Anda di halaman 1dari 24

Geometry

Fajar Yuliawan

Sebelum kita mulai pembahasan bab geometri ini, ada beberapa hal yang perlu
diketahui oleh pembaca. Geometri yang dibahas di sini tidak akan mencakup se-
bagaian besar geometri dasar yang pernah diajarkan di sekolah menengah. Hal-hal
dasar yang tidak dibahas di sini adalah hubungan antara garis dengan titik, hubun-
gan antara garis dengan garis, kesebangunan dan kekongruenan segitiga, hubungan
garis dengan lingkaran (berpotongan dan bersinggungan), pengenalan trigonometri
dan bangun-bangun ruang sederhana. Materi-materi tersebut dapat didapatkan
sendiri di sebagian besar buku-buku matematika untuk sekolah menengah.

Pembahasan geometri disini selanjutnya lebih ditekankan pada pembuktian-


pembuktian beberapa teorema maupun fakta-fakta dalam geometri. Teorema
yang dibahas di bab geometri ini memang tidak banyak, namun diharapkan dapat
mengenalkan pembaca pada pembuktian fakta-fakta geometri dan menjadi dasar
pembuktian-pembuktian soal-soal olimpiade. Seringkali untuk membuktikan se-
buah soal olimpiade, yang diperlukan adalah ide-ide pada pembuktian suatu teo-
rema, bukan teorema yang bersangkutan. Oleh karena itu, pembaca diharapkan
dapat memahami setiap bukti yang ada pada setiap teorema. Dalam hal ini,
pembaca diharapkan dapat mengetahui dua hal, yaitu kebenaran setiap langkah
pembuktian dan tujuan setiap langkah tersebut. Jika ada keraguan mengenai su-
atu langkah pembuktian, pembaca seharusnya menanyakan hal ini kepada teman
maupun guru matematika di sekolah.

1 Titik-titik dan Garis-garis yang Terhubung de-


ngan Segitiga

Pertama, kita buat beberapa konvensi ntuk mempermudah penulisan. Untuk se-
tiap segitiga ABC, kita gunakan notasi untuk panjang, yaitu a = BC, b = CA,
c = AB, s = (a + b + c)/2 dan notasi untuk sudut, yaitu A = ∠BAC, B = ∠ABC,
dan C = ∠BCA. Kemudian untuk luas, kita menggunakan notasi [XY Z] untuk
menyatakan luas segitiga XY Z. Lebih umum, untuk setiap poligon P , maka [P ]
menyatakan luas poligon tersebut.

36
1.1 Konkurensi dan Kolinearitas pada Segitiga: Teorema
Ceva dan Teorema Menelaos

Kita mulai dengan segmen-segmen garis yang menghubungkan titik sudut suatu
segitiga dengan sebuah titik yang terletak pada sisi di depan titik sudut tersebut.
Segmen garis seperti itu disebut sebagai cevian (diambil dari nama Giovanni Ceva,
seorang matematikawan Italia yang pertama kali menyinggung masalah konkurensi
tiga buah cevian).

Teorema Ceva. Misalkan ABC sebuah segitiga dan D, E, F tiga titik yang
berturut-turut terletak pada sisi-sisi BC, CA, AB. Maka garis-garis AD, BE, CF
konkuren jika dan hanya jika
BD CE AF
= 1.
DC EA F B
Bukti. Teorema di atas membutuhkan pembuktian ”dua arah”, yaitu: jika
AD, BE, CF konkuren, maka kesamaan di atas berlaku dan jika kesamaan berlaku,
maka AD, BE, CF konkuren.
A A

F E F' E
F
P P'

B C C
D B D

Gambar 1.

Pertama, kita buktikan dulu bahwa jika AD, BE, CF konkuren maka ke-
samaan yang diberikan berlaku. Misalkan P adalah titik perpotongan ketiga garis
AD, BE, CF . Perhatikan dua identitas berikut:
BD [ABD] BD [P BD]
= dan = ,
DC [ACD] DC [P CD]
yang diperoleh dari fakta bahwa jika dua buah segitiga memiliki ”tinggi” yang
sama, maka perbandingan luasnya sama dengan perbandingan ”alas”-nya. Dari
dua identitas tersebut, kemudian kita peroleh
BD [ABD] − [P BD] [AP B]
= = (Mengapa?).
DC [ACD] − [P CD] [CP A]

37
Dengan cara yang sama, kita peroleh

CE [BP C] AF [CP A]
= dan = .
EA [AP B] FB [BP C]

Jadi,
BD CE AF [AP B] [BP C] [CP A]
= = 1.
DC EA F B [CP A] [AP B] [BP C]

Sekarang misalkan kesamaan di atas berlaku. Akan dibuktikan bahwa AD,


BE, CF berpotongan di satu titik. Untuk membuktikan hal ini, kita meng-
gunakan teknik titik bayangan (phantom point). Perhatikan Gambar 1 sebelah
kanan. Misalkan cevian AD dan BE berpotongan di titik P ′ dan garis CP ′ mem-
otong sisi AB di titik F ′ . Kita cukup membuktikan bahwa F ′ = F , atau dengan
kata lain, kedua titik tersebut berimpit (Mengapa?). Untuk membuktikan hal ini,
pertama perhatikan bahwa tiga cevian AD, BE, CF ′ konkuren (bertemu di titik
F ′ ). Dengan demikian, kita punya

BD CE AF ′ BD CE AF
=1= ,
DC EA F B
′ DC EA F B
sehingga
AF ′ AF
= .
FB′ FB
Dari sini kita simpulkan F = F ′ (Mengapa?) dan kita selesai.

Pada kasus-kasus tertentu, teorema Ceva di atas lebih mudah digunakan dalam
bentuk trigonometri berikut:

Akibat (”Trig Ceva”). Misalkan ABC sebuah segitiga dan P, Q, R tiga


titik yang berturut-turut terletak pada sisi-sisi BC, CA, AB. Maka garis-garis
AP, BQ, CR konkuren jika dan hanya jika
sin ∠CAP sin ∠ABQ sin ∠BCR
= 1.
sin ∠AP B sin ∠QBC sin ∠RCA

Akibat di atas dapat dibuktikan dengan mudah dengan menggunakan aturan


sinus dan teorema Ceva atau secara langsung dengan menggunakan aturan sinus
pada beberapa segitiga. Bukti selengkapnya diserahkan kepada pembaca

Tiga buah titik dikatakan kolinear jika terletak pada satu garis. Kriteria kolin-
earitas tiga titik yang berada pada ketiga sisi-sisi segitiga diberikan oleh Menelaos.

38
Teorema Menelaos. Misalkan ABC sebuah segitiga dan D, E, F tiga titik
pada garis-garis BC, CA, AB (D, E, F bisa terletak pada perpanjangan sisi-sisi
segitiga ABC). Maka D, E, F kolinear jika dan hanya jika

BD CE AF
= 1.
DC EA F B
Bukti. Pertama, kita buktikan bahwa jika D, E, F kolinear, maka kesamaan
yang diberikan berlaku. Buat garis tegak lurus dari tiga A, B, C terhadap garis
yang melalui D, E, F dan misalkan P , Q, R adalah ketiga kaki tegaklurusnya
(perhatikan Gambar 2).
A

Q
F

P
E
R

B C D

Gambar 2.

Kita punya tiga kesamaan berikut yang dapat diperoleh dengan meninjau
kesebangunan-kesebangunan beberapa segitiga:
BD BQ CE CR AF AP
= , = , dan = .
DC CR EA AP FB BQ
Dengan mengalikan ketiga kesamaan tersebut, kita peroleh
BD CE AF BQ CR AP
= = 1.
DC EA F B CR AP BQ

Bukti untuk arah yang satunya (yaitu jika kesamaan berlaku, maka ketiga
titik kolinear) dapat dibuktikan dengan menggunakan titik bayangan, sama seperti
bukti teorema Ceva. Hal ini dilakukan dengan memisalkan F ′ sebagai perpotongan
garis-garis AB dan DE lalu membuktikan bahwa F = F ′ . Bukti selengkapnya
diserahkan kepada pembaca.

39
1.2 Panjang Cevian: Teorema Stewart

Panjang cevian dapat dihitung dengan menggunakan teorema berikut:


Teorema Stewart. Misalkan AX adalah sebuah cevian dengan panjang p
yang membagi sisi BC menjadi dua segmen, yaitu BX dengan panjang m dan
XC dengan panjang n. Maka berlaku
a(p2 + mn) = b2 m + c2 n.
Bukti.
A

c p b

B m X n C

Gambar 3.
Dengan menggunakan aturan cosinus pada segitiga ABX dan ACX, kita per-
oleh
p2 + m2 − c2 p 2 + n 2 − b2
cos ∠AXB = dan cos ∠AXC = .
2pm 2pn
Karena ∠AXB = 180◦ − ∠AXC, maka cos ∠AXB = − cos ∠AXC atau setara
dengan cos ∠AXB + cos ∠AXC = 0. Dengan demikian, kita punya
p 2 + m 2 − c 2 p 2 + n 2 − b2
+ = 0,
2pm 2pn
yang setara dengan
n(p2 + m2 − c2 ) + m(p2 + n2 − b2 ) = 0,
atau setara juga dengan
(m + n)(p2 + mn) = b2 m + c2 n
dan setara dengan kesamaan yang diinginkan, karena m + n = a.
Dengan teorema di atas, panjang cevian AX dapat dihitung secara langsung,
yaitu r
b2 m + c2 n
p= − mn.
a

40
1.3 Titik-titik dan Garis-garis Istimewa pada Segitiga

Pada sebuah segitiga, terdapat banyak titik dan garis istimewa, namun dalam
subbab ini, hanya akan dijelaskan beberapa diantaranya, yaitu garis berat, titik
berat, garis tinggi, titik tinggi, garis bagi sudut, titik pusat lingkaran dalam, garis
sumbu dan titik pusat lingkaran luar.

1.3.1 Garis Berat (Median) dan Titik Berat (Centroid)

Kita mulai dengan definisi garis berat. Garis berat sebuah segitiga adalah garis
yang melalui titik sudut segitiga tersebut dan titik tengah sisi di depannya. Dengan
demikian, setiap segitiga akan memiliki tiga garis berat. Dengan menggunakan
teorema Ceva, teorema berikut dapat dibuktikan dengan mudah:

Teorema. Misalkan ABC sebuah segitiga dan A′ , B ′ , C ′ titik-titik tengah sisi-


sisi BC, CA, AB. Maka garis-garis berat AA′ , BB ′ , CC ′ konkuren.
A

C' B'
G

B C
A'

Gambar 4.

Titik potong ketiga garis berat sebuah segitiga kemudian dinamakan titik berat.
Karena berpotongan di satu titik, maka ketiga garis berat sebuah segitiga akan
membagi segitiga tersebut menjadi enam bagian. Selain itu, setiap garis berat akan
membagi garis berat lainnya menjadi dua bagian. Kita punya teorema berikut:

Teorema. Misalkan AA′ , BB ′ , CC ′ adalah tiga garis berat segitiga ABC yang
berpotongan di titik berat G. Maka keenam segitiga AGB ′ , AGC ′ , BGA′ , BGC ′ ,
CGA′ dan CGB ′ memiliki luas yang sama.
Bukti. Perhatikan kembali Gambar 4. Karena A′ , B ′ , C ′ berturut-turut
adalah titik-titik tengah BC, CA, AB, kita punya bahwa [BGA′ ] = [CGA′ ],

41
[AGB ′ ] = [CGB ′ ], dan [AGC ′ ] = [BGC ′ ]. Kita juga punya bahwa [ABA′ ] =
[ACA′ ], sehingga

2[AGC ′ ] = [ABG] = [ABA′ ] − [BGA′ ]


= [ACA′ ] − [CGA′ ] = [ACG]
= 2[AGB ′ ],

sehingga [AGC ′ ] = [AGB ′ ]. Dengan cara yang sama diperoleh [BGA′ ] = [AGB ′ ] =
[AGC ′ ], dan kesimpulan mengikuti.

Teorema. Misalkan AA′ , BB ′ , CC ′ adalah tiga garis berat segitiga ABC yang
berpotongan di titik berat G. Maka
AG BG CG
= = = 2.
GA ′ GB ′ GC ′
Bukti. Kita gunakan lagi teorema sebelumnya. Kita punya bahwa

AG [ABG] [AGC ′ ] + [BGC ′ ]


= = = 2,
GA′ [GBA′ ] [GBA′ ]

karena [AGC ′ ] = [BGC ′ ] = [GBA′ ]. Kesamaan lain dapat diperoleh dengan cara
yang sama.

Panjang garis berat sendiri dapat dihitung dengan mudah menggunakan teo-
rema Stewart.

1.3.2 Garis Bagi Sudut (Bisector)

Garis yang membagi sebuah sudut segitiga menjadi dua bagian yang sama besar
dinamakan garis bagi sudut. Pertama, kita punya teorema berikut:

Teorema. Misalkan AA′ , BB ′ , CC ′ adalah garis-garis bagi sudut segitiga ABC


(dengan demikian, ∠A′ AB = ∠A′ AC = 12 A, dan seterusnya). Maka

A′ B c B′C a C ′A b
= , = , dan = .
AC
′ b BA
′ c CB′ a
Bukti.

42
A

B A' C

Gambar 5.

Dengan aturan sinus pada segitiga-segitiga AA′ B dan AA′ C, kita peroleh
A′ B sin ∠A′ AB A′ C sin ∠A′ AC
= dan = .
AB sin ∠AA′ B AC sin ∠AA′ C
Karena ∠A′ AB = ∠A′ AC dan sin ∠AA′ B = 180◦ −sin ∠AA′ C, maka sin ∠A′ AB =
sin ∠A′ AC dan sin ∠AA′ B = sin ∠AA′ C. Akibatnya,
A′ B sin ∠A′ AB sin ∠A′ AC A′ C
= = = ,
AB sin ∠AA′ B sin ∠AA′ C AC
sehingga kita peroleh
A′ B AB c
= = .
AC
′ AC b
Dua kesamaan sisanya dapat dibuktikan dengan cara yang sama.

Dengan menggunakan teorema di atas dan teorema Ceva atau langsung dengan
menggunakan Trig Ceva, kita peroleh teorema berikut:

Teorema. Misalkan AA′ , BB ′ , CC ′ adalah tiga garis bagi sudut segitiga ABC.
Maka ketiga garis tersebut konkuren.

Selain itu, karena perbandingan A′ B/A′ C dan A′ B + A′ C dapat dinyatakan


dalam panjang sisi-sisi a, b, c, maka panjang A′ B dan A′ C juga dapat dinyatakan
dalam a, b, c. Selanjutnya, dengan teorema Stewart, panjang garis bagi sudut AA′
juga dapat dihitung. Perhitungan ini diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

1.3.3 Garis Tinggi (Altitude) dan Titik Tinggi (Orthocenter)

Garis tinggi sebuah segitiga adalah garis yang melalui titik sudut sebuah segitiga
dan tegak lurus dengan sisi di depannya. Kita punya teorema berikut

43
Teorema. Misalkan AA′ , BB ′ , CC ′ garis-garis tinggi sebuah segitiga (dengan
demikian, AA′ tegak lurus BC, dan seterusnya). Maka ketiga garis tersebut
konkuren.
Bukti.
A

C'

B'

B A' C

Gambar 6.

Kasus dimana ABC segitiga siku-siku trivial (sangat jelas dan tidak ada yang
perlu dibuktikan), karena ketiga garis tinggi akan berpotongan pada titik sudut
siku-siku segitiga ABC). Jadi kita cukup meninjau dimana ABC bukan segitiga
siku-siku.

Sekarang akan kita buktikan teorema tersebut untuk kasus dimana ABC se-
gitiga lancip. Kita punya bahwa
AA′ AA′
= tan B dan = tan C.
BA′ CA′
Dengan demikian,
BA′ tan C
= .
CA′ tan B
Dengan cara yang sama, diperoleh
CB ′ tan A AC ′ tan B
= dan = .
AB ′ tan C BC ′ tan A
Akibatnya,
BA′ CB ′ AC ′ tan C tan A tan B
= = 1,
A′ C B ′ A C ′ B tan B tan C tan A
sehingga AA′ , BB ′ , CC ′ konkuren.

Kasus terakhir dimana segitiga ABC tumpul diserahkan kepada pembaca. Satu
hal yang perlu diperhatikan dalam pembuktian kasus tersebut adalah bahwa titik
perpotongan ketiga garis tinggi terletak di luar segitiga ABC.

44
Titik potong ketiga ketiga garis tinggi sebuah segitiga selanjutnya disebut se-
bagai titik tinggi (orthocenter) segitiga. Kemudian, sama seperti pada garis bagi
sudut, panjang BA′ dan CA′ dapat dinyatakan dalam panjang sisi-sisi a, b, c dan
fungsi trigonometri sudut-sudut A, B, C. Dengan menyatakan fungsi trigonometri
sudut dalam panjang sisi (misalnya dengan aturan cosinus), panjang BA′ dan CA′
dapat dinyatakan dalam panjang sisi-sisi a, b, c. Selanjutnya, teorema Stewart
dapat digunakan untuk menghitung panjang garis tinggi AA′ .

1.3.4 Garis Sumbu (Perpendicular Bisector)

Garis sumbu sebuah segitiga adalah garis yang melalui titik tengah sebuah sisi dan
tegak lurus terhadap sisi tersebut. Kita punya teorema berikut:

Teorema. Misalkan lA , lB , lC adalah garis-garis sumbu segitiga ABC yang


berturut-turut tegak lurus terhadap sisi-sisi BC, CA, AB (dengan demikian, lA
melalui titik tengan BC, dan seterusnya). Maka lA , lB , lC konkuren.
Bukti. Kita tidak dapat menggunakan teorema Ceva untuk membuktikan
teorema ini karena garis-garis sumbu sebuah segitiga bukan merupakan cevian.
Untuk membuktikan teorema ini, kita cukup membuktikan bahwa titik potong
dua buah garis terletak pada garis yang ketiga (Mengapa?).
A

B'

lB

O
lA
B C
A'

Gambar 7.

Misalkan A′ , B ′ , C ′ berturut-turut adalah titik-titik tengah sisi-sisi BC, CA,


AB. Misalkan juga O adalah perpotongan garis lA dan lB . Sekarang akan dibuk-
tikan bahwa O terletak pada garis lC . Pertama, tinjau segitiga OA′ B dan OA′ C.
Dengan teorema Pythagoras pada kedua segitiga tersebut dan karena A′ adalah
titik tengah sisi BC, kita punya
√ √
OB = A′ B 2 + A′ O2 = A′ C 2 + A′ O2 = OC.
Dengan cara yang sama, kita punya bahwa OC = OA. Jadi, kita punya OA = OB,
sehingga OAB segitiga sama kaki. Oleh karena itu, garis tinggi segitiga OAB dari

45
titik O akan memotong titik tengah AB, atau dengan kata lain O terletak pada
garis yang melalui titik tengah AB dan tegak lurus garis AB, yaitu garis lC . Hal
ini melengkapkan pembuktikan.

1.4 Lingkaran Dalam (incircle) dan Lingkaran Luar Segit-


iga (circumcircle)

Lingkaran dalam segitiga adalah lingkaran yang menyinggung ketiga sisi segitiga
dari dalam dan lingkaran luar segitiga adalah lingkaran yang melalui ketiga titik-
titik sudut segitiga. Kita punya beberapa teorema berikut mengenai titik pusat
lingkaran dalam dan luar serta panjang jari-jarinya.

Teorema. Titik perpotongan ketiga garis bagi sudut segitiga ABC adalah
titik pusat lingkaran dalam segitiga ABC dan panjang jari-jarinya sama dengan
[ABC]/s.
Bukti.
A

R
C' Q
B'
I

B A' P C

Gambar 8.

Misalkan AA′ , BB ′ dan CC ′ adalah ketiga garis bagi sudut segitiga ABC yang
berpotongan di titik I. Misalkan juga P , Q, R berturut-turut adalah kaki tegak
lurus titik I pada sisi-sisi BC, CA, AB, atau dengan kata lain, P , Q, R terletak
pada sisi-sisi BC, CA, AB sedemikian hingga IP tegak lurus BC, IQ tegak lurus
CA dan IR tegak lurus AB. Karena ∠QAI = ∠CAA′ = ∠BAA′ = ∠RAI dan
∠AQI = 90◦ = ∠ARI maka kedua segitiga siku-siku AQI dan ARI sebangun.
Kemudian karena sisi miring kedua segitiga siku-siku tersebut berimpit (sehingga
sama panjang), maka kedua segitiga tersebut sebangun. Oleh karenanya, kita
punya bahwa IQ = IR. Dengan cara yang sama, diperoleh juga bahwa IP = IQ.
Jadi kita peroleh IP = IQ = IR. Akibatnya, lingkaran dengan pusat I dan
berjari-jari IP = IQ = IR menyinggung sisi-sisi BC, CA, AB. Lingkaran tersebut

46
kemudian disebut sebagai lingkaran dalam segitiga (incenter) ABC dan jari-jarinya
(IP = IQ = IR) disebut sebagai jari-jari lingkaran dalam segitiga (inradius) ABC.
Sekarang misalkan r menyatakan panjang jari-jari lingkaran dalam segitiga
ABC. Karena segitiga AQI dan ARI kongruen maka AQ = AR dan
1 1
[AQIR] = 2 × [AQI] = 2 × · AQ · IQ = (AQ + AR) · r.
2 2
Dengan cara yang sama, diperoleh
1 1
[BRIP ] = (BR + BP ) · r dan [CP IQ] = (CP + CQ) · r.
2 2
Akibatnya,
[ABC] = [AQIR] + [BRIP ] + [CP IQ]
1 1 1
= (AQ + AR) · r + (BR + BP ) · r + (CP + CQ) · r
2 2 2
1
= (AR + BR + BP + CP + CQ + AQ) · r
2
1
= (AB + BC + CA) · r
2
= sr,
atau setara dengan r = [ABC]/s.
Teorema. Titik perpotongan ketiga garis sumbu segitiga ABC adalah titik
pusat lingkaran luar segitiga ABC dan panjang jari-jarinya sama dengan abc/4[ABC].
Bukti.
A

C' B'

lB

O
lA
B C
A'

47
Gambar 9.

Misalkan lA , lB , lC adalah ketiga garis sumbu segitiga ABC dan O adalah per-
potongan ketiga garis tersebut. Dengan cara yang sama seperti bukti teorema
konkurensi garis sumbu, kita peroleh bahwa OA = OB = OC. Akibatnya, O
adalah titik pusat lingkaran yang melalui ketiga titik sudut segitiga ABC (yaitu
lingkaran yang berpusat di O dengan panjang jari-jari OA = OB = OC). Ling-
karan tersebut selanjutnya dinamakan lingkaran luar segitiga (circumcircle) ABC
dan titik pusatnya disebut titik pusat lingkaran luar segitiga (circumcenter) ABC.

Sekarang misalkan AL adalah sebuah garis tinggi segitiga ABC, sehingga


AL 1
= sin B dan [ABC] = × BC × AL.
AB 2
Jadi,
1 1 1
[ABC] = × BC × AL = × BC × AB sin B = ac sin B.
2 2 2
Selanjutnya dengan aturan sinus, kita punya bahwa
b
= 2R,
sin B
sehingga
1 1 b abc
[ABC] = ac sin B = ac × = ,
2 2 2R 4R
atau setara dengan
abc
R= .
4[ABC]

2 Lingkaran dan Beberapa Sifatnya

2.1 Kuasa Titik Terhadap Lingkaran (Power of a Point


with Respect to a Circle)

Pembahasan pertama di subbab ini adalah tentang hubungan sebuah titik dengan
sebuah lingkaran. Di sini kita mengenal konsep kuasa sebuah titik terhadap sebuah
lingkaran.
Teorema. Diberikan sebuah lingkaran dan sebuah titik P . Buat sebuah garis
yang memotong lingkaran di dua titik A dan B (jika garis tersebut menyinggung
lingkaran, maka A = B). Maka hasil kali P A×P B bernilai tetap, tidak tergantung
oleh garis yang dibuat.

48
Bukti. Buat garis lain yang melalui titik P dan memotong lingkaran di dua
titik C dan D. Sekarang perhatikan bahwa ∠P BC = ∠P DA dan ∠BP C =
∠DP A.
B
A
D A
P
P

C C

Gambar 10.

Dengan demikian, kedua segitiga P BC dan P DA sebangun, sehingga


PB PC
= ,
PD PA
yang setara dengan P A × P B = P C × P D.

Sekarang kita gunakan notasi yang sama dengan notasi pada teorema di atas.
Misalkan O dan r berturut-turut adalah tiik pusat dan panjang jari-jari lingkaran
tersebut. Tinjau garis yang melalui O dan P yang memotong lingkaran di dua
titik R dan S. Nilai
(OP − r)(OP + r) = OP 2 − r2
disebut sebagai kuasa titik P terhadap lingkaran tersebut. Jika P berada di dalam
lingkaran, maka kuasanya negatif, jika P di luar maka kuasanya positif dan jika P
terletak pada lingkaran, kuasanya nol.
R B
A
A

P
P R
O O

S
B

Gambar 11.

49
Terkait dengan teorema sebelumnya, jika P berada di luar atau pada lingkaran,
maka
P A × P B = P R × P S = (OP − r)(OP + r) = OP 2 − r2
sama dengan kuasa P terhadap lingkaran tersebut dan jika P di dalam lingkaran,
maka
P A × P B = P R × P S = (r − OP )(r + OP ) = r2 − OP 2
sama dengan −1 kali kuasa P terhadap lingkaran tersebut.

2.2 Jarak Titik Pusat Lingkaran Dalam dan Luar Segitiga:


Teorema Euler

Teorema kuasa titik terhadap lingkaran di atas dapat digunakan untuk membuk-
tikan salah satu teorema penting dalam geometri: Teorema Euler.

Teorema Euler. Misalkan I dan O berturut-turut adalah titik-titik pusat


lingkaran dalam dan luar segitiga ABC. Jika r dan R berturut-turut menyatakan
panjang jari-jari lingkaran dalam dan luar segitiga ABC, maka

OI 2 = R2 − 2rR.

Bukti.
M
A

α α

I
O
β
β
B α C

Gambar 12.

Misalkan N adalah kaki tegak lurus I pada sisi CA, sehingga IN = r dan
garis bagi sudut AI memotong lingkaran luar segitiga ABC di titik L. Karena
∠BAL = ∠CAL, maka L adalah titik tengah busur BC yang tidak memuat A.

50
Sekarang misalkan garis LO memotong lingkaran luar segitiga ABC lagi di titik
M , sehingga LM adalah diameter lingkaran tersebut yang tegak lurus dengan
BC (Mengapa?). Sekarang misalkan α = 12 A dan β = 21 B. Kita punya bahwa
∠BM L = ∠BAL = α,sehingga
LB LB IN r
= = sin α = = ,
2R LM IA IA
sehingga LB = 2R sin α dan IA = r/ sin α.

Kita juga punya bahwa ∠LBC = ∠LAC = α, sehingga

∠LBI = α + β = 180◦ − ∠AIB = ∠LIB,

sehingga LBI adalah segitiga sama kaki, sehingga LB = LI. Sekarang karena I
berada di dalam lingkaran luar segitiga ABC, maka LI × IA sama dengan −1 kali
kuasa I terhadap lingkaran luar segitiga ABC, yaitu R2 − OI 2 . Di sisi lain, kita
punya bahwa
r
LI × IA = LB × IA = 2R sin α × = 2rR,
sin α
sehingga R2 − OI 2 = 2rR yang setara dengan kesamaan yang ingin dibuktikan.

Sebagai akibat dari teorema tersebut, kita punya ketaksamaan berikut

Akibat. Jika R dan r berturut-turut menyatakan panjang jari-jari lingkaran


luar dan dalam suatu segitiga, maka

R ≥ 2r.

2.3 Segiempat Talibusur dan Beberapa Sifatnya

Segiempat talibusur adalah segiempat yang keempat titik sudutnya terletak pada
satu lingkaran. Berikutnya akan dijelaskan beberapa kriteria dan sifat segiempat
talibusur.

2.3.1 Beberapa Kriteria Segiempat Talibusur

Misalkan ABCD sebuah segiempat talibusur dan O adalah  titik pusat lingkaran
1
luarnya. Kita punya bahwa ∠ADB = ∠ACB = 2 ∠AOB dan ∠ADC+∠ABC =
180◦ . Konvers dari pernyataan tersebut ternyata berlaku. Kita punya teorema
berikut:

51
Teorema. Jika ABCD sebuah segiempat konveks (yaitu kedua diagonalnya
terletak di dalam segiempat) dan ∠ADB = ∠ACB, maka ABCD segiempat tal-
ibusur.
Bukti. Kita menggunakan teknik titik bayangan lagi. Misalkan lingkaran
luar segitiga ABC memotong garis BD di titik D′ (dalam hal ini, D′ adalah titik
bayangan dari titik D). Selanjutnya, kita cukup membuktikan bahwa D′ = D
(Mengapa?).
B
B

A
C
A C
D
D'
D'
D

Gambar 13.

Perhatikan bahwa ABCD′ adalah segiempat talibusur, sehingga kita punya


∠ACB = ∠AD′ B.Dan karena ∠ACB = ∠ADB, maka ∠ADB = ∠AD′ B. Aki-
batnya, D = D′ (Mengapa?) dan kita selesai.

Teorema. Jika ABCD sebuah segiempat dan ∠ADC + ∠ABC = 180◦ , maka
ABCD segiempat talibusur.

Teorema tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan konsep titik bayan-


gan dan pembuktian ini diserahkan kepada pembaca.

Selain dua kriteria dasar di atas, konsep titik bayangan dan teorema kuasa
titik terhadap lingkaran dapat digunakan untuk membuktian kriteria segiempat
talibusur berikut.

Teorema. Misalkan ABCD sebuah segiempat talibusur. Misalkan juga AD


dan BC berpotongan di E dan AB dan CD berpotongan di F . Jika salah satu
dari dua kesamaan berikut:

EA × EC = EB × ED atau F A × F B = F C × F D,

maka ABCD adalah segiempat talibusur.

52
2.3.2 Teorema Ptolemeus dan Brahmagupta

Kita akhiri subbab ini dengan dua teorema tentang segiempat talibusur. Teorema
pertama menyebutkan hubungan antara panjang diagonal dan panjang sisi-sisi
segiempat talibusur dan teorema berikutnya tentang hubungan luas segiempat
talibusur dengan panjang sisi-sisi nya.

Teorema. Misalkan ABCD sebuah segiempat talibusur. Maka

AB × CD + BC × AD = AC × BD.

Bukti.
B C

D
E

Gambar 14.

Misalkan E titik pada segmen AC sehingga ∠ABE = ∠DBC. Karena ∠BAE =


∠BAC = ∠BDC, maka segitiga ABE sebangun dengan segitiga DBC, sehingga
AE CD
=
AB BD
atau setara dengan AE × BD = AB × CD. Sekarang perhatikan bahwa

∠CBE = ∠ABC − ∠ABE = ∠ABC − ∠DBC = ∠DBA

dan ∠BCE = ∠BCA = ∠BDA. Dengan demikian, segitiga BCE sebangun


dengan segitiga BDA, sehingga
CE AD
=
BC BD
atau setara dengan CE · BD = BC · AD. Jadi,

AC × BD = AE × BD + CE × BD = AB × CD + BC × AD.

53
Teorema berikut ini diperoleh oleh Brahmagupta, seorang matematikawan In-
dia pada abad ketujuh A.D.

Teorema. Misalkan ABCD sebuah segiempat talibusur dengan panjang sisi-


sisi AB = a, BC = b, CD = c, DA = d dan s = (a + b + c + d)/2. Maka luas
segiempat talibusur tersebut adalah
p
[ABCD] = (s − a)(s − b)(s − c)(s − d)

Bukti.
A
B
α

π−α
D

Gambar 15.

Salah satu cara termudah membuktikan teorema di atas adalah menggunakan


trigonometri. Misalkan ∠ABC = α, sehingga ∠ADC = 180◦ −α. Sekarang dengan
aturan cosinus pada segitiga ABC dan ADC, kita peroleh

AC 2 = a2 + b2 − 2ab cos α dan AC 2 = c2 + d2 − 2cd cos(180◦ − α).

Karena cos(180◦ − α) = − cos α, dari dua kesamaan di atas kita peroleh

a2 + b2 − 2ab cos α = c2 + d2 + 2cd cos α,

yang setara dengan

2(ab + cd) cos α = a2 + b2 − c2 − d2 ,

sehingga
2
a2 + b2 − c2 − d2

2
cos α =
2(ab + cd)
Sekarang perhatikan bahwa
1 1 1
[ABC] = ab sin α dan [ACD] = cd sin(180◦ − α) = cd sin α,
2 2 2

54
sehingga
1
[ABCD] = [ABC] + [ACD] = (ab + cd) sin α.
2
Dengan demikian
1 1
[ABCD]2 = (ab + cd)2 sin2 α = (ab + cd)2 (1 − cos2 α)
4 4
 2 2 2
!
2 2
1 a + b − c − d
= (ab + cd)2 1 −
4 2(ab + cd)
1 1
= (ab + cd)2 − (a2 + b2 − c2 − d2 )2 .
4 16
Di sisi lain, dengan menjabarkan kedua ruas, kita juga punya bahwa
1 1
(s − a)(s − b)(s − c)(s − d) = (ab + cd)2 − (a2 + b2 − c2 − d2 )2 .
4 16
Kesimpulan selanjutnya mengikuti.

Sebuah kasus khusus dimana titik D berimpit dengan titik A atau C akan
menghasilkan teorema Heron.

Teorema. Misalkan ABC sebuah segitiga dengan panjang sisi-sisi a, b, c dan


s = (a + b + c)/2. Maka
p
[ABC] = s(s − a)(s − b)(s − c).

3 Segiempat

Tidak banyak hal yang bisa dibahas dalam segiempat secara umum. Pada beber-
apa kasus, sebuah segiempat lebih mudah dipandang sebagai dua buah segitiga
yang memiliki satu sisi persekutuan.

3.1 Jajaran Genjang Varignon

Pembahasan pertama ini adalah mengenai bangun datar yang dibentuk oleh titik-
titik tengah keempat sisi sebuah segiempat. Kita memiliki teorema berikut:

Teorema. Jika K, L, M , N adalah titik-titik tengah sisi-sisi AB, BC, CD,


DA pada segiempat ABCD, maka KLM N adalah jajaran genjang. Jajaran gen-
jang yang terbentuk tersebut disebut sebagai jajaran genjang Varignon. Lebih
jauh, luas jajaran genjang Varignon sama dengan setengah luas segiempatnya.

55
Bukti.
B

L
A

N
C
M
D

Gambar 16.

Perhatikan segitiga ABC. Karena K dan L berturut-turut adalah titik-titik


tengah AB dan BC, maka KL tegak lurus AC. Dengan cara yang sama, kita
punya bahwa M N juga tegak lurus dengan AC. Akibatnya, KL sejajar dengan
AC. Dengan cara yang sama juga, kita peroleh KN sejajar LM . Kesimpulan
mengikuti dengan mudah.

Untuk luasnya, kita punya bahwa

[KLM N ] = [ABCD] − [AKN ] − [BKL] − [CLM ] − [DM N ]


1 1 1 1
= [ABCD] − [ABD] − [ABC] − [BCD] − [CDA]
4 4 4 4
1 1
= [ABCD] − [ABCD] − [ABCD]
4 4
1
= [ABCD].
2

3.2 Lingkaran Dalam Segiempat

Tidak semua segiempat memiliki lingkaran dalam, yaitu suatu lingkaran di dalam
segiempat yang menyinggung keempat sisi segiempat. Teorema berikut mem-
berikan sifat sebuah segiempat yang memiliki lingkaran dalam

Teorema. Misalkan ABCD adalah segiempat konveks yang memiliki lingkaran


dalam. Maka AB + CD = BC + DA.
Bukti. Misalkan lingkaran dalam segiempat ABCD menyinggung sisi-sisi AB,
BC, CD, DA berturut-turut di titik-titik K, L, M , N .

56
B
K
A

N
L

D
M C

Gambar 17.

Dengan demikian, kita punya

AK = AN , BK = BL, CL = CM , dan DM = DN

sehingga

AB + CD = AK + BK + CM + DM = AN + BL + CL + DN = BC + DA.

Konvers dari teorama di atas ternyata berlaku. Kita punya teorema berikut.

Teorema. Misalkan ABCD adalah segiempat konveks yang memenuhi AB +


CD = BC + DA. Maka ABCD memiliki lingkaran dalam.
Bukti.
B
K
A

P
L
D
D'
M

Gambar 18.

57
Misalkan garis AB dan CD berpotongan di titik P dan Γ adalah lingkaran
dalam segitiga P BC. Misalkan juga garis melalui A yang menyinggung Γ mem-
otong P C di titik D′ sehingga Γ juga merupakan lingkaran dalam segiempat
ABCD′ . Selanjutnya, cukup dibuktikan bahwa D = D′ .

Dengan menggunakan teorema sebelumnya, kita punya AB +CD′ = BC +D′ A


dan menggunakan kesamaan yang diberikan, kita punya
CD′ − CD = AB + CD′ − (AB + CD)
= BC + D′ A − (BC + DA) = D′ A − DA.
Jika CD′ > CD, maka DD′ = CD′ − CD = D′ A − DA, sehingga D′ A =
DA + DD′ yang jelas tidak mungkin karena menurut ketaksamaan segitiga D′ A <
DA + DD′ . Demikian juga halnya dengan CD′ < CD. Kita simpulkan bahwa
CD′ = CD, sehingga D = D′ dan kita selesai.

4 Lampiran

4.1 Rumus-Rumus Trigonometri

Berikut diberikan rangkuman rumus-rumus trigonometri terutama untuk sinus dan


cosinus. Rumus untuk tangent dan cotangent dapat diturunkan dari rumus-rumus
tersebut. Pertama adalah rumus trigonometri untuk jumlah maupun selisih dua
sudut dan rumus untuk mengubah jumlah atau selisih sinus dan cosinus menjadi
hasil kali sinus dan cosinus.

cos(A + B) = cos A cos B − sin A sin B


cos(A − B) = cos A cos B + sin A sin B
sin(A + B) = sin A cos B + cos A sin B
sin(A − B) = sin A cos B − cos A sin B
   
A+B A−B
sin A + sin B = 2 sin cos
2 2
   
A+B A−B
sin A − sin B = 2 cos sin
2 2
   
A+B A−B
cos A + cos B = 2 sin cos
2 2
   
A+B A−B
cos A − cos B = −2 sin sin .
2 2

58
Selanjutnya adalah rumus trigonometri untuk dua kali sudut atau setengah kali
sudut.

sin 2A = 2 sin A cos A


cos 2A = 2 cos2 A − 1 = 1 − 2 sin2 A
2 tan A
tan 2A =
1r− tan2 A
A 1 − cos A
sin = ±
2 r 2
A 1 + cos A
cos = ± .
2 2

4.2 Perluasan Aturan Sinus dan Aturan Cosinus

Teorema (Aturan Sinus). Misalkan ABC segitiga dengan panjang jari-jari


lingkaran luar R. Maka
a b c
= = = 2R.
sin A sin B sin C

Teorema (Aturan Cosinus). Misalkan ABC segitiga. Maka

a2 = b2 + c2 − 2bc cos A
b2 = c2 + a2 − 2ca cos B
c2 = a2 + b2 − 2ab cos C.

59

Anda mungkin juga menyukai