Seminar DM Bab123
Seminar DM Bab123
OLEH KELOMPOK 1 :
1. PRISQYLA M. WILLA
2. OLIVIA DAWI NGANA
3. BELLA ANGELA PANIE
4. YULIESTER K. DAHI KALE
5. KRISTINA FITRI KURNIA
6. JANUARIO FREITAS
Profesi_Ners_UCB
BAB 1
PENDALUHAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia kesehatan, yang menganggu kesehatan masyarakat tidak hanya
penyakit menular. Beberapa penyakit yang berpontensi tidak menular, menjadi
sebuah permasalahan. Penyakit tidak menular (PTM) yang banyak dibahas ialah
Diabetes Mellitus (DM) (Yurida, 2019). Diabetes Melitus (DM) tidak termasuk pada
golongan penyakit yang berpotensi berpindah dari satu penderita ke orang lain.
Namun penderita Diabetes Melitus (DM) terus bertambah dari tahun ke tahun
(Fadhila, 2019).
Sebanyak 80% penderita diabetes melitus di dunia berasal dari negara
berkembang salah satunya adalah Indonesia. Peningkatan jumlah penderita diabetes
melitus yang terjadi secara konsisten menunjukkan bahwa penyakit diabetes melitus
merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus dalam
pelayanan kesehatan di masyarakat. Di Indonesia, prevalensi penderita diabetes
melitus pada tahun 2013 (2,1%) mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun
2007 (1,1%). Prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di provinsi D.I
Yogyakarta dengan nilai prevalensi 2,6%, yang kemudian diikuti oleh Jakarta
dengan 2,5% dan Sulawesi Utara 2,4%. Jenis diabetes melitus yang paling banyak
diderita dan prevalensinya terus meningkat adalah diabetes mellitus tipe II dengan
kasus terbanyak yaitu 90% dari seluruh kasus diabetes melitus di dunia (WHO,
2013).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melakukan wawancara untuk
menghitung proporsi diabetes melitus pada usia 15 tahun ke atas di seluruh
Indonesia, dari hasil wawancara tersebut mendapatkan bahwa proporsi diabetes
melitus pada Riskesdas 2013 meningkat dengan jumlah penderita diabetes melitus
sebanyak 6,9% (12.191.564 Jiwa), Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) 29,9%
(52,830.11 Jiwa) dan Glukosa Darah Puasa (GDP) Terganggu 36,6% (64.668.297
Jiwa) dengan estimasi 15 jumlah penduduk Indonesia umur 15 tahun keatas sejumlah
176.689.336 Jiwa (Kemenkes RI, 2014)
Kadar gula darah digunakan untuk menegakkan diagnosis DM. Untuk
penentuan diagnosis, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan secara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan pemantauan
Profesi_Ners_UCB
hasil pengobatan dapat menggunakan pemeriksaan gula darah kapiler dengan
glukometer (PERKENI, 2011).
Pengaruh aktivitas fisik atau olahraga secara langsung berhubungan dengan
peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil
glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang
tersimpan dalam otot dan jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan
mengambil glukosa 16 dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa
darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa darah (Barnes, 2012).
Pada diabetes melitus tipe 2 olahraga berperan dalam pengaturan kadar
glukosa darah. Masalah utama pada diabetes melitus tipe 2 adalah kurangnya respon
terhadap insulin (resistensi insulin) sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam
sel. Permeabilitas membran terhadap glukosa meningkat saat otot berkontraksi
karena kontraksi otot memiliki sifat seperti insulin. Maka dari itu, pada saat
beraktivitas fisik seperti berolahraga, resistensi insulin berkurang. Aktivitas fisik
berupa olahraga berguna sebagai kendali gula darah dan penurunan berat badan pada
diabetes melitus tipe (Ilyas, 2011).
Manfaat besar dari beraktivitas fisik atau berolahraga pada diabetes melitus
antara lain menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan
dalam mengatasi terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah dan peningkatan
tekanan darah (Ilyas, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan aktifitas
fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II di ruangan
cendrawasih di RSUD s.k.lerik kota kupang ?
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya ada
hubungan aktifitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
tipe II
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui aktifitas fisik pasien diabetes melitus tipe II.
2. Mengetahui kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe II
Profesi_Ners_UCB
2. Manfaaat
1. Bagi Responden
Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
masukan dan bahan informasi tentang aktifitas fisik dan kadar gula darah
2. Bagi RSUD S.K.lerik kota kupang
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan
menambah informasi bagi RSUD S.K.LERIK KOTA KUPANG dalam
merencakan kegiatan aktifitas fisik terhadap pasien diabetes mellitus tipe II.
3. Bagi Masyarakat Diharapkan
hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan menambah
informasi bagi masyarakat khususnya yang berada di sekitar lingkungan
RSUD S.K.LERIK KOTA KUPANG dalam mengontrol kadar gula darah
dengan melakukan aktifitas fisik
Profesi_Ners_UCB
BAB II
TEORI
A. Konsep Teori
1. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis
yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan
karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin
dalam tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel
agar dapat digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel (Tarwoto,
2012).
Diabetes melitus (DM) adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah
tinggi melebihi kadar gula normal. Penyakit ini biasanya disertai berbagai
kelainan metabolisme akibat gangguan hormonal dalam tubuh (Handriani kristanti,
2013).
2. Etiologi
Penyebab belum diketahui secara pasti penyebabnya, diperkirakan faktor genetik
menjadi penyebab terjadinya retensi insulin pada pasien DM. Akibat dari gabungan
dari abnormalitas komplek insulin dan sistem transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin. penyebab terjadinya diabetes menurut (Susanti, 2019)
a. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko dari penyakit diabetas
melitus. Sekitar 50% penderita diabetes melitus tipe 2 mempunyai orang tua
yang menderita diabetes.
b. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas mengalami hipertrofi sehingga
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Selain itu pada
obesitas juga terjadi penurunan adiponektin. Adiponektin merupakan hormon
yang dihasilkan adiposit dan berfungsi untuk memperbaiki sensitivitas insulin
dengan cara menstimulasi peningkatan penggunaan glukosa dan oksidasi
asam lemak otot dan hati sehingga kadar trigliserida turun. Penurunan
adiponektin menyebabkan resistensi insulin. Adiponektin berkolerasi positif
Profesi_Ners_UCB
dengan HDL (high density lipoprotein) dan berkorelasi negatif dengan LDL
(low density lipoprotein).
c. Metabolic syndrom
Suatu keadaan seseorang menderita tekanan darah tinggi. Kegemukan dan
mempunyai kandungan gula dan lemak yang tinggi dalam darahnya. Orang
yang mengalami Metabolic syndrom adalah mereka yang mempunyai
kelainan yaitu tekanan darah tinggi lebih dari 140/90 mmHg, kolesterol HDL
kurang dari 40 mg/Dl, trigliserida darah lebih dari 150 mg/dl, obesitas sentral
dan BMI lebih dari 30, lingkar pinggang lebih dari 102cm pada pria dan 88
pada wanita atau sudah terdapat mikroalbuminuria.
d. Pola makan dan pola hidup
Pola makan yang terbiasa dengan makanan yang banyak mengandung lemak
dan kalori tinggi sangat berpotensi untuk meningkatkan resiko terkena
diabetes. Adapun pola hidup buruk adalah pola hidup yang tidak teratur dan
penur dengan tekanan kejiwaan seperti stress yang berkepanjangan, perasaan
khwatir dan takut yang berlebihan .
e. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan
berisiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi
insulin.
f. Konsumsi obat
Konsumsi obat obat yang dimaksud ialah riwayat konsumsi obat-obatan
dalam waktu yang lama seperti adrenalin, diuretika, kortokosteroid, ekstra
tiroid dan obat kontrasepsi
3. Patofisiologi
Diabetes melitus tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
prospandial( sesudah makan) jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi
maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosurin). Ketika glukosa yang
Profesi_Ners_UCB
berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejalah lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis(pembentukan glukosa baru dari aam-asam amino dan substansi
lain). Namaun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu
akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan
keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton
merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda dan gejalah seperti nyeri abdomen, mual/muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran
koma, bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kalainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejalah hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pamantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting (Muthia, 2019).
Profesi_Ners_UCB
4. pathway
DM TIPE 1 DM TIPE 2
Reaksi autoimun Usia, genetik, dll
Defisiensi insulin
B1 B2 B3 B6
B4 B5
ketogenesis Peningkatan
glukosuria Penurunan BB, lelah, kelemahan
metabolisme dalam Gangguan
darah polipagia otot
sensori
Penumpukan Diuresis osmotik
persepsi
asetat
Risiko infeksi Ketidakseimbangan Intoleran aktivitas
nutrisi: kurang dari
poliuria
PH menurun kebutuhan tubuh
Pernafasan
kusmaul, bau Gangguan eliminasi
nafas aseton urinarius
Profesi_Ners_UCB
Gangguan pertukaran gas
5. Klasifikasi
1. Tipe 1 insulin dependent diabetes militus (IDDM) diabetes militus tergantung
insulin (DMTI)
Lima persen sampai sepuluh persen menderita diabetik adalah tipe I sel-sel beta
dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses
autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah.
Awalnya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun
2. Tipe II non insulin dependent diabetes militus (NIDDM)/ diabetes militus tak
tergantung insulin (DMTTI)
90%-95% menderita diabetes tipe II kondisi ini diakibatkan oleh penurunan
sensitivitas terhadap insulin ( resisten insulin ) atau akibat penurunan jumlah
pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diiet dan olahraga.jika
kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik( suntikan insulin dibutuhkan) jika preparat oral tidak mengontrol
hiperglikemia) terjadi paling sering pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun
dan pada orang yang obesitas(Faris, 2023)
6. Manifestasi Klinis
a. Gejalah akut penyakit Diabetes Melitus diantaranya
a) Lapar yang berlebihan atau makan banyak (polifagia)
Pasien dengan Diabetes Melitus, karena insulin bermasalah pemasukan
gula kedalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang dibentuk pun
kurang itu sebabkan orang menjadi lemas. Oleh karena itu, tubuh berusaha
meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga
timbul perasaan selalu ingin makan (Faris, 2023 )
b) Pengeluaran urin (poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume urin dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala Diabetes Melitus
karena kadar glukosa dalam tubuh yang relatif tinggi sehingga tubuh
berusaha mengeluarkan kelebihan glukosa melalui urin. Gejala pengeluaran
urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan
banyak mengandung glukosa (Faris, 2023 ).
c) Sering merasa haus (polidipsi)
Profesi_Ners_UCB
Polidipsi adalah rasa haus yang berlebih timbul karena kadar glukosa
dalam darah terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan
asupan cairan (Faris, 2023).
d) Penurunan berat yang drastis
Penyusutan berat badan pada pasien Diabetes Melitus disebabkan karena
tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energy
untuk tubuh (PERKENI, 2015).
b. Gejalah kronik yang sering dialami oleh penderita DM
a) Kesemutan
b) Gangguan penglihatan
c) Kulit terasa panas seperti tertusuk jarum
d) Mudah mengantuk
7. Penetalaksanaan medis
Penatalaksanaan diabetes militus menurut (Alfaqih, et al., 2022)
a. Terapi dengan insulin.
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes militus geriatri tidak berbeda dengan
pasien dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi
kombinasi yang digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila
terapi kombinasi oral gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti
menjadi insulin setiap harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien
lanjut usia tidak berbeda dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari
faktor-faktor yang meningkatkan risiko hipoglikemia yang dapat menjadi
masalah bagi penderita diabetes pasien lanjut usia.
b. Obat diabetik oral
1. Sulfonilurea adalah obat dengan golongan yang bekerja secara menstimulasi
agar insulin yang tersimpan dapat terlepas, menurunkan ambang sekresi
insulin dan untuk meningkatkan sekresi insulin sebagai rangsangan dari
glukosa
2. Penghambat alfa glukosidase/acarbose
yaitu obat yang bekerja dengan cara menghambat alfaglukosidase, suatu
enzim pada lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan
karbohidrat kompleks. Sehingga mengurangi arbsobsi karbohidrat dan
menghasilakn penurunan pengkatan glukosa postprandial.
3. Thiazolidinediones
Profesi_Ners_UCB
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan meningkatkan PAR alpha reseptor.
Rosiglitazone telah terbukti aman dan efektiv untuk pasien lanjut usia dan
tidak menyebabkan hipoglikemia.
Inhibitor a glukosidase adalah obat yang bekerja dengan cara menghambat
cara kerja enzim a glukosidase di dalam saluran pencernaan, sehingga dapat
menurunkan penyerapan glukosa dalam darah dan dapat menurunkan
hiperglikemia pasca prandial.
8. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes terbagi atas dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronis yang dapat menyebabkan luka pada diabetes sulit sembuh dalam jangka waktu
yang lama yang dapat merusak pembuluh darah dan mengakibatkan perubahan
sirkulasi sehingga darah tidak mengalir sempurnah ke seluruh tubuh (Intan H, 2023)
1. Komplikasi Akut
a. Hipoglikemia, merupakan kondisi dimana turunnya kadar gula dalam darah
secara drastis akibat terlalu banyak insulin dalam tubuh, terlalu banyak
mengkonsumsi obat penurun gula darah , atau terlambat makan . gejalah
berupa penglihatan kabur, detak jantung cepat, sakit kepala, gemetar, keringat
dingin dan pusing. Kadar gula dalam darah yang terlalu rendah dapat
menyebabkan pingsan , kejang, bahkan koma.
b. Ketoasidosis diabetik (KAD)
Merupakan keadaan darurat medis yang disebabkan oleh kadar gula darah
yang tinggi. Ini merupakan komplikasi penyakit diabetes yang terjadi ketika
tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagain sumber bahan bakar
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan keton sebagai sumber
energi.
c. Hiperosmolar Non ketonik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi. Tanpa
tanda dan gejalah asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380)
mO
2. Komplikasi kronis
a. Komplikasi makroangiopati, pembuluh darah darah jantung, pembuluh darah
tepi, pembuluh darah otak
Profesi_Ners_UCB
b. Komplikasi mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
c. Neuropati : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, dimana serat-
serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari penyakit
d. Komplikasi dengan mekanisme gabungan : rentan infeksi, contohnya
tuberculosis paru, infeksi saluran kemih, infeksi kulitdan infeksi kaki dan
disfungsi ereksi.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penderita diabetes militus menurut (Intan H,
2023)
1. Glukosa darah: gula darah puasa > 130ml/dl, tes toleransi glukosa > 201 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa
2. Aseton plasma ( keton) positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : peningkatan lipid dan kolesterol
4. Osmolaritas serum (>300 0sm/l)
5. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) > 200 : tea toleransi glukosa adalah tes
laboratorium untuk memeriksa kemampuan tubuh untuk memindahkan gula dari
darah ke jaringan seperti otot dan lemak.
b. Keluhan Utama
Pasien dengan keluhan utama yang berbeda-beda. Pada umumnya sering datang
den kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria, polidipsia, lemas,
dan berat badan turun. (Intan H, 2023)
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah
terdapat factor-faktor risiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti infark miokard
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Profesi_Ners_UCB
Biasanya pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas, luka yang sukar sembuh, sakit kepala, mual muntah, lemah otot,
letargi, koma dan bingung
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini
berhubungan dengan proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus
berpeluang untuk menurunkan penyakit tersebut kepada anaknya.
d. Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar
gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
2) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada
urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak ada gangguan.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu
tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita Pola
Aktivitas. Adanya kelemahan otot – otot pada ekstermitas menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal,
penderita mudah mengalami kelelahan.
4) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya
biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan
dan gangguan peran pada keluarga (self esteem).
5) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada kaki sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
6) Pola seksual dan reproduksi
Profesi_Ners_UCB
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi
sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme.
7) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif
berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat
menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif.
e. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
2) Head to Toe
a) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
b) Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi,
kaji pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan
suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar
luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis,
kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini
berhubungan erat dengan adanya komplikasi kronis pada makrovaskuler
e) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
Profesi_Ners_UCB
f) Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, penyebaran lemak dan, penyebaran masa otot,
berubah. Pasien juga cepat lelah, lemah.
g) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien
sering mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
2) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict (reduksi). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah bata (++++).
3) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman (Intan H, 2023)
2. Diagnosis Keperawatan
Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan masalah yang dapat menunjang
kelengkapan dan untuk menegakkan suatu diagnosis atau masalah keperawatan (SDKI
PPNI, 2017).
1) Nyeri Akut (D.0077)
2) Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Neuropati perifer
3) Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0015)
4) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan Gangguan toleransi
glukosa darah
5) Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan Nyeri
6) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7) Risiko Infeksi dengan Faktor Risiko : Penyakit Diabetes Melitus
8) Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah dengan Faktor Risiko : Kurang
terpapar informasi tentang manajemen diabetes
9) Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi Keperawatan
Profesi_Ners_UCB
Perencanaan keperawatan adalah tahap penyusunan luaran yang diharapkan serta
penentuan intervensi yang akan di lakukan (Tim Pokja SLKI PPNI, 2017)
Profesi_Ners_UCB
dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit
1. Perfusi jaringan meningka Terapeutik:
2. Kerusakan jaringan menurun 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika
3. Kerusakan lapisan kulit tirah baring
menurun 2. Gunakan produk berbahan
4. Nyeri menurun ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit
sensitive
Edukasi:
1. Anjurkan menggunakan
pelembab
2. Anjurkan minum air yang
cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Perfusi perifer tidak efektif Perawatan sirkurlasi (I. 02079)
berhubungan dengan Setelah dilakukan inervensi
hiperglikemia. keperawatan selama .. X 24jam, Observasi:
maka diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi
meningkat (L.14125) dengan 2. Identifikasi faktor risiko
gangguan sirkulasi
kriteria hasil:
3. Monitor panas,
1. Denyut nadi perifer meningkat kemerahan, nyeri atau
2. Penyembuhan luka meningkat bengkak ppada ekstremitas
3. Warna kulit pucat menurun Terapeutik:
4. Edema perifer menurun 1. Lakukan pencegahan
5. Kelemahan otot menurun infeksi
6. Turgor kulit menurun 2. Lakukan hidrasi
7. Tekanan darah sistolik 3. Lakukan hidrasi
menurun Edukasi:
8. Tekanan darah diastolik 1. Anjurkan berolahraga
menurun rutin
2. Anjurkan obat penurusn
tekanan darah,
antikoagulan,jika perlu
3. Anjurkan minum obat
pengontrol darah secara
teratur
4. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
5. Anjurkan program diet
untuk memperbiki
sirkulasi
6. Informasikan tanda dan
Profesi_Ners_UCB
gejala darurat yang harus
dilaporkan
1. Kolaborasi pemberian
diuretik
Profesi_Ners_UCB
1. Nafsu makan meningkat sistematik
2. Kemrahan menurun Terpeutik:
3. Nyeri menurun
4. Bengkak menurun 1. Berikan perawatan kulit
pada area edema
(L.14137) Edukasi:
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan salah satu tahap pelaksanaan dalam proses
keperawatan . dalam implementasi terdapat susunan dan tatanan pelaksanaan yang
akan mengatur kegiatan pelaksanaan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan yang sudah ditetapakan. (Intan H, 2023)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatan meliputi data subjektif, (S) adalah
ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh pasien, data
objektif (O) keadaan objektif yang dialami pasien , analisa(A) yang
membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan
kriteria hasil kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
Profesi_Ners_UCB
sebagian, atau tidak teratasi, planing(P) adalah rencana lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analis (Intan H, 2023)
BAB 3
Profesi_Ners_UCB
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini diuraikan hasil dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. L
dengan Diabetes Melitus Tipe 2 diruang Cendrawasih RSUD S.K.LERIK kota kupang
selama 3 hari yaitu pada tanggal 03 Januari sampai dengan 06 Januari 2024. Adapun
pelaksanaan dari asuhan keperawatan ini dilakukan sesuai proses keperawatan yang
dimulai dari pengkajian, merumuskan masalah diagnosa keperawatan, menetapkan
intervensi, melakukan implementasi, dan melakukan evaluasi.
Profesi_Ners_UCB
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DEWASA
Instansi Kesehatan : RSUD S.K.LERIK KOTA KUPANG
Ruang : CENDRAWASIH No RM: 090016
Mahasiswa :
Pembimbing Institusi : Ns. Sakti Oktaria Batubara, M.Kep., Ph.Dttd:
A. IDENTITAS
1. Nama Inisial : Ny. L Panggilan : L
2. Umur : 69 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : kristen
5. Pendidikan : Sarjana
6. Pekerjaan : Pensiuna
7. Suku/bangsa : Padang/ indonesia
8. Status perkawinan : Cerai Mati
9. Alamat : Kel. Lasiana, RT 003 RW 002
10. Penanggung biaya : BPJS
Profesi_Ners_UCB
C. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum: baik, sedang, lemah : pasien mengatakan badan terasa
lemas
Kesadaran: Composmentis
Usia: 69 tahun TB: 156 BB: 60 BB ideal:
Suhu: 36,2 C
Denyut nadi: 92 x/mnt lemah / teratur
Tekanan darah: 133/64 mmHg Tidur
Frekuensi nafas: 19 x/ menit
Masalah keperawatan: intoleransi aktivitas
1. B1 (Breathing)/Pernafasan:
Irama pola nafas : teratur, tidak teratur
Jenis : dispnea, kusmaul, cheyne stokes,
lain-lain:
Suara nafas : Vesikuler, Stridor, Wheesing, Ronchi
lain-lain:
Sesaknafas : ya, tidak
Batuk :ya, tidak
Auskultasi :
Lobus kanan atas : vesikuler
Lobus kiri atas : vesikuler
Lobus kanan bawah : vesikuler
Lobus kiri bawah : vesikuler
Lobus kanan tengah : vesikuler
Lainnya : ……………………………………………
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
2. B2 (Blood)/Kardiovaskuler
Irama jantung : S1, S2, S3, S4, teratur, tidak teratur
Nyeri dada : ya, tidak
Bunyi jantung : normal, mur-mur, gallop, lain-lain:……...
Capillary Refill Time (CRT): < 3 detik, < 3 detik
Akral : hangat, panas, dingin kering, dingin, basah
Lainnya : ………………………….
Profesi_Ners_UCB
S1 : bunyi Lup, saat katup atrio-ventrikuler menutup dan otot ventrikel
berkontraksi terdengar pada akhir systole dan sebelum
S2 : bunyi Dup, saat katup atrio-ventrikuler membuka kembali bunyi yang
dihasilkan oleh katup aurtic dan pulmoner yang tertutup
S3:bunyi dull, yang terdengar sangat halus, bunyi jantung s3 dapat terdengar
pada saat fase awal diastolik sekitar18 detik setelah bunyi s2
S4: bunyi Bbrr, ketika ventrikel kiri tidak meregang dengan sempurna dan atrial
berkontraksi memompa darah melalui katup kiri jantung dan menabrak dingding
ventrikel kiri.
Mur-mur : mur-mur jantung adalah suara tambahan yang terdengar selama
jantung berdetak. Suara itu terdengar saat darah mengalir dengan lancar, seperti
melalui katup yang rusak.
Masalahkeperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3. B3 (Brain) / persarafan dan Pengindraan
Bila Diagnosa Medis pasien adalah Stroke, Meningitis dll, lakukan juga pemeriksaan 12
Nervus
GCS : 4 eye, 5 verbal, 6 motorik, total: 15
Refleks fisiologi : + patella, + triceps, + biceps, lain-lain: ………….
Refleks patologis: - babinsky, - brudzinsky, - kernig, lain-lain:……..
Istirahat/tidur : 8 jam/hari
Gangguan tidur : tidak ada gangguan tidur
Lainnya : ………………………………………………….
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
Profesi_Ners_UCB
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4. B4 (Bladder)/Perkemihan
Kebersihan: bersih kotor, lain-lain: …………………………..
Jumlah urine: 1000cc/hari, warna urine: jernih bau urine: padat
Alat bantu (kateter, dll): ada, tidakada, ukuran: ……………, lainnya:
……………….
Kandung kemih: Membesar: ya, tidak, lain-lain: ……………….
Nyeri tekan: ya, tidak, lain-lain: ……………….
Gangguan: anuria, oliguria, retensi, inkontinensia nokturia,
lain-lain: ……………………….
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
5. B5 (Bowel)/Pencernaan
Nafsu makan: baik, menurun, lain-lain: …………………………
Mual : ya, tidak
Muntah: ya, tidak. Jumlah: …. cc
Porsimakan: habis, tidak, keterangan: ………………………..
Minum : 1200cc/hari, jenis yang diminum: air putih
Mulut : bersih, kotor, berbau
Membran mukosa: lembab, kering, stomatitis
Tenggorokan: sakit menelan/nyeri tekan, kesulitan menelan
Pembesaran tonsil, lain-lain: …………………….
Abdomen: tegang, kembung, asites, nyeri tekan,
lokasi:
Peristaltik : 12 x/menit
Pembesaran hepar: ya, tidak
Profesi_Ners_UCB
Pembesaran lien : ya, tidak
Buang air besar: 1 kali/hari, teratur: ya, tidak
Konsistensi: padat bau: ……………, warna: hitam kecoklatan
Lain-lain : ………………………………………….
Balance cairan: 24 jam
Intake Output
Minum :1000 cc Urine : 1000cc
Infus :500cc IWL : 15 x BB = 90 cc
Soup/kuah/air buah: … cc Muntah/diare/perdarahan:…cc
Obatcairlainnya (mis; albumin
(sebutkan)…. Cc IFVD
JumlahI= 1,500cc Total O = 1,090
Balance cairan: Total I-Total O = 1,500-1,090 = 410 cc
7. Endokrin
Pembesaran tiroid : ya, tidak
Hiperglikemia : ya, tidak
Hipoglikemia : ya, tidak
Profesi_Ners_UCB
Luka gangren : ya, tidak
Lain-lain : ………………………………
Masalah keperawatan : ketidakstabilan kadar glukosa darah
8. Personal hygiene
Mandi : 1 x/hari dibantu sebagian
Keramas : 3 x/hari dibantu sebagian
Ganti pakaian : 1 x/hari dibantu sebagian
Sikat gigi : 1 x/hari dibantu sebagian
Memotong kuku : 1 x/minggu dibantu sebagian
Masalah keperawatan: ……………………………………………
9. Psiko-sosio-spiritual
Orang yang paling dekat : anak keluarga
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar : baik
Kegiatan ibadah : sering berbadah
Konsepdiri:
a. Gambaran diri: Pasien mengatakan bahwa pasien merasa bersyukur dengan
anugrah yang Tuhan telah berikan kepadanya karena anggota badannya tidak
mengalami kecacatan.
b. Ideal diri: Pasien mengatakan bahwa walaupun sakit, tetapi pasien harus tetap
bersemangat sehingga dapat tetap bermanfaat dan melakukan aktivitas secara
mandiri.
c. Harga diri : Pasien mengatakan pasien tidak merasa malu dengan dirinya
d. Peran diri : Pasien berperan sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga.
Pasien memiliki 2 orang anak laki-laki
a. Identitas diri : Pasien adalah seorang perempuan dan pasien mengatakan
merasa puas dengan keadaannya
Masalah keperawatan: ………………………………………………..
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium :
DARAH
Profesi_Ners_UCB
GULA DARAH PUASA 247.3 mg/dL 70-110
URINE LENGKAP
2. Radiologi:
Foto thorax AP :
- Cor : besar dalam bentuk normal
Profesi_Ners_UCB
- Pulmo : tampak ground glass opacity disertai cavitas dan fibrosis di lapang
paru kanan
- Sinus prenicocostalis kanan kiri tajam
- Hemidiafragma kanan kiri tampak baik
- Tulang tulang tampak baik
Kesan :
- Keradangan paru dapat merupakan proses spesifik (mohon korelasi klinis )
- Cor tak tampak kelainan
3. USG/Endoskopy dll
4. EKG
5. Lainnya
Masalah keperawatan: …………………………………………………..
Profesi_Ners_UCB
mellitus (kencing kelenjar tiroid dan
manis). Novorapid mengubah pola diet
digunakan untuk secara tiba-tiba.
memasukkan insulin
guna membantu
memperbaiki produksi
insulin yang dihasilkan
tubuh dengan cepat,
dengan cara
disuntikkan ke dalam
tubuh
4 Infus Nacl 0,9 % 20 tpm NaCl 0,9% adalah Hipersensitif dan
untuk mengganti gagal jantung
cairan, misalnya kongestif.
pada kasus
dehidrasi berat,
syok hipovolemia,
perdarahan, sepsis,
dan alkalosis
metabolik dengan
deplesi cairan.
Dosis cairan salin
normal yang
diberikan akan
amat bervariasi
tergantung pada
berat badan pasien,
kondisi medis
pasien, dan
indikasi.
Catatan: indikasi dan kontraindikasi terapi saat ini dapat dilihat pada Buku ISO (indormasi Spesialite Obat) Indonesia, MIMS dll
F. MASALAH KEPERAWATAN
Kupang, ……………..
(………………………………….)
NIM: ……………………….
Profesi_Ners_UCB
A. ANALISA DATA
- Kekuatan otot
3 5
3 5
- Aktivitas
tampak
dibantu
keluarga
- Gula darah 2
jam pp : 254
mg/dl
- Urin :
glukosa
positif 2 (++)
Profesi_Ners_UCB
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai
dengan Pasien mengatakan badan terasa lemas dan susah untuk bergerak pada
ekstremitas kanan Tampak pucat, Kemampuan pergarakan sendi terbatas, Aktivitas
tampak dibantu keluarga Kekuatan otot 3 5
3 5
Profesi_Ners_UCB
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Profesi_Ners_UCB
Edukasi
- Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar
glukosa darah lebih
dari 250 mg/dL
- Anjurkan kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin
Profesi_Ners_UCB
ekstremitas kanan (5) memulai mobilisasi
3. Gerakan Terapeutik
terbatas
meningkat - Libatkan keluarga
(1) untuk membantu
Kelemahan fisik pasien dalam
meningkat (1) meningkatkan
pergerakan
Edukasi
Profesi_Ners_UCB
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Profesi_Ners_UCB
mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis: duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur ke
kursi)
Profesi_Ners_UCB
kepala)
3. Konsultasi
dengan medis
jika tanda dan
gejala
hiperglikemia
tetap ada atau
memburuk
4. Anjurkan
menghindari
olahraga saat
kadar glukosa
darah lebih dari
250 mg/Dl
5. Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet dan
olahraga
6. Kolaborasi
pemberian
insulin
Profesi_Ners_UCB
Kamis, 04/01/2024 Gangguan mobilitas fisik S:
berhubungan dengan - Pasien mengatakan badan terasa lemas
penurunan kekuatan otot dan susah untuk bergerak pada
ekstremitas kanan.
O:
- Tampak pucat
- Kekuatan otot
3 5
3 5
Profesi_Ners_UCB
pada ekstremitas kanan
O:
- Kekuatan otot
4 5
4 5
14:40
14:50
Profesi_Ners_UCB
menghindari olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL.
15: 30
18:00
Melayani terapi insulin novorapid 8 iu/sc
E:
- Kekuatan otot
4 5
4 5
Profesi_Ners_UCB
keluarga
A: masalah mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,4 di lanjutkan
I:
10 :30
Mengidentifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya
Pasien mengatakan sudah bisah sedikit
untuk bergerak pada ekstremitas kanan.
10:50
Melibatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
11:40
Mengajarkan mobilisasi kepada pasien
yaitu gerakan langkah
1. Ayunan satu lengan ke depan
belakang
2. Ayunan satu lengan ke samping
3. Ayunan satu lengan ke samping
bersamaan dengan memindahkan
berat badan
4. Ayunan dua lengan ke depan
belakang
5. Ayunan dua lengan silang di depan
di badan
Pasien paham dan bisa mengikutinya
E:
S: Pasien mengatakan badan terasa lemas
berkurang dan sudah bisah utuk bergerak
pada ekstremitas kanan
.
- O:
- Kekuatan otot
4 5
4 5
Profesi_Ners_UCB
teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,4 di lanjutkan
14:40
14:50
15: 30
18:00
Melayani terapi insulin novorapid 4 iu/sc
E:
Profesi_Ners_UCB
O : Pasien masih tampak lemah, Gula
darah puasa : 110 mg/dl, Gula darah 2 jam
pp : 80 mg/dl
Kamis, 06/01/2024 Gangguan mobilitas fisik S: Pasien mengatakan sudah bisah sedikit
berhubungan dengan untuk bergerak pada ekstremitas kanan.
penurunan kekuatan otot - O: Tampak pucat
- Kekuatan otot
3 5
3 5
Profesi_Ners_UCB
Kamis, 06/01/2024 Ketidakstabilan kadar S : pasien mengatakan badan tidak lemas
glukosa darah berhubungan lagi
dengan resistensi insulin
ditandai dengan Pasien O : Pasien tampak baik, Gula darah puasa :
mengatakan badan terasa 110 mg/dl, Gula darah 2 jam pp : 80 mg/dl
lemas A : masalah ketidakstabilan glukosa darah
teratasi
P : intervensi dihentikan
Profesi_Ners_UCB