Keadaan Sosial Bangsa Indonesia
Keadaan Sosial Bangsa Indonesia
Disusun Oleh :
1. Alisya
2. Andhika
3. Cika
4. Dinda
5. Galuh
6. Ghea
7. Novyani
8. Risma
9. Vina
Dengan keadaan yang seperti ini, mengakibatkan kondisi sosial masyarakat Indonesia
kurang terjalin dengan lancar. Kurangnya hubungan antara masyarakat, antar penjajah. Hal
ini berakibat didaerah-daerah terjadi pemisahan hubungan antar manusia.
Diskriminasi berdasarkan ras hampir terjadi di seluruh sendi kehidupan sosial.
Pembatasan-pembatasan jabatan yang tajam ditentukan atas dasar rasial dan mobilitasnya
ke atas ditentukan batas-batasnya sampai pada tingkat-tingkat tertentu. Diskriminasi ras
ini ditandai dengan kaum bumiputra yang berkutat pada jabatan-jabatan rendah dan pada
lapisan atas yang tipis terdiri atas golongan Eropa. Perbedaan status ekonomi antara
golongan kecil penduduk kulit putih dan masyarakat bumiputra di bagian yang paling
bawah.
Selain itu, adanya pembatasan-pembatasan pergaulan sosial antara ras-ras. Tidak
adanya kontak sosial dan adanya pemisahan-pemisahan fisik yang sangat mencolok.
Masyarakat Jawa dengan keras dilarang memasuki perkumpulan-perkumpulan, lapangan-
lapangan olahraga, sekolah-sekolah, tempat-tempat umum dan daerah tempat dimana
kediaman bangsa Belanda. Bentuk lahiriah wilayah Indonesia pada saat ini masih menjadi
bukti adanya pemisahan-pemisahan pada zaman kolonial itu. Anggota-anggota sosial yang
dominan yang sebagian besar terdiri dari orang-orang Eropa, di kota–kota mereka
mempunyai daerah-daerah tempat tinggal yang khusus dan di bagian kota yang baik.
Karena pergaulan hidup antara golongan-golongan itu tertutup, maka apabila tidak ada
kontak yang perlu, golongan-golongan itu berusaha menjauhkan diri satu sama lainnya.
Dapat dinyatakan lebih konkrit, mereka hidup, bekerja dan membangun pada jalan yang
sama sekali berbeda, dan mereka mempunyai kepentingan-kepentingan, kemampuan-
kemampuan dan ideal-ideal yang tidak sama. Hanya pada hubungan-hubungan formal,
seperti hubungan majikan dengan buruh atau hubungan tuan dengan hamba, terjadilah
kontak tetapi kontak yang menunjukan ketidaksamaan tersebut. Bilamana kontak sosial
tidak dapat di hindari, maka jarak sosial itu diterbitkan dan di lambangi dengan berbagai
macam etiket dan berbagai macam mekanisme untuk melindungi diri sendiri. Semua
bentuk pemisahan yang mencolok itu di institusionalisasikan untuk mencegah kontak
sosial pada tingkat - tingkatan dimana ada kesamaan sosial atau keakraban. Dilihat dari
segi ini, maka masyarakat kolonial itu sunggun -sungguh menyerupai masyarakat yang
berkasta.