Sistem Energi
Sistem Energi
Setiap jenis aktivitas fisik terutama dalam olahraga, selalu menuntut penggunaan
pengeluaran energi untuk kerja sehingga diperlukan ketersediaan energi secara khusus. Dalam
pemenuhan tuntutan kebutuhan dan penyediaan energi selalu dapat terpenuhi karena dalam
tubuh manusia ada cadangan untuk penyediaan energi di dalam otot. Dalam keadaan istirahat
otot mendapatkan cadangan energi kira-kira sebesar 2/3 dari metabolisme aerobic asam lemak
dan hanya kira-kira sebesar 1/3 energi sumber yang berasal dari karbohidrat. Namun, selama
berlangsungnya aktivitas kerja sumber energi utamanya berasal dari glycogen otot, glukose
dalam darah, dan asam laktat dalam taraf ambang tertentu (di bawah 4 mmol).
Ada 3 komponen produksi tenaga manusia yang hampir memiliki kesamaan pengertian, yaitu:
energi,kerja, dan power. Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu kerja. Dimana energi
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: energi kinetik, energi potensial, dan energi kimia. Energi
kinetik berkaitan dengan gerak, yang sangat di pengaruhi oleh mekanika, percepatan, gravitasi,
dan alat gerak. Sedangkan energi potensial adalah energi yang berdasarkan pada posisi tubuh,
yang dipengaruhi oleh gravitasi dan bidang tumpu selama gerak berlangsung. Energi kimia
adalah energi potensial yang berasal dari makanan yang dimakan, sehingga menjadi proses
kimiawi di dalam tubuh manusia.
Energi adalah sumber utama terjadinya kerja, sehingga idefinisi kerja (mechanical work = W)
Adalah produk dari kekuatan (force = F) untuk menempuh jarak (distance = D). Untuk itu definisi
kerja bila dirumuskan menjadi : W (work) = F (force) x D (distance).
Sebagai contoh kerja,bila seseorang dengan berat badan 70 kilogram (force) yang melakukan
kerja menaiki anak tangga setinggi (distance) 2 meter, maka orang tersebut melakukan kerja
secara mekanika (mechanical work) sebesar 70 kg × 2 m = 140 kg-m. Kerja dan pengeluaran
energi dapat diukur, misalnya 1 kcal sama dengan 426.4 kg-m, sehingga bila orang melakukan
kerja mekanika sebesar 140 kg-m sama dengan menggunakan tenaga sebesar 0,33 kcal (Bowers
dan Fox, 1992).
Power (P) adalah kerja (work = W) per unit waktu (time = t). Untuk definisi power bila dirumuskan
menjadi: P = W/t = (f × D)/ t. Agar dapat memperjelas pengertian power dengan menggunakan
contoh tersebut di atas, yaitu orang yang berat badannya 70 kilogram menaiki tangga setinggi 2
meter dalam waktu 1 detik, maka power orang tersebut adalah sebesar (70 kg × 2 m)/ 1 detik =
140 kg – m/detik.
Dalam pembahasan energy berikut ini lebih berorientasi pada energi untuk kerja yang bersumber
pada energi kimiawi. Sedangkan untuk kerja (work) pembahasannya akan dilakukan dalam sub
bab yang lain. Untuk komponen biomotor kekuatan, dan power akan dibahas dalam sub bab
komponen biomotor tentang power yang merupakan hasil kali dari kekuatan dan kecepatan.
Pada dasarnya ada dua macam sistem metabolisme energi yang diperlukan dalam setiap
aktivitas manusia, yaitu dari metabolisme: (1) sistem energi anaerob, dan (2) sistem energi
aerob. Kedua sistem tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan secara mutlak selama aktivitas kerja
otot berlangsung. Oleh karna sistem energi merupakan serangkaian proses pemenuhan
kebutuhan tenaga yang secara terus menerus berkesinambungan dan saling silih berganti. Pada
awal kerja memang diperlukan sistem energi ATP-PC, tetapi jika kerja itu terus berlangsung maka
diperlukan sistem energi lain yang akhirnya akan sampai pada sistem energi aerobik. Adapun
letak perbedaan di antara kedua sistem energy tersebut adalah pada ada dan tidaknya bantuan
oksigen (O²) selama proses pemenuhan kebutuhan energy energi berlangsung.
Sistem anaerob selama proses pemenuhan energinya tidak memerlukan bantuan oksigen (O2),
namun menggunakan energi yang telah tersimpan di dalam otot, yaitu ATP dan PC. Sebaliknya,
sistem energi aerob dalam proses pemenuhan kebutuhan energi untuk bergerak memerlukan
bantuan oksigen (O2) yang diperoleh dengan cara menghirup udara yang ada di sekitar dan di
luar tubuh manusia melalui sistem pernapasan .
Sistem Metabolisme Anaerob
Metabolisme adalah serentetan berbagai reaksi kimiawi yang terjadi dalam tubuh atau perubahan
yang menyangkut segala transformasi kimiawi serta energi yang terjadi di dalam tubuh. Anaerob
berarti tanpa oksigen. Sistem metabolisme anaerob adalah serentetan reaksi kimiawi yang tidak
memerlukan adanya oksigen. Dalam sistem metabolisme energi anaerob dibedakan menjadi dua
sistem, yaitu (1) anaerob alaktik dan (2) anaerob laktik . Menurut McArdle, dkk (1986) sistem
energi anaerob alaktik adalah sistem ATP-PC dan sistem anaerob laktik adalah sistem glikolisis
(asam laktat). Dalam proses pemenuhan kebutuhan energi, sistem anaerob alaktik tidak
menghasilkan asam laktat, sebaliknya sistem anaerob laktik dalam prosesnya menghasilkan
asam laktat. Kedua sistem energi anaerob tersebut sama-sama tidak memerlukan bantuan
oksigen selama dalam proses pemenuhan energi.
Pada setiap awal kerja otot, kebutuhan energi dipenuhi oleh persediaan ATP yang terdapat di
dalam sel otot (Bowers dan Fox, dkk, 1992). ATP adalah senyawa kaya energi yang tersimpan di
dalam sel otot, sehingga merupakan bentuk energi kimia yang siap pakai untuk aktivitas otot yang
pertama kali. Meskipun ada bentuk energi kimia yang lain, seperti yang terdapat di dalam
makanan yang dimakan, tetapi harus diubah dahulu ke dalam bentuk ATP baru yang dapat
digunakan sebagai tenaga oleh sel otot. ATP terdiri dari sejumlah molekul yang unik, yang disebut
adenosin dan tiga komponen sederhana yang dinamakan kelompok phosphat.
Dengan demikian, sumber tenaga yang pertama kali dipakai dalam setiap bentuk aktivitas kerja
otot adalah ATP (Adenosin triphosphate) yang hanya mampu menopang kerja selama kira-kira 5
detik bila tidak ada sistem energi yang lain. Agar kerja otot mampu berlangsung lebih lama lagi,
maka diperlukan Phospo Creatin (PC) yang mampu memperpanjang kerja selama kira-kira
sampai dengan 10 detik (Nossek, 1982). Phospo Creatin (PC) juga merupakan senyawa yang
kaya energi dan berkaitan erat dengan ATP. Di dalam seluruh otot menyimpan ATP dan PC
dalam jumlah sedikit secara kolektif yang disebut dengan phospagen . Menurut Bowers dan Fox
(1992) jumlah ATP-PC di dalam otot wanita sebesar 0,3 % mol dan untuk otot laki-laki sebesar
0,6 % mol. Dengan demikian jumlah energi yang tersedia bila menggunakan sistem ATP-PC
sangat terbatas. Untuk itu, apabila kerja masih harus berlangsung lebih lama lagi, maka
kebutuhan energi yang diperlukan dipenuhi oleh sistem glikolisis atau asam laktat (glikolisis
anaerob).
Anerob akan mampu memperpanjang kerja selama kira-kira sampai dengan 120 detik (McArdie,
dkk, 1986). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar yang menunjukkan tingkat
kemampuan (lama waktu) sistem energi (Bompa, 1994) seperti berikut.
Glikolis adalah proses pemecahan karbohidrat (gula), sedang anaerobic berarti tanpa bantuan
oksigen. Dalam proses glikolis anaerobic gula dipecah menjadi ATP untuk mensuplai energi yang
diperlukan oleh oto. Apabila karbohidrat hanya dipecah secara pasial (bagian) , maka salah satu
hasil akhirnya adalah asam laktat, sehingga dinamakan sisten asam laktat. Selama
berlangsungnya proses pemenuhan energi anaerob, di dalam jaringan jairngan otot dan darah
akan terjadi timbunan asam laktat. Apabila timbunan asam laktat semakin banyak dan tidak
mampun diresistensi lagi menjadi sumber energi (dalam proses sistem asam laktat), maka akan
menyebabkan terjadinya kelelahan otot. Salah satu tanda dari kelelahan otot adalah terjadinya
kejang otot (kramp), yang disebabkan oleh tidak lancarnya proses resistensi asam laktat menjadi
ATP kembali di dalam otot. Adapun untuk ciri-ciri sistem energi yang anaerobik, meliputi
anaerobic alaktik dan laktik adalah sebagai berikut.
Aerobic berarti ada bantuan oksigen, sehingga metabolisme aerobic adalah menyangkut
serentetan reaksi kimiawi yang memerlukan bantuan adanya oksigen. Setelah proses
pemenuhan energi berlangsung selama kira-kira 120 detik, maka asam laktat sudah tidak dapat
diresintesis lagi menjadi sumber energi. Untuk itu, diperlukan oksigen (O2) untuk membantu
proses resintesis asam laktat menjadi sumber energi Kembali. Oksigen (O2) diperoleh melalui
system pernapasan yakni dengan cara menghirup udara yang ada disekitar manusia. Oksigen
yang masuk melalui system pernapasan digunakan untuk membantu pemecahan senyawa
glikogen dan karbohidrat ( bowes dan fox, dkk, 1992 ). Dengan adanya oksigen, maka
pemecahan glikogen secara penuh menjadi karbon dioksida ( CO2) dan air ( H2O) yang akan
menghasilkan ATP.
Karbon dioksida yang dihasilkan berdifusi secara bebas dari sel otot ke dalam paru-paru untuk
dibuang melalui pernapasan. Sedangkan air yang dihasilkan bermanfaat dalam sel itu sendiri
karena Sebagian besar dari sel itu adalah air. Serentetan reaksi kimiawi tersebut terjadi di dalam
mitokondria adalah badan sel yang sering di kenal sebagai pembangkit tenaga listrik dari sel, dan
merupakan tempat aerobik menghasilkan ATP. Dengan demikian system aerob ini berguna untuk
memulihkan ATP dan juga untuk mengahasilkan energi selama kerja otot selanjutnya.
Seluruh rangkaian proses tersebut di atas dinamakan glikolisis aerobic. Glikolisis adalah
pemecahan glikogen secara kimiawi, dan aerobic adalah adanya bantuan oksigen. Glikolisis
aerobic adalah pemecahan glikogen ( glucose ) dengan bantuan oksigen. Ada perbedaan antara
glikolisis aerobic dan glikolisis anaerobic, yaitu dengan adanya bantuan oksigen asam laktat tidak
tertimbun di dalam otot dengan kata lain berkat bantuan oksigen akan menghambat terjadinya
timbunan asam laktat di dalam otot, tetapi oksigen tersebut tidak meresintesis ATP, fungsi
oksigen dalam proses ini adalah untuk mengalihkan asam laktat dengat pyruvate ke dalam
system aerobic setelah diresintesis ATP, jadi selama proses giloklisis aerobic, glikogen yang
dipecah menjadi asam pyruvate menghasilkan energi untuk meresintesis ATP ( bowes dan fox,
1992 ) untuk lebih jelasnya proses terjadinya reaksi secara baruntun tersebut dapat digambarkan
seperti berikut:
Adapun ciri-ciri dari sistem energi yang aerobik ditinjau dari intensitas, durasi, dan iramanya
adalah sebagai berikut.
Sebagai rangkuman untuk memperjelas pembagian tentang sistem energi, dapat dilihat pada
bagan berikut ini.
Alaktik ATP-PC
Anaerob
Laktik LA + O2
Sistem Energi
Aerob O2
Didalam kinerja (penampilan) aktivitas olahraga kedua sistem energi tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda. Perbedaan ini yang merupakan dasar pada saat menentukan setiap
metode yang disesuaikan dengan tujuan. Banyak faktor yang ikut menentukan pemilihan metode
dan bentuk latihan selain kedua sumber energi tersebut, antara lain adalah faktor teknik, taktik,
macam gerak, jenis lapangan, dan kebutuhan energi dominannya.
Selanjutnya aktivitas yang sumber energinya berasal dari sistem aerobik cenderung
menggunakan power yang rendah dan berhubungan erat dengan ketahanan kardiorespirasi
sedangkan aktivitas fisik yang sumber energinya berasal dari sistem energi anaerobik memiliki
kecenderungan menggunakan power yang tinggi dan berkaitan erat dengan power ototo serta
ketahanan otot. Selanjutnya Rushall dan Pyke (1992) secara ringkas menggambarkan
sumbangan dan peranan sistem energi dalam kinerja (penampilan) olahraga seperti gambar
berikut ini.