Anda di halaman 1dari 4

CONTOH PERIBAHASA

1. Ada asap ada api: Segala akibat pasti ada sebabnya.


2. Ada air, ada ikan: Di mana kita tinggal, pasti akan ada rezeki.
3. Ada angin ada pohonnya: Segala hal ada asal-usulnya.
4. Ada udang di balik batu: Ada maksud tertentu.
5. Adat penghulu berpadang luas, beralam lapang: Menjadi pemimpin haruslah sabar.
6. Adat rimba raya, siapa berani ditaat: Kehidupan yang menggunakan kekerasan tidak
mempunyai akal.
7. Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung: Setiap perbuatan memiliki adat dan
aturannya sendiri sebagai pedoman.
8. Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut: Jika hendak meminta sesuatu
hendaknya pada orang kaya.
9. Air beriak tanda tak dalam: Orang yang banyak bicara biasanya tidak berilmu.
10. Air mata jatuh ke perut: Sangat bersedih hati, tetapi ditahan atau disimpan saja.
11. Air jernih ikannya jinak: Negeri yang aman dan makmur, sekalipun terhadap pendatang.
12. Air ditetak takkan putus: Orang yang berkeluarga tidak dapat dibuat bermusuhan
selama-lamanya.
13. Air diminum serasa duri, nasi dimakan serasa sekam: Suasana hati yang sangat bersedih.
14. Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga: Tingkah laku anak meniru tingkah laku orang
tuanya.
15. Anjing menyalak di ekor gajah: Orang lemah yang berani melawan orang besar.
16. Anjing menyalak takkan menggigit: Orang yang galak biasanya tidak berbahaya.
17. Anjur surut tak bertanam: Maju mundur suatu usaha seseorang diperbolehkan asal
berhasil.
18. Antah berkumpul sama antah, beras sama beras: Orang yang mencari teman yang
setingkat atau satu persamaan dengan dirinya.
19. Antan patah lesung hilang: Tertimpa berbagai musibah.
20. Asal ada, kecil pun pada: Lebih baik dapat sedikit daripada tidak dapat sama sekali.
21. Arang habis, besi binasa: Sia-sia walaupun sudah menghabiskan biaya atau tenaga.
22. Bagai air di daun talas: Orang yang tidak mempunyai pendirian.
23. Bagai air titik ke batu: Sukar sekali memberi nasihat terhadap orang jahat.
24. Bagai alu pencungkil duri: Melakukan sesuatu yang tidak mungkin berhasil.
25. Bagai anak ayam kehilangan induk: Bercerai berai karena kehilangan tumpuan atau
pemimpin.
26. Bagai aur di atas bukit: Sukar untuk disembunyikan.
27. Bagai aur dengan tebing: Saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya.
28. Bagai api dengan rabuk: Sesuatu yang apabila didekatkan dapat menimbulkan hal-hal
yang tidak baik.
29. Bagai api dengan asap: Tidak dapat bercerai lagi.
30. Bagai anjing melintang denai: Sangat gembira.
31. Bagai anjing berebut tulang: Orang yang tamak.
32. Bagai anjing beranak enam: Orang yang sangat kurus.
33. Bagai anak sepat ke tohor: Bermalas-malasan di tempat orang lain.
34. Bagai ayam bertelur di padi: Seseorang yang mencintai hidup mewah.
35. Bagai ayam dibawa ke lampuk: Seseorang yang terheran-heran.
36. Bagai ayam lepas bertaji: Serba berbahaya.
37. Bagai babi merasa gulai: Tidak setara.
38. Bagai bara dalam sekam: Perbuatan jahat yang tidak tampak.
39. Bagai berpayung dengan daun pisang: Berlindung pada tempat yang memadai.
40. Bagai bertanak di kuali: Biaya yang terlalu besar, sedangkan hasilnya sedikit.
41. Bagai bulan kesiangan: Paras muka yang pucat karena sakit.
42. Bagai katak dalam tempurung: Seseorang yang kurang luas wawasannya, bodoh, picik
pengetahuannya.
43. Bagai menegakkan benang basah: Sesuatu yang mustahil dilakukan.
44. Bagai menimba air dengan keranjang: Segala sesuatu yang dikerjakan dengan tidak sesuai
akan berbuah sia-sia.
45. Besar pasak daripada tiang: Lebih besar pengeluaran daripada penghasilan, boros.
46. Bagai pinang belah dua: Sama atau serupa benar.
47. Bagai pungguk merindukan bulan: Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa terjadi.
48. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing: Pekerjaan yang berat akan terasa ringan apabila
dikerjakan bersama-sama.
49. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi: Ilmu yang didapat secara tidak
sempurna tidak akan bermanfaat.
50. Cadik terkedik, bingung terjual: Orang yang bodoh akan mudah tertipu orang lain.
51. Cacing menjadi ular naga: Orang kecil yang menjadi orang besar (sukses).
52. Cacat-cacat cempedak, cacat-cacat nak hendak: Pura-pura mencela padahal mencintai.
53. Cacak seperti lambang tergadai: Perihal seseorang yang sedang terpana.
54. Cabik-cabik bulu ayam: Dua saudara yang berkelahi, namun lama kelamaan akur kembali.
55. Cakap melangit dapur tak berasap: Orang miskin yang bergaya seperti orang kaya.
56. Calak-calak ganti asah, menunggu tukang belum datang: Sesuatu yang dipakai untuk
sementara saja, karena sedang menunggu yang lebih baik.
57. Campak bunga dibalas dengan campak tahi: Suatu kebaikan yang dibalas dengan
kejahatan.
58. Campur orang dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi pencecak: Orang yang bergaul
dengan orang jahat lama kelamaan akan jahat juga.
59. Cubit paha kanan, paha kiri pun berasa sakit: Jika suatu anggota keluarga disakiti, seluruh
anggota keluarga ikut merasakannya.
60. Cubit paha sendiri dahulu, baru cubit paha orang lain: Merasakan sendiri akibat dari
perbuatannya.
61. Cupak sepanjang betung, adat sepanjang jalan: Mengerjakan sesuatu hendaklah sesuai
aturan.
62. Dagangan bersambut yang dia jual: Menceritakan cerita berdasarkan cerita dari orang lain.
63. Dahan pembaji batang: Orang kepercayaan yang menyalahgunakan harta benda tuannya.
64. Dahulu bajak daripada jawi: Orang muda yang belum memiliki pengalaman dijadikan
pemimpin orang tua yang berpengalaman.
65. Dahulu duduk dari cangkung: Cepat marah sebelum mengetahui perkara sebenarnya.
66. Di laut boleh diajak, di hati siapa tahu: Apa yang tersembunyi dalam hati seseorang tidak
dapat diketahui.
67. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: Sudah sepatutnya mengikuti atau
menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia tinggal.
68. Datang kelihatan muka, pergi tampak punggung: Datang mengucapkan salam, pergi
berpamitan.
69. Darah lebih kental daripada air: Hubungan keluarga lebih kuat dari hubungan apa pun.
70. Emas tahan uji: Orang ahli berani ditanya.
71. Esa hilang dua terbilang: Kuat bersikeras untuk melakukan sesuatu. Seorang pemimpin
meninggal meninggal dunia akan muncul beberapa orang penggantinya.
72. Gadai terdorong kepada Cina: Sesuatu yang telah diperbuat tidak bisa ditarik kembali.
73. Gagak putih bangau hitam: Sesuatu yang mustahil terjadi.
74. Gajah mati karena gadingnya: Seseorang meninggal dunia karena kelebihan (keunggulan)
yang dimilikinya.
75. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati
meninggalkan nama: Perbuatan baik atau buruk akan tetap dikenang meskipun sudah
mati.
76. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut/kuman di seberang lautan tampak: Kesalahan
diri sendiri walau besar tapi tidak terlihat kecil, sedangkan kesalahan orang lain sekecil apa
pun terlihat sangat besar.
77. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari: Segala tingkah laku murid (bawahan) selalu
mencontoh guru (atasannya).
78. Habis manis sepah dibuang: Mengacuhkan sesuatu yang dianggap sudah tidak berguna.
79. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah: Selama hidup harus taat pada adat
kebiasaan dalam masyarakat.
80. Hidup segan mati tak mau: Seseorang yang tidak berbuat apa-apa, serba salah.
81. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga: Hanya karena kesalahan kecil menghilangkan
segala kebaikan yang diperbuat.
82. Lempar batu sembunyi tangan: Orang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatan
atau kesalahannya.
83. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai: Menghendaki sesuatu tapi
tidak berdaya untuk mencapainya.
84. Membasuh arang di muka: Berusaha menghilangkan rasa malu.
85. Menumbuk di periuk, bertanak di lesung: Melakukan sesuatu yang menyalahi kebiasaan.
86. Menambak gunung, menggarami air laut: Memberi bantuan kepada orang yang sama
sekali tidak perlu dibantu.
87. Menang jadi arang, kalah jadi abu: Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
88. Menepuk air di dulang, tepecik muka sendiri: Jika berbuat sesuatu yang jahat maka akan
terkena kembali kepada diri sendiri.
89. Nasi sudah menjadi bubur: Kejadian yang telah telanjur terjadi dan tak bisa diubah kembali
seperti sedia kala.
90. Ombak kecil jangan diabaikan: Persoalan kecil jangan dianggap enteng.
91. Panas setahun hilang oleh hujan sehari: Segala kebaikan terhapus oleh hanya sedikit
keburukan atau kesalahan.
92. Sambil menyelam minum air: Melakukan dua atau tiga pekerjaan dalam waktu bersamaan.
93. Serapat-rapat menyimpan bangkai pasti tercium juga: Walau menutupi kejahatan, pasti
akan diketahui orang juga.
94. Semudah membalik telapak tangan: Terlalu mudah.
95. Selama hayat masih dikandung badan: Selama masih hidup, tidak boleh putus asa.
96. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga: Tidak ada yang sempurna,
setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan atau mengalami kegagalan.
97. Seperti anak ayam kehilangan induknya: Orang yang mengalami kebingungan dan
kebimbangan dalam hatinya.
98. Seperti padi, kian berisi kian merunduk: Semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati.
99. Tak ada gading yang tak retak: Tak ada sesuatu yang sempurna.
100. Tak ada rotan, akar pun jadi: Jika tidak ada yang baik maka yang kurang baik pun dapat
dipakai juga.

Anda mungkin juga menyukai