan Drs. H. Adnan Harahap, op. cit hlm: 6, r Drs. A. Rasyid Shalch, Management Da'wah Islam, Bulan Bintang, Jakat 1977, him: 58. Hilsa Anshari, Mujahid Da'wah, Diponegoro, Bandung, 1979, him: 60. ‘Abraham A. Maslow, Motivasi dan Kepribadian, PY. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1984, hlm: 52. 21 dirinya, Manusia sebagai sasaran dakwah harus thu manfaatn Dengan demikian pesan yang berorientasi terhadap kebutuh: manusia yang menjadi sasaran dakwah musti diciptakan a diwujudkan. Daii yang menekankan disiplin dari sasarannya, dal arti ia harus mendengarkan atau memperhatikan pesan yanj disampaikan, adalah satu harapan yang keliru, Karena kepat eksternal tethadap pesan yang disampaikan, akan menghamb perkembangan pribadi sasaran. Semestinya seorang da'i berusaha bagaimana agar disiplin itu timbul dari dalam, sebagai kepatuhan. inerenal, lamerasaperlu untukmendengarkan atau mematuhin c. Ia tidak merasa terdesak olch orang luar baik da’i maupun oran, sekitarnya, tetapi ia memang merasa perlu untuk patuh. Olel arena itu bila ada seorang da'i yang tersinggung terhadap sasar: dakwah yang tidak patuh atau tidak mendengarkan pesan y bisa merobah tingkah lakunya, dia hanya bisa memberi jangan (menstimulir) dan motivasi terhadap jiwanya ke jah vertentu schingga mereka mau bertingkah laku menurut yang dikehendaki, Oleh karena itu diperlukan penguasaan seseorang, dalam rangka mengarahkan tingkah lakunya ke tujuan tertentu dan dengan demikian pengetahuan tentang jkologi bagi para dai menjadi sangat dibutuhkan untuk suksesan dakwah yang ia lakukan. EFEKTIVITAS DAKWAH Dakwah tidak jauh berbeda dengan komunikasi, karena pada dasarnya dakwah adalah penyampian ajaran Islam melalui ‘atu komunikasi. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss berpendapat pahwa “tanda-tanda komunikasi efektif (paling tidak) disampaikan, atau turun dari mimbar untuk berhenti ceramah, J thenimbulkan lima hal: pengertian, kesenangan, pengaruh pada perlu untuk mengoreksi diri. Apakah yang disampaikan cukup j§ slkap, hubungan yang makin baik dan tindakan.** Demikian menarik bagi sasarannya atau cukup menjadi kebutuhannya. filnya pula dengan dakwah. Secara psikologi dakwah dapat Inilah antara lain yang dikehendaki oleh kandun; dikatan efektif atau berhasil apa bila menimbulkan lima hal: ‘hikmah’ dalam ayat 125 dari surat An-Nahl; dimana dakw: musti dilaksanakan. Yaitu “berdakwah haruslah dengan hikmah, dengan memperhatikan keadaan (jiwa) orang-orang_ y: didakwahkan dan lingkungannya,...”"° Dalam Al-Qur’an disebutkan: Seseorang tidak bisa mero! keadaan orang lain, tingkah lakunya, sikap dan pandange hidupnya kecuali atas kebendaknya sendiri, kehendak dari jiwa, yang diekspresikan dalam jiwa, yang diekspresikan dal: 1, Pengertian. Pengertian yang ditangkap oleh sasaran dakwah adalah sebagaimana dimaksudkan olch dai, Sasaran dakwah menangkap ‘pengertian “A” tentang isi materi dakwah, karena memang nngertian “A” iculah yang disampaikan. Da’idan sasaran dakwah ada dalam satu pengertian tentang apa yang disampaikan (didakwahkan). Ketidaksamaan di antara keduanya berarti telah ‘orjadi salah pengertian. is. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc., Psiologi Komunikasi, Remadja Karya CV, 47 QS, Ar-Ra'du, 13: 1 Bandung, 1985, him: 16, I 2h 2. Kesenangan. masyarakat (sosial) justru terjadi persclisihan yang menycbabkan hubungan di antara mereka dalam masyarakat menjadi renggang, Inilah sebenarnya kekuarangbijaksanaan seorang da’i, lantaran terima pesanan dari panitia pelaksana, yang tidak diseleksi terlebih dahulu. Karena pesanan dipandang hag (walaupun sebenarnya memang hag) langsung saja dikabulkan permintaan itu. Setelah disampaikan dalam dakwahnya, timbullah keresahan dalam mayarakat. Dakwah harusmenimbulkan kesenangan bagisetiap orat dan sedapat mungkin kesenangan harus dimunculkan dal: hatinya. Kalau ditilik dari segi materi, Islam telah mengandu ajaran-ajaran yang menggembirakan, hanya kcbanyakan manusi tidak mengetahuinya.” Tetapi persoalannya di sini menyangkt teknis penyampaian. Artinya bagaimana Islam (yang tel mengandung ajaran-ajaran yang menggembirakan itu) dapat disajikan dengan cara yang menarik, schingga timbul kesadar dalam diri si penerima dakwah dan lantaran itulah ia menrima isi pesan dakwah dengan senang hati. Ia tidak merasa berat apal terpaksa, tidak sama sekali, Namun demikian, kesenangan lai yang juga perlu ditimbulkan adalah hubungan antara daii den, sasaran dakwahnya, yaitu agar da’i merasa senang berkomunil dengan sasaran dakwah, sebaliknya asasaran dakwah juga met senang berkomuniksi dengan si da’i. 3. Pengaruh pada Sikap Dakwah secara operasional, suatu usaha mempengaruh sikap dan tingkah laku dengan cara menyampaikan inform: berupa ajaran-ajaran Islam atau dengan cara_mencipt kondisi tertencu schingga suatu sikap dan tingkah laku berubah, Maka dakwah itu dikatakan efekeif (berhasil) bila sikap i berubah karena pengaruh yang telah diusahakan itu. Jadi us yang dilakukan berhasil karena pengaruh telah mampu merul suatu sikap. Hal semacam ini, harus benar-benar dipethatikan oleh setiap dai sekaligus panitia pelaksana dakwah. Dakwah yang dilakukan harus penuh bijaksana, karena dakah bukan hanya untuk kepentingan sepihak, akan tetapi dakwah adalah untuk kepentingan semua pihak, untuk kepentingan bersama. 5. Tindakan Pelaksanaan dakwah, selain menimbulkan pengertian, juga harus menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap dan terciptanya hubungan sosial yang lebih baik bagi manusia sasarannya. Akan tetapi tidaklah cukup sampai di sini tugas seorang da'i atau pelaksana dalwah pada umumnya. Efektifitas dakwah bisa dipastikan kalau sasaran dakwah (orang yang ddidakwahi) telah mau bertindak sebagaimana yang diharapkan, melakukan apa yang diperintahkan agama dan manjauhi Jarangannya. “Menimbulkan tindakan nyata memang_ indikator cfektifitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus terlebih dahuli menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik.”®® Maka cara menggunakan psikologi dakwah adalah 50 Drs dahon Rakdat, M.Sc, hm: 20 4, Hubungan sosial yang baik Dakowah yang dilakuakan harus mampu_menciptal hhubungan sosial yang baik. Bukan setelah selesai dakwah 49 QS, Saba’, 34: 28. 2 BR bagaimana agar semua kemampuan dan kecenderungan- kecenderungan yang dimilki manusia itu dirangsang dan dligerakdkan ke arah tujuan dakwah,. sehingga mau bertindak. Dengan cara inilah dakwah yang dilakukan akan mudah memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan. “Dan babwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya’.® “dan babwasanya usahanya itu kelak akan diperlibatkan (kepadanya)”.® M.. Arifin, M.Ed., op. ci. hlm: 15, 3D M 52 QS, An-Najm, 53: 39. 53. QS, An-Najm, 53: 40 BAB II MENGENALI SASARAN DAKWAH DENGAN PERSPEKTIF PSIKOLOGI Manfaat Pengenalan. Salah satu tujuan dakwah adalah pengamalan ajaran-ajaran Islam olch seseorang atau sekelompok orang dalam hidup dan kehidupannya. Untuk merealisir tujuian tersebut, scorang dati (juru dakwah) melakukan suacu kegiatan yaitu penyampaian pesan kepada seseorang atau sekelompok orang, dengan satu harapan orang atau sekelompok orang tersebut melaksanakan segala isi pesan yang disampaikan tadi. Dalam konteks ini, scorang dai harus melihat kepada siapa pesan tersebut akan disampaikan, dengan kata lain siapa yang menjadi sasaran dakwahnya. Manakala sasaran dakwah menjadi satu bagian dari suatu proses penyampaian pesan dakwahnya, maka pengenalan tethadap sasaran dakwah perlu diperhatikan. Dakwah suatu kegiatan yang berupaya agar manusia, seeorang atau sekelompok orang, yang menjadi sasarannya, dapat mengenal dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam hidup dan kehidupannya. Aktivias pengenalan arau pengamalan tethadap ajaran-ajaran Islam ia (manusia) tidak bisa lepas dan dipisahkan dari lingkungan dunia sekitarnya di mana ia berada, termasuk juga tidak dapat lepas dari dunia dirinya, Bagaimana seseorang memahami lingkungnnya, berinteraksi dengan dunia sekitarnya dan bagaimana seseorang melihat ditinya, bagaimana potensi dirinya juga perkembangannya, semua yang berkenaan dengan sasaran dakwah harus diketahui oleh seorang da’i. Tanpa adanya pengenalan tersebut, seorang dai akan mengalami ~kesulican di dalam membuat rencana efektif untuk mengadakan 25 26 perubahan sebagaimana yang telah diretapkan. Sulit kiranya untuk mengadakan perubahan dengan hasil yang memuaskan manakala seorang di’i belum mengenal sasaran dakwahnya secara tepat. Dakwah yang benar dan memperoleh hasil yang maksimal adalah dakwah yang didasarkan pada pengenalan yang tepat tethadap sasaran dakwahnya. Olch karena itu pengenalan seorang dai tethadap sasaran dakwahnya sangat diperlukan. “berbicaralah kepada manusia menurut kadar akal (kecerdasan) mereka masing-masing’.™* A. MENGENAL SASARAN DAKWAH SECARA GLOBAL Telah dapat dipastikan bahwa yang menjadi sasaran dakwah adalan manusia, maka pada setiap pembicaraan manusia pada tulisan ini, dimaksudkan untuk membahas manusia scbagai sasaran dakwah, Secara garis besar gambaran manuisa sasaran dakwah adalah sebagaimana akan diuraikan berikut ini. 1. Manusia adalah Makhluk Sempurna Dalam kehidupan schari-hari, dijumpai_beberapa kkejadian, di mana kalau mau memperhatikan, akan didapati perbedaan yang prinsip; selain adanya persamaan-persamaan di antara kejadian-kejadian tersebut. Makhluk yang bernama batu, misalnya, ia dapat bergerak, kalau ada yang menggerakkannya, sebagai kekuatan yang datang dari luar dirinya. Ia benda mati yang tidak dapat hidup tumbuh dan berkembang sebagaimana tumbuh-tumbuhan, Lain pula dengan hewan; lebih-lebih dengan 4 M, Nasir, Fighud Da'wah, Yayasan Kesejahteraan Pemuda Islam, Surakarta, 1981, hm: 162. —— 9 manusia. Manusia memiliki kemampuan yang dimiliki hewan, Tetapi disamping itu, manusia memilki sesuatu yang tidak dimiliki hewan yaicu kemampuan berfikir dan berkemauan.** Manusia bukan sejenis batu, karena manusia dapat hidup serta cumbuh berkembang; tetapi bukan tumbuh-tumbuhan arena manusia mempunyai kesadaran (kemampuan untuk ‘menyadari) dan beberapa nafsu; tetapi juga bukan hewan karena manusia dapat berfikir. Hasil penyelidikan manusia terhadap diri dan lingkungannya—dalam mana hasil penyclidikan mengenai lingkungnnya ternyata dianggap lebih memuaskan daripada penyelidikan tentang dirinya—dengan rasa sadar berkesimpulan bahwa manusia itu lain dari bukan manusia. Kalaupun manusia disejeniskan, dengsn hewan misalnya, maka dikaregorikanlah ia kepada hewan yang dapat berfikir. Allah berfirman, sebagaimana tercantum dalam surat At tiin ayac 4: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”.” “Manusia sebagai makhluk Tuhan yang memilki bencuk yang paling indah dan sempurna dari antara makhluk Tuhan yang lain, adalah terbentuk dari 2 unsur jasmaniyah dan rohaniyah (fisiologis dan_psikologis), yang dinamis dan mempunyai kemmapuan pembawaan untuk berkembang dan bertumbuh, ....”.° olch karena itulah Al- Qur'an memandang, bahwa “atribur inti dari pada manusia 55, Dis. Bimo Walgito, Pengancar Umum, Yayasan Penerbitan. Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1985, him: 39-40, $6. Profs Podjeijnin, Manse Donon Abate, Bina Alan, Jaana, 1981, Im 50. 57 QS, AtTiin, 95: 4 58 Dis. H.M. Arifin, M. Ed. Psikolagi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah ‘Manusia, Bulan Bintang, Jakarat, 1976, him: 52, adalah kepribadian, yang mencakup pemilikan kesadaran diri, pengarahan diti, kehendak dan intelek kreatif, dia lain daripada yang lain di tengah-tengah ciptaan (Allah) yang hidup di bumi.” Dalam konteks ini, manusia adalah makhluk yang sempurna karena manusia masuk ke dalam kategori terbaik di antara makhluk lainnya yang pernah diciptakan Allah, Robbul ‘alamin. 2. Manusia adalah Makhluk Berketuhanan, Manusia selain sebagai makhluk sempurna karena susunan jasmaniyahnya dan rohaniyahnya sedemikian rupa, manusia merupakan makhluk yang berketuhanan, “... sebab bagi setiap manuisa, terutama di Indonesia, yang sudah dewasa dan sadar akan dirinya sudah jelas bahwa sulit sekali untuk menolak adanya kepercayaan akan Tuhan, sebagai segi hakiki dalam perikehidupan manusia, dan bahwa dari segi ini adalah segi khas bagi manusia pada umumnya’.® Kepercayaan akan Tuhan adalah iman kepada Tuhan, yang merupakan salah satu aqidah dalam Islam di samping iman kepada Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Qiamat dan odla Qodar Allah, Secara tegas, “manusia telah menyatakan imannya kepada Allah SWT. Sejak dia di alam arwah’' Dia menyatakan bahwa ‘Allah adalah Tuhannya. Tiada Tuhan selain Allah. Pengakuan ini dinyatakan ketika terjadi dialog Allah dan manusia. 59 Dr. Fad-urRahman Ansari, Konsepsi Masyarakat Islam Modera, Risalab, Bandung, 1984, hlm: 160. 60 Dr. W.A. Garungan Dipl. Pshch., Paychologi Sosial, PT Erisco, Bandung ~ Jakarta, 1978, hlm: 30. 61 Drs. Nasraddin Razak, Diemul Islam, PT. Al-Ma‘arif, Bandung, 1983, him: 129. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kewaksian terbadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tubanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tiehan kami), kami menjadi saksi”® Jadi, pengakuan terhadap kedudukan Allah sebagai Tuban tertanam kuat dalam fitrahnya dan telah ada dalam relung jiwanya sejak zaman azali, Namun perpaduan ruh dengan jasad, kesibukan manusia dengan berbagai tuntutan jasadnya, dan turntutan-tuntutan kehidupannya di dunia dalam rangka memakmurkan bumi, telah membauat pengetahuannya akan kedudukan Allah sebagai Tuhan dan kesiapan alamiahnya untuk mengesakan-Nya tertimpa kelengahan dan kelupaan dan tersembunyi dalam relung bawah sadarnya. Maka manusiapun menjadi perlu akan mengingat kesiapan alamiahnya ini, pembangun dari keterlenaannya, dan pembangkitnya dati relung bawah sadarnya schingga menjadi jelas dalam kesadran dan peraseannya.? Hal ini dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dengan alam sckitarnya dengan merenungkan segala ciptaan Allah dan dengan berinteraksi antar sesamanya dalam mana tabir yang ‘menutupi jiwanya dimungkinkan dapat tersingkap. “Dari sini tampak jelas bahwa dalam tabiat manusia terdapar kesiapan alamaiah untuk mengenal Allah dan mengesakan-Nya’.* 3. Manusia adalah Makhluk Individual Sekaligus Makhluk Sosial Manusia adalah sebagai makhluk individual, akan tetapi ia juga sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai_makhluk individual ia menjalin hubungan dengan dirinya sendiri dan dalam tindakannya menjurus kepada kepentingan pribadi. Pada saat manusia hanya menyadari bahwa dirinya sebagi makhluk individual, hampir seluruh tindakannya hanya menjurus kepada kepentingan dirinya, tanpa memperdulikan kepentingan orang lain. Namun perlu diketahui bahwa selain sebagai makhluk individual, manusia juga sebagai makhluksosial.© Ketika manusia sebagai makhluk sosial, maka ia menjalin hubungan dengan sesamanya yaitu manusia sekitarnya. Hal ini terlihat sejak lahir, ia telah membutuhkan pertolongan orang lain untuk mememnuhi kebutuhan biologisnya, makan dan minum misalnya. Ketika berumur sekitar dua bulan ia tidak sekedar berhubungan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, tetapi lebih dari itu ia mulai berhubungan secara psikis seperti yang nampak ketika menjawab senyum ibunya. Setelah ia menyadari bahwa hubungan dengan manusia sekitarnya penting bagi dirinya, ia mulai belajar menyesuaikan dirinya dengan norma-norma yang telah berlaku dalam kelompok di mana ia berada bahkan ia rela mengenyampingkan keinginan dan kepentingan individuil demi kebutuhan kelompoknya. Salah seorang tokoh psikologi individuil yang bernama Kunkel berpendapat bahwa, manusia memiliki nafsu untuk mengabdi kepada diri sendiri dan nafsu untuk mengabdi kepada Drs. Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yayasan Penerbit Fak. Psikologi UGM, Yogyakarta, 1978, hlm: 29. 66 Dr WA. Garungan, Dipl. Psych., op cit, lm: 84-85, +3 kepentingan masyarakat. Kunkel menggambarkan hubungan kedua nafsu ini dengan dua buah garis lurus yang berporongan secara tegak lurus. Garis vertikal sebagai pengabdian pada diri sendii (ichhaftigkei®). Dan garis horisontal sebagai pengabdian pada masyarakat (sachlichkeit). ichhaféghete sachlichkeit Gambar: 3 Kedua garis itu berbanding terbalik: apabila garis vertikal panjang, garis horisontal akan menjadi pendek dan sebaliknya. Ini berarti bahwa apabila pengabdian kepada disinya sendiri menjadi besar maka pengabdian kepada masyarakat akan menajadi kecil; dan apabila pengabdian kepada masyarakat besar maka pengabdian pada diti sendiri akan menjadi kecil. Apa yang dimaksudkan oleh Kunkel itu, dia hanya ingin memberikan gambaran bahwa manusia adalah sebagai makhluk individuil dan makhluk sosial sekaligus.” - Manusia adalah Makhluk yang Berkembang Manusia hidup berkembang, Dalam perkembangnnya, terjadi perobahan-perobahan pada fisik maupun pada psikisnya."* @ Des. Bino W: imo Walgico, op. ci. hlm: 29-30. 68 Secara terinc, istlah ‘berkembang’ uncuk psikis sedangkan ‘tumbuh” untuk Pada perkembangan psikis beberapa faktor menentukan terhadap perkembangan tersebut, Faktor-faktor apa sebenarnya yang ‘melatarbelakangi terjadi perkembangan pada diri manusia, para ahli berbeda pendapat. Sebagian ahli menyatakan, bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh apa yang dibawa individu (manusia) pada waktu dilahirkan, yaitu pemabwaan yang merupakan kemampuan dasar. Pendapat ini dikenal dengan teori ‘nativisme’. Salah satu penganut aliran ini adalah Lombrosso, yang terkenal dengan teorinya mengenai “delinqunto nato”. Teori ini menyatakan bahwa setiap penjahat memang sejak lahirnya sudah membawa potensi atau bakat untuk menjadi penjahat, dan bakat itu berpengaruh pula pada wajah dan porongan tubuh orang yaugf bersangkucan. Karena itu Lambrosso mempunyai pendapat bahwa untuk mengatakan seseorang penjahat atau bukan penjahat dapat dilihat dari wajahnya dan potongan tubuhnya.® Berdasarkan teori ini, manusia dalam perkembangannya tidak dapat dirobah, kecuali ia berkembang menurut sifat-sifat yang telah dibawanya ketika lahir. Nativisme juga merangsang pendapat bahwa sifat dan nasib orang sudah dapat ditencukan sejak lahir. Pendapat ini selanjutnya nmelahirkan teori-tori yang nampaknya ilmiah, tetapi sesungguhnya tidak mempunyai cukup dasar-dasar (ilmu semu) seperti anatara lain: fisik. 69 Dr. Salito Wirawan Sarwono, Penganter Umum Psitoleg, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, him: 84-85. ia a. Frenologi: melihat kepribadian sescorang dengan mengukur tengkorak kepalanya. b. Palmistri: melihat watak dan nasib orang dengan mempelajari garis-garis pada telapak tangannya. c. Fisiognomi: melihat watak orang dengan mempelajari wajahnya. d. Astrologi: meramalkan nasib orang dengan ‘memperhitungkan peredaran bintang-bintang.” Dengan demikian, usaha-usaha untuk merobah ke arah/ tujuan tertentu adalah sebagi kegiatan yang sia-sia. Dalam kondisi seperti ini dakwah tidak akan memberikan manfaat dan sebagai kegiatan yang akan sia-sia. Sebagian abli yang lain berpendapat, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu (manusia) adalah justru sesuatu yang datang dari luar diri manusia, bukan sifat- sifac yang dibawa sejak lahir. Pengalaman-pengalaman manusia dalam hidupnya merupakan faktor yang akan menentukan perobahan manusia. Pendapat ini dikenal dengan teori ‘imperisme’. Tokohnya yang pertama adalah John Locke (i632- 1704), dalam mana ia menyatakan bahwa jiwa manuisa wakeu lahir adalah putih bersih bagaikan kertas yang belum ditulisi atau bagaikan “tabula rasa” (papan lilin). Akan jadi apa ortang itu kelak, sepenuhnya tergancung pada pengalaman-pengalaman apakah yang akan mengisi tabula rasa tersebut.”! Salah seorang tokoh aliran empirisme, yang kemudian mendirikan aliran “behaviorisme’ adalah John B, Watson di mana dia pernah bersumbar: 34 f Give mea dozen healthy infants, well-formed, and may own specified world to bring them up in and I'll guarantee to take any at random and train him to became any type of specialist I might select—doktor, lawyer, artist, merchant chief and, yes, even beggar—man and thief, gardless of his talents, pechantsm, tendencies, abilities, vocations, and race of his ancestors.”? Jai menurut Watson, untuk menjadikan seseorang anak (manusia) menurut yang dikehendaki adalah titik sul. Cukup dengan cara menciprakan lingkungan yang relevan buat pembentuikan itu. Karena jiwa anak waktu lahir masih dalam keadaan bersih. Disini pendidikan dan dakwah daparmenentukan perkembangannnya manusia, agar dapat berkembang secara wajar dan baik. Kedua pendapat di atas, nativisme dan empirisme jika _ ditelaah sccara cermat masing-masing sama benarnya, walaupun nampak dari keduanya saling bertolak belakang. Teori nativisme menitikeberatkan pada segi kerurunan atau pembawaan sebagai fakcor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia; sedangkan empirisme menitikberatkan pada segi lingkungan sebagai faktor penentunya. “Yang kurang dapat diterima adalah pendapat bahwa faktor pembawaan atau lingkungan (masing- masing) mudak mempengaruhi perkembangan kchidupan seseorang manusia”,”? Namun demikian, berdasar _ percobaan-percobaan yang dialakukan William Stern (1938), di mana telah nyata bahwa faktor-faktor pembawaan (nativus) dan lingkungan 72 Drs, Jalaluddin Rakhmat, M. Sc., Psikologi Komunikasi, Remadja Karya CV, Bandung, 1985, hlm: 27. 73 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, op.cit. him: 86. (cmpiri) sama-sama mempunyai andil di dalam mempengaruhi perkembangan manusia, akhirnya lahir teori ‘konvergensi’ yang merupakan gabungan dari kedua teori sebelumnya. Perkembangan rasa ketuhanan atau perkembangan agama pada seseorang tidak terkecualikan dalam pembahasan ini. Rasa ketuhanan yang dibawa sejak lahir perkembangannya ditentukan oleh lingkungan yaitu (dakwah) pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya.” “... ,mula-mula manusia itu beragama dengan menagkap secara langsung situasinya di dunia. Ia merasa diti tergantung pada suatu misteri suci yang meliputinya. Kehadiran dari yang suci itu diamatinya di dalam gejal-gejala kehidupan. Tetapi kemudian pandangan- pandangan simbolis dan mitologis dicangkokkan pada pengalaman religius yang semula asli itu.7® Dari sini kemudian Allah nampak sebagai Zat yang musti wujud dalam kehidupan kita dan terpisah dengan diri pribadi. ‘Wisjud-Nya sebagai kekuatan yang luar biasa dan pertolongan-Nya sangat didambakan. Manusia berupaya memperoleh pertolongan- Nya, oleh karenanya ia berusaha dekatdan bersatu dengan Tuhannya dengan melakukan sembah dan sujud dihadapan-Nya.”* Rasa ketuhanan tersebut berkembang sedemikian rupa, yang masing-masing orang berbeda antar scorang dengan orang. lainnya. Lingkungan di mana ia hidup cukup mempengaruhi tethadap perkembangan rasa ketuhanan itu.”” 74 Dr Zakiah Daradjat, Hmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, him: 74. 75. Dr. Nico Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama, LEPPENAS, Jakarta, 1982, him: 38, 76 Ibid. 77 Dr. Zakiah Daradjat, op. cit, hl: 75. | {35 ooo ree eee 5. Lingkungan Tempat Manusia Berkembang Mustahil manusia berkembang tanpa_ lingkungan. Eksistensi lingkungan bagi manusia, pertanda cksistensitas manusia itu sendiri. Lingkungan bisa wujud tanpa manusia, akan tetapi keberadaannya tidak eksis bagi (makhluk) selain manusia. Karena tidak punya kesadaran. Dengan demikian lingkungan dan manusia dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan di amana manusia hidup dan berkembang, dapat berupa lingkungan fisik dan sosial, di mana keduanya mempunyai peran penting terhadap perkembangan_hidup manusia. Lingkungan fisik adalah lingkungan yang, berupa alam; sedangkan lingkungan sosial adalah berupa lingkungan masyarakat, di mana individu satu dengan yang lain terjadi interaksi. Individu dan lingkungan berada dalam hubungan yang, timbal balik, yaitu lingkungan dapat mempengaruhi individu, sebaliknya individu juga dapat mempengaruhi lingkungan.”* Manusia lahir, selain bentuk fisik yang lengkap dan bagus, ia juga telah dibekali kemampuan-kemampuan dasar beruapa bakat dan beberapa insting (kecenderungan/fitrah). Dengan model perlengkapan dan kemampuan yang dimilkinya itu ia dapat menjadikan dirinya berkembang dan naik derajatnya di antara makhluk-makhlik lain disekitarnya. Oleh karena itulah manusia dijuluki “ahsanu tagwim” makhluk yang memiliki bentuk yang paling bagus, paling sempurna. ‘Akan cetapiperludiketahui, kesempurnaan itu dapatberubah. Kesempurnaan yang ada baru sebagai dasar kejadian manusia. Lingkungan sekitarnya yang akan menguji, apakah kesempurnaan yang dimiliki itu dapat bertahan atau tidak dapat dipertahankan. 78 Dis. Bimo Walgito op. cit, him: 47-48. ———— ee Scbagaimana telah kita ketahui bahwa perkembangan individu manusia tidak dapat terlepas dari lingkungnnya, karena dalam perkembangannya ia di dukung oleh dua faktor: pembawaan dan lingkungan yang berupa: a. individu bertentangan dengan lingkungan (dengan kata lain, individu menentang lingkungan); b. individu menggunakan lingkungan (yakni individu menggunakan— lingkungan untuk mengambil keuntungan dari padanya); individu menyesuaikan diri dengan lingkungan (yakni individu mengambil bagian atau mengikuti pada apa yang sedang berjalan dalam lingkungan); dan d._ individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.” Namun demikian, hubungan seorang individu dengan lingkungan pada umumnya berkisar pada usaha menyesuaikan diri, yaicu seseorang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, yaitu disebut autoplastis; atau seseorang merobah lingkungan agar sesuai dengan keadaan/keinginan dirinnya, yaitu disebut allopalastis.®° Apa yang diuraikan di atas adalah bentuk-bentuk hubungan manusia dengan lingkungannya secar umum. Ada bentuk khusus daripada hubungan-hubungan tersebut ialah berupa hubungan antar individu manusia, khusunya hubungan- hubungan psikisnya, Bentuk hubungn ini lebih dikenal dengan interaksi sosial, dalam mana Garungan mendefinisikannya sebagai ‘suatu hubungan antara dua atau lebih individu 79 Dr. WA. Garungan, Dipl. Psych., op.cit., him: 58. 80 Drs. Soclaiman Joesoef dan Drs. Nur Abijono, Pengantar Prihologi Sosial Usaha Nasional, Surabaya, 1981, lm: 35-36. 3s | manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya”.*! Dalam pengertian ini, seorang individu (1) dapat menyesuaikan diri secara autoplastis dengan individu yang lain (2), dalam mana seeorang individu (1) berusaha menyesuaikan dengan lingkungannya (2); scbaliknya seseorang individu (1) dapatjuga menyestaikan dirinya secar alloplastis dengan individu lainnya (2), dalam manan individu yang lain (2) itulah yang dipengaruhi agar sesuai dengan keadaan / keinginan dirinya (1). Jadi jelaslah bahwa di dalam proses interaksi itu terdapat tindakan saling mempengaruhi antar satu individu dengan indi- vidu lainnya, sehingga timbullah kemungkinan-kemungkinan untuk saling merobah atau _memperbaiki perilaku masing- masing secara timbal balik. Petobahan demikian bisa terjadi sccara disadari atau tidak sepenuhnya disadari, secara spontan atau secara perlahan-lahan. Di dalam hubungan interaksional inilah terjadi suatu proses belajar-mengajar di antara manusia, di mana di dalam proses dakwah merupakan proses permula- an yang fundamentil bagi suksesnya dakwah itu. Tanpa adanya situasi belajar mengajar maka dakwah sulit memperoleh tempat di dalam hati manusia” telah memilki modal perlengkapan dan beberapa kemampuan sejak saat dilahirkan), maka dakwah sangat dibutuhkan dalam "chidupan manusia. B. MENGENAL PRILAKU MANUSIA MENURUT BEBERAPA TEORI PSIKOLOGI. Psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak tahun 1879 setelah Wilhelm Wundt (1832-1920) mendirikan “Laboratorium Psikologi resmi yang pertama di kota Leibzig, “Jerman. Tidak lama kemudian pada tahun 1881 ia mulai menerbitkan jurnal pertama dibidang psikologi eksperimental. ‘Wand umumnya diakui sebagai pendiri psikologi ilmiah,® “... ja mulai membedakan dengan tegas psikologi daripada fisika «1 Jiwa dan badan berdiri sendiri tidak saling mempengaruhi, arena itu ilmu alam tidak ada hubungnnya dengan psikologi. Psikologi harus berdiri sendiri, punya hukumnya sendiri yang tidak dipengaruhi olch hukum-hukum ilmu alam”. Tidak lama setelah psikologi berdiri sendiri, maka segera bermunculan para ahli psikologi lainnya untuk mengembangkan sistematik dan metode-metodenya sendiri. Dari sini kemudian muncul apa yang disebut aliran-aliran dalam psikologi, yang masing-masing _ mengajukan teori-teorinya di mana satu sama lain saling berbeda, "yang jika dicermati sebenarnya saling melengkapi. Dari sekian banyak aliran psikologi yang muncul, sedikit- nya ada empat aliran yang cukup dominan dalam merumuskan teori-teori tentang manusia. Psikoanalisis, —behaviorisme, Dakwah sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan, uutama agar manuisa hidup beragama, (yaitu agama Islam di mana Islam sccara implisit telah masuk dalam kesaksiannya ketika di alam arwah) dan bertugas mengarahkan kehidupan manusia ke arah kehidupan positip dalam arti luas (di mana manusia B® Frank G. Goble, Mazhab Keriga: Prikologi Humanist Abraham Maslow, Kanisius, Yogyakarta, 1987, him: 17. 84 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokob- oko Pikologi, Bulan Binyang, Jakarta, 1978, him: 90. 81 Dr. WA. Garungan, Dipl. Psych., op cit. hlm:61. 82. Drs. HLM. Arifin, M.Ed. Psitolag? Dakwab, Bulan Bintang, Jakarta, 1977, him:86-87. 8 psikologi Aognitif; dan psikologi humanistit.® Apabila pada uraian sebelumnya, penulis mengetengahkan gambaran manusia secara umun (global), maka pada uraian berikut ini penulis akan memaparkan beberapa aliran scbagaimana disebutkan di atas dengan seperangkat teorinya. Ini tidak lain, karena adanya satu harapan agar seorang da’i dapat memahami lebih jelas (setelah mengetahui secara global) bagaimana sebenarnya prilaku manusia sasaran dakwah yang ia hadapi, schingga ia dapat merencanakan dakwah yang akan ia lakukan dengan baik dan tepat. 1. Prilaku Manusia dalam Teori Psikoanalisis. Psikoanalisis diperkenalkan olch Sigmund Freud cahun. 1909, dengan teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Para ahli sibuk dengan alam kesadaran, Freud justru menekuni mengenai alam ketidaksadaran. Alam ketidaksadaran yang menurutnya berisi dorongan-dorongan yang timbul pada masa kanak-kanak yang olch saru dan lain hal—misalnya karena dilarangolch norma ‘masyarakat—terpaksa ditekan schingga tidak muncul dalam kesadaran, Walaupun demikian alam ketidaksadaran ini masih berpengaruh dan sering muncul dalam mimpi, salah bicara atau dalam suatu karya; dan kalau tidak ia dapat mengganggu jiwa dalam bentuk psikoneorosis. Freud dalam perkembangan selanjutnya mengemukakan tcori: Id, Ego dan Superego.”* “Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia: Id, Ego dan Superego” *” 85 Dis. Jalaluddin Rakhmat, M. 86 Dr. Saito Wirawan Sarwon 87 Drs. Jalaluddin Rakhmar, M. ee Id adalah bagian kepribadian berupa insting yang berisi dua macam dorongan biologis manusia: (1) Libido, yang mengarah kepada kegiatan yang konstruktif seperti dorongan seksual, kasih ibu, cinta diri dan pemujaan pada hewan; (2) ‘Thanatos, yang mengarah pada kegiatan-kegiatan yang distrukcif, seperti menyerang orang lain dan marah. Apabila yang pertama merupakan insting kehidupan, yang kedua sebagai insting kematian, dan semua motif yang ada pada manusia merupakan gabungan dari kedua insting tersebut."* Superego adalah suatu sistem yang dibentuk oleh lingkungan (kebudayaan) yang menyebabkan ia tahu mana yang baik dan mana yang buruk, baik menurut ukuran masyarakat maupun agama. Apa yang diperoleh seseorang dari lingkungnnya akan menjadi pengisi pada sistem superego. Oleh karena itu sering terjadi dorongan yang timbul dari Id terpaksa harus ditekan oleh superego karena tidak sesuai dengan norma masyarakat yang ia peroleh. Ego adalah suatu sistem yang berada di antara dua dorongan Id dan Superego yang saling beradu kekuatan. Ego berfungsi menjaga keseimbangan antara kedua dorongan lainnya yaitu menyesuaikan dorongan-dorongan Id dan Superego dengan kenyataan dunia luar, karena ego satu-satunya sistem yang dapat langsung berhubungan dengan dunia luar. Kalau ego terlalu dikusai dorongan Id, maka orang tadi akan menjadi psikopat (amoral) dan apabila Ego itu terlalu dikuasai oleh superego, orang tersebut akan menajadi psikonerosis (tckanan batin). Ego ini, dapat kita samakan dengan iman atau kekuatan jiwa yang oleh Freud diumpamakan dengan seorang kusir yang mengendalikan 88 Ibid 89 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, op.cit, 1978, him: 178-179. dua kuda: kuda hitam (ID) dan kuda putih (superego).”” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia—dalam psikoanalisis—merupakan hasil _inceraksi antara komponen biologis (Id), komponen sosial (superego) dan komponen psikologis (Ego).”" Terkait dengan pengembangan pelaksanaan_dakwah dalam kehidupan manusia ada beberapa hal yang menarik untuk dicermati dari teori ini adalah: 1. Superego adalah suatu sistem yang dibentuk oleh lingkungan (kebudayaan) yang menyebabkan ia tahu mana yang baik dan mana yang buruk. 2. Ego yang berfungsi menjaga keseimbangan antara dorongan Id dan dorongan Superego, dalam realitasnya seseorang akan menjadi psikopat (a moral) kalau cgo terlalu dikuasai dorongan Id; sementara seseorang akan menajadi psikonerosis (tekanan batin) apabila Ego itu terlalu dikuasai oleh superego. 2. Perilaku Manusia dalam Teori Behaviorisme. Behaviorisme atau psikologi “S-R” adalah aliran psikologi yang muncul di Amerika dengan John B. Watson sebagai penemunya, la menentang adanya intropeksi dalam ekspesimen- cksprimen psikologi. Mengamati perasaan sendiri dari orang yang, diperiksa akan menyebabkan subyektifitas suatu ilmu, Ia mengharapkan dengan teorinya mencapai obyektivitas ilmiah, yang lebih sempurna. Oleh karenannya ia lebih mementingkan, 50 Des. Agus Sujanto, Psitologi Umum, Aksara baru, Jakarta, 1983, him: 143. 91 Drs, Jalaluddin Rakhmat, M. Sc. op. cit. hlm: 25. tingkah laku terbuka yang langsung dapat diamati dan diukur daripada tingkah laku tertutup yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung.” “Belakangan, teori kaum behaviorisme lebih dikenal dengan dengan nama teori belajar, karena menurut mereka scluruh perilaku manusia—kecauali_insting—adalah hasil belajar, Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan”.”® Perilaku yang ada semaca- mata diperoleh dari pengalaman dan perilaku itu dimotivasi (digerakkan) oleh kebutuhan untuk memperoleh kesenangan dan menjauhi penderitaan. Warson membuat satu eksperimen dengan Albert bayi berumur 11 bulan sebagai subjek eksperimennya. Albert seorang anak yang menyayangi seekor tikus putih. Dalam percobaannya— setiap kali tikus itu disentuh Albert, lempengan baja dipukul keras di belakang kepalanya. Akhirnya setiap tikus datang walaupun lempengan baja itu sudah tidak terdengar lagi suaranya, Albert sekarang menjadi anak yang takut kepada tikus.% Contoh lain dari percobaan yang dilakukan kaum behavioris adalah percobaan yang dilakukan Ivan P, Pavlov tentang “pelaziman Klasikal” dan P95 percobaan E.L. Thorndike tentang “pelaziman operan” 3, Perilaku Manusia dalam Teori Psikologi Kognitif Kaum kognitipis berpendapat bahwa “tingkah laku sescorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku 92 Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, op.cit., 1982, him: 20-21 93 Dr. Jalaluddin Rakhmat, M. Sc., loc. cit. 94 Ibid, hm: 27-29. 95 Baca “Beginning Prychology Second Edition” culisan Malcolm Hardy dan Steve Heyes. 44 | ieu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung. dalam situasi iu dan memperoleh ‘insight’ untuk pemecahan masalah’.% Psikologi kognitif mulai berkembang setelah teori belajar ‘Gestale’lahir. Menurutaliran ini bahwa mantisia bukanlah organisme pasif yang memberikan respons kepada stimuli secara otomatis, Manusia adalah organisme aktif dalam mana ia akan memberikan respons terhadap stimuli yang ia terima setelah ia terlebih dalu menangkap ‘pola’ stimuli secara keseluruhan dalam satuan-satuan yang bermakna yaitu gestalt, Manusialah yang menentukan suatu makna stimuli bukan stimulus itu sendiri.’” Psikologi. gestalt muncul di Jerman yang hampir bersamaan dengan munculnya Behaviorisme di Amerika, Aliran ini pertama kali diumumkan oleh Max Wertheimer tahun 1912. Teori yang diajukan bahwa dalam pengamatan atau persepsi suatu situasi rangsang (stimuli) ditangkap secara keseluruhan. Jadi persepsi bukanlah penjumlahan stimuli-stimuli detail yanj ditangkap pancaindera, melainkan merupakan suatu keseluruhi yang berarti dari detail-detail tadi, Eksperimen pertaman adalah tentang pengamatan gerakan seperti pada lampu reklam sedangkan eksperimen lainnya mengenai wujud dan latar.* tidak memberi nilai secara wajar terhadap manusia. Manusia di mata Freud hanya sebagai makhluk yang hanya ditentukan oleh nnaluri primitifnya belaka. Ia merupakan makhluk terbaik dari yang biadeb.” “Freud yakin bahwa selamanya manusia berada dalam konflik dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakat. Orang salch merepresikan atau menekan impuls-impulsnya, sebaliknya seorang pendosa menikmati impuls-impulsnya”."® Sementara kaum behavioris memandang manusia sebagai benda belaka. Di dalam menalaah manusia: “,, mereka harusmenelitimanusiasebagaiobyek, sebuah obyek yang cukup diamati, tak perl diwawancarari. Informasi yang bersifat subjektif, pendapat orang tentang dirinya sendiri, tentang perasaan-perasaannya, hasrat dan keinginannya tak perlu dihiraukan”. "©" Manusia telal: dipandany sebagai mesin, robot yang tak berjiwa dan tak bernilai, ia semata-mata adalah makhluk yang dibentuk oleh lingkungan. “Keduanya tidak menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek cksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makana dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik”."°? Manusia dalam suatu telaah, manusia harus dipandang sebagai subjek bukan obyek ‘atau benda, Hubungan antara peneliti dengan orang yang diteliti menunjukkan hubungan pribadi dengan pribadi bukan pribadi ‘dengan benda; subyek dengan subyek bukan subyek dengan . 105 5. Prilaku Manusia dalam Teori Psikologi Humanistik. Dalam perkembangan teori__psikologi, _psikolo humanistik dianggap sebagai revolusi (mazhab) yang. keti setelah psikoanalisis dan behaviorisme. Baik psikoanalis maupun behaviorisme adalah mazhab-mazhab psikologi yi ic ray Seca ane) ancien: Dies Ae te a 67D Jalaluddin Ramat, M. Se op. ci 98. Dr. Satlito Wirawan Sarwono, 103 Ibid, him: 38-39 if Kaum humanist berpendapat bahwa perilaku sescora adalah ditentukan oleh dirinya sendiri, ia bebabs dal: menentukan kualitas dirinya, tanpa terikat oleh lingkun (siapapun).! Pengembangan sescorang harus mengarah lebih menekankan pada pengembangan potensi_ seseor itu sendiri terutama potensinya untuk menjadi manusiawi memahami dirinya dan orang lain serta dengan hubungann dengan mereka.!° Pengenalan dan pemahaman diri merup: satu cara yang tepat untuk mencapai aktualisasi divi, yang i dapat diusahakan atau dihambat sama sekali.'° Diantara kita sering telah kehilangan harapan, hany karena kita tidak atau jarang mengalami sukses, keberhasil: sehingga kita selalu menyangka bahwa masa depan kita m: yang suram, suatu masa yang diliputi oleh penuh kegagagalan.10” Seorang manusia sebenarnya mempunyai banyak potensi, hanya Karena ia senditi belum mengenal potensi-potens yang ia miliki, schingga potensi yang ada tidak berkemban; Tekanan yang perlu dilakukan dalam pengembangan manusi adalah pengarahan pada penemuan potensi yang dimilikiny untuk kemudian dikembangkan menuju kehidupan yang lebil bergairah guna mencapai suatu produktivitas yang. prima." Berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan Dr. Out lewat kelas-kelas dan kelompok-kelompok ekspirementalnya, maka ditemukannlah satu teori bahwa: “....uteknik yang paling produkeif adalah teknik ya memberi tekanan pada berbagai_kemampuan 104 Drs. Wasty Soemanto, op.cit., him: 129. kG. Goble, op. cit., hlm: 118. him: 108, berbagai pengalaman positif para peserta, yakni yang memberi tekanan pada kekuatan-kekuatan mereka bukan pada kelemahan mereka. Berhenti pada berbagai kegagalan di masa lampau bukan hanya tidak sangat produktif, melainkan kadang-kadang juga berakibat merusak. Ia menyatakan, ‘Setiap orang mendambakan pengakuan dan pujian atas tugas yang dilaksanakan dengan baik. Dalam kebudayaan kita yang berorientasi pada parologi dan masalah, yang selalu ditonjol- tonjolkan adalah kekurangan, kelemahan, kesalahan dan serta ketidaksempurnaan orang." Usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut adalah bagaimana seeorang dapat (1) terlibat secara aktif dalam usaha mengembangkan dirinya, Kemudian (2) segala apa yang akan diberikan dalam upaya pengembangan dirinya harus relevan,'"° schingga akan mempunyai arti bagi dirinya. Arti tidak melekat pada apa yang ia terima, melainkan, arti itu akan ada manakala seseorang telah memberinya arti. Oleh karenanya yang penting adalah bagaimana caranya membawa secorang untuk memperoleh arti bagi dirinya dari apa yang ia terima, dan bagiaman sescorang menghubungkan apa yang ia terima itu dengan kehidupannya."" Satu hal lagi, adalah (3) penggunaan pendekatan pemecahan masalah merupakan kelengkapan yang tidak boleh diabaikan."”? Demikianlah hasil pengamatan yang dilakukan Dr. Glasser. him: 260, fasty Soemanto, op.cit., him: 130. 112 Frank G. Goble, loc. Cie. BAB III RUMUSAN DAN BAHASAN DAKWAH Ttulah gambaran scorang manusia sasaran ia makhluk sempurna yang memiliki rasa ketuhanan segala hal yang dibawanya sejak lahir. Tetapi sebagai makhl SECARA PSIKOLOGIS individuil yang juga makhluk sosial ia terap sebaimana adanya, berkembang dalam suatu lingkungan di mana ia berada. perkembangannya, sering hanya mengikuti kemauannya sendit tetapi pada suatu saat ia harus berfikir logis dalam bertin RUMUSAN DAKWAH Pada suatu saat hanya sebagai makhluk yang pasrah ter lingkungan yang membentuknya, namun pada saat lain ia just berupaya menciptakan dirinya di atas potensi yang dimilikinya, Gambaran manusia sasaran dakwah telah nyata dan j dan diarahkan kemana mereka itu, seorang dai harus bijaks Hanya kita yakin bahwa setelah sceorang da’i mengenal memahami keadaan sasaran dakwahnya dengan jelas dan pasti ia akan dapat merencanakan dan melaksankan dakwahny dengan baik serta akan memperolch hasil sebagaimana i diharapkan. Pengenalan seseorang terhadap suatu istilah cidaklah njamin bahwa dia telah memahami apa yang terkandung yang dimaksud dengan istilah yang dikenalnya itu. Tetapi Ich jadi telah mengetahui secara dangkal, Demikian halnya mmahaman sescorang terhadap pengertian yang dilandung ich istilah ‘dakwah Islam’, lebih-lebih pemahaman tethadap pengertian dakwah yang menuntut agar dioperasionalkan secara ikologis. Istilah dakwah Islam ini sebenarnya cukup populer, di Indonesia khusunya, dan di dunia Islam pada umumnya. Agar Jetiap orang akan lebih jelas pemahamannya terhadap istilah dakwah Islam ini, maka menjadi keharusan bagi orang tersebut ferutama orang yang akan melakukan pembahasan tentang dakwah Islam, untuk terlebih dahulu memahami arti dakwah Ju, baik ditinjau secara bahasa maupun secaraistilah Kata dakwah berasal dari bahasa Arab yaicu dari kata da‘a ~ yadl'u — da'wah yang, artinya “menyeru, memanggil, mengajak, menjamu’."? Dalam pengertian ini dakwah “searti atau berdekatan arti ‘atau mencakup pengertian kata-kata sebagai berikut: TiS Prof. H. Mahmud Junus, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Pencerjemah Pentafsir Al-Que’an, Jakarta, Tt, hlm. 127. 49 50 | © Tabligh = menyampaikan ajaran Allah. © Jihad = berjuang menegakkan agama Allah. © Ishlah = membuat keberesan sesuai dengan ajaran Allah, *. Khutbah = berpidato tentang ajaran Allah. Amar maruf nahi munkar = memerintah kepada kebaikan, melarang dari kejahatan, dan lain-lain, © Annashihah = nasihat. © Taushiyah = berwasiyat (nasihat)." ‘Arti yang diperoleh dari segi bahasa, ini berbeda den; arti dari segi istilah, scbagaimana telah dikemukakan oleh p. ahli, 1. Rumusan Para Ahli. Para abli telah banyak merumuskan definisi dakw: dimaksudkan disini adalah dakwah Islam, walaupun. p: penulisan selanjutnya tidak tercantum kata ‘Islam’— (dakw: Islam) menurut istilah, dengan bahasa dan redaksi_y bermacam-macam, namun tujuannya sama. Di antara definis yang dikemukakan oleh para ahli ialah: a. Dakwah Islam ialah: menerima dan menganut agama Islam itu”"'? definisi ini dikemukakan oleh. Khodijah Nasution dengan berlandaskan firman Allah yang berbunyi: Katakanlah: “Inilah jalan (agama)-ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengejak (kamu) kepada Allah dengan Hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik?."6 K.H.M. Isa Anshari mendefinisikan dakwah islamiyah ialah: “Menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil ummat manusia, agar meneriam dan mempeercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam”.""7 Syekh Ali Mahfudz mengutarakan pengertian dakwah Islam jalah memotivasi manusia agar ielakukan kebaikan dan menurut petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akherat”.""* Senada dengan syekh Ali Mahfudz, H. Ali Masdar Helmy mengartikan dakwah Islam ialah: “mengajake dan_menggerakkan manuisa, agar_mentaati ajaran- ajaran Allah (Islam). termasuk melakukan amar ma'ruf nahi munkar, untuk memperoleh kebahagiaan di dunia 31 T15 Dra. Chatidjah Nasution, Bercerita Sebagai Metode Da'wah, Bulan Bintang, Jakarca, 1978, hm: 17. 116 QS, Yusuf, 12: 108. 117 KHLM. sa Anshari, Mujahid Da'uah, Diponegoro, Bandung, 1979, hlm: “memperkenalkan agama Allah, yaitu Ish kepada seluruh ummat manusia agar supaya mereka 17, 118 Syech Ali Mahfudz, Hidayatul Munyidin, Cetakan IV, Dar Mesit, Mesir, 114 Drs. Miftah Faridl, Pokok-pokok Ajaran Islam, Pustaka, Bandung, 1981, hm: 1975, hm: 17. 127-128, dan di akherat.!"” ce. Bakhiyul Khuly dalam kitabnya Tadzkiratud Du mendefinisikan: Dakwah ialah memindahkan umma dari satu situasi ke situasi lain.'”® masing definisi tersebut memilki penekanan-penekanan tertentu dalam’ operasionalnya. Definisi dalam bentuk kesimpulan ini, mengarah pada pendekatan management, sebagai strategi dakwah I; sedangkan definisi. menurut arti operasionalaya mengarah pada strategi II, yaitu berupa pendekatan psikologis. ‘Apa yang dimaksudkan dalam definisi dakwah yang dirumuskan oleh Chadidjah Nasution adalah bagaimana agar ummat manusia mengenal Islam. Kalau pengenalan terhadap Islam yang diharapkan oleh definisi cersebut, menarik perhatian para sasaran dakwah (yaita ummat manusia) adalah menjadi cugas bagi scorang dai. Schingga mereka mau mengamati Islam secara sungguh-sungguh, yang pada akhirnya mereka mengenal Islam dengan persepsiyang dimilkinya, Kemudian padagilirannya Islam bukan hanya sesuatu ajaran yang harus dikenal, akan tetapi lebih dari itu, Islam sesuatu ajaran yang harus diterima sebagai satu keyakinannya. Dan inilah, yang sebenarnya, juga dimaksudkan oleh definisi yang dikemukakan K.H.M. Isa Anshari. Sedikit meningkat kandungan dari definisi yang dikemukakan olch Syekh Ali Mahfudz dan H. Masdar Helmy. Pada definisi tersebut, dakwah tidak hanya mengarah kepada pembentukan persepsi seseorang tentang Islam yang kemudian harus diterimanya. Di dalamnya sudah mengarah kepada uusaha memotivasi manusia untuk melaksanakan ajaran Islam, yairu melakukan kebaikan dan menghindarkan dari perbuatan munkar. Dengan motivasi yang dialncarkan, seseorang individu (manusia) akan menjalankan ajaran agama berdasarkan esadarannya, dengan merasa tanpa dipaksa. Sesungguhnya telah datang dati Tuhanmu bukti-bukei yang terang; maka arang siapa yang melihac (dan mengenal kebenaran ajaran Islam kemudian mengamalkannya), maka (manfi’atnya) bagi Pada beberapa definisi yang telah dikemukakan ol para abli sebagaimana telah disajikan di atas — selain yan, dikemukakan olch Bakhiyul Khuly — meskipun terdapa perbedaan dalam perumusan, tetapi apabila diperbandingl satu dengan yang lain dapatlah diambil kesimpulan. seb: berikut: Pertama. Dakwah itu adalah suacu usaha atau kegiatan dilakukan dengan sadar dan sengaja. Kedua, Usaha atau kegiatan yang dilakukan itu adalah berupa: a, mengajak ummat manusia untuk mengenal agama All: (Islam), keyakinan dan pandangan hidupnya_sekali untuk menerimanya. b. Mengajak dan mendorong manusia untuk berger melakukan amar maruf, dan c. Nahi munkar kepada sesamanya, Ketiga. Usaha atau kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan un mencapai suatu tujuan, yaitu mendapat kebahagiaan di dunii dan di akherat. Selain beberapa definisi dapat dipersarukan dalam bent suatu kesimpulan, dapat pula dipishkan. Karena pada masin; 119 Drs. H. Masdar Helmy, Da‘wah dalam Alam Pembangunan, CV Toha Put him: 31. ‘Semarang, T. 120 Bakhiyul Khuly, ‘adekiratud Du'at, Cerakan UII, Cairo, 1957, hm: 27. 33 dirinya sendiris dan barang siapa buta (tidak mau mengenal dat tidak mau mengamalkannya), maka kemudharatannya kembali kepadanya."* Kalau keempat definisi tersebut di atas sebagaiman: telah diuraikan, menekankan pada pengenalan untuk kemudi memotivasi untuk mengerjakan, maka definisi yangdikemuk: oleh Bakhiyul Khuly adalah sebagaimana pula dikemul oleh keempat definisi itu. Hanya pada definisi sebelumm sasarannya bisa'berupa individu atau kelompok; sedangkan pac definisi Bakhiyul Khuly (lebih bisa dipastikan) khusus tertuj pada kelompok sasarannya. Yaitu memindahkan ummat dal: suatu kelompok dari satu situasi ke situasi lain. Kelompok yan} dimaksud bukan kelompok dalam arti golongan, akan tetay kelompok dalam konteks sosial yaitu sebuah komunitas, seb: Jawan dari individual. 2. Tajuan Dakwah Setelah mengetahui beberapa definisi dakwah yan dikemukakan para ali pada pembahasan _scbelumnya, berdasarkan kandungan-kandungan definisi-definisi_ tersebi cujuan dakwah dapat dirumuskan kepada beberapa tahap seb: berikut: Pertama, agar Islam dikenal oleh seluruh ummat manusia. I tidak lain karena Islam diperuntukkan bagi seluruh umm: manusia’® sebagai rahmat,'” hanya saja banyak orang yang ti Kedua, agar manusia menerima Islam sebagai agamanya, dan mengamalkan ajaran-ajarannya, Karena ia satu-satunya agama agama yang diridlai Allah sebagai agama manusia!?> dan akan merugi orang yang menolaknya."6 Ketiga, terbentuknya masyarakat Islam sebagaimana yang dikehendaki Allah. Yaitu masyarakat Islam'”” yang bersacu dalam kesatuan'* dengan penuh persaudaraan," tolong-menolong di antara mereka” dan mereka saling berlomba untuk mencapai kebaikan."* Adanya penetapan tujuan bagi pelaksanaan dakwah, sungguh merupakan hal yang dominan di dalam memberi arah pada suatu missinya. Hanya saja, ada satu hal lain yang tidak dapat dilupakan, manakala ingin meraih sukses dakwah. Satu jawaban yang pasti ialah strategi dakwah, Strategi ini akan meliputi penguasaan wilayah (management dakwah) dan penguasaan jiwa manusia sasaran dakwah (psikologi dakwah), sebagaimana telah diterangkan pada uraian terdahulu, 3. Rumusan yang Diperoleh Dalam pelaksanaan dakwah, kegiatan harus jelas arahnya yaitu kearah tujuan dakwah, dengan tanpa mengabaikan aspek psikologis daripada sasaran dakwah. Tidak satupun kegiatan yang tidak terencana, kecuali mengarah pada tujuan dakwah dengan perencanaan yang past. 127 QS, Al-Mu’minun, 23: 52. 128 QS, Ali Imran, 3: 103. 129 QS, Al-Hujurat, 49 10. 130 QS, Al-Maidab, 5: 2. 131 QS, AlBagarah, 2: 148; dan QS, Al-Maidah, 5: 48. 36 | Untuk mencapai tujuan-tujuan dakwah sebagaimani telah disebutkan, maka pelaksanaan dakwah secara psikologis yang pertama harus diupayakan oleh seorang dai adalah. memperkenalkan Islam dengan cara yang benar sehingga sasaran. dakwah dapat mengenal Islam dengan persepsi yang benar pula. Selain memiliki persepsi yang benar tentang Islam, seorang sasaran dakwah diharapkan juga memiliki konsep diri (persepsi tentang dirinya) yang positip pula, dalam mana mereka mengenali berbagai potensi positif yang dimilikinya untuk kemudian dikembangkan. Manakala persepsi yang benar tentang Islam. telah diperoleh dan konsep diri positif telah berkembang dalam dirinya, maka langkah berikutnya adalah bagaimana sasaran dakwah dimotivasi agar mau menerima dan mengamalkan. ajaran-ajaran Islam dalam hidupnya dengan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Oleh karena Islam tidak hanya untuk diamalkan dalam kehidupan pribadi tetapi juga untuk diamalakan dalam kehidupan bersama, maka perlu diupayakan untuk membentuk norma-norma hidup bersama dengan berdasarkan ajaran-ajaran Islam sehingga terbentuk masyarakat yang Islami. Uraian-uraian di atas cukup mudah untuk dipahami walaupun harus terpaksa membaca berulang-ulang. Dari pemahaman tersebut dapat dirumuskan pengertian dakwah (yang harus dioperasionalkan) secara psikologis scbagi berikut. Dakwah Islam adalah suatu kegiatan memperkenalkan agama Islam kepada seluruh umat manusia dalam usaha memotivasi mereka agar dengan persepsi dan konsep diri yang dimiliki ia dapat melaksanakan ajaran-ajaran dengan penuh kesdaran dalam hidup dan kehidupannya sehingga terbentuk masyarakat Islami yang diridlai Allah SWT. Suatu kegiatan adalah sesuatu yang dilakukan dengan sadar. Oleh karenanya kegiatan tersebut dilakukan tidak sekedar dilaksanakan tetapi direncanakan dan dipersiapkan dengan matang. Kegiatan yang dimaksud ialah memperkenalkan agama Islam. Islam perlu diperkenalkan kepada manusia sebelum mereka diajak untuk mengamalkan ajaran-ajarannya. Islam harus diperkenalkan secara menyeluruh tidak sepotong- sepotong schingga diamalkan dengan cara yang benar pula olch pemeluknya. Di sini persepsi sasaran dakwah harus dibentuk yaitu dengan persepsi yang benar tentang Islam. Setelah sasaran dakwah mengenal Islam dengan persepsi yang benar, dan mereka juga mengenali diri dan potensinya maka menjadi jelas dan nyata bahwa Islam agama yang sesuai dengan fitroh ditinya. Ketika sasaran dakwoh tahu dan meyakini bahwa Islam sesuai dengan kebutuhan dirinya, maka dalam keadaan yang demikian inilah mereka dimotivasi untuk mengamalkan ajaran-ajarannya baik secara individu atau dalam berkehidupan bermasyarakat. Dengan demikian akan terciptalah pribadi- pribadi muslim pada diri manusia dan kehidupan bermasyarakat yang Islami, seperti yang dikehendaki oleh Allah SWTT. B. BIDANG BAHASAN DAKWAH Bidang bahasan psikologi dakwah merupakan kelanjuran daripada rumusan dakwah secara psikologis. Akan dilaksankan bagaimana dakwah secara psikologis itu, psikologi dakwah bertugas membantu jalannya dakwah tersebut. mengembangkan dirinya secara maksimal yang dengan emikian ia dapat hidup produktif. Sebagaimana telah disebutkan diawal pembahasan bah psilcologi dakwah bertugas membahas gejala kejiwaan orang y terlibat dalam proses kegiatan dakwah. Satu bagian yang dibantu oleh psikologi dakwah dalam suatu pelaksanaan dak ialah sasaran dakwah. Sasaran diamati, dipelajati dan dibs akan diapakan sasaran dakwah tersebut agar tercapai apa diharapkan dalam tujuan dakwahnya. Bagian lain yang ti kalah pentingnya dalam menunjang tercapainya tujuan d: adalah si da’i, pelaksana dakwah. Keduanya sasaran dakwah pelaksana dakwah perlu ditelaah secara psikologis, sebab ke orang inilah manusia yang terlibat dalam suatu proses dal ‘Oleh karena itu pembahasan kedua bagian ini: sasaran d: dan da’i sebagai pelaksana-pelaksana dakwah menjadi bi pokok pembahasan psikologi dakwah. cc. Pembahasan-pembahasan yang menyangkut pemberian motivasi pada sasaran dakwah sehingga dengan motivasi yang diberikan sasaran dakwah dengan penuh kesadaran akan melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam hidupnya. dd. Pembahasan - pembahasan yang menyangkut pemben- tukan norma-norma masyarakat atas dasar ajaran Islam, schingga Islam tidak hanya diamalkan dalam kehidupan pribadi cetapi juga diamalkan dalam kehidupan bersama yaicu dalam masyarakat Islam. 2. Bidang Dai Pada bidang ini adalah menyangkue hal-hal apa yang dimiliki olch scorang da’i, schingga dakwah yang dilakukannya menjadi efektif, Minimal ada tiga hal yang bisa dibahas pada bidang ini: 1. Bidang Sasaran Dakwah Sudah bisa dipastikan manakala bidang,bidang bah: psikologi dakwah berangkat dari rumusan dakwah se psikologis, maka bidang bahasan psikologi dakwah yang tertuj pada sasaran dakwah adalah sebagai berikcut: a. Pembahasan-pembahasan yang menyangkut pers yang benar daripada sasaran dakawah centang Is artinya upaya apa yang harus dilakukan oleh seo dai agar sasaran dakwah memilki persepsi yang b tentang agama Islam. a. Kredibilitas, yaitu menyangkut kepercayaan sasaran dakwah tethadap si dai, Ada beberapa hal yang, menyebabkan da’i dapat dipercaya, schingga pesan- pesan yang disampaikan akan diterima oleh sasaran dakwahnya b. Atraksi, yaitu daya tarik yang dimiliki seorang dati sehingga seorang dai mampu memikat sasaran dakwahnya. Kekuasaan, yaitu kemampuan yang menimbulkan ketundukan. Ketundukan terjadi karena pada diri b. Pembahasan-pembahasan yang menyangkut pemb tukan dan pengembangan konsep diti sasaran dak artinya bagaimana seorang manusia sasaran dal mempunyai konsep diri yang positip schingga ia day

Anda mungkin juga menyukai