Anda di halaman 1dari 26

PERIBAHASA

–A–

Ada air, ada ikan : Ada negeri tentulah ada rakyatnya.

Ada aku dipandang hadap, tiada aku dipandang belakang : Kasih sayang hanya pada
waktu bertemu saja, setelah berjauhan lalu dilupakan.

Ada angin, ada pokoknya : Segala sesuatu pastilah ada asal mulanya. (pokoknya =
pohonnya)

Ada asap, ada api : Beberapa hal di dunia ini yang merupakan akibat dari suatu sebab,
sangat sulit atau bahkan mustahil untuk disembunyikan.

Ada bangkai, ada hering : Dimana ada perempuan/wanita jahat, ada saja lelaki/pria
jahat yang mengunjunginya.

Ada batang mati, ada cendawan tumbuh : Dimanapun kita tinggal, akan ada rezeki
untuk kita.

Ada beras, taruh dalam padi : Rahasia hendaklah disimpan dan dijaga dengan baik.

Ada biduk, serempu pula : Tidak puas dengan apa yang sudah dimiliki.

Ada bukit, ada paya : Ada baik, ada jahat; ada miskin, ada kaya.

Ada bunga, ada lebah : Orang yang kaya akan digerogoti oleh teman temannya atau
bahkan oleh orang orang tidak dikenalnya.

Ada gula, ada semut : Di tempat yang mudah mendapatkan rezeki, tentulah banyak
orang yang berkumpul.

Ada hari, ada nasi : Asalkan masih hidup, tentu akan memperoleh rezeki.

Ada jarum, hendaklah ada benangnya : Segala sesuatu itu pasti ada pasangannya.

Ada kerak, ada nasi : Setiap kejadian itu tentu ada bekasnya.

Ada laut, ada perompak : Segala sesuatu itu pasti ada pasangannya.

Ada rotan, ada duri : Dalam kesenangan tentu ada kesusahannya.

Ada sama dimakan, tak ada sama ditahan : Baik derita maupun bahagia dirasakan
secara bersama sama.
Adat rimba raya, siapa berani ditaati : Orang yang menyelesaikan masalah hanya
menggunakan kekuatannya, bukan akalnya.

Adat muda menanggung rasa : Ada saatnya seseorang akan mengerti arti kehidupan
setelah melewati berbagai macam peristiwa hidup.

Ada ubi ada batas, ada masa boleh balas : Segala perbuatan itu sewaktu waktu akan
mendapat balasan yang setimpal.

Adakah telaga yang keruh mengalir air yang jernih : Sifat dari orang yang jahat akan
menurun ke dalam darah keturunannya.

Adat diisi, janji dilabuh :Peraturan harus dilaksanakan, kesepakatan harus dijalankan.

Adat diisi, lembaga dituang : Melakukan sesuatu menurut adat kebiasaan.

Adat dipakai baru, pusaka dipakai usang : Ilmu akan berguna selama lamanya,
sedangkan harta duniawi akan musnah dimakan waktu.

Adat gunung tempatan kabut : Segala permasalahan harus dicari sumbernya.

Adat hidup sandar menyandar : Setiap orang memiliki kewajiban untuk saling topang
menopang di setiap permasalahan yang dialami.

Adat juara kalah menang, adat saudagar laba rugi : Setiap wilayah memiliki ciri khasnya
masing masing.

Adat lama pusaka usang : Adat istiadat/kebiasaan tak pernah berubah.

Adat lurah timbunan sarap : Orang yang memiliki pangkat tinggi biasanya dipenuhi
dengan banyak pikiran dan masalah.

Adat muda menanggung rasa : Ada saatnya seseorang akan mengerti arti kehidupan
setelah melewati berbagai macam peristiwa hidup.

Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan ragam : Sebagai orang yang masih
muda harus belajar menahan emosi, sebagai orang yang sudah tua harus memberikan
kesempatan bagi yang lebih muda.

Adat penghulu, berpandang luas beralam lapang : Karakter seorang pimpinan adalah
berwawasan luas dan mampu memberikan solusi di setiap permasalahan.

Adat periuk berkerak, adat lesung berdedak : Tiap tiap usaha memerlukan ketabahan
dan kegigihan.

Adat pulau limburan pasang : Adat hidup ialah saling membantu; yang kaya membantu
yang miskin, yang berilmu membantu yang bodoh, dan yang berkuasa melindungi yang
lemah.
Adat pulau limburan pasang : Adat hidup ialah saling membantu; yang kaya membantu
yang miskin, yang berilmu membantu yang bodoh, dan yang berkuasa melindungi yang
lemah.

Adat rimba raya, siapa berani ditaati : Orang yang menyelesaikan masalah hanya
menggunakan kekuatannya, bukan akalnya.

Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung :Segala perbuatan ada adat dan
peraturannya masing masing. (betung = sejenis buluh besar)

Adat teluk timbunan kapal, adat muara puputan ikan : Segala sesuatu harus diletakan
dengan tepat, baik itu masalah sosial maupun individu, serta harus tahu dimana tempat
untuk bertanya.

Adat tua menahan ragam : Sebagai orang tua harus mampu menahan derita dari
bermacam macam godaan yang tak menyenangkan hati karena perbuatan
keturunannya.

Agama tanpa ilmu, lumpuh : Sesuatu yang saling berkaitan dan tidak dapat berjalan
sendiri sendiri.

Air beriak tanda tak dalam, air berguncang tanda tak penuh : Apa yang kita ucapkan dan
lakukan bisa mencerminkan seberapa pandai dan dewasa pemikiran kita.

Air beriak tanda tak dalam : Banyak bicara tanda orang yang berilmu dangkal.

Air besar sampan tak hanyut : Maksud yang tidak tercapai meskipun sudah ada
dukungan.

Air cucuran atap, jatuhnya ke pelimbahan juga : Biasanya terjadi perselisihan keluarga,
akhirnya berbaik kembali.

–B–

Babi merasa gulai : Menyimpan rahasia yang telah diketahui umum.

Bacang dibungkus tentu baunya keluar juga : Orang yang membuang anaknya sendiri
karena takut malu dan sebagainya.

Badai makan anak : Seorang ayah yang membuang anaknya karena takut
kebesarannya hilang.

Badai pasti berlalu : Kesulitan dalam hidup pasti akan berkurang dan akhirnya
menghilang.
Badak makan anak : Bagaimanapun orang saling mengasihi, tetapi dengan mudah juga
dapat diceraikan, karena orang lebih mengutamakan harta benda.

Badan bersaudara, emas perak tiada bersaudara; kasih saudara sama ada, kasih bapa
menokok harta yang ada, kasih ibu sama rata; kasih sahabat sama binasa : Walaupun
orang orang lemah berada di bawah kuasa orang yang kuat, tetapi hatinya masih tetap
bebas.

Badan boleh dimiliki, hati tiada boleh dimiliki : Sudah sehidup semati.

Bagai air di daun talas : Berusaha tanpa henti. (talas= keladi)

Bagai air itik ke batu : Lemah dan lesu tanpa penyakit.

Bagai air titik ke batu : Memberi nasihat baik kepada orang yang jahat terlalu susah
masuknya.

Bagai alu pencukil duri : Mengerjakan sesuatu yang sukar dikerjakan.

Bagai anak dara mabuk andam : Anak perempuan yang tidak tahu malu. (andam =
rambut di dahi)

Bagai anak nangui : Hanya bermalas malasan di rumah orang lain. (nangui = babi kecil
yang banyak anaknya)

Bagai anjing beranak enam : Orang yang sangat dibenci oleh masyarakat.

Bagai anjing melintang denai : Mendapat kesulitan besar hingga meminta pertolongan
kesana kemari. (denai = jejak binatang di hutan)

Bagai anjing tersepit di pagar : Mudah menimbulkan suatu hal yang buruk kalau
diperdekatkan.

Bagai api dengan rabuk : Tidak langsung ke tempat tujuan, tetapi singgah kemana
mana.

Bagai ayam dibawa ke lampok : Pucat dan kuning karena menghidap penyakit; sangat
gelisah kelakuannya. (lampok = onggok padi disabit)

Bagai ayam dimakan tungau : Mati tanpa sakit.

Bagai ayam mabuk tahi : Pucat pasi dan tidak berdaya karena sakit.

Bagai balak terendam : Orang gemuk yang malas bergerak.


Bagai ayam si tombong, kokok berderaiArtinya derai, ekor bergelumang tahi :
Seseorang yang cara bicaranya tinggi, tetapi hidupnya dalam kemelaratan. (tombong =
sombong)

Bagai belacan dikerat dua, yang pergi busuk, yang tinggal anyir : Perkara yang
mendatangkan aib pada kedua belah pihak.

Bagai beliung dengan asahan : Tidak pernah berpisah.

Bagai belut diregang : Tinggi dan kurus.

Bagai berpijak bara hangat : Orang yang gelisah, karena tertimpa kemalangan.

Bagai bersahabat dengan ular berbisa : Berkawan dengan orang jahat.

–C–

Cacing hendak menjadi naga : Orang kecil yang hendak menyetarakan diri dengan
orang besar.

Cacing hendak menjadi ular naga : Orang yang rendah berlagak meniru kelakuan orang
yang tinggi atau orang miskin meniru kelakuan orang kaya.

Cacing menelan naga : Anak orang bangsawan yang diperisteri oleh orang
kebanyakan/bukan bangsawan; orang berkuasa yang dikalahkan oleh orang
kecil/lemah.

Cacing menjadi ular naga : Orang kecil/hina yang menjadi orang besar/mulia.

Cakap berdegar degar, tahi tersangkut di gelegar : Banyak bicara (sombong) tetapi tidak
ada satu pun pekerjaan yang dapat diselesaikannya.

Cakap berlauk lauk makan dengan sambal lada : Cara bicara yang seperti orang kaya,
padahal sebenarnya miskin.

Campak baju nampak kurap seperti anak kacang hantu : Anak muda yang tidak
memelihara/menjaga kehormatan dirinya ataupun kehormatan orang lain.

Campak bunga dibalas dengan campak tahi : Kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.

Cari umbut kena buku : Mencari sesuatu hal yang baik, namun mendapatkan hal yang
buruk.

Cempedak berbuah nangka : Memperoleh hasil lebih dari yang diharapkan.


Cemperling nak jadi bayu : Orang kecil/hina yang hendak menyamai orang besar/mulia.
(bayu = sejenis burung asmara dalam dongengan)

Cerdik bagai ekor kerbau : Melakukan suatu pekerjaan yang dapat merugikan diri
sendiri.

Cincin emas takkan tampan bermata kaca : Gadis yang elok dan hartawan takkan
sejodoh dengan orang yang miskin dan bodoh.

Cium tapak tangan, berbaukah atau tidak? : Lihatlah diri sendiri terlebih dahulu sebelum
mencela orang lain.

Coba coba menanam mumbang, jika tumbuhan sunting negeri : Kerjakanlah terus
walaupun kurang berharga karena pekerjaan itu pada akhirnya bisa saja memberikan
hasil yang baik.

Cuaca di langit tanda akan panas, gabah di hulu tanda akan hujan : Barang sesuatu
pasti ada tandanya.

Cubit paha sendiri dulu, baru cubit paha orang lain : Pikirkan tentang diri sendiri dahulu,
sebelum melakukan sesuatu terhadap orang lain.

–D–

Dada manusia tidak dapat diselam : Pengetahuan (pemikiran) seseorang tidak dapat
diduga.

Dagangan bersambut yang dijualnya : Cerita dari orang lain yang diceritakannya.

Dalam laut boleh diduga, dalam hati siapa tahu : Pengetahuan (pemiikiran) seseorang
tidak dapat diduga.

Dalam menunduk dia menyonggeng : Dari sikap terlihat ia menerima dengan baik, tetapi
sebenarnya hatinya membantah.

Dalam menyelam, cetek bertimba : Penghasilan yang dipadakan/dicukupkan.

Dalam pisang setandan, sebuah ada juga yang tidak baik : Dalam satu keluarga itu,
seorang ada juga yang tidak baik.

Dalam rumah membuat rumah : Mencari keuntungan atas pengeluaran orang lain.

Dalam sudah keajukan, dangkal sudah keseberangan : Telah diketahui dengan


baik/benar tujuan atau maksud seseorang. (ajuk = duga)
Dari jauh diangkat telunjuk, kalau dekat diangkat mata : Umpat/caci maki karena
perilaku yang tidak senonoh.

Dari semak ke belukar : Menceraikan isteri yang jahat, namun kemudian menikah lagi
dengan wanita yang lebih jahat.

Dari telaga yang jernih, tak akan mengalir air yang keruh : Dari sifat orang yang mulia,
tidak akan muncul budi bahasa dan perilaku yang kasar/tidak baik.

Daripada cempedak baiklah nangka, daripada tidak baiklah ada : Lebih baik sedikit
daripada tidak sama sekali.

Daripada hidup bercermin bangkai, lebih baik mati berkalang tanah : Lebih baik mati
daripada harus menanggung malu yang teramat sangat.

Daripada hidup bergelumang tahi, lebih baik mati bertimbun bunga : Lebih baik mati
daripada harus menanggung malu yang teramat sangat. (bergelumang = berlumur)

Datang nampak muka, pergi nampak belakang : Datang dengan baik baik, pergi pun
harus dengan baik juga; datang dan pergi bertamu hendaklah memberitahu/bersalam.

Datar bak lantai papan, licin bak dinding cermin : Keputusan yang sangat adil.

Daun mengenalkan pohonnya : Dari perilaku dan budi bahasa dapat diketahui mengenai
asal usulnya.

Dekat dapat ditunjal, jauh dapat ditunjuk : Perkataan atau pengakuan yang dapat
dibuktikan kebenarannya.

Dekat mencari bubu, jauh mencari suku : Dalam soal yang penting atau sulit, orang
berdamai dengan keluarga yang terdekat lebih dahulu.

Dengar cakap enggang, makan buah beluluk; dengar cakap orang, terjun masuk lubuk :
Suatu pekerjaan hendaklah dipikirkan secara masak/matang sebelum dikerjakan
(jangan sekali kali melakukannya hanya karena mendengar apa yang dikatakan orang
lain).

Dengarkan cerita burung, anak dipangku dilepaskan : Karena mendengarkan tutur


manis dari orang lain, pekerjaan yang sudah dilakoni (mata pencaharian sehari hari) pun
disia siakan.

Deras datang dalam kena : Pekerjaan yang dikerjakan secara terburu buru kelak akan
mendatangkan kerugian/kesusahan.

Di bawah ketiak orang : Berada dibawah kekuasaan orang lain.


Di belakang ia menendang kita, bila di depan ia mengeting kita, jika di tengah ia
berpusing ligat pula : Menghadapi orang terkasih yang menyebabkan kita merasa serba
salah.

Di luar bagai madu, di dalam bagai empedu : Baik secara lahiriah, tetapi buruk/jahat
secara batiniah; terlihat baik diluar, namun buruk didalam.

Di luar berkilat di dalam berongga : Baik secara lahiriah, tetapi buruk/jahat secara
batiniah; terlihat baik diluar, namun buruk didalam.

Di luar merah di dalam pahit : Baik secara lahiriah, tetapi buruk/jahat secara batiniah;
terlihat baik diluar, namun buruk didalam.

Di lurah air yang besar, di bukit orang yang hanyut : Orang tidak bersalah yang
menerima hukuman.

Di mana bunga berkembang, di situ kumbang banyak : Di mana terdapat gadis cantik,
ke situ banyak datang pemuda.

Di mana lalang habis, di situ api padam : Dimana mati maka disana pulalah dikuburkan.

Dianjung seperti payung, diambak seperti kasur : Orang yang sangat dimuliakan.

–E–

Ekor anjing berapa pun dilurut tiada juga betul : Orang yang tabiatnya jahat, meskipun
berkali kali dinasihati tetap saja akan berbuat jahat.

Elang terbang mengawan, agas hendak mengawan juga : Orang miskin/hina yang
hendak meniru tingkah laku orang orang kaya.

Elok arak di hari panas : Orang yang bersuka cita karena maksud/tujuannya telah
tercapai.

Elok buruk dan busuk hanyir : Kesenangan dan kesulitan selalu beriringan.

Elok kata dalam muafakat, buruk kata di luar muafakat : Apa yang hendak
dikerjakan/dilakukan sebaiknya dibicarakan terlebih dahulu dengan keluarga dan
kerabat supaya selamat.

Emas berpeti, kerbau berkandang : Harta benda haruslah disimpan/dijaga dengan baik
supaya tidak hilang.

Empang sampai ke seberang, dinding sampai ke langit : Perselisihan yang sudah tidak
dapat didamaikan; aturan yang sudah tidak dapat diubah. (empang = bendungan)
Enak lauk dikunyah kunyah, enak kata diulang ulang : Nasihat yang baik perlu
diucapkan secara berulang ulang.

Enggan seribu daya, mau sepatah kata : Kalau tidak suka, biasanya banyak alasannya.

–F–

Fikir itu pelita hati : Pikiran adalah suluh kebenaran.

–G–

Gabak di hulu tanda akan hujan, ceuang di langit tanda akan panas : Tanda tanda akan
terjadi sesuatu. (gabak = redup)

Gadai terdorong ke Cina : Terlanjur; tidak dapat ditarik kembali.

Gading pada gajah yang sudah keluar itu bolehkah dimasukkan pula? : Raja (orang
besar/mulia) yang telah turun derajatnya dan tidak mungkin meraih kembali martabatnya
itu; sesuatu yang sudah ditetapkan (undang undang, keputusan, dsb) dan tidak bisa
untuk diubah lagi.

Gagak bersuara murai : Rupanya bodoh/dungu/hina, tetapi baik tingkah laku dan budi
bahasanya.

Gagak dimandikan tujuh kali sehari pun, takkan putih bulunya : Orang jahat, walaupun
diberikan kesenangan, namun kalau mendapat kesempatan, pasti akan diulanginya lagi
perbuatan jahatnya.

Gagak lalu punggur rebah : Orang besar/berkuasa yang berlaku kurang adil kepada
orang kecil/rendahan (karena ingin memperlihatkan kekuasaannya).

Gaharu dibakar kemenyan berbau : Orang yang memperlihatkan kelebihannya supaya


dipercaya oleh orang lain.

Gajah berak besar, kancil pun hendak berak besar, akhirnya mati kebebangan : Orang
kecil/rendahan yang hendak meniru tingkah laku orang besar/mampu yang akhirnya
membawa dirinya dalam kekalahan/kesulitan. (kebebangan = tertahan, tidak dapat terus
keluar)

Gajah bergajah gajah, pelanduk mati tersepit. : Kalau orang orang berkuasa saling
berselisih, maka orang orang kecil/rakyatnyalah yang akan mendapatkan kesusahan.

Gajah berhati, kuman pun berhati juga : Kaya/berkuasa dan miskin/rendahan sama
sama memiliki pemikiran dan nafsu.
Gajah berjuang sama gajah, pelanduk mati di tengah tengah : Kalau orang orang
berkuasa saling berselisih, maka orang orang kecil/rakyatnyalah yang akan
mendapatkan kesusahan.

Gajah dikalahkan oleh pelanduk : Orang berkuasa yang dikalahkan oleh orang
kecil/rendahan; perempuan bangsawan yang diperisteri oleh orang kebanyakan/rakyat
biasa.

Gajah ditelan ular lidi : Orang berkuasa yang dikalahkan oleh orang kecil/rendahan;
perempuan bangsawan yang diperisteri oleh orang kebanyakan/rakyat biasa.

Gajah empat kaki lagi tersaruk : Orang besar/berkuasa ada kalanya akan kehilangan
kebesaran/kekuasaannya; nasib yang tidak dapat ditentukan. (tersaruk = tersandung)

Gajah harimau di hutan hendak diburu, pijat pijat di bantal tak dapat dihapuskan :
Kejahatan orang besar/berkuasa hendak dibasmi, tetapi kejahatan anak buah sendiri di
rumah tidak dapat diatasi.

Gajah hendak berak besar, kita pun hendak berak besar juga : Orang kecil/rendahan
yang hendak meniru tingkah laku orang besar/mampu yang akhirnya membawa dirinya
dalam kekalahan/kesulitan.

Gali lubang menutup lubang : Meminjam uang/berhutang untuk membayar hutang.

Gajah terdorong karena gadingnya, harimau terlompat karena belangnya : Berbuat


sesuatu yang kurang baik demi memamerkan kelebihannya.

Ganti hidup berkeredaan , ganti mati berkebulatan : Mencari pengganti seorang


pimpinan harus melalui musyawarah dan mufakat. (reda = rela, senang hati)

Garam di laut asam di gunung, akhirnya bertemu dalam belanga : Perjodohan tidak
mengindahkan bangsa dan derajat.

Garam jatuh di air : Nasihat yang diterima dengan baik.

Garuda diburu layang layang yang dapat : Sesuatu yang diperoleh tidak
sebanding/setara/sesuai dengan yang diinginkan.

Gaya saja, rasanya wallah : Rupanya saja yang elok, tetapi tingkah laku dan budi
bahasanya buruk.

Gayung tua, gayung memutus : Perkataan orang tua biasanya tepat.

Gedang kayu, gedang dahannya : Banyak penghasilan/pendapatan, maka banyak pula


belanja/pengeluarannya.

Gelang di tangan orang yang hendak dirampas tidak dapat, cincin di jari sendiri terlucut
hilang : Orang yang dengki dan tamak suatu saat akan mendapatkan kerugian/kesulitan.
Geleng seperti si patung kenyang : Berjalan melonjak lonjak karena sombong.

Geruh tak mencium bau : Tertimpa kemalangan tanpa diketahui/disadari.

Geruh tak berbunyi, malang tak berbau : Tertimpa kemalangan tanpa diketahui/disadari.

Gigi tanggal, rawan murah : Keinginan yang datang setelah tidak ada kesempatan yang
tersisa.

Guru kencing berdiri, murid kencing berlar : Murid yang mencontoh tingkah laku gurunya
(terutama dalam hal yang tidak baik).

–H–

Habis adat karena kerelaan : Adat dapat diubah atau ditiadakan melalui musyawarah
dan mufakat.

Habis air setelaga, arang dibasuh tak putih : Orang jahat, walaupun diberi kesenangan,
namun kalau sudah mendapatkan kesempatan, pasti akan diulanginya lagi perbuatan
jahatnya itu.

Habis akal baru tawakal : Berserah diri kepada Tuhan sesudah tiada lagi
ikhtiar/daya/upaya untuk dilakukan.

Habis beralur maka beralu alu : Pada mulanya berunding dengan baik, tetapi kalau tidak
juga mencapai kesepakatan barulah mengadu kekuatan/kekuasaan. (beralur =
berunding)

Habis manis sepah dibuang : Digunakan/diperlukan hanya pada saat ada perlunya saja,
setelah itu ditinggalkan.

Habis miang karena bergeser : Sesuatu yang kurang menyenangkan tidak akan terasa
sulit apabila telah menjadi kebiasaan.

Hari ini sedang panas panjang, kacang telah lupakan kulitnya : Orang miskin yang
sudah menjadi orang kaya, namun lupa akan asalnya.

Harimau bertempek takkan makan orang : Orang yang terlalu marah biasanya tidak
sampai memukul.

Harimau ditakuti sebab giginya : Orang besar/berkuasa ditakuti karena kekuasaannya.

Harimau hendak menghilangkan jejaknya : Orang jahat yang hendak menyembunyikan


kejahatannya.
Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan daging, manusia mati
meninggalkan nama : Orang baik mati meninggalkan nama/kenangan baik, sedangkan
orang jahat mati meninggalkan nama/kenangan jahat.

Harum menghilangkan bau : Keburukan telah ditutupi oleh kebaikan.

Hati orang yang bodoh itu di mulutnya, dan lidah orang yang cerdik itu di belakang
hatinya : Orang bodoh berbicara tanpa perhitungan, sedangkan orang pandai berpikir
terlebih dahulu sebelum berkata kata/berbicara.

Hendak belajar berenang dapatkan itik, hendak belajar memanjat dapatkan tupai :
Hendak mengetahui suatu perkara maka bertanyalah pada orang yang ahli dalam
perkara itu.

Hendak bertanduk kepala dipahat : Karena hendak menunjukkan kemegahan, rela


berhutang atau berbuat sesuatu yang dapat mendatangkan kesulitan pada diri sendiri.

Hendak harum terlalu hangit : Karena terlalu hendak meninggikan diri, akhirnya hanya
mendapat malu.

Hendak meluruskan ekor anjing : Sangat susah untuk bisa mengubah tingkah laku yang
sudah menjadi tabiat.

Hidung dicium, pipi digigit : Kasih sayang yang hanya pura pura saja; menyembunyikan
perbuatan jahat dengan perbuatan baik.

Hilang bahasa lenyap bangsa : Jika suatu bahasa persatuan sudah tidak terpakai lagi
maka lambat laun hilanglah bangsa itu; hilang budi bahasa, maka hilang pula derajat
diri.

Hilang ikan dalam kerabu : Kejahatan akan hilang (tidak lagi disebut kejahatan) apabila
setiap orang melakukannya. (kerabu = sejenis makanan)

–I–

Ibarat ayam, tiada mengais tiada makan : Sangat miskin.

Ibarat bunga, sedap dipakai layu dibuang : Perempuan yang sangat dikasihi ketika
masih muda, tetapi ditelantarkan /diceraikan setelah tua.

Ibarat negeri berubah rasam, ibarat tahun berubah musim : Orang yang tidak tetap
kedudukannya. (rasam = adat kebiasaan)
Ibarat perahu takkan karam sebelah : Kaum keluarga yang ikut bersimpati atas
kecelakaan/musibah yang menimpa kerabatnya.

Ibarat rumput yang sudah kering, ditimpa hujan segar kembali : Orang melarat yang
mendapatkan pertolongan.

Ikan bergantung, kucing tunggu : Kesal melihat barang yang diingini, tetapi tak mungkin
didapat.

Ikan dalam keroncong : Sudah tidak bisa ditolong lagi. (keroncong = bilik bilik bubu
bagian dalam)

Ikannya belum dapat, airnya sudah keruh : Perbuatan/tindakan yang tidak bijaksana.

Ilmu padi, makin berisi makin merunduk : Orang yang semakin banyak pengetahuannya
atau pangkatnya semakin tinggi, bersikap semakin merendah.

Ingat ranting yang akan melenting, dahan yang akan mencocok, duri yang akan mengait
: Hendaklah selalu ingat tentang segala bahaya dan rintangan ketika melakukan suatu
pekerjaan.

Ingin di buah manggis hutan, masak ranum tergantung tinggi :


Menginginkan/mengharapkan sesuatu yang susah untuk didapatkan.

Intan berlian jangan dipijakkan : Keuntungan/kebahagiaan jangan dielakkan.

–J–

Jadi dinding lasak peti manian : Orang yang menjadi harapan raja/orang besar. (lasak =
masuk) (peti manian = tempat menyimpan barang berharga)

Jadi penghubung hujung lidah : Orang yang menyampaikan pesan dari seseorang
dalam suatu perundingan.

Jadi penghubung kaki tangan : Tempat yang menjadi harapan atau kepercayaan yang
selalu memberikan pertolongan.

Jalan mati lagi dicuba, inikan pula jalan binasa : Orang yang berani dan tidak memilih
apa yang ingin diperbuatnya.

Jalan raya titian batu : Adat/aturan yang belum berubah. (titian = jembatan kecil)

Janda belum berlaki : Gadis yang sudah ditinggalkan oleh lelaki yang pernah menjadi
kekasihnya.
Janda berhias : Janda yang belum memiliki keturunan.

Jangan bercermin di air keruh : Jangan mengikuti teladan/contoh yang buruk.

Jangan berkemudi di haluan : Jangan terlalu menuruti/mengikuti kata isteri/orang lain.

Jangan bersandar di batang rengas : Janganlah mencari perlindungan pada orang


besar/berkuasa yang tabiatnya tidak baik/jahat.

Jangan buat kerbau tanduk panjang : Jangan suka ikut campur urusan orang lain.

Jarum halus kelindan sutera : Tipu muslihat yang sangat halus.

Jauh bau bunga, dekat bau tahi : Perihal sanak saudara, bila jauh selalu terkenang
tetapi bila dekat selalu bertengkar.

Jauh di mata, dekat di hati : Meskipun telah jauh berpisah tetapi tidak lupa pada yang
ditinggalkan (masih menyayangi).

Jika menebang menuju pangkal, jika melanting menuju tangkai : Melakukan suatu
pekerjaan hendaklah dengan maksud dan tujuan yang jelas dan tepat.

Jika tak ada rotan, akar pun berguna : Jika tak ada barang yang baik, yang jelek pun
dapat dipakai.

Jikalau beranak ikut kata bidan : Turutilah nasihat orang yang lebih ahli/bijak daripada
kita.

–K–

Kaduk kena baja : Orang yang tidak berguna, tetapi panjang umurnya.

Kain dalam acar dikutip dicuci, hendak masuk ke longkang juga : Orang yang bertabiat
jahat, walaupun diperbaiki, sekali sekali ia akan berbuat jahat juga.

Kais pagi makan pagi, kais petang makan petang : Orang miskin yang harus bekerja
setiap waktu.

Kaki pekuk lenggang ke perut : Orang yang buruk rupa dan bodoh. (pekuk = bengkok)

Kalau ada angin bertiup, tak akan pohon bergoyang : Suatu keajaiban sudah tentu ada
penyebabnya.

Kalau anjing biasa makan tahi, tak makan hidu ada juga Orang yang biasa berbuat
jahat, sekali sekali akan teringat juga untuk mengulanginya lagi.
Kalau baik disebut orang, kalau jahat jahatlah : Perbuatan yang baik akan disebut baik,
sedangkan perbuatan yang jahat akan disebut jahat.

Kalau boros lekas kerugian : Boros terhadap pendapatan/penghasilan yang sedikit dan
akhirnya mendatangkan kesulitan.

Kalau kena tampar biarlah dengan tangan yang pakai cincin, kalau kena tendang biarlah
dengan kaki yang pakai kasut : yang bijaksana, jangan malah dianiaya oleh orang orang
kecil/rendahan yang tak tahu apa apa.

Kalau pandai meniti buih, selamat badan ke seberang : Jika keras kemauan untuk
mengerjakan sesuatu yang sukar, niscaya maksud tercapai.

Kalau pandai menyencang akar, mati lalu ke pucuknya : Mengerjakan sesuatu yang
sukar dikerjakan.

Kambing menyusui anak harimau, besar dia dipatahkan tengkuknya : Akibat yang akan
diterima jika menolong orang jahat yang sedang dalam kesusahan.

Kapal besar ditunda jongkong : Orang berkuasa yang menuruti perintah dari
bawahannya.

Karam berdua basah seorang : Dua orang yang berbuat salah, namun seorang saja
yang dihukum.

Kasih itu roh yang buta : Kasih sayang tidak memilih/mengenal yang baik atau yang
rupawan saja.

Kecil gunung dipandang, besar hutang disandang : Hutang itu walau sedikit pun, akan
terasa berat untuk ditanggung.

Kelapa muda tak berminyak : Pemuda yang masih belum ada pengalaman.

Kemarau setahun rusak oleh hujan sepagi : Kebaikan yang sudah sering dilakukan
tertutupi/terlupakan karena kesalahan kecil.

–L–

Laba sama dibagi, rugi sama diterjuni : Persahabatan yang sangat karib.

Laba tertinggal, harta lingkap : Laba tidak diperoleh, namun modalnya juga
lenyap/hilang.

Lading tajam sebelah : Selalu mau menerima pemberian orang, tetapi enggan untuk
memberi. (lading = sejenis alat perang)
Lagi jatuh ditimpa tangga : Mendapatkan kesulitan bertubi tubi.

Lain bengkak lain bernanah : Orang lain yang tidak bersalah yang menanggung
akibatnya.

Lain sakit lain diobat, lain luka lain dibebat : Jawaban yang tidak sesuai dengan
pertanyaannya.

Laksana batang manau, seribu kali embat haram tak putus : Sangat kuat dan kokoh.
(manau = rotan besar) (embat = pukul)

Laksana burung diam dalam sangkar : Orang yang hidupnya terikat dengan sesuatu.

Laksana cempedak mambung, pulur saja jual tak laku : Perempuan gemuk yang tidak
disukai orang.

Laksana kumbang menyeri bunga, kumbang pun terbang bunga pun layu : Lelaki yang
suka mempermainkan perempuan (ia pergi, perempuan itu pun merana).

Laksana layang layang salah teraju : Anak anak muda yang menapaki jalan yang salah.

Lalat langau mengerumuni bangkai : Para lelaki yang berkumpul di rumah perempuan
jahat.

Lambat laga asalkan menang : Biarpun lambat bekerja asalkan maksud tercapai sesuai
harapan.

Laut mana yang tak berombak, bumi mana yang tak ditimpa hujan : Segala usaha pasti
ada bahaya atau kesulitannya.

Layar menimpa tiang : Kawan yang menjadi lawan.

Lebih baik berputih tulang daripada berputih mata : Lebih baik mati daripada harus
menanggung malu yang teramat sangat.

Lebih berharga mutiara sebutir daripada pasir sepantai : Lebih baik bersahabat dengan
orang baik walaupun hanya seorang daripada bersahabat dengan
sekawanan/sekumpulan orang jahat.

Lemah liat kayu akar, dilentur boleh dipatah tak dapat : Pada lahirnya kelihatan lemah
tetapi sebenarnya tidak dapat dipengaruhi atau dipermainkan.

Lepas kaki leher terjerat : Orang jahat yang sudah tidak dapat menyembunyikan
kejahatannya lagi.
Luka sudah hilang, parutnya tinggal juga : Orang yang berselisih meskipun sudah
berdamai, tetapi kenangan kenangannya masih teringat juga.

Luka sembuh, bekasnya tinggal juga : Dua orang bercedera walaupun telah berbaik,
tiadalah akan dapat seperti sediakala.

–M–

Mabuk di enggang lalu : Merasa sangat tertarik kepada orang yang belum dikenal.

Mabuk karena beruk berayun : Menggila gilakan wanita cantik yang tidak mungkin untuk
didapatkan; terlalu asyik melihat sesuatu yang tidak berguna.

Macam anak dara tak datang tunangnya : Selalu membengkalaikan pekerjaan.

Macam daun terap: bunyinya degah deguh, degah deguh jatuh ke bawah : Orang bodoh
yang terlalu banyak membual.

Macam memegang tali layang layang : Orang yang berkuasa dalam penghidupan
seseorang ataupun orang banyak.

Macam orang biduk : Orang yang makan dan minum bersama sama, tetapi bayar sendiri
sendiri.

Macam timun dengan durian: menggelek luka, kena gelek pun luka :
Perlawanan/persaingan yang tidak seimbang antara orang kecil/rendahan melawan
orang besar/berkuasa.

Mahal dibeli sukar dicari : Sesuatu yang sangat susah untuk diperoleh.

Main air basah, main api letur, main pisau luka : Segala perbuatan atau pekerjaan akan
meninggalkan akibatnya.

Makan bersabitkan : Mendapatkan makanan dan minuman tanpa bekerja.

Makan bubur panas panas : Bertindak secara tergesa gesa dan akhirnya
mengecewakan.

Makan di luar berak di dalam : Mengotori tempat berlindung; mengkhianati orang yang
memberikan pertolongan.

Makan keringat orang : Mengecap kesenangan dengan cara memeras orang lain.

Makin murah, makin menawar : Semakin diberi semakin banyak yang diminta.
Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai : Ingin akan sesuatu yang
besar tetapi tidak berdaya (karena kekurangan akal dan alat) untuk
meraihnya/mendapatkannya.

Makan nasi kawah : Hidup sebagai buruh; berada dalam penghidupan orang tua.

Mana busuk yang tidak berbau? : Tidak ada kejahatan yang dapat disembunyikan
selamanya.

Musuh dalam selimut : Musuh yang terdapat dalam kawan sendiri.

–N–

Nafsu tidak bertepi : Keinginan hati yang tidak ada batasnya.

Nafsu nafsu, raja di mata sultan di hati : Menuruti kehendak hati sendiri.

Naga ditelan ular lidi : Anak bangsawan yang kawin/menikah dengan orang biasa/rakyat
jelata.

Naik basuh kaki saja : Mengerjakan suatu pekerjaan dengan mudah.

Naik dari janjang, turun dari tangga : Melakukan suatu pekerjaan menurut aturan.

Naik ke rumah bercuci kaki saja : Kawin/menikah tanpa mengeluarkan biaya (atau
hanya mengeluarkan biaya sedikit saja).

Nampak gabak di hulu : Tanda tanda yang menunjukkan akan terjadi sesuatu hal.

Nampak kulitnya tahulah isinya : Sifat seseorang dapat dilihat dari rupa dan gerak
geriknya.

Nasi basi penolak nafsu : Putus kasih sayang/tali persaudaraan karena telah lama tidak
bersilaturahmi atau karena perselisihan; orang tua yang hidupnya melarat.

Nasi masak periuk pecah : Hukuman yang sudah diputuskan tidak dapat
dibanding/diganggu gugat lagi.

Nasi sama ditanak, kerak dimakan seorang : Pekerjaan dilakukan secara bersama
sama, tetapi keuntungan diambil seorang diri.

Nasi sudah menjadi bubur : Sudah terlanjur; sudah tidak dapat diubah.

Nasi tersaji di lutut : Keuntungan yang diperoleh dengan mudah.


Neraca berbatu intan : Hukuman yang sangat adil.

Nyawa bergantung di hujung kuku : Berada dalam keadaan yang sangat berbahaya;
sangat rentan.

–P–

Pacat ingin menjadi ular : Orang miskin/hina yang bertingkah laku seperti orang kaya.

Pagar makan tanaman : Orang yang wajib memelihara, yang merusakkan.

Pahit di luar manis di dalam : Berkata kata kasar dan keras tetapi sebenarnya
maksudnya baik.

Panas setahun dihapuskan oleh hujan sehari : Kebaikan yang telah banyak dihapuskan
oleh kesalahan sedikit saja.

Pandai berminyak air : Orang yang pandai mempergunakan barangnya yang kurang
harganya, tetapi baik juga hasilnya.

Pucuk dicinta ulam tiba : Mendapat sesuatu yang dibutuhkan.

Putus benang dapat dihubung, putus arang susah sekali : Perselisihan antara saudara
sendiri, mudah berbaik kembali, tetapi persengketaan dengan orang lain sukar untuk
diselesaikan.

–R–

Raja adil raja disembah, raja lalim raja disanggah : Pemimpin yang baik akan dihormati
rakyatnya, sedangkan pemimpin yang tidak baik tidak akan dihormati rakyatnya.

Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya : Usaha yang tiada henti (pantang menyerah)
pasti akan membuahkan hasil yang baik.

Ramai beragam, rimbun menyelara : Kebahagiaan masing masing orang tidak selalu
sama.

Rambut sama hitam, hati masing masing : Setiap orang memiliki pandangan hidupnya
masing masing.

Rambut sama hitam, pikiran berlain lainan : Lain orang lain pula tujuan yang ingin
dicapai.
Rasa air ke air, rasa minyak ke minyak : Mencari kaumnya atau bangsanya sendiri.

Rebung tidak jauh dari rumpun : Perangai anaknya tidak akan jauh berbeda dengan
perangai orang tuanya.

Redup atau panas kerak : Suatu pekerjaan yang tidak disertai dengan modal besar.

Rendah gunung, tinggi harapan : Orang bijak yang mempunyai cita cita yang tinggi;
menaruh harapan yang sangat besar.

Retak kayu boleh disimpai, retak pinggan susah hilangnya : Perselisihan/perkara yang
kecil mudah untuk diselesaikan, sedangkan perselisihan/perkara yang besar sulit untuk
diselesaikan dan dilupakan.

Retak tanda akan pecah : Perkara kecil yang akan menjadi besar jika datang lagi
permasalahan permasalahan yang menyangkut perkara tersebut.

Rindu akan jadi batas, maka manis tidak jadi cuka : Pergaulan/pertemanan yang sangat
erat, namun jika terjadi perselisihan sedikit saja akan membuatnya retak/terpisah.

Ringan tulang, berat perut : Siapa yang rajin bekerja, maka dia akan mendapatkan
rezeki yang lebih.

Rumah buruk disapu cat : Orang tua yang suka bersolek/berdandan.

Rumah terbakar tikus habis ke luar : Uang sudah habis, tetapi yang diinginkan belum
didapat.

Rupa harimau hati tikus : Rupanya gagah berani tetapi penakut.

Rusa di hutan, kancah sudah terjerang : Sebelum membeli barang hendaklah dipikirkan
terlebih dahulu fungsinya.

Rusak badan karena penyakit, rusak bangsa karena laku : Orang yang sering
mengalami penderitaan.

Rusak baung ditiup jambak : Perbuatan jahat dari salah satu anggota keluarga yang
akhirnya membuat seluruh anggota keluarga ikut merasakannya.

–S–

Sahaja basahan jadi air mandi : Orang yang berusaha menutupi kesalahannya, padahal
semua orang sudah mengetahuinya.

Sakit hati berulam jantung : Perasaan yang sangat sedih.


Sakit kepala panjang rambut, patah selera banyak makan : Orang yang sedang berpura
pura di depan orang lain.

Sakit sama mengaduh, luka sama menyiuk : Sikap yang sangat setia, sehidup semati,
senasib sepenanggungan, seia sekata.

Salah cencang memberi pampas, salah bunuh memberi bangun : Salah mengerti orang
lain dapat berakibat fatal; hukuman seharusnnya diberikan sesuai/setimpal dengan
perbuatannya.

Sambil berdendang biduk hilir : Melakukan dua pekerjaan sekaligus.

Sambil berdiang nasi masak : Sambil mengerjakan sesuatu pekerjaan, selesai pula
pekerjaan yang lain.

Sambil menyelam minum air, sambil menyeruduk galas lalu : Sekali melakukan suatu
pekerjaan, beberapa maksud tercapai.

Samir tak habis, kajang pula : Belum membayar hutang yang lama sudah hendak
berhutang lagi.

Samun berdarah dingin : Suatu permasalahan harus diputuskan setelah ada bukti yang
sah.

Satu bertelur, ayam sekandang ikut ribut : Satu orang yang mendapatkan kesusahan
atau keberuntungan, semua orang akan ikut membicarakannya.

Satu nyawa dua badan : Suami yang sangat setia terhadap isterinya, begitu pula
sebaliknya.

Sebusuk busuknya daging dikincah dimakan juga, seharum harumnya tulang dibuang :
Jika anggota keluarga berbuat salah akan dimarahi, tetapi setelah itu pasti diampuni,
namun jika orang lain yang berbuat salah pasti tidak akan dimaafkan.

Sedangkan tupai lagi gawal : Orang yang sangat ahli sekalipun pasti juga akan pernah
melakukan kesalahan.

Sedia payung sebelum hujan : Sebaiknya berjaga jagalah sebelum terjadi sesuatu yang
membahayakan.

Sedikit hujan, banyak yang basah : Perkara kecil yang dapat membuat beberapa pihak
saling membenci/dendam.

Segan berkayuh, hanyut serantau : Seorang pemalas hanya akan menjadi beban
keluarga/kelompoknya.

Sejaha jahatnya harimau tak akan memakan anaknya sendiri : Betapa pun jahatnya
orang tua kandung, mereka tidak akan tega mencelakakan anaknya sendiri.
Sekerat ular sekerat belut : Orang yang bermuka dua.

Senjata makan tuan : Sesuatu yang ditujukan untuk alasan tertentu, tetapi justru
mencelakakan dirinya sendiri.

Sepandai pandai tupai melompat akhirnya jatuh ke tanah jua : Betapa pun pandai atau
hebatnya seseorang dalam suatu perkara/permasalahan ataupun pekerjaan, pasti
memiliki kelemahan juga (pernah salah juga).

–T–

Tahu diangin turun naik : Mengetahui betul perubahan keadaan yang baik atau yang
buruk.

Tahu makan tahu simpan : Dapat menyimpan rahasia dengan baik.

Tak ada gading yang tak retak : Masing masing orang mempunyai kekurangannya
tersendiri.

Tak ada Iaut yang tak berombak : Tiap tiap pekerjaan itu ada bahaya atau kesulitannya.

Tak ada rotan, akar pun jadi : Jika tidak ada yang baik, yang kurang baik pun bisa
digunakan.

Tak sama getah daun dengan getah batang : Watak dan tabiat masing masing orang
berbeda, walaupun berasal dari satu keluarga.

Takkan ada katak beranak ular : Seseorang yang berjiwa pengecut selamanya tidak
akan menjadi pemberani.

Takut hantu, terpeluk bangkai : Menghindari bahaya yang kecil, tetapi justru
mendapatkan bahaya yang lebih besar.

Takut kepada ular terkejut kepada bengkarung : Merasa takut pada orang yang
berkuasa beserta keluarganya.

Tali busur tidak selamanya dapat direnggang : Tidak ada seorang pun yang mampu
bekerja terus menerus/tanpa henti.

Tambah air tambah sagu : Jika tugas/pekerjaan kita bertambah, maka penghasilan pun
akan bertambah.

Tanam cempedak tumbuh nangka : Memperoleh sesuatu lebih dari yang diharapkan.

Telaga di bawah gunung : Isteri yang mampu memberikan kebahagiaan pada suaminya.
Telentang sama diminum airnya, telungkup sama termakan tanah : Bersama sama
dalam menjalani kehidupan.

Tempat makan jangan diberaki : Jangan melakukan perbuatan buruk kepada orang
yang telah memberikan kebaikan kepada kita.

Tiada air sungai mengalir ke hulu : Anak tidak akan membalas pengorbanan orang
tuanya.

Tiada berpucuk di atas enau : Orang yang mengira/merasa dirinya adalah yang paling
hebat.

Tiada terbawa sekam segatang : Sudah tidak mempunyai kekuatan lagi; sudah rapuh.

Titah dijunjung, perintah dijalankan : Menuruti perintah pemimpin.

Tohok raja tidak dapat diledakkan : Sangat sulit untuk menolak perintah dari orang yang
berkuasa.

Tukang tuak membuang kayu : Orang bijaksana yang mampu menghargai orang lain.

Tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina : Tuntutlah ilmu kemana pun jauhnya kita harus
mencari.

Turut rasa binasa, turut hati mati : Berpikir dan bertindaklah secara bijaksana, jangan
hanya menuruti hawa nafsu.

Tumbuk tanak terserah kepada badan seorang : Berusaha untuk hidup mandiri,
walaupun banyak orang yang menawarkan pertolongan.

–U–

Uang gampang dicari, sahabat susah didapat : Jika bersahabat harus hatiArtinya hati,
timbangArtinya menimbang supaya jangan tersinggung hatinya.

Ubun ubun masih bergerak sudah angkuh : Orang yang belum berpengalaman, tetapi
sudah sombong.

Udang hendak mengatai ikan : Tidak insaf akan kekurangan dirinya sendiri.

Udang tak tahu di bungkuknya, orang tak tahu buruknya : Orang yang tidak menyadari
keburukannya/kekurangannya sendiri.

Ujung jarum halus kelindan sutera : Tipu muslihat yang sangat halus.
Ulam mencari sambal : Perempuan yang mencari lelaki.

Ular telan babi, cacing yang bengkak perut : Iri hati melihat keberuntungan orang lain.

Umpama anjing makan muntahnya : Orang yang tamak dan tidak memilih apa yang
akan diperbuatnya.

Umpama ayam menetaskan telur itik, anaknya itu ke air juga : Perangai atau kelakuan
yang tidak dapat diubah oleh siapapun.

Umpan menyembunyikan pancing : Bersikap baik karena mengaharapkan timbal


balik/imbalan.

Umpat tak membunuh, puji tak menyerang : Baik pujian maupun celaan tidak perlu
didengarkan.

Umur setahun jagung, darah setapuk pinang : Masih muda, belum banyak pengalaman.

Untung bagai roda pedati, sekali ke bawah sekali ke atas : Nasib seseorang selalu
bertubah.

Upah bidan pun tak terbayar : Anak anak nakal yang menyusahkan orang tuanya.

Usahlah teman dimandikan pagi : Tidak perlu mempermainkan orang lain dengan
sanjungan/pujian yang berlebihan.

Utang darah dibayar dengan darah, utang nyawa dibayar dengan nyawa : Kebaikan
dibalas dengan kebaikan, sedangkan kejahatan dibalas dengan kejahatan.

Utang emas boleh dibayar, utang budi dibawa mati : Budi yang baik itu akan diingat
selama lamanya.

Untung batu tenggelam : Tidak ada seorang pun yang dapat menghindar dari takdir.

–W–

Waktu adalah uang : Dalam melakukan sesuatu, hendaklah menghargai waktu, karena
waktu yang terbuang tidak dapat dikembalikan lagi.

Waktu garuda dikalahkan ular : Perihal zaman antah berantah dalam dongeng.

Walau disepuh emas lancung, kilat tembaga tampak juga : Bagaimana pun orang
jahat/biadab diajari, tetap saja sifatnya yang jahat/biadab itu akan kelihatan juga.

Walau ikan diam di dalam tujuh lautan sekalipun, termasuk ke dalam pukat juga :
Sepandai pandainya seseorang, ada kalanya ia akan berbuat salah juga.
Walau seribu anjing menyalak, gunung takkan runtuh : Orang yang mempunyai prinsip
teguh tidak akan goyah, walaupun banyak godaan ataupun paksaan yang
menghampirinya.

Walau sungai mengalir ke laut, laut tiada akan bertambah : Pemberian orang miskin
kepada orang kaya tidak akan terasa/memberikan perubahan bagi mereka.

Walaupun ada umpan, belum tentu ada ikan : Walaupun dalam melakukan suatu
pekerjaan telah ada persediaan yang cukup/memadai, tetapi belum tentu akan berhasil
dengan baik.

Wau melawan angin : Perbuatan yang sia sia.

Wayang kepadaman damar : Kekacauan yang terjadi secara tiba tiba.

–Y–

Ya sepanjang hari, janji sepanjang jalan : Mudah untuk berjanji, tetapi sulit untuk
menepatinya.

Yang berbaris yang berpahat, yang bertakuk yang bertebang : Pekerjaan yang dilakukan
menurut aturannya.

Yang berhutang terjerat di kaki, yang menjamin terjerat di leher : Orang yang menjamin
orang yang berhutang sering kali kali terpaksa membayar hutang tersebut karena yang
dijamin tidak dapat membayarnya ataupun melarikan diri.

Yang berpayung yang ditembak : Orang yang berkuasalah yang dijadikan sebagai
tempat untuk meminta pertolongan.

Yang berpuru selalu hendak menggaruk : Orang yang melakukan kesalahan, suatu saat
pasti akan terbongkar juga kesalahannya itu.

Yang bertakuk yang ditebang, yang bergaris yang dipahat : Pekerjaan yang dilakukan
menurut aturannya.

Yang bungkuk juga dimakan sarung : Yang bersalahlah yang akan menanggung
dosanya/menerima hukumannya.

Yang buntal kutil mengutil, yang jerung luluh meluluh : Yang miskin hidup melarat,
sedangkan yang kaya boros berbelanja.

Yang dikejar tiada datang, yang dikandung berceceran : Kekayaan yang ada sudah
habis untuk mencari rezeki tambahan, sedangkan keuntungan yang diharapkan juga
tidak kunjung tiba.
Yang dimakan rasa, yang dilihat rupa, yang didengar bunyi : Segala pekerjaan itu
hendaklah dikerjakan sebaik mungkin.

Yang disangka tidak menjadi, yang diam boleh ke dia : Lain yang berikhtiar, lain pula
yang mendapatkan hasilnya.

Yang disuruh tenggelam, yang menyuruh pun tenggelam : Orang malas disuruh
mengawasi orang yang lebih malas, pada akhirnya hanya akan mendatangkan kerugian.

Yang hampa biar terbang, yang bernas biar tinggal : Yang tidak berguna biarlah
hilang/terlupakan, sedangkan yang baik biarlah tinggal/dimanfaatkan dengan baik.

Yang memberi tangan di atas, yang menerima tangan di bawah : Biasanya orang yang
memberilah yang tinggi cakapnya (sombong) dibandingkan orang yang menerima.

Yang merah saga, yang kurik kundi; yang indah bahasa, yang baik budi : iarpun
rupawan, tetapi kalau budi pekertinya buruk, maka tetap saja ia akan dipandang hina di
masyarakat.

Yang sehasta takkan jadi sedepa : Sesuatu yang sudah pasti dan tidak dapat diubah.

Yang tua dimuliakan, yang kecil dikasihi : Orang yang pandai menempatkan diri di
segala situasi.

Yang teguh disokong, yang rebah ditindih : Orang yang kaya atau berkuasa
dibantu/ditolong, sedangkan orang yang lemah diperas.

–Z–

Zaman beralih, musim bertukar : Segala sesuatu hendaklah disesuaikan dengan


keadaan zaman.

Zaman beredar musim berganti : Musim yang tidak dapat dipastikan lagi kapan
waktunya akan berganti.

Zaman Tuk Nadur berkajang kain : Zaman yang telah lalu; sudah sangat lampau.

Zikir zikir saja jatuhkah rezeki jatuh dari langit? : Rezeki tidak datang hanya dengan
berdoa.

Anda mungkin juga menyukai