Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY. L DENGAN DIAGNOSIS MEDIS DIABETES MELIUS TIPE 2


DI RUANG CENDRAWASIH RUMAH SAKIT S.K.LERIK KOTA KUPANG

OLEH KELOMPOK 1 :

1. PRISQYLA M. WILLA
2. OLIVIA DAWI NGANA
3. BELLA ANGELA PANIE
4. YULIESTER K. DAHI KALE
5. KRISTINA FITRI KURNIA
6. JANUARIO FREITAS

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA KUPANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

Profesi_Ners_UCB
BAB 1
PENDALUHAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia kesehatan, yang menganggu kesehatan masyarakat tidak hanya
penyakit menular. Beberapa penyakit yang berpontensi tidak menular, menjadi
sebuah permasalahan. Penyakit tidak menular (PTM) yang banyak dibahas ialah
Diabetes Mellitus (DM) (Yurida, 2019). Diabetes Melitus (DM) tidak termasuk pada
golongan penyakit yang berpotensi berpindah dari satu penderita ke orang lain.
Namun penderita Diabetes Melitus (DM) terus bertambah dari tahun ke tahun
(Fadhila, 2019).
Sebanyak 80% penderita diabetes melitus di dunia berasal dari negara
berkembang salah satunya adalah Indonesia. Peningkatan jumlah penderita diabetes
melitus yang terjadi secara konsisten menunjukkan bahwa penyakit diabetes melitus
merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
pelayanan kesehatan di masyarakat. Di Indonesia, prevalensi penderita diabetes
melitus pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun
2007 (1,1%). Prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di provinsi D.I
Yogyakarta dengan nilai prevalensi 2,6%, yang kemudian diikuti oleh Jakarta
dengan 2,5% dan Sulawesi Utara 2,4%. Jenis diabetes melitus yang paling banyak
diderita dan prevalensinya terus meningkat adalah diabetes mellitus tipe II dengan
kasus terbanyak yaitu 90% dari seluruh kasus diabetes melitus di dunia (WHO,
2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melakukan wawancara untuk
menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke atas di seluruh
Indonesia, dari hasil wawancara tersebut mendapatkan bahwa proporsi diabetes
melitus pada Riskesdas 2013 meningkat dengan jumlah penderita diabetes melitus
sebanyak 6,9% (12.191.564 Jiwa), Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 29,9%
(52,830.11 Jiwa) dan Glukosa Darah Puasa (GDP) Terganggu 36,6% (64.668.297
Jiwa) dengan estimasi 15 jumlah penduduk Indonesia umur 15 tahun keatas sejumlah
176.689.336 Jiwa (Kemenkes RI, 2014)
Kadar gula darah digunakan untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk
penentuan diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan pemantauan

Profesi_Ners_UCB
hasil pengobatan dapat menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan
glukometer (PERKENI, 2011).
Pengaruh aktivitas fisik atau olahraga secara langsung berhubungan dengan
peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil
glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang
tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan
mengambil glukosa 16 dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa
darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa darah (Barnes, 2012).
Pada diabetes melitus tipe 2 olahraga berperan dalam pengaturan kadar
glukosa darah. Masalah utama pada diabetes melitus tipe 2 adalah kurangnya respon
terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel. Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat saat otot berkontraksi
karena kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Maka dari itu, pada saat
beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi insulin berkurang. Aktivitas fisik
berupa olahraga berguna sebagai kendali gula darah dan penurunan berat badan pada
diabetes melitus tipe (Ilyas, 2011).
Manfaat besar dari beraktivitas fisik atau berolahraga pada diabetes melitus
antara lain menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan
dalam mengatasi terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah dan peningkatan
tekanan darah (Ilyas, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan aktifitas
fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II di ruangan
cendrawasih di RSUD s.k.lerik kota kupang ?
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya ada
hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe II
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui aktifitas fisik pasien diabetes melitus tipe II.
2. Mengetahui kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II

Profesi_Ners_UCB
2. Manfaaat
1. Bagi Responden
Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dan bahan informasi tentang aktifitas fisik dan kadar gula darah
2. Bagi RSUD S.K.lerik kota kupang
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan
menambah informasi bagi RSUD S.K.LERIK KOTA KUPANG dalam
merencakan kegiatan aktifitas fisik terhadap pasien diabetes mellitus tipe II.
3. Bagi Masyarakat Diharapkan
hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan menambah
informasi bagi masyarakat khususnya yang berada di sekitar lingkungan
RSUD S.K.LERIK KOTA KUPANG dalam mengontrol kadar gula darah
dengan melakukan aktifitas fisik

Profesi_Ners_UCB
BAB II
TEORI
A. Konsep Teori
1. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis
yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan
karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin
dalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel
agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel (Tarwoto,
2012).
Diabetes melitus (DM) adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah
tinggi melebihi kadar gula normal. Penyakit ini biasanya disertai berbagai
kelainan metabolisme akibat gangguan hormonal dalam tubuh (Handriani kristanti,
2013).
2. Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti penyebabnya, diperkirakan faktor genetik
menjadi penyebab terjadinya retensi insulin pada pasien DM. Akibat dari gabungan
dari abnormalitas komplek insulin dan sistem transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin. penyebab terjadinya diabetes menurut (Susanti, 2019)
a. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko dari penyakit diabetas
melitus. Sekitar 50% penderita diabetes melitus tipe 2 mempunyai orang tua
yang menderita diabetes.
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertrofi sehingga
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Selain itu pada
obesitas juga terjadi penurunan adiponektin. Adiponektin merupakan hormon
yang dihasilkan adiposit dan berfungsi untuk memperbaiki sensitivitas insulin
dengan cara menstimulasi peningkatan penggunaan glukosa dan oksidasi
asam lemak otot dan hati sehingga kadar trigliserida turun. Penurunan
adiponektin menyebabkan resistensi insulin. Adiponektin berkolerasi positif

Profesi_Ners_UCB
dengan HDL (high density lipoprotein) dan berkorelasi negatif dengan LDL
(low density lipoprotein).
c. Metabolic syndrom
Suatu keadaan seseorang menderita tekanan darah tinggi. Kegemukan dan
mempunyai kandungan gula dan lemak yang tinggi dalam darahnya. Orang
yang mengalami Metabolic syndrom adalah mereka yang mempunyai
kelainan yaitu tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg, kolesterol HDL
kurang dari 40 mg/Dl, trigliserida darah lebih dari 150 mg/dl, obesitas sentral
dan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang lebih dari 102cm pada pria dan 88
pada wanita atau sudah terdapat mikroalbuminuria.
d. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak
dan kalori tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan resiko terkena
diabetes. Adapun pola hidup buruk adalah pola hidup yang tidak teratur dan
penur dengan tekanan kejiwaan seperti stress yang berkepanjangan, perasaan
khwatir dan takut yang berlebihan .
e. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan
berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin.
f. Konsumsi obat
Konsumsi obat obat yang dimaksud ialah riwayat konsumsi obat-obatan
dalam waktu yang lama seperti adrenalin, diuretika, kortokosteroid, ekstra
tiroid dan obat kontrasepsi
3. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
prospandial( sesudah makan) jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosurin). Ketika glukosa yang

Profesi_Ners_UCB
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejalah lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis(pembentukan glukosa baru dari aam-asam amino dan substansi
lain). Namaun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan
keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda dan gejalah seperti nyeri abdomen, mual/muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran
koma, bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kalainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejalah hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pamantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting (Muthia, 2019).

Profesi_Ners_UCB
4. pathway

DM TIPE 1 DM TIPE 2
Reaksi autoimun Usia, genetik, dll

Sel B pankreas hancur


Penurunan jmlh sel B pankreas

Defisiensi insulin

B1 B2 B3 B6
B4 B5

Hiperglikemia Hiperglikemia Metabolisme Glukosa dalam sel


hiperglikemia hiperglikemia Glukosa dlm sel menurun
terganggu menurun

Starvasi selluler Peningkatan hiperosmolaritas Katabolisme


Penurunan fungsi Starvasi selluler
mikroorganisme protein meningkat Penurunan BB
sensori dan motorik

Gliserol asam lemak


Ginjal tdk mampu Risiko ketidakstabilan Pembongkaran protein
bebas meningkat peradangan Kejang, konfusi dan reabsorpsi Merangsang lapar kadar glukosa darah dan asam amino
koma

ketogenesis Peningkatan
glukosuria Penurunan BB, lelah, kelemahan
metabolisme dalam Gangguan
darah polipagia otot
sensori
Penumpukan Diuresis osmotik
persepsi
asetat
Risiko infeksi Ketidakseimbangan Intoleran aktivitas
nutrisi: kurang dari
poliuria
PH menurun kebutuhan tubuh

Dehidrasi intra selluler


Asidosis
metabolik
polidipsi

Pernafasan
kusmaul, bau Gangguan eliminasi
nafas aseton urinarius

Profesi_Ners_UCB
Gangguan pertukaran gas
5. Klasifikasi
1. Tipe 1 insulin dependent diabetes militus (IDDM) diabetes militus tergantung
insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen menderita diabetik adalah tipe I sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awalnya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun
2. Tipe II non insulin dependent diabetes militus (NIDDM)/ diabetes militus tak
tergantung insulin (DMTTI)
90%-95% menderita diabetes tipe II kondisi ini diakibatkan oleh penurunan
sensitivitas terhadap insulin ( resisten insulin ) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diiet dan olahraga.jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik( suntikan insulin dibutuhkan) jika preparat oral tidak mengontrol
hiperglikemia) terjadi paling sering pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun
dan pada orang yang obesitas(Faris, 2023)
6. Manifestasi Klinis
a. Gejalah akut penyakit Diabetes Melitus diantaranya
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (polifagia)
Pasien dengan Diabetes Melitus, karena insulin bermasalah pemasukan
gula kedalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun
kurang itu sebabkan orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga
timbul perasaan selalu ingin makan (Faris, 2023 )
b) Pengeluaran urin (poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume urin dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala Diabetes Melitus
karena kadar glukosa dalam tubuh yang relatif tinggi sehingga tubuh
berusaha mengeluarkan kelebihan glukosa melalui urin. Gejala pengeluaran
urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan
banyak mengandung glukosa (Faris, 2023 ).
c) Sering merasa haus (polidipsi)

Profesi_Ners_UCB
Polidipsi adalah rasa haus yang berlebih timbul karena kadar glukosa
dalam darah terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan
asupan cairan (Faris, 2023).
d) Penurunan berat yang drastis
Penyusutan berat badan pada pasien Diabetes Melitus disebabkan karena
tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energy
untuk tubuh (PERKENI, 2015).
b. Gejalah kronik yang sering dialami oleh penderita DM
a) Kesemutan
b) Gangguan penglihatan
c) Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum
d) Mudah mengantuk
7. Penetalaksanaan medis
Penatalaksanaan diabetes militus menurut (Alfaqih, et al., 2022)
a. Terapi dengan insulin.
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes militus geriatri tidak berbeda dengan
pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi
kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila
terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti
menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien
lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari
faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi
masalah bagi penderita diabetes pasien lanjut usia.
b. Obat diabetik oral
1. Sulfonilurea adalah obat dengan golongan yang bekerja secara menstimulasi
agar insulin yang tersimpan dapat terlepas, menurunkan ambang sekresi
insulin dan untuk meningkatkan sekresi insulin sebagai rangsangan dari
glukosa
2. Penghambat alfa glukosidase/acarbose
yaitu obat yang bekerja dengan cara menghambat alfaglukosidase, suatu
enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan
karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi arbsobsi karbohidrat dan
menghasilakn penurunan pengkatan glukosa postprandial.
3. Thiazolidinediones

Profesi_Ners_UCB
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan meningkatkan PAR alpha reseptor.
Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektiv untuk pasien lanjut usia dan
tidak menyebabkan hipoglikemia.
Inhibitor a glukosidase adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat
cara kerja enzim a glukosidase di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
menurunkan penyerapan glukosa dalam darah dan dapat menurunkan
hiperglikemia pasca prandial.
8. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes terbagi atas dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronis yang dapat menyebabkan luka pada diabetes sulit sembuh dalam jangka waktu
yang lama yang dapat merusak pembuluh darah dan mengakibatkan perubahan
sirkulasi sehingga darah tidak mengalir sempurnah ke seluruh tubuh (Intan H, 2023)
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia, merupakan kondisi dimana turunnya kadar gula dalam darah
secara drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak
mengkonsumsi obat penurun gula darah , atau terlambat makan . gejalah
berupa penglihatan kabur, detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar, keringat
dingin dan pusing. Kadar gula dalam darah yang terlalu rendah dapat
menyebabkan pingsan , kejang, bahkan koma.
b. Ketoasidosis diabetik (KAD)
Merupakan keadaan darurat medis yang disebabkan oleh kadar gula darah
yang tinggi. Ini merupakan komplikasi penyakit diabetes yang terjadi ketika
tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagain sumber bahan bakar
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan keton sebagai sumber
energi.
c. Hiperosmolar Non ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi. Tanpa
tanda dan gejalah asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380)
mO
2. Komplikasi kronis
a. Komplikasi makroangiopati, pembuluh darah darah jantung, pembuluh darah
tepi, pembuluh darah otak

Profesi_Ners_UCB
b. Komplikasi mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
c. Neuropati : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, dimana serat-
serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari penyakit
d. Komplikasi dengan mekanisme gabungan : rentan infeksi, contohnya
tuberculosis paru, infeksi saluran kemih, infeksi kulitdan infeksi kaki dan
disfungsi ereksi.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita diabetes militus menurut (Intan H,
2023)
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130ml/dl, tes toleransi glukosa > 201 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa
2. Aseton plasma ( keton) positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol
4. Osmolaritas serum (>300 0sm/l)
5. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) > 200 : tea toleransi glukosa adalah tes
laboratorium untuk memeriksa kemampuan tubuh untuk memindahkan gula dari
darah ke jaringan seperti otot dan lemak.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, penanggung jawab, alamat, nomor register,
agama, pendidikan, tanggal masuk dan diagnose (Intan H, 2023)

b. Keluhan Utama
Pasien dengan keluhan utama yang berbeda-beda. Pada umumnya sering datang
den kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas,
dan berat badan turun. (Intan H, 2023)
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor risiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti infark miokard
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Profesi_Ners_UCB
Biasanya pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas, luka yang sukar sembuh, sakit kepala, mual muntah, lemah otot,
letargi, koma dan bingung
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus
berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
d. Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar
gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
2) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita Pola
Aktivitas. Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.
4) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
5) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
6) Pola seksual dan reproduksi

Profesi_Ners_UCB
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
7) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
e. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
2) Head to Toe
a) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
b) Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.

Profesi_Ners_UCB
f) Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, penyebaran lemak dan, penyebaran masa otot,
berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien
sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman (Intan H, 2023)
2. Diagnosis Keperawatan
Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan masalah yang dapat menunjang
kelengkapan dan untuk menegakkan suatu diagnosis atau masalah keperawatan (SDKI
PPNI, 2017).
1) Nyeri Akut (D.0077)
2) Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Neuropati perifer
3) Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015)
4) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Gangguan toleransi
glukosa darah
5) Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri
6) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7) Risiko Infeksi dengan Faktor Risiko : Penyakit Diabetes Melitus
8) Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah dengan Faktor Risiko : Kurang
terpapar informasi tentang manajemen diabetes
9) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan

Profesi_Ners_UCB
Perencanaan keperawatan adalah tahap penyusunan luaran yang diharapkan serta
penentuan intervensi yang akan di lakukan (Tim Pokja SLKI PPNI, 2017)

Diagnosa Luaran Intervensi

Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri (I.08238)


dengan Agen Pencedera keperawatan selama .. X 24jam,
fisik (Abses). maka diharapkan tingkat nyeri  Observasi:
1. Identifikasi lokasi,
menurun (L.08066) dengan
karakteristik, durasi,
kriteria hasil: frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
2. Identikasi skala nyeri
2. Meringis menurun
3. Identifikasi respon nyeri
3. Gelisah menurun
non verbal
4. Frekuensi nadi membaik
4. Identifikasi faktor yang
5. Pola napas membaik
memperberat dan
6. Tekanan darah membaik
memperingan nyeri
5. Identifikasi nyeri pada
kualitas hidup
6. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
 Terapeutik:
1. Berikan teknik
nonfamakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitas istrhat tidur
4. Jelakan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
5. Anjurkan strategi
meredakan nyeri
6. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
7. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
8. Anjurkan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik,jika perlu.

Kerusakan Integritas Setelah dilakukan inervensi Perawatan integritas kulit


Jaringan berhubungan keperawatan selama .. X 24jam, (I.11353)
dengan Neuropati perifer. maka diharapkan integritas kulit
dan jaringan meningkat (L.14125)  Observasi:

Profesi_Ners_UCB
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit
1. Perfusi jaringan meningka  Terapeutik:
2. Kerusakan jaringan menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
3. Kerusakan lapisan kulit tirah baring
menurun 2. Gunakan produk berbahan
4. Nyeri menurun ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
 Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan
pelembab
2. Anjurkan minum air yang
cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Perfusi perifer tidak efektif Perawatan sirkurlasi (I. 02079)
berhubungan dengan Setelah dilakukan inervensi
hiperglikemia. keperawatan selama .. X 24jam,  Observasi:
maka diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi
meningkat (L.14125) dengan 2. Identifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi
kriteria hasil:
3. Monitor panas,
1. Denyut nadi perifer meningkat kemerahan, nyeri atau
2. Penyembuhan luka meningkat bengkak ppada ekstremitas
3. Warna kulit pucat menurun  Terapeutik:
4. Edema perifer menurun 1. Lakukan pencegahan
5. Kelemahan otot menurun infeksi
6. Turgor kulit menurun 2. Lakukan hidrasi
7. Tekanan darah sistolik 3. Lakukan hidrasi
menurun  Edukasi:
8. Tekanan darah diastolik 1. Anjurkan berolahraga
menurun rutin
2. Anjurkan obat penurusn
tekanan darah,
antikoagulan,jika perlu
3. Anjurkan minum obat
pengontrol darah secara
teratur
4. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
5. Anjurkan program diet
untuk memperbiki
sirkulasi
6. Informasikan tanda dan

Profesi_Ners_UCB
gejala darurat yang harus
dilaporkan

Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan inervensi Manajemen hiperglikemia


glukosa darah keperawatan selama .. X 24jam, (I.03115)
berhubungan dengan maka diharapkan kestabilan kadar
Gangguan toleransi glukosa darah meningkat  Observasi:
1. Identfikasi pe yebab
glukosa darah (D.0027) (L.03022) dengan kriteria hasil:
hiperklimia
1. Pusing menurun 2. Identifikasi situasi yang
2. Lelah/lesu menurun memyebabkan kebutuhan
3. Keluhan lapar menurun insulin meningkat
4. Rasa haus menurun 3. Monitor tand adan gejala
5. Kadar glukosa adalam hiperglikemia
darah membaik 4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor keton urin, kadar
analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
dan frekuensi nadi
 Terapeutik:
1. Konsultasi medis jika
tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau meburuk
 Edukasi:
1. Anjrkan memonitor kadar
glukosa darah secara
mandiri
2. Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
3. Ajatkan pengelolaan
diabetes
 Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
insulin,jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
caira IV,jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
kalium,jika perlu

Gangguan Mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan mobilisasi (I.05173)


berhubungan dengan keperawatan selama .. X 24jam,
Nyeri. maka diharapkan mobilitas fisik  Observasi:
1. Identifikasi nyeri atau
meningkat (L.05042) dengan
keluhan fisik lainnya
kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik
lainnya
1. Pergerakan ekstremitas
3. Monitor frekuensi jantung
Profesi_Ners_UCB
meningkat dan tekanan darah sebelum
2. Kekuatan otot meningkat memmulai mobolisasi
3. Rentang gerak (ROM)  Terapeutik:
menigkat 1. Fasilitas aktivitas
4. Nyeri menurun mobilisasi dengan alat
5. Kecemasan menurun bantu
6. Kaku sendi menurun 2. Fasilitasi melakukan
7. Gerakan terbatas menurun pergerakan,jika perlu
8. Kelemahan fisik menurun 3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
 Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Majarkan mobilisasi
sederahana yang harus
dilakukan
Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan intervensi Manajemen hipovolemia
dengan kehilangan cairan keperawatan selama .. X 24jam, (I.03114)
aktif. maka hipovolemia membaik
(L.03028) dengan kriteria hasil:  Observasi:
1. Periksa tanda dan gejala
1. Kekuatan nadi meningkat hipovolemia
2. Turgor kulit meningkat 2. Identifikasi hipovolemia
3. Edema perifer menurun 3. Monitor status
4. Keluhan haus menurun’ hemodinamik
5. Frekuensi nadi membaik 4. Monitor intake dan output
6. Tekanan darah membaik cairan
7. Tekanan darah membaik  Terapeutik:
8. Tekanan nadi membaik 1. Batasi asupan cairan dan
9. Intake cairan membaik garam
 Edukasi:
1. Anjurkan mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
2. Ajarkan cara membatasi
cairan
Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian
diuretik

Risiko Infeksi dengan Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi (I.14539)


Faktor Risiko keperawatan selama .. X 24jam,
maka tingkat infeksi menurun Observasi:
dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan

Profesi_Ners_UCB
1. Nafsu makan meningkat sistematik
2. Kemrahan menurun Terpeutik:
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun 1. Berikan perawatan kulit
pada area edema
(L.14137) Edukasi:

1. Jelaskan tanda dan gejala


infeksi
2. Ajarkan teknik batuk
3. Anjurkan meningkatkan
nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Risiko Ketidakstabilan Setelah dilakukan inervensi Manajemen hiperglikemia
Kadar Glukosa Darah keperawatan selama .. X 24jam, (I.03115)
dengan Faktor Risiko : maka diharapkestabilan kadar
Kurang terpapar informasi glukosa darah meningkat  Observasi:
1. Identfikasi pe yebab
tentang manajemen (L.03022) dengan kriteria hasil:
hiperklimia
diabetes. 2. Identifikasi situasi yang
1. Pusing menurun
2. Lelah/lesu menurun memyebabkan kebutuhan
3. Keluhan lapar menurun insulin meningkat
4. Rasa haus menurun 3. Monitor tand adan gejala
5. Kadar glukosa adalam hiperglikemia
darah membaik 4. Monitor intake dan output
cairan
5. Monitor keton urin, kadar
analisa gas darah,
elektrolit, tekanan darah
dan frekuensi nadi
 Terapeutik:
1. Konsultasi medis jika
tanda dan gejala
hiperglikemia tetap ada
atau meburuk
 Edukasi:
1. Anjurkan memonitor
kadar glukosa darah secara
mandiri
2. Anjurkan kepatuhan diet
dan olahraga
3. Ajarkan pengelolaan
diabetes
 Koaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
insulin,jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
caira IV,jika perlu
3. Kolaborasi pemberian
kalium,jika perlu
Profesi_Ners_UCB
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan (I.12383)
berhubungan dengan keperawatan selama .. X 24jam,
kurang terpapar informasi. maka tingkat pengetahuan  Observasi:
1. Identifikasi kesiapan dan
membaik (L.1211) dengan kriteria
kemampuan menerima
hasil: informasi
1. Perilaku sesuai anjurang 2. Idnetifikasi faktor-faktor
meningkat yang dapat meningkatkan
2. Verbalisasi minat dalam dan menurunkan motivasi
belajar meningkat perilaku hidup bersih dan
3. Kemampuan menjelaskan sehta
pengetahuan tentang suatu  Terapeutik:
topik meningkat 1. Sediakan materi dan media
4. Perilaku sesuai pendidikan kesehatan
pengetahuan meningkat 2. Jadwalkan pendidikan
5. Pertenyaan tentang kesehatan sesuai
masalah yang dihadapi kesepakatan
menurun 3. Berikan kesempatan untuk
6. Persepsi yang keliru bertanya
terhadap masalah menurun  Edukasi:
1. Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku bersih
dan sehat
3. Ajarkan strategi yag dapat
digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan dalam proses
keperawatan . dalam implementasi terdapat susunan dan tatanan pelaksanaan yang
akan mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan yang sudah ditetapakan. (Intan H, 2023)

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data subjektif, (S) adalah
ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh pasien, data
objektif (O) keadaan objektif yang dialami pasien , analisa(A) yang
membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan
kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
Profesi_Ners_UCB
sebagian, atau tidak teratasi, planing(P) adalah rencana lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analis (Intan H, 2023)

BAB 3

Profesi_Ners_UCB
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini diuraikan hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. L
dengan Diabetes Melitus Tipe 2 diruang Cendrawasih RSUD S.K.LERIK kota kupang
selama 3 hari yaitu pada tanggal 03 Januari sampai dengan 06 Januari 2024. Adapun
pelaksanaan dari asuhan keperawatan ini dilakukan sesuai proses keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah diagnosa keperawatan, menetapkan
intervensi, melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi.

Profesi_Ners_UCB
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DEWASA
Instansi Kesehatan : RSUD S.K.LERIK KOTA KUPANG
Ruang : CENDRAWASIH No RM: 090016
Mahasiswa :
Pembimbing Institusi : Ns. Sakti Oktaria Batubara, M.Kep., Ph.Dttd:

Pembimbing Klinik : Hendrimina M.H.Suki,S.Kep.,Ns ttd:


Tanggal Pengkajian : 03/01/2024 Jam Pengkajian: 09:00

A. IDENTITAS
1. Nama Inisial : Ny. L Panggilan : L
2. Umur : 69 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : kristen
5. Pendidikan : Sarjana
6. Pekerjaan : Pensiuna
7. Suku/bangsa : Padang/ indonesia
8. Status perkawinan : Cerai Mati
9. Alamat : Kel. Lasiana, RT 003 RW 002
10. Penanggung biaya : BPJS

B. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN


1. Keluhan utama: pasien mengatakan badan terasa lemas dan susah untuk bergerak
pada ekstermitas kanan
2. Riwayat penyakit saat ini: pasien diantarkan keluarga ke IGD SK. Lerik Kota
Kupang pada tanggal 1/1/2024 jam 11.15 wita dengan kendaraan pribadi. Pasien
datang dengan keluhan badan terasa lemas, pusing, sakit kepala dan keram pada
ekstremitas kanan. Di IGD pasien dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital yaitu TD:
102/80 mmHg, Nadi : 85x/m, Suhu 36,40C, RR: 20x/m, Spo2: 99% dan di berikan
terapi infus NS 20 tpm, injeksi: megabal 3x500mg/IV loading aspilet 320mg lanjut
1x80 mg, injeksi ranitidine, citicoline. Setelah dilakukan pemeriksaan klien di
diagnosa hemiparese, susp SNH, DM Tipe 2. dengan hasil lab GDS 247.3, GD 2
JAM PP 254. Kemudian klien di bawa ke ruang cendrawasih untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
3. Penyakit yang pernah diderita: DM 1 tahun yang lalu
4. Riwayat berobat: rutin berobat di puskesmas oesapa, obat acarbose, insulin
novorapid 4 IU/sc
5. Penyakit yang pernah diderita keluarga: pasien mengatakan ibu kandung punya
riwayat Diabetes melitus ibu saya sudah meninggal 10 tahun yang lalu
6. Riwayat alergi: pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi
7. Diagnosa medic saat masuk rumah sakit (MRS): Diabetes Melius Tipe 2
8. Diagnosa medic saat ini: Diabetes Melitus Tipe 2
9. Lainnya:

Profesi_Ners_UCB
C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum: baik, sedang, lemah : pasien mengatakan badan terasa
lemas
 Kesadaran: Composmentis
 Usia: 69 tahun TB: 156 BB: 60 BB ideal:
 Suhu: 36,2 C
 Denyut nadi: 92 x/mnt lemah / teratur
 Tekanan darah: 133/64 mmHg Tidur
 Frekuensi nafas: 19 x/ menit
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas
1. B1 (Breathing)/Pernafasan:
 Irama pola nafas : teratur, tidak teratur
 Jenis : dispnea, kusmaul, cheyne stokes,
lain-lain:
 Suara nafas : Vesikuler, Stridor, Wheesing, Ronchi
lain-lain:
 Sesaknafas : ya, tidak
 Batuk :ya, tidak
 Auskultasi :
 Lobus kanan atas : vesikuler
 Lobus kiri atas : vesikuler
 Lobus kanan bawah : vesikuler
 Lobus kiri bawah : vesikuler
 Lobus kanan tengah : vesikuler
 Lainnya : ……………………………………………
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

2. B2 (Blood)/Kardiovaskuler
 Irama jantung : S1, S2, S3, S4, teratur, tidak teratur
 Nyeri dada : ya, tidak
 Bunyi jantung : normal, mur-mur, gallop, lain-lain:……...
 Capillary Refill Time (CRT): < 3 detik, < 3 detik
 Akral : hangat, panas, dingin kering, dingin, basah
 Lainnya : ………………………….

Profesi_Ners_UCB
S1 : bunyi Lup, saat katup atrio-ventrikuler menutup dan otot ventrikel
berkontraksi terdengar pada akhir systole dan sebelum
S2 : bunyi Dup, saat katup atrio-ventrikuler membuka kembali bunyi yang
dihasilkan oleh katup aurtic dan pulmoner yang tertutup
S3:bunyi dull, yang terdengar sangat halus, bunyi jantung s3 dapat terdengar
pada saat fase awal diastolik sekitar18 detik setelah bunyi s2
S4: bunyi Bbrr, ketika ventrikel kiri tidak meregang dengan sempurna dan atrial
berkontraksi memompa darah melalui katup kiri jantung dan menabrak dingding
ventrikel kiri.
Mur-mur : mur-mur jantung adalah suara tambahan yang terdengar selama
jantung berdetak. Suara itu terdengar saat darah mengalir dengan lancar, seperti
melalui katup yang rusak.
Masalahkeperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3. B3 (Brain) / persarafan dan Pengindraan
Bila Diagnosa Medis pasien adalah Stroke, Meningitis dll, lakukan juga pemeriksaan 12
Nervus
 GCS : 4 eye, 5 verbal, 6 motorik, total: 15
 Refleks fisiologi : + patella, + triceps, + biceps, lain-lain: ………….
 Refleks patologis: - babinsky, - brudzinsky, - kernig, lain-lain:……..
 Istirahat/tidur : 8 jam/hari
 Gangguan tidur : tidak ada gangguan tidur
 Lainnya : ………………………………………………….
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

 Pupil : isokor, anisokor, lain-lain; ……………………..


 Sklera/konjungtiva : anemis, ikterus, lain-lain: …………….
 Reaksi terhadap cahaya: +/+
 Gangguan penglihatan : ya tida jelaskan: pasien mengatakan
penglihatan jauh agak buran
 Bentuk telinga : normal tidak, jelaskan: ………………...
 Gangguan pendengaran: ya tidak, jelaskan: ……………………
 Bentuk hidung : normal tidak, jelaskan: …………………
 Gangguan penciuman : ya tidak, jelaskan: ……………………

Profesi_Ners_UCB
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4. B4 (Bladder)/Perkemihan
 Kebersihan: bersih kotor, lain-lain: …………………………..
 Jumlah urine: 1000cc/hari, warna urine: jernih bau urine: padat
 Alat bantu (kateter, dll): ada, tidakada, ukuran: ……………, lainnya:
……………….
 Kandung kemih: Membesar: ya, tidak, lain-lain: ……………….
 Nyeri tekan: ya, tidak, lain-lain: ……………….
 Gangguan: anuria, oliguria, retensi, inkontinensia nokturia,
lain-lain: ……………………….
 Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

5. B5 (Bowel)/Pencernaan
 Nafsu makan: baik, menurun, lain-lain: …………………………
 Mual : ya, tidak
 Muntah: ya, tidak. Jumlah: …. cc
 Porsimakan: habis, tidak, keterangan: ………………………..
 Minum : 1200cc/hari, jenis yang diminum: air putih
 Mulut : bersih, kotor, berbau
 Membran mukosa: lembab, kering, stomatitis
 Tenggorokan: sakit menelan/nyeri tekan, kesulitan menelan
Pembesaran tonsil, lain-lain: …………………….
 Abdomen: tegang, kembung, asites, nyeri tekan,
lokasi:

(beri tanda X pada daerah nyeri tekan)

 Peristaltik : 12 x/menit
 Pembesaran hepar: ya, tidak

Profesi_Ners_UCB
 Pembesaran lien : ya, tidak
 Buang air besar: 1 kali/hari, teratur: ya, tidak
 Konsistensi: padat bau: ……………, warna: hitam kecoklatan
 Lain-lain : ………………………………………….
 Balance cairan: 24 jam

Intake Output
Minum :1000 cc Urine : 1000cc
Infus :500cc IWL : 15 x BB = 90 cc
Soup/kuah/air buah: … cc Muntah/diare/perdarahan:…cc
Obatcairlainnya (mis; albumin
(sebutkan)…. Cc IFVD
JumlahI= 1,500cc Total O = 1,090
Balance cairan: Total I-Total O = 1,500-1,090 = 410 cc

Masalahkeperawatan: tidak ada masalah keperawatan


6. B6 (Bone)/MuskuloskeletaldanIntegumen
 Kemampuan pergerakan sendi: bebas, terbatas : Pasien mengatakan
susah untuk melakukan aktivitas seperti pergi ke toilet
 Warna kulit: ikterus, sianosis, kemerahan, pucat
 Turgor kulit: baik, sedang, jelek
 Edema: ada, tidakada, lokasi edema: …………………….
 Kekuatan Otot:
3 5
3 5
Lain-lain: Pasien mengatakan susah untuk bergerak pada ekstremitas kanan
Masalah keperawatan: Gangguan mobilitas fisik

7. Endokrin
 Pembesaran tiroid : ya, tidak
 Hiperglikemia : ya, tidak
 Hipoglikemia : ya, tidak

Profesi_Ners_UCB
 Luka gangren : ya, tidak
 Lain-lain : ………………………………
Masalah keperawatan : ketidakstabilan kadar glukosa darah

8. Personal hygiene
 Mandi : 1 x/hari dibantu sebagian
 Keramas : 3 x/hari dibantu sebagian
 Ganti pakaian : 1 x/hari dibantu sebagian
 Sikat gigi : 1 x/hari dibantu sebagian
 Memotong kuku : 1 x/minggu dibantu sebagian
Masalah keperawatan: ……………………………………………

9. Psiko-sosio-spiritual
 Orang yang paling dekat : anak keluarga
 Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : baik
 Kegiatan ibadah : sering berbadah
 Konsepdiri:
a. Gambaran diri: Pasien mengatakan bahwa pasien merasa bersyukur dengan
anugrah yang Tuhan telah berikan kepadanya karena anggota badannya tidak
mengalami kecacatan.
b. Ideal diri: Pasien mengatakan bahwa walaupun sakit, tetapi pasien harus tetap
bersemangat sehingga dapat tetap bermanfaat dan melakukan aktivitas secara
mandiri.
c. Harga diri : Pasien mengatakan pasien tidak merasa malu dengan dirinya
d. Peran diri : Pasien berperan sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.
Pasien memiliki 2 orang anak laki-laki
a. Identitas diri : Pasien adalah seorang perempuan dan pasien mengatakan
merasa puas dengan keadaannya
Masalah keperawatan: ………………………………………………..

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium :
DARAH

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

Profesi_Ners_UCB
GULA DARAH PUASA 247.3 mg/dL 70-110

GULA DARAH 2 JAM 254 mg/dL 70-140


PP

ASAM URAT 5.14 mg/dL 3.5-7.2

TRIGLY YSERIDE 111.1 mg/dL 37-149

CHOLESTROL 183 mg/dL 100-200

L D L-CHOLESTROL 74.9 mg/dL 1-130

H D L-CHOLESTROL 67.9 mg/dL 46-76

URINE LENGKAP

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL


WARNA URINE KUNING MUDA - KUNING
KEJERNIHAN JERNIH - JERNIH
BERAT JENIS 1.005 - 1.005-1.030
PH 6.0 - 5.0-8.0
BILIRUBUN NEGATIF - NEGATIF
LEUKOSIT NEGATIF - NEGATIF
BLOOD NEGATIF - NEGATIF
PROTEIN NEGATIF - NEGATIF
UROBILINNOGEN 0 Mg/ul NEGATIF
KETON NEGATIF - NEGATIF
NITRIT NEGATIF - NEGATIF
GLUKOSA POSITIF 2(++) - NEGATIF
SEDIMEN URINE

PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NORMAL

LEUKOSIT (SEDIMEN) 0-2 SEL/PB 0-5 SEL

ERITROSIT (SEDIMEN) 0-1 SEL/PB 0-3 SEL

EPITEL (SEDIMEN) 0-3 SEL/PK 0-5 SEL

KRISTAL (SEDIMEN) NEGATIF - NEGATIF

BAKTERI NEGATIF - NEGATIF

SILINDER (SEDIMEN) NEGATIF - NEGATIF

2. Radiologi:
Foto thorax AP :
- Cor : besar dalam bentuk normal

Profesi_Ners_UCB
- Pulmo : tampak ground glass opacity disertai cavitas dan fibrosis di lapang
paru kanan
- Sinus prenicocostalis kanan kiri tajam
- Hemidiafragma kanan kiri tampak baik
- Tulang tulang tampak baik
Kesan :
- Keradangan paru dapat merupakan proses spesifik (mohon korelasi klinis )
- Cor tak tampak kelainan
3. USG/Endoskopy dll
4. EKG
5. Lainnya
Masalah keperawatan: …………………………………………………..

E. THERAPI SAAT INI

No Jeni sObat Dosis Indikasi Kontraindikasi


1 Ranitidin 2x1 50 untuk penanganan Kontraindikasi ranitidin
mg/IV GERD adalah penggunaan
atau gastroesophageal pada pasien dengan
reflux disease, ulkus alergi terhadap obat ini
peptikum, esofagitis atau sediaannya.
erosif, dan kondisi
hipersekretori seperti
sindrom Zollinger-
Ellison
2 Citicoline 2x500mg/iv Indikasi utama Kontraindikasi
penggunaan citicoline pemberian citicoline
adalah mengembalikan adalah hipertonia sistem
dan menjaga struktur parasimpatik dan
dan fungsi membran hipersensitivitas
neuron setelah stroke terhadap citicoline.
iskemik akut atau
kerusakan otak karena
trauma kepala.
3 Megabal 3x500mg/iv Suplemen ini dapat Hindari penggunaan
membantu mengatasi obat ini apabila kamu
gejala-gejala akibat memiliki riwayat
kekurangan vitamin hipersensitif pada
B12, seperti nyeri mecobalamin
saraf, kebas/mati rasa,
kesemutan
4 Levemir 1x10 iu/sc Insulin ini digunakan Hipersensitif terhadap
untuk pengobatan zat aktif atau eksipien
diabetes melitus pada dalam obat.
orang dewasa, remaja
dan anak berusia 2
tahun dan diatasnya.
5 Novorapid 3x8 iu/sc digunakan untuk Hindari pemberian pada
mengurangi tingkat pasien dengan kondisi
gula darah tinggi pada anak umur dibawah 6-9
orang dewasa, remaja tahun, memiliki
dan anak-anak berusia masalah dengan ginjal
10 tahun ke atas atau hati, atau dengan
dengan diabetes adrenal, hipofisis atau

Profesi_Ners_UCB
mellitus (kencing kelenjar tiroid dan
manis). Novorapid mengubah pola diet
digunakan untuk secara tiba-tiba.
memasukkan insulin
guna membantu
memperbaiki produksi
insulin yang dihasilkan
tubuh dengan cepat,
dengan cara
disuntikkan ke dalam
tubuh
4 Infus Nacl 0,9 % 20 tpm NaCl 0,9% adalah Hipersensitif dan
untuk mengganti gagal jantung
cairan, misalnya kongestif.
pada kasus
dehidrasi berat,
syok hipovolemia,
perdarahan, sepsis,
dan alkalosis
metabolik dengan
deplesi cairan.
Dosis cairan salin
normal yang
diberikan akan
amat bervariasi
tergantung pada
berat badan pasien,
kondisi medis
pasien, dan
indikasi.
Catatan: indikasi dan kontraindikasi terapi saat ini dapat dilihat pada Buku ISO (indormasi Spesialite Obat) Indonesia, MIMS dll

F. MASALAH KEPERAWATAN

1 Ketidak stabilan kadar glukosa darah

Gangguan mobilitas fisik


2

Kupang, ……………..

Mahasiswa (Pengambil Data)

(………………………………….)

NIM: ……………………….

Profesi_Ners_UCB
A. ANALISA DATA

No Tanggal Data Subjektif Data Objektif Etiologi Problem

1 03/01/2024 Pasien mengatakan - Tampak pucat Penurunan Gangguan


badan terasa lemas kekuatan otot mobilitas
dan susah untuk - Kemampuan fisik
bergerak pada pergarakan
ekstremitas kanan sendi terbatas

- Kekuatan otot

3 5

3 5

- Aktivitas
tampak
dibantu
keluarga

2 Pasien mengatakan - Pasien Resistensi Ketidak


badan terasa lemas tampak insulin stabilan
lemah kadar
glukosa
- Gula darah darah
puasa : 247,3
mg/dl

- Gula darah 2
jam pp : 254
mg/dl

- Urin :
glukosa
positif 2 (++)

B. DIAGNOSAS KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin ditandai
dengan Pasien mengatakan badan terasa lemas Pasien tampak lemah, Gula darah
puasa : 247,3 mg/dl, Gula darah 2 jam pp : 254 mg/dl, Urin : glukosa positif 2 (++)

Profesi_Ners_UCB
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan Pasien mengatakan badan terasa lemas dan susah untuk bergerak pada
ekstremitas kanan Tampak pucat, Kemampuan pergarakan sendi terbatas, Aktivitas
tampak dibantu keluarga Kekuatan otot 3 5

3 5

Profesi_Ners_UCB
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

TANGGAL N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI/RENCANA NAMA &


O KEPERAWATAN TINDAKAN TANDA
& DATA GOAL OBJECTIVE KRITERIA TANGAN
PENDUKUNG HASIL/EVALUASI

1 Ketidakstabilan Setelah Setelah Kestabilan kadar Manajemen hiperglikemia


kadar glukosa dilakukan dilakukan glukosa darah SIKI (I.03115) :
darah intervensi intervensi selama (L.03022) :
berhubungan keperawatan 3x24 jam Observasi
dengan resistensi pasien tidak masalah 1. Gadar glukosa
dalam darah - Monitor tanda dan
insulin ditandai akan kestabilan gejala hiperglikemia
dengan Pasien megalami glukosa darah membaik (5)
(mis: polyuria,
mengatakan badan resistensi membaik kadar 2. kadar glukosa polydipsia, polifagia,
terasa lemas insulin glukosa dalam dalam urin kelemahan, malaise,
urin membaik membaik (5) pandangan kabur,
sakit kepala)
3. Lelah/lesu
menurun (1) Terapeutik

4. Pusing menurun - Konsultasi dengan


(1) medis jika tanda dan
gejala hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk

Profesi_Ners_UCB
Edukasi

- Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL

- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
insulin

2 Gangguan Setelah Setelah Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi SIKI


mobilitas fisik dilakukan dilakukan (L.05042): (I.05173):
berhubungan intervensi intervensi selama
dengan penurunan keperawatan 3x24 jam 1. Pergerakan Observasi
kekuatan otot pasien tidak masalah ekstremitas
meningkat - Identifikasi adanya
ditandai dengan akan Mobilitas fisik nyeri atau keluhan
Pasien megalami meningkat (5)
2. Kekuatan fisik lainnya
mengatakan badan penurunan - Monitor frekuensi
terasa lemas dan kekuatan otot otot
meningkat jantung dan tekanan
susah untuk darah sebelum
bergerak pada

Profesi_Ners_UCB
ekstremitas kanan (5) memulai mobilisasi
3. Gerakan Terapeutik
terbatas
meningkat - Libatkan keluarga
(1) untuk membantu
Kelemahan fisik pasien dalam
meningkat (1) meningkatkan
pergerakan
Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis:
duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

Profesi_Ners_UCB
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA EVALUASI SOAP


O TGL/JAM KEPERAWA TINDAKAN KEPERAWATAN
TAN
3 03/01/2024 Gangguan 10: 00 S:
mobilitas fisik Mengidentifikasi adanya nyeri atau - Pasien mengatakan
berhubungan keluhan fisik lainnya badan terasa lemas
dengan Pasien mengatakan badan terasa dan susah untuk
penurunan
lemas dan susah untuk bergerak pada bergerak pada
kekuatan otot
ekstremitas kanan. ekstremitas kanan.
10: 45
Melibatkan keluarga untuk membantu O:
pasien dalam meningkatkan
- Tampak pucat
pergerakan
11:10 - Kemampuan
Menjelaskan tujuan dan prosedur pergarakan sendi
mobilisasi terbatas
Mobilisasi merupakan suatu
kebutuhan dasar manusia yang - Kekuatan otot
diperlukan oleh individu untuk 3 5
melakukan aktivitas sehari-hari yang
berupa pergerakan sendi, sikap, gaya 3 5
berjalan, latihan maupun kemampuan
- Aktivitas tampak
aktivitas
dibantu keluarga
12:40
A: masalah gangguan
Mengajarkan mobilisasi kepada
mobilitas fisik belum
pasien yaitu gerakan langkah
teratasi
1. Ayunan satu lengan ke depan
P : Intervensi 1,2,3,4 di
belakang
lanjutkan
2. Ayunan satu lengan ke
1. Identifikasi
samping
adanya nyeri
3. Ayunan satu lengan ke
atau keluhan
samping bersamaan dengan
fisik lainnya
memindahkan berat badan
2. Libatkan
4. Ayunan dua lengan ke depan
keluarga untuk
belakang
membantu
5. Ayunan dua lengan silang di
pasien dalam
depan di badan
meningkatkan
Pasien paham dan bisa mengikutinya
pergerakan
3. Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi
4. Ajarkan

Profesi_Ners_UCB
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis: duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur ke
kursi)

2 03/01/2024 Ketidakstabila 09:00 S : pasien mengatakan


n kadar Mengidentifikasi situasi yang badan terasa lemas
glukosa darah menyebabkan kebutuhan insulin O : Pasien tampak
berhubungan meningkat . lemah, Gula darah puasa
dengan
resistensi : 247,3 mg/dl, Gula
Pasien mengatakan badan terasa
insulin darah 2 jam pp : 254
lemas
ditandai mg/dl, Urin : glukosa
dengan Pasien 09:10 positif 2 (++) pusing (+)
mengatakan
badan terasa Memonitor tanda dan gejala A : masalah
lemas hiperglikemia . ketidakstabilan kadar
glukosa darah belum
pasien mengatakan sering buang air teratasi
kecil, kepala sakit, pandangan kabur. P : intervensi di
lanjutkan
09:20
1. Identifikasi
Menganjurkan kepada pasien untuk situasi yang
menghindari olahraga saat kadar menyebabkan
glukosa darah lebih dari 250 mg/dL. kebutuhan
insulin
09 : 30 meningkat (mis:
Menganjurkan kepatuhan terhadap penyakit
diet dan olahraga. Untuk menghindari kambuhan)
makanan yang manis-manis dan rutin 2. Monitor tanda
olahraga. dan gejala
11:00 hiperglikemia
Melayani terapi insulin novorapid 8 (mis: polyuria,
iu/sc polydipsia,
polifagia,
kelemahan,
malaise,
pandangan
kabur, sakit

Profesi_Ners_UCB
kepala)

3. Konsultasi
dengan medis
jika tanda dan
gejala
hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk

4. Anjurkan
menghindari
olahraga saat
kadar glukosa
darah lebih dari
250 mg/Dl

5. Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga

6. Kolaborasi
pemberian
insulin

Catatan perkembangan 1 hari ke 2

HARI/ Diagnosa keperawatan SOAPIE


TANGGAL

Profesi_Ners_UCB
Kamis, 04/01/2024 Gangguan mobilitas fisik S:
berhubungan dengan - Pasien mengatakan badan terasa lemas
penurunan kekuatan otot dan susah untuk bergerak pada
ekstremitas kanan.

O:

- Tampak pucat

- Kemampuan pergarakan sendi terbatas

- Kekuatan otot

3 5

3 5

- Aktivitas tampak dibantu keluarga


A: masalah gangguan mobilitas fisik belum
teratasi
P : Intervensi 1,2,4 di lanjutkan
I:
15:22
Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
Pasien mengatakan masih susah untuk
bergerak pada ekstremitas kanan
15:30
Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
16:40
Mengajarkan mobilisasi kepada pasien
yaitu gerakan langkah
1. Ayunan satu lengan ke depan
belakang
2. Ayunan satu lengan ke samping
3. Ayunan satu lengan ke samping
bersamaan dengan memindahkan
berat badan
4. Ayunan dua lengan ke depan
belakang
5. Ayunan dua lengan silang di depan
di badan
Pasien paham dan bisa mengikutinya
E:
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas
berkurang dan sudah bisah utuk bergerak

Profesi_Ners_UCB
pada ekstremitas kanan

O:

- Tampak tidak pucat lagi

- Kemampuan pergarakan sendi masih


terbatas

- Kekuatan otot

4 5

4 5

- Aktivitas tampak dibantu sebagian


keluarga
A: masalah gangguan mobilitas fisik
belum teratasi
P : Intervensi 1,2,4 di lanjutkan

04/01/2024 Ketidakstabilan kadar S : pasien mengatakan badan terasa lemas


glukosa darah berhubungan O : Pasien tampak lemah, Gula darah puasa
dengan resistensi insulin : 247,3 mg/dl, Gula darah 2 jam pp : 252
ditandai dengan Pasien mg/dl, Urin : glukosa positif 2 (++)
mengatakan badan terasa
lemas A : masalah ketidakstabilan glukosa darah
belum teratasi
P : intervensi di lanjutkan
I:
14:30

Mengidentifikasi situasi yang


menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat.

Pasien mengatakan badan masih terasa


lemas

14:40

Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia.

pasien mengatakan sering buang air kecil,


kepala sakit.

14:50

Menganjurkan kepada pasien untuk

Profesi_Ners_UCB
menghindari olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL.

15: 30

Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan


olahraga. Untuk menghindari makanan
yang manis-manis dan rutin olahraga.

18:00
Melayani terapi insulin novorapid 8 iu/sc
E:

S : pasien mengatakan badan masih lemas

O : Pasien masih tampak lemah, Gula


darah puasa : 217,0 mg/dl, Gula darah 2
jam pp : 185 mg/dl, Urin : glukosa positif 2
(++)

A : masalah ketidakstabilan glukosa darah


belum teratasi

P : intervensi 1-6 dilanjutkan

Catatan perkembangan 2 hari ke 3

HARI/ Diagnosa keperawatan SOAPIE


TANGGAL

Kamis, 05/01/2024 Gangguan mobilitas fisik S:


berhubungan dengan Pasien mengatakan badan terasa lemas
penurunan kekuatan otot berkurang dan sudah bisah utuk bergerak
pada ekstremitas kanan.
O:
Pasien Tampak tidak pucat lagi

- Kemampuan pergarakan sendi terbatas

- Kekuatan otot

4 5

4 5

- Aktivitas tampak dibantu sebagian oleh

Profesi_Ners_UCB
keluarga
A: masalah mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,4 di lanjutkan
I:
10 :30
Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
Pasien mengatakan sudah bisah sedikit
untuk bergerak pada ekstremitas kanan.
10:50
Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
11:40
Mengajarkan mobilisasi kepada pasien
yaitu gerakan langkah
1. Ayunan satu lengan ke depan
belakang
2. Ayunan satu lengan ke samping
3. Ayunan satu lengan ke samping
bersamaan dengan memindahkan
berat badan
4. Ayunan dua lengan ke depan
belakang
5. Ayunan dua lengan silang di depan
di badan
Pasien paham dan bisa mengikutinya
E:
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas
berkurang dan sudah bisah utuk bergerak
pada ekstremitas kanan
.
- O:

- Tampak tidak pucat lagi

- Kemampuan pergarakan sendi masih


terbatas

- Kekuatan otot

4 5

4 5

- Aktivitas dibantu sebagian keluarga


A: masalah gangguan mobilitas fisik

Profesi_Ners_UCB
teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,4 di lanjutkan

Kamis, 05/01/2024 Ketidakstabilan kadar S : pasien mengatakan badan masih lemas


glukosa darah berhubungan
dengan resistensi insulin O : Pasien masih tampak lemah, Gula
ditandai dengan Pasien darah puasa : 187,3mg/dl, Gula darah 2
mengatakan badan terasa jam pp : 170 mg/dl, Urin : glukosa positif 2
lemas (++)

A : masalah ketidakstabilan glukosa darah


belum teratasi

P : intervensi 1-6 dilanjutkan


I:
14:30

Mengidentifikasi situasi yang


menyebabkan kebutuhan insulin
meningkat.

Pasien mengatakan badan masih terasa


lemas berkurang

14:40

Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia.

pasien mengatakan sudah tidak sering


buang air kecil, kepala sakit berkurang

14:50

Menganjurkan kepada pasien untuk


menghindari olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL.

15: 30

Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan


olahraga. Untuk menghindari makanan
yang manis-manis dan rutin olahraga.

18:00
Melayani terapi insulin novorapid 4 iu/sc
E:

S : pasien mengatakan badan tidak lemas


lagi

Profesi_Ners_UCB
O : Pasien masih tampak lemah, Gula
darah puasa : 110 mg/dl, Gula darah 2 jam
pp : 80 mg/dl

A : masalah ketidakstabilan glukosa darah


teratasi sebagian

P : intervensi 3,4 dilanjutkan

Catatan perkembangan 3 hari 4

HARI/ Diagnosa keperawatan SOAP


TANGGAL

Kamis, 06/01/2024 Gangguan mobilitas fisik S: Pasien mengatakan sudah bisah sedikit
berhubungan dengan untuk bergerak pada ekstremitas kanan.
penurunan kekuatan otot - O: Tampak pucat

- Kemampuan pergarakan sendi terbatas

- Kekuatan otot

3 5

3 5

- Aktivitas tampak dibantu sebgagian


keluarga
A: masalah gangguan mobilitas fisik
teratasi
P : Intervensi dihentikan karna pasien
tidak ada keluhan, rencana pulang dengan
terapi dokter.

Profesi_Ners_UCB
Kamis, 06/01/2024 Ketidakstabilan kadar S : pasien mengatakan badan tidak lemas
glukosa darah berhubungan lagi
dengan resistensi insulin
ditandai dengan Pasien O : Pasien tampak baik, Gula darah puasa :
mengatakan badan terasa 110 mg/dl, Gula darah 2 jam pp : 80 mg/dl
lemas A : masalah ketidakstabilan glukosa darah
teratasi

P : intervensi dihentikan

Profesi_Ners_UCB

Anda mungkin juga menyukai