Aborsi Terhadap Anak Hasil Pemerkosaan Dilihat Dari Kacamata Hamfix
Aborsi Terhadap Anak Hasil Pemerkosaan Dilihat Dari Kacamata Hamfix
KACAMATA HAM
NAMA UNIVERSITAS
dinamisme manusia di dalam kehidupannya. Hidup sebagai nikmat yang diberikan oleh
F F F F F F F F F F
Tuhan harus dijaga dan disyukuri. Memelihara jiwa dan melindunginya dari berbagai
F F F F F F F F F F
Seperti yang diketahui, hak untuk hidup merupakan suatu Non-Derogable Rights
F F F F F F F F F
yaitu suatu hak yang tidak dapat dicabut dengan alasan dan dalam situasi maupun kondisi
F F F F F F F F F F F F F F
apapun. Hak-hak manusia perlu dilindungi dengan peraturan hukum. Menurut Deklarasi F F F F F F F F
Universal HAM yang dikukuhkan PBB terdapat lima jenis hak asasi yang dimiliki oleh
F F F F F F F F F F F F F
setiap individu yaitu hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan
F F F F F F F F F F F
perlindungan hukum), hak sipil dan politik, hak subsistensi (hak jaminan adanya sumber
F F F F F F F F F
Menyadari hal tersebut, Indonesia memberikan jawaban atas Pasal 3 DUHAM yang F F F F F F
dituangkan dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 28A yang
F F F F F F F F
berbunyi: “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan F F F F F F F F F
kehidupannya”. Kehidupan yang dimaksud disini tentu saja bukan hanya hidup sebagaimana F F F F F F F F F F
adanya melainkan hidup sebagaimana mestinya. Hidup akan lebih bermakna jika dijalani
F F F F F F F F F
sesuai dengan kaidah-kaidah dan normanorma yang berlaku dan hidup di masyarakat.
F F F F F F F F F F
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Tentu saja, hidup dapat
F F F F F F F F F F F
dijalankan apabila dalam keadaan sehat. Artinya, kesehatan sebagai kebutuhan dasar
F F F F F F F F
manusia merupakan hak bagi setiap warga negara. Kesehatan adalah hal yang sangat
F F F F F F F F F F F
penting yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan merupakan kebutuhan pokok selain
F F F F F F F F F F F
sandang, pangan, dan papan. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, F F F F F
1
A. Ubaedillah & Abdul Rozak, 2014, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Kencana, Jakarta,
Hlm. 151
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk produktif secara sosial dan F F a F F F F F F F F F
ekonomis.
usaha yang sangat luas dan menyeluruh, usaha tersebut meliputi peningkatan kesehatan
F F F F F F F F F F
masyarakat baik fisik maupun non fisik. Di dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan
F F F F F F F F F F F
bahwa kesehatan menyangkut semua segi kehidupan yang ruang lingkup dan jangkauannya
F F F F F F F F F F F
sangat luas dan kompleks. Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa pada dasarnya
F F F F F F F F F F
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka F F F F F F F F F
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal secara menyeluruh dan terpadu sebagai salah
F F F F F F F F F F F
Indonesia sebagai negara hukum yang menganut aliran hukum positif mengatur
F F F F F F F F F F
dalam pasal 346, 347, 348, dan 349 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Secara eksplisit,
F F
dapat ditarik kesimpulan bahwa pengguguran dan pembunuhan kandungan itu mutlak
F F F F F F F F F F
pada prinsipnya sejalan dengan ketentuan pidana yang ada, yaitu melarang setiap orang
F F F F F F F F F F F
untuk melakukan aborsi. Namun, dalam tataran bahwa negara harus melindungi warganya
F F F F F F F F F
dalam hal ini perempuan yang melakukan aborsi berdasarkan indikasi kedaruratan medis
F F F F F F F F F F F
dan akibat perkosaan, serta melindungi tenaga medis yang melakukannya, Undang-undang
F F F F F F F
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan membuka pengecualian untuk aborsi berdasarkan F F F F F F
Dalam Pasal 75 ayat 2 UU No. 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa aborsi dapat F F
dilakukan dalam kondisi tertentu yautu indikasi kedaruratan medis dan perkosaan. Pada ayat
F F F F F F F F F F
medis dan perkosaan sebagai syarat pengecualian dilakukannya aborsi diatur lebih lanjut
F F F F F F F F F F
2
Bahder Johan Nasution, 2005. Hukum Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, Hlm. 1
3
Lihat Konsideran menimbang Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud yaitu PP Nomor 61
F F F F F F F
Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Dijelaskan bahwa dengan alasan korban
F F F F F F F
B. PERMASALAHAN
Dari Latar Belakang di atas dapat di tentukan rumusan masalah sebagai berikut :
4. Bagaimana pengaturan aborsi dalam kitab undang undang Hukum Pidana KUHP ?
C. PEMBAHASAN
1. Aborsi
A. Definisi Aborsi
Abortus yaitu keluarnya hasil pembuahan (janin) yang belum waktunya dari
F F F F F F F F
kandungan ibu dan belum dapat hidup di luar kandungan.4 Secara medis, aborsi adalah
F F F F F F F F F F
berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan mencapai usia 20 minggu atau
F F F F F F F F F F
berat bayi kurang dari 500 g, yaitu sebelum janin dapat hidup diluar kandungan secara
F F F F F F F F F F F F
mandiri. Abortus adalah kehamilan yang berhenti prosesnya pada umur kehamilan dibawah
F F F F F F F F F F
20 minggu, atau berat fetus yang lahir 500 gram atau kurang. Aborsi berarti terhentinya
F
kehamilan yang terjadi di antara saat tertanamnya sel telur yang sudah (blastosit) dirahim
sampai kehamilan 28 minggu. Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas,
dimana masa gestasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 gram. 5 WHO
merekomendasikan viabilitas apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih dan
berat janin 500 gram atau lebih.\
Menurut Fact Abortion, Info Kit on Women’s Health oleh Institute For Social, Studies
and Action, Maret 1991, dalam istilah kesehatan aborsi didefinisikan sebagai penghentian
kehamilan setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin
4
R. Atang Ranoemihardja, 1991, Ilmu Kedokteran Kehakiman (Forensic Science), Tarsito, Bandung, Hlm. 50
5
Cecep Triwibowo, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika, Yogyakarta, Hlm. 166
(fetus) mencapai 20 minggu.6 Aborsi dalam kamus Inggris Indonesia diterjemahkan dengan F F F F F F F
menjadi aborsi dalam bahasa Indonesia mengandung arti keguguran dengan keluarnya
F F F F F F F F F F
embrio atau fetus tidak semata-mata karena terjadi secara alamiah, akan tetapi juga
F F F F F F F F F F F
Secara garis besar, abortus terbagi menjadi dua macam, yaitu abortus spontan dan
F F F F F F F F F F
abortus buatan. Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan
F F F F F F F F F
abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan proses
F F F F F F F F F F F F
kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan
F F F F F F F
Ada beberapa istilah untuk menyebut keluarnya konsepsi atau pembuahan sebelum F F F F F F F F F
usia kehamilan 20 minggu yang biasa disebut aborsi (abortion), diantaranya: Abortion
F F F F F F F
1. Abortus Spontan F F
Abortus spontan adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum
F F F F F F F F F F
janin dapat bertahan. Abortus spontaneous, adalah aborsi yang terjadi dengan tidak
F F F F F F F F F
didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis semata - mata disebabkan oleh faktor
F F F F F F F F
alamiah. Abortus spontan dikategorikan sesuai dengan cara pengeluaran janin. Berikut ini, F F F F F F F F
a. Abortus imminiens, Adalah terjadinya perdarahan uterus pada kehamilan sebelum usia
F F F F F F F F F
kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya
F F F F F F F
terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar
F F F F F F F F F F
tuanya kehamilan, serviks belum membuka dan tes kehamilan positif. Pada abortus
F F F F F F F F F
6
Cecep Triwibowo, loc. cit
imminiens, keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal F F F F F F F F F
1) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga F F F F F F F F F F
3) Pemeriksaan USG F F
b. Abortus insipiens adalah peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia
F F F F F F F F F F
kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks, diagnosisnya rasa mulas menjadi lebih
F F F F F F F F F F
sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam
F F F F F F F F F F
ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada
F F F F F F F F
kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse
F F F F F F F F F F
oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya F F F F F F F F F
perforasinya kecil.
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Abortus inkompletus atau dengan
F F F F F F F F F F F
kata lain keguguran bersisa artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi yang dikeluarkan
F F F F F F F F F F F F F
yang tersisa adalah deci dua dan plasenta. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan
F F F F F F F F F F
jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol ostium uteri
F F F F F F F F F F F
eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan, dapat F F F F F F F F
menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCI fisiologik dan transfusi,
F F F F F F
setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan intramuskulus ergometrin
F F F F F F F F
d. Abortus kompletus atau keguguran lengkap artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan
F F F F F F F F F F
sehingga rongga rahim kosong. Pada abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit,
F F F F F F F F
osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan
F F F F F F F F F
khusus, apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse. F F F F F F F
2. Pemerkosaan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa kata pemerkosaan berasal
F F F F F F F F F
dari kata dasar perkosa yang berarti paksa, kekerasan, gagah, kuat, perkasa. Memperkosa
F F F F F F F
kamus lain kata perkosaan diartikan dengan gagah, kuat, paksa, kekerasan, dengan paksa,
F F F F F F
dengan kekerasan, menggagahi, memaksa dengan kekerasan. Sedang kata perkosaan berarti F F F F
merupakan kejahatan yang serius dan bukti pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). F F F F F
Tindakan perkosaan menyebabkan trauma psikologis yang serius pada korban serta F F F F F F F F F
keluarga. Kejahatan perkosaan (verkrachting) dimuat dalam Pasal 285 yang rumusannya F F F F F F
adalah berikut:
F
- Pebuatannya memaksa F F
- Korban perkosaan harus seorang wanita bukan istrinya, tanpa batasan umur.
F F F F F F F F
- Korban harus mengalami kekerasan atau ancaman kekerasan. Hal ini berarti tidak ada
F F F F F F F F F F F
persetujuan dari pihak korban mengenai niat dan tindakan pelaku. Persetubuhan diluar
F F F F F F F F F F
perkawinan adalah tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan kekerasan atau ancaman
F F F F F F F F F F F
7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, 1989, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
hlm. 673
Hak Asasi Manusia (HAM) pada umumnya berasal dari sejarah panjang berlatar
F F F F F F F F F F
belakang budaya barat, yang muaranya pada Universal Declaration Of Human Rights, yang
F F F F F F
ditanda tangani PBB pada 10 Desember 1948. Menjadi sejarah perjuangan HAM yang
F F F F F
diakui dan harus dilindungi oleh Negara-Negara anggota PBB. HAM menjadikan kepatuhan
F F F F F F F
bagi negara untuk melindungi semua hak asasi rakyatnya. Hal ini menampakkan pada tata
F F F F F F F F F F
interaksi antar bangsa, HAM berposisi sebagai isu global, dimana keberadaan suatu bangsa
F F
Di dalam Piagam HAM PBB dalam hal ini menyatakan: “Respect For Human Rights
F F F F F F F F
and Human Dignity Is Pondation Of Freedom, Justice, and Peace In The World”. Dimana F
dalam deklarasi ini yang penting mendasari HAM pada umumnya adalah pernyataan bahwa
F F F F F F F F F F
“Semua orang lahir dengan kebebasan dan mempunyai martabat dan hak bagi siapapun
F F F F F F F F F F F F
tanpa pengecualian, baik berdasarkan jenis kelamin, bangsa, warna kulit, agama, suku dan
F F F F
ras”.9
Deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM) atau Universal Declaration of Human Right
F F F F F F
1) Setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
F F F F F F F F F F F F
dirinya dan keluarganya, termasuk hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan
F F F F F F F F
kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan, dan berhak atas jaminan pada saat
F F F F F F F F F F
menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan F F F F F
2) Ibu dan anak-anak berhak mendapat perawatan dan bantuan istimewa. Semua anak-anak,
F F F F F F F F F
baik yang dilahirkan didalam maupun diluar perkawinan, harus mendapat perlindungan
F F F F F F
melawan kemanusiaan (crime againts humanity). Menurut berkas aborsi yang masuk
F F F F F F F
dipengadilan negeri kota Ambon, dari tahun 2009 sampai tahun 2011 mencatat 90 kasus
F F F F F F
seksual yang dialami oleh anak dan kasus perkosaan yang ada mencapai 18 orang. Hal ini
F F F F F F F F F F F F F
8
Guwandi, J, 1995, Persetujuan Tindak Medik ( Informed Consent ), Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.hal 62
9
Ibid, hal 82
10
Kusmaryanto, SCJ, CB, 2002, Kontraversi Aborsi, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.hal 30
Kasus kehamilan akibat pemerkosaan, memang merugikan korban, sebab akan
F F F F F F F
memberi luka batin yang lebih parah ketimbang tidak terjadinya kehamilan. Oleh karena itu
F F F F F F F F F F F F
seperti ini minimal dianggap sebagai salah satu upaya terapi terhadap korban. Perlu
F F F F F F F F F F F
persoalannya dan merupakan tindakan yang tepat serta dapat dipertanggunng jawabkan
F F F F F F F F F F
secara moral.
F
Dari sisi moral sulit untuk membiarkan seorang ibu harus merawat kehamilan yang
F F F F F F F F F F F F
tidak diinginkan terutama karena hasil perkosaan, maupun yang mengetahui bahwa janin
F F F F F F F F F F
yang dikandungnya mempunyai cacat fisik yang berat. Di sisi lain, dari segi ajaran agama,
F F F F F F F F F
Indonesia menolak aborsi. Pengecualian diberikan jika ada indikasi medis sebagaimana
F F F F F F F F F
tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 dan Pasal 80.
F F
Selain itu, masalah aborsi juga terkait dengan sumpah Dokter Indonesia yang antara lain
F F F F F F F F F F F
4. Pengaturan Aborsi Dalam Kitab Besar Undang – Undang Hukum Pidana ( KUHP )
Perdebatan mengenai aborsi di Indonesia akhir-akhir ini semakin ramai, karena dipicu
oleh berbagai peristiwa yang mengguncang sendi-sendi kehidupan manusia. Kehidupan yang
dberikan kepada setiap manusia merupakan Hak asasi Manusia yang hanya boleh dicabut
oleh pemberi kehidupan tersebut. Berbicara mengenai aborsi tentunya kita berbicara tentang
kehidupan manusia karena aborsi erat kaitannya dengan wanita dan janin yang ada dalam
kandungan wanita.
Dalam KUHP tersebut dengan jelas tidak memperbolehkan suatu aborsi di Indonesia.
KUHP tidak melegalkan tanpa kecuali. Bahkan abortus provocatus medicalis atau abortus
provocatus therapeuticus pun dilarang termasuk didalamnya adalah abortus provocatus yang
dilakukan oleh perempuan korban perkosaan. Perbedaan pada pasal diatas dengan Pasal 341
dan Pasal 342 KUHP adalah terletak pada tenggang waktu dilakukan suatu aborsi. Sehingga
dalam pasal tersebut apabila dilakukan bukan merupakan suatu aborsi melainkan suatu
pembunuhan terahadap anak.
Dekriminalisasi adalah suatu proses penghapusan sama sekali sifat dapat dipidananya
suatu perbuatan yang semula merupakan tindak pidana dan juga penghapusan sanksinya
berupa pidana. Masalah dekriminalisasi atas suatu perbuatan haruslah sesuai dengan politik
kriminal yang dianut oleh bangsa Indonesia, yaitu sejumlah mana perbuatan tersebut
bertentangan atau tidak bertentangan dengan nilainilai fundamental yang berlaku dalam
masyarakat dan oleh masyarakat dianggap patut atau tidak patut dihukum dalam
menyelenggarakan kesejahteraan masyarakat.
D. PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa terhadap korban pemerkosaan
F F F F F F F F F F F
kandungannya. Hal ini karena peristiwa hukum yang terjadi bukanlah perbuatan hukum
F F F F F F F F F F
yang dikehendaki dalam hal ini kehamilan yang tidak diinginkan. Korban perkosaan
F F F F F F F F F F
kehamilan yang dialami. Pembenaran aborsi bagi korban pemerkosaan didasarkan pada
F F F F F F F F F
Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 31 Peraturan
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Pertimbangannya korban F F
pemerkosaan dapat membahayakan kesehatan fisik dan kesehatan psikis dirinya. Terlebih
F F F F F F F F
2. Saran
masalah yang dihadapi oleh korban pemerkosaan sehingga aborsi bukan jalan satu-satunya
F F F F F F F F F F
yang diambil oleh korban pemerkosaan. Hal ini mengingat telah dikeluarkannya Putusan
F F F F F F F F F
DAFTAR PUSTAKA
A. Ubaedillah & Abdul Rozak, 2014, Pancasila , Demokrasi , HAM , dan Masyarakat Madani,
F F F F F F F
Kencana , Jakarta
F F
Cecep Triwibowo , 2014, Etika & Hukum Kesehatan , Nuha Medika , Yogyakarta
F F F F F F F F
Marwan Effendy , 2014, Teori Hukum dari Perspektif Kebijakan, Perbandingan dan
F F F F F F F F
Sri Siswati, 2013, Etika dan Hukum Kesehatan dalam Perspektif UndangUndang Kesehatan,
F F F F F F F