Anda di halaman 1dari 19

Pembelajaran Matematika SD

Resume 1-4

Dosen Pengampuh
Fauzi Harun, Spd., Mpd
Disusun Oleh:
Fauzi Hs Magtublo

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
20234
(1)

1. 21 jam + 60 menit=……………………. Detik

Jawaban :

21 jam x 60 menit\jam = 1260 menit

1260 menit + 60 menit = 1320 menit

1320 menit x 60 detik\menit = 79,200 detik

Jadi 21 jam + 60 menit = 79, 200 detik

2. Berapa banyak sudut yang di miliki oleh sebuah kotak?

Jawaban:

Sebuah kotak memiliki total 8 sedut, terdapat 4 sudut di bagian atas dan 4 sudut di
bagian bawah

3. a. 3 kg=…………………g

b. 4 kg=………………….g

Jawaban :

Untuk mengkonversi kilogram (kg) menjadi gram (g), kita perlu mengalikan jumlah
kilogram dengan factor konversi 1000, karena 1 kilogram sama dengan 100 gram

a. 3 kg x 1000 g/kg = 3000g

Jadi 3 kg sama dengan 3000g

b. 4 kg x 1000 g/kg = 4000


Jadi 4 kg sama dengan 4000 g

4. 2 km + 275 m = ……………….m

Jawaban :

1 kilometer sama dengan 1000 meter

Jadi 2 kilometer sama dengan 2 x 1000 = 2000 meter

2000 meter + 275 meter = 2275 meter.

Jadi 2 km + 275 meter = 2275 meter

5. Pak Nandang berangkat kerja ke kantor dengan menggunakan sepeda motor. Lama
perjalanan 45 menit, jika kecepatan sepeda motor 60 km/jam, jarak dari rumah pak
Nandang ke kantor adalah ?

Jawaban :

Rumus kecepatan = jarak/ waktu

45 menit = 45/60 jam = 0, 75 jam

60 km/jam = jarak/0, 75 jam

60 km/jam x 0,75 jam = 45km.

Jarak dari rumah pak Nandang ke kantor adalah 45 km.

6. 4 m = …………………?

Jawaban :
Untuk mengkonversikan meter (m) menjadi milimeter (mm) kita perlu mengalikan
jumlah meter dengan factor konversi 1000, karena 1 meter sama dengan 1000
milimeter .

4 meter x 1000 = 4000 milimeter

7. 2 ons = …………………..g?

Jawaban :

1 ons sama dengan 100 gram maka untuk mengkonversi 2 ons menjadi gram kita dapat
menggunakan rumus

2 ons x 100 = 200 gram

Jadi 2 ons sama dengan 200 gram

8. Berapa besar sudut antara jarum jam dan jarum menit pukul ( 3: 15)?

Jawaban :

Sudut = ( 30 x jam ) – ( 11/2 x menit )

Pada pukul 3:15, jarum jam akan mununjukan pada angka 3 sedangkan jarum menit
akan menunjukan pada angka 3 karena 15 menit setelah pukul 3, oleh karena itu kita
dapat menghitung sudut antara kedua jarum sebagai berikut

Sudut = I( 30 x 3 )-( 11/2 x 15 )I= {90-82,5}= 7,5

Sudut antara jarum jam dan jarum menit pada pukul 3:15 adalah 7,5 derajat.

9. 1 dekade ………………….. bulan?


Jawaban :

Satu decade adalah setara dengan 10 tahun, untuk mengkonversi tahun menjadi bulan,
kita perlu mengalikan jumlah tahun dengan 12 karena satu tahun ada 12 bulan.

1 dekade x 10 tahun/decade x 12 bulan/tahun = 120 bulan

Jadi satu dekade sama dengan 120 bulan

10. 5 cm=…………………..m?

Jawaban :

Untuk mengkonvesi sentimeter (cm) menjadi meter (m) kita perlu membagi jumlah
sentimeter dengan 100, karena 1 meter sama dengan 100 sentimeter 5 cm : 100 = 0, 05
meter.

11. Arah mata angin yang menbentuk sudut siku -siku dengan arah barat daya adalah ?

Jawaban :

Arah timur laut. Karena arah mata angin yang membentuk sudut siku-siku dengan arah
barat daya adalah arah timur laut

12. Berapa volume air dalam bak mandi jika bak mandi di isi mulai pukul 12. 00sampai
14.00dengan debit air 10 liter/menit

Jawaban :

Rumus volume air

Volume air = debit air x waktu pengisian

Debit air 10 liter/menit

10 liter/menit x 120 menit = 1200 liter


13. 3 hari= ……………………..jam?

Jawaban :

1 hari = 24 jam

14. 3 hari x 24 jam/hari = 72 jam

Jadi 3 hari sama dengan 75 jam


(2)

Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai

Perbandingan merupakan sutau kegiatan atau usaha untuk membanding bandingkan


dua jenis objek atau lebih dengan menggunakan rumus perbandingan yang tepat.
Secara umum terdapat perbandingan matematika yang di bagi menjadi 2 jenis yaitu
perbandingan senilai dan perbandingan berbalik nilai.

1. Pengertian Perbandingan Senilai


Setelah kita mengetahui pengertian perbandingan itu sendiri. Selanjutnya apa yang
dimaksud dengan pengertian perbandingan senilai? Perbandingan senilai adalah
usaha atau upaya untuk dapat membandingkan an2 macam objek atau bahkan lebih
objek, dengan besar dari salah satu nilai variabel yang bertambah, sehingga akan
menjadikan nilai variabel lain menjadi bertambah pula. Oleh karena itu,
perbandingan senilai memiliki jumlah nikah dengan variabel yang sama. Seperti
misalnya terdapat sejumlah barang yang akan dibeli dengan jumlah harga barang,
jumlah pekerja yang mendapatkan gaji, terdapat pula jumlah nilai tabungan dengan
waktu menyimpan tabunga tersebut dan masih banyak lagi lainya.
2. Pengertian Perbandingan Berbalik Nilai
Untuk pengertian perbandingan berbalik nilai adalah suatu usaha atau upaya untuk
dapat membandingkan 2 buah objek atau bahkan lebih objek dengan besar nilai dari
salah satu variable yang bertambah, sehingga akan membuat variabel yang lain
menjadi memiliki nilai yang tidak sama atau berkurang.
Seperti contohnya antara lain yaitu jumlah pekerja dengan waktu yg dibutuhkan
untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan jumlah hewan dengan waktu
selesai makan serta masih banyak lagi. Perbandingan senilai memiliki nilai tetap
yang memiliki jumlah yang sama, Sedangkan untuk perbandingan berbalik nilai
miliki nilai yang tetap meskipun terbalik. Rumus untuk dapat menentukan
perbandingan dari kedua jenis perbandingan tersebut tentunya berbeda
3. Rumus Perbandingan Senilai dan Berbalik Nilai

 Rumus Perbandingan Senilai

Berdasarkan dari penjelasan diatas bahwa pengertian perbandingan senilai adalah


upaya atau usaha untuk dapat membandingkan dua buah objek atau bahkan lebih objek
dengan besar dan salah satu nilai variabel yang bertambah, apakah akan menjadikan
nilai variabel yang lainnya menjadi bertambah pula. Oleh karena itu, perbandingan
senilai yang memiliki jumlah nilai variabel yang sama. Dalam perbandingan senilai
digunakan rumus untuk menentukan nilainya seperti berikut:

a₁ /b₁ = a₂ /b₂ Atau Jika a = x, Maka b= b/ax

Jadi dapat kita perhatikan bahwa nilai a₁ adalah sama dengan nilai b₁ , sedangkan untuk
nilai a₂ adalah nilai yang sama dengan b₂ .

 Rumus Perbandingan Berbalik Nilai

Kemudian selanjutnya adalah untuk menyelesaikan permasalahan perbandingan


berbalik nilai dengan menggunakan bentuk rumus yang berbeda dengan menentukan
penyelesaian dari perbandingan senilai. Seperti yang telah dijelaskan di atas
sebelumnya kita tahu bahwa perbandingan berbalik nilai adalah usaha atau upaya
untuk dapat membandingkan dua buah objek atau bahkan lebih objek dengan besar
nilai dari salah satu variabel yang bertambah, maka akan membuat nilai variabel yang
lainya menjadi berkurang. Untuk menyelesaikan permasalahan perbandingan berbalik
nilai adalah dnegan menggunakan rumus seperti berikut ini:

a₁ /b₂ = a₂ /b₁ Atau Apabila a = X, Maka b = a/bx

Berdasarkan dari rumus perbandingan di atas dapat kita tentukan bahwa nilai dari a₁
berbalik nilai dengan nilai b₂ dan untuk nilai a₂ berbalik nilai dengan b₁ .

Contoh Soal Perbandingan


1. Sebuah bagunan akan dibangun dan di kerjakan oleh 4 orang pekerja, dan biaya yang
dikeluarkan untuk membayar ke 8 orang pekerja tersebut adalah sebesar Rp
320.000,00. Akan tetapi, si pemilik bangunan tersebut akan mempercepat waktu
penyelesaian dari pembangunan itu. Sehingga pekerja di tambah menjadi 6 orang.
Berapakah jumlah uang yang harus di keluarkan oleh pemilik bangunan untuk menggaji
para pekerja itu?

Diketahui:

 a₁ = 4
 b₁ = 320.000
 a₂ = 6

Ditanya b₂?....

Jawab:

Menggunakan cara 1

a₁ /b₁ = a₂ /b₂

4/320.000 = 6/b₂ (kalikan silang kedua pecahan tersebut)

b₂ x 4 = 320000 x 6

b₂ = 1920000 / 4

b₂ = 480. 000

Menggunakan cara 2

a = 4 pekerja

b = 6 pekerja

x = 320.000
a=X

b = b/ a x

4 pekerja = 320.000

6 pekerja = 6/4 * 320.000

= 480.000

Jadi jumlah biaya ya yang harus dikeluarkan oleh pemilik bangunan tersebut untuk
dapat membayar ke 6 orang pekerja tersebut adalah Rp 480.000, 00

Contoh Soal Perbandingan

2. Sebuah perusahaan pembuat sepatu memiliki sejumlah mesin sepatu. 6 mesin sepatu
memiliki kurun waktu pembuatan 4 hari. Apabila mesin yang digunakan sebanyak
12Mbuah mesin. Maka tentukan waktu yang dibutuhkan untuk bisa membuat sepatu?

Diketahui:

 a₁ = 6
 b₁ = 10
 a₂ = 4

Ditanya b₂?....

Jawab:

a₁ /b₂ = a₂ /b₁

6/b₂ = 12/4 (kalikan silang)

6 x 4 = 12 x b₂

b₂ = 24/12
b₂ = 2

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat sepatu dengan menggunakan 12 mesih
adalah selama 2 hari
(3)

BILANGAN AKAR DAN PANGKAT

1. Bilangan pangkat bulat positif

pangakat dari sebuah bilangan adalah suatu indeks yang menunjukan banyaknya
perkalian bilangan yang sama secara berurutan.

Juka a adalah bilangan rill dan bilangan bulat positif maka an

( dibaca “a pangkat “n) adalah hasil kali n buah faktor yang masing-masing faktornya
adalah a dengan katalain a harus di kalikan dengan a sebanyak n kali

Misalnya ;

a= bilangan pokok ( basis)

n= bilangan pangkat

an= bilangan berpangkat

b. bilangan berpangkat bulat negative

jika bilangan berpangkat bulat positif memiliki pangkat yang merupakan positif, maka
bilangan berpangkat negative memiliki pangkat yang negative.

c. Bilangan berpangkat nol

sifat pangkat nol sifat dari bilangan pangkat nol (0) selalu memiliki hasil akhir satu (1).
Setiap bilangan selain nol yang di pangkatkan dengan 1, maka hasilnya adalah nol.
Sehingga, berapapun nilai basisnya, juka di pangkatkan dengan nol maka hasilnya
adalah satu.

d. bilangan berpangkat pecahan dan bentuk akar


bilangan berpangkat pecahan memiliki hubungan yang ekuivalen dengan suatu bentuk
akar di mana pembilang pangkat pecahan bertindak sebagai pangkat bilangan dan
penyebut dari panggkat pecahan bertindak sebagai indeks akar. Dengan hubungan
tersebut selanjutnya dapat di tentukan nilai dari suatu bilangan yang memiliki pangkat
pecahan. Sedangkan cara melakukan operasi hitung bilangan dengan pangkat
berbentuk pecahan secara umum mengikuti aturan pada operasi hitung bilangan
berpangkat.

e. akar pangkat dua

Akar kuadrat atau akar pangkat dua adalah bilangan yang di hasilkan atau berasal dari
perkalian angka yang sama atau serupa.

Nilai akar pangkat dua suatu bilangan x adalah y di mana berlaku x = y&32;, dengan x
dan y bilangan real. Akar kuadrat dapat di tulis sebagai berikit : √x= y dan di baca” akar
kuadrat dari x sama dengan y”.

f. Akar pangkat tiga

Akar pangkat tiga dari bilangan adalah nilai yang juka di kalikan dengan dirinya sendiri
tiga atau tiga kali menghasilkan nilai aslinya. Setiap kali suatu bilangan (x) dikalikan
tiga kali maka bilangan yang di hasilkan di sebut pangkat tiga dari bilangan tersebut.

2. BIlangan Romawi

a. penggunaan bilangan romawi

Angka romawi biasanya di gunakan dalam angka jam, bab buku, ataupun lainnya.
Sistem penomoran romawi berasal dari bahasa romawi kuno dan telah berkembang
kurang lebih pada permulaan tahun 100SM.

Sistem penulisan romawi menggunakan huruf alphabet untuk melambangkan angka.


Angka romawi biasanya di gunakan sebagai lambang bilanga atau nomor. Sistem angka
romawi yang saat ini di gunakan merupakan mderenisasi sistem adisi dari sistem yang
lama. Sejak tahun 260 SM sistem romawi telah di bentuk, namun sistem romawi yang
berkembang saat ini masih belum lama ada

Misalnya dalam penulisan angka lima adalah “v” yang menggantikan penulisan “IIIII” ,
serta angka seratus yang di tulis dengan huruf “C”

b. lambang pokok bilangan romawi

karakter atau simbol angka romawi terdiri dari I=1,


V=5.X=10,L=50,C=100,D=500,M=1000. Sedangkan, yang merupakan kombinasi
karakter dasar antara lain II=2,III=3,IV=4,VI=6,VII=7,VIII=8,XI=11,XII=12,XIII=13 dan
lain sebagainya

c. Cara penulisan bilangan romawi

 I= 1
 II= 2
 III= 3
 IV= 4
 V= 5
 VI= 6
 VII= 7
 VIII= 8
 IX= 9
 X= 10

d. Aturan penjumlahan bilangan romawi

Sistem penjumlahan dalam angka romawi di gunakan jika suatu bilangan romawi
terdiri dari dua angka atau lebih. Jika angka yang di sebelah kiri kurang dari anga yang
di sebelah kanan, maka susunan bilangan tersebut menggunakan sistem penjumlahan
Contohnya:

VI melambangkan bilangan 6, yaitu:5 + 1 = 6

XIII melambangkan bilangan 13, yaitu: 10 +1 + 1 + 1 = 13

e. aturan pengurangan bilangan romawi

Sistem pengurangan angka romawi di gunakan jika suatu bilangan romawi terdiri dua
angka atau lebih., juka angka di sebelah kiri kurang dari angaka di sebelah kanan, maka
susunan bilangan tersebut harus menggunakan sistem pengurangan

Adapun aturan pada sistem pengurangan yaitu:

 Pengurangan hanya dapat di lakukan sekali terhadap bilangan yang sama


 Angka- angka romawi V,L, dan D tidak dapat di gunakan untuk mengurangai
 Angka romawi I hanya dapat di gunakan untuk mengurangai angaka-angak
romawi V dan X
 Angaka romawi X hanya dapat di gunakan untuk mengurangi angka-angka
romawi L dan C
 Angka romawi C hanya dapat di gunakan untuk mengurangi angka romawi D
dan M

Contohnya:

 IV melambangkan bilangan 4, yaitu: 5-1=4


 IX melambangakan bilangan 9 yaitu: 10-1=9
 XL melambangakan bilangan 40, yaitu: 50-10=40

f. Aturan gabungan bilangan romawi

 Aturan yang pertama: jika angka di sebelah kiri( di depan ) lebih dari atau sama
dengan angka yang di sbelah kanan ( di belakang) maka artinya bilangan
tersebut” di jumlahkan”
 Aturan kedua : jika angka di sebelah kiri ( di depan ) kurang dari angka yang di
sebelah kanan ( di belakang), maka artinya bilangan tersebut “ di kurangakan”
 Aturan ke tiga : angka romawi yang sama hanya boleh di ulang sebanyak tiga
kali. Khususnya untuk huruf V,L dan D hanya boleh di gunakan satu kali.
Pengulangan angka artinya bilangan-bilangan tersebut dapat di ketahui hasilnya
apabila di lakukan penjumlahan.
 Aturan ke empat : untuk nilai ribuan, ratusan , puluhan, dan satuan lambang
bilangan terbesar harus dituliskan terlebih dahulu di sebelah kiri.
 Aturan ke lima : pengurangan pada angka romawi hanya boleh di lakukan satu
kali dan hanya dapat di kurangai dengan angaka yang nilai nya setara atau satu
tingkat di bawahnya.

3. KPK dan FPB

a. konsep kelipatan

bilangan kelipatan adalah hasil kali suatu bilangan dengan bilangan lainya ( bilangan
bulat bulat bukan pecahan maupun desimal).

Contoh bilangan kelipatan:

bilangan 7 kelipatan pertama

Bilangan 7 kelipatan pertama

1 2,3,4,5,6,7,8,9 dan 10

2 2,4,6,8,10,12,14,16,18, dan 20

3 3,6,9,12,15,18,21,24,27, dam 30

4 4,8,12,16,20,24,28,32,36, dan 40
5 5,10,15,20,25,30,35,40,45, dan 50

6 6,12,18,24,30,36,41,48,54, dan 60

7 7,17,21,27,35,42,49,56,63,dan 70

b. kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan

kelipatan persekutuan dapat di artikan sebagai bilangan yang mempunyai persamaan


kelipatan dari dua atau lebih bilangan. Artinya dua bilangan yang menghasilkan suatu
kelipatan memiliki nilai yang sama. Misalnya pada bilangan kelipatan dua dan tiga
menghasilkan persamaan kelipatan pada bilangan 6,12 dan 18

Faktor persekutuan dapat di artikan sebagai bilangan yang mempunyai persamaan


faktor dari dua atau lebih bilangan. Sama dengan kelipatan persekutuan yang
membedakan hanyalah pada faktor persekutuan yang di gunakan. Bilangan 12 dan 14
memiliki bilangan persekutuan 1,2 dan 4

c. faktorisasi prima

faktor prima adalah faktor-faktor suatu bilangan yang merupakan bilangan prima.
Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki dua, yaitu satu dan bilangan itu
sendiri. Misalnya angka 2, angka 2 memiliki dua faktor yaitu 1 dan 2.angka satu
merupakan bilangan prima karena hanya satu faktor yaitu dirinya sendiri. Hingga
faktor prima dari bilangan 2 adalah 2.

(4)

Sistem Bilangan
sistem bilangan adalah cara untuk mewakili dan menghitung jumlah menggunakan simbol
atau digit tertentu. Berikut adalah beberapa sistem bilangan yang umum:

1. Sistem Bilangan Desimal (basis 10):


 Ini adalah sistem bilangan yang paling umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
 Terdiri dari 10 digit: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
 Setiap digit memiliki nilai relatif berdasarkan posisi tempatnya dalam angka.
Misalnya, angka 256 berarti 2 ratusan, 5 puluhan, dan 6 satuan.
 Contoh: 365 (3 ratusan, 6 puluhan, 5 satuan).
2. Sistem Bilangan Biner (basis 2):
 Digunakan dalam komputasi dan elektronik.
 Hanya terdiri dari dua digit, yaitu 0 dan 1.
 Setiap digit mewakili pangkat dari 2, dimulai dari kanan ke kiri.
 Contoh: Bilangan desimal 13 dalam biner adalah 1101 (1 x 2^3 + 1 x 2^2 + 0
x 2^1 + 1 x 2^0).
3. Sistem Bilangan Oktal (basis 8):
 Terdiri dari 8 digit: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
 Digunakan dalam pengkodean komputer, tetapi kurang umum dari pada
sistem biner dan heksadesimal.
 Setiap digit mewakili pangkat dari 8.
 Contoh: Bilangan desimal 78 dalam oktal adalah 116 (1 x 8^2 + 1 x 8^1 + 6 x
8^0).
4. Sistem Bilangan Heksadesimal (basis 16):
 Terdiri dari 16 digit: 0-9 dan A-F (mewakili 10-15).
 Digunakan dalam pemrograman komputer, representasi warna, dan bidang
teknologi lainnya.
 Setiap digit mewakili pangkat dari 16.
 Contoh: Bilangan desimal 255 dalam heksadesimal adalah FF (15 x 16^1 + 15
x 16^0).
Setiap sistem bilangan memiliki cara khusus dalam merepresentasikan nilai numerik
dengan digit yang berbeda-beda. Konversi antara sistem-sistem ini sering diperlukan
dalam berbagai konteks teknologi dan matematik

Anda mungkin juga menyukai