Makalah Terisa Fiks
Makalah Terisa Fiks
23 November 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
BAB II ................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
A. Daerah Aliran Sungai (DAS) ...................................................... 3
B. Pengelolaan DAS ....................................................................... 4
C. Kondisi DAS .............................................................................. 5
BAB III ................................................................................................ 8
PEMBAHASAN ATAU ANALISIS .......................................................... 8
A. Penyebab Pencemaran Sungai Di Indonesia .............................. 8
B. Tingkat pencemaran Di Indonesia ........................................... 10
C. Upaya Pemerintah dalam mencegah/menagani kasus
Pencemaran sungai Di Indoensia ............................................ 12
BAB IV .............................................................................................. 14
PENUTUP.......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................. 14
B. Saran....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang dibutuhkan manusia
tidak hanya untuk air minum, tetapi juga untuk berbagai cara
hidup. Air yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah
air tanah dan air permukaan (sungai). Untuk memenuhi
kebutuhan air yang terus meningkat, kelestarian dan ketersediaan
sumber daya air harus dikembangkan dan digunakan di mana-
mana.
Air sungai dapat tercemar secara langsung dan tidak langsung
oleh aktivitas manusia, limbah rumah tangga, penyemprotan
pestisida, pupuk pertanian, limbah pertanian, limbah industri dan
lain-lain. Pencemaran ini menyebabkan penurunan kualitas air
berupa perubahan fisik, kimia dan biologi air.
Kualitas air sungai di Indonesia masih kurang baik. Per tahun
2019, Indonesia memiliki 98 sungai, dengan sebaran pencemaran
sungai sekitar 54 sungai tercemar sedang, 6 sungai tercemar
ringan-sedang, dan sekitar 38 sungai mengalami pencemaran
berat. Kondisi sungai tahun 2019 di Indonesia lebih buruk
dibandingkan tahun 2018. Pada tahun 2018 terdapat 97 sungai
dengan total 67 sungai tercemar ringan, 5 sungai tercemar sedang
dan 25 sungai tercemar berat.
Pasal 33(3) UUD 1945 mendefinisikan bahwa air dan sumber
daya air merupakan potensi negara yang wajib dimanfaatkan
untuk mencapai kemakmuran rakyat. UU Nomor 11 Tahun 1974
tentang Pengairan menjelaskan bahwa pengelolaan air dan
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas di rumuskan masalah
sebagai berikut
1. Apa yang menyebabkan sungai di Indonesia tercemar?
2. Bagaimana tingkat pencemaran sungai di Indonesia?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam mencegah atau menagani
pencemaran sungai di Indonesia?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1Reni Ekawaty et al., “Telaahan Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan
Dalam Pengelolaan Kawasan Daerah Aliran Sungai Di Indonesia,” Journal of Applied
Agricultural Science and Technology 2, no. 2 (2018): 30–40.
2Nurmala Berutu et al., “Analisis Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran Sungai
Deli,” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 21 (2015): 1–4.
4
B. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS bagian hulu seringkali menjadi fokus karena
DAS bagian hulu dan hilir secara biofisik dihubungkan oleh
siklus hidrologi. Misalnya, kesalahan penggunaan lahan di
wilayah hulu berdampak pada masyarakat di hilir. Pembukaan
bentang alam akibat deforestasi, termasuk konversi lahan, atau
penggunaan praktik pengelolaan tanah yang buruk,
menyebabkan erosi dan tanah longsor. Endapan tanah di sungai
dan waduk mengurangi daya dukungnya, menyebabkan banjir di
hilir. Banjir dapat terjadi ketika kapasitas sungai tidak dapat
menahan air yang mengalir melaluinya. Aliran air permukaan
melebihi daya tampungnya, menyebabkan air mengalir ke daerah
banjir tempat orang bekerja4
Pengelolaan
DAS harus terintegrasi antara hulu dan hilir dengan
memasukkan masalah ekonomi, sosial, dan budaya ke dalamnya.
Ini disertai dengan adanya pengembangan wilayah secara ekologis
maupun administratif, dengan melakukan pengoptimalan
penggunaan lahan dan melakukan efisien dalam pemanfaatan
3 Yura Witsqa Firmansyah, Onny Setiani, and Yusniar Hanani Darundiati, “Kondisi
Sungai Di Indonesia Ditinjau Dari Daya Tampung Beban Pencemaran: Studi
Literatur,” Jurnal Serambi Engineering 6, no. 2 (2021): 1879–1890.
4Suntoro Wongso Atmojo, “Peran Agroforestri Dalam Menanggulangi Banjir Dan
Longsor DAS,” Seminar Nasional Pendidikan Agroforestry Sebagai Strategi
Menghadapi Pemanasan Global di Fakultas Pertanian, UNS. 1, no. 1 (2008): 1–15,
http://suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009.
5
5Ekawaty et al., “Telaahan Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Dalam
Pengelolaan Kawasan Daerah Aliran Sungai Di Indonesia.”
6Dewi Liesnoor Setyowati et al., “Model Agrokonservasi Untuk Perencanaan
Pengelolaan Das Garang Hulu,” Tataloka 14, no. 2 (2012): 131–141.
7Puja Hardina and Irma Suryani, “Pencemaran Daerah Aliran Sungai (Das) Di
Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya
6
Perspektif Perda Provinsi Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2014 Dan Fiqh Siyasah,”
JISRAH: Jurnal Integrasi Ilmu Syariah 2, no. 1 (2021): 261.
8 Era Iswara Pangastuti, Elan Artono Nurdin, and Muhammad Asyroful Mujib,
“Analisis Dan Pemetaan Tingkat Pencemaran Air Sungai Pada Sub DAS Bedadung
Tengah Kabupaten Jember,” JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi 7, no. 2
(2022): 137–149.
9Yura Witsqa Firmansyah et al., “DAMPAK PENCEMARAN SUNGAI DI INDONESIA
TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN : LITERATURE REVIEW Impact of River
Pollution In Indonesia on Health Problems : A Literature Review,” Jurnal Riset
Kesehatan 13, no. 1 (2021): 120–133, https://www.juriskes.com/index.php.
7
dan COD pada badan air.10 masih banyaknya warga yang Buang
Air Besar Sembarangan terutama masyarakat tinggal di daerah
aliran sungai, mereka yang memilih mencemari sungai.11
BAB III
12Benny Yohannes Yohannes, Suyud Warno Utomo, and Haruki Agustina, “Kajian
Kualitas Air Sungai Dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air,” IJEEM - Indonesian
Journal of Environmental Education and Management 4, no. 2 (2019): 136–155.
13 Indah Siti Aprilia and Leander Elian Zunggaval, “Peran Negara Terhadap Dampak
Pencemaran Air Sungai Ditinjau Dari Uu Pplh,” SUPREMASI Jurnal Hukum 2, no. 2
(2019): 15–30.
9
dilihat dari perubahan warna air sungai dari jernih menjadi keruh
hal ini tentunya mempengaruhi ekosistem yang ada di sungai itu
selain ekosistem warga yang sehari-hari memanfaatkan air sungai
untuk keperluan mereka akan terkena dampaknya14
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurnianti dkk
(2014) ditemukan bahwa Kualitas air yang diwakili oleh
parameter TSS, BOD, DO dan pH hanya memenuhi IV. kelas
kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air yang diperuntukkan bagi irigasi
perkebunan. Hal ini menunjukkan bahwa air di saluran drainase
Sungai yang dijadikan lokasi penelitian tidak dapat digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum atau mandi cuci
kakus (MCK) tanpa pengolahan terlebih dahulu.15
Selain hasil penelitian masuknya logam berat juga dapat
menimbulkan bahaya bagi ekosistem Logam berat dapat
berbahaya karena proses bioakumulasi. Bioakumulasi berarti
peningkatan konsentrasi unsur-unsur kimia tersebut dalam
tubuh makhluk hidup menurut piramida makanan. Logam berat
dapat terakumulasi dalam rantai makanan, semakin tinggi
tingkat rantai makanan dalam organisme, semakin tinggi
akumulasi logam berat dalam tubuh. Dengan demikian, orang
16 Aryani Ahmad, Rahman, and Hidayat, “Studi Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb) Pada Sedimen Dan Air Di Sungai Jeneberang Kota Makassa r,” Window of Public
Health Journal 2, no. 3 (2021): 1231–1238.
17 Hanindha Pradipa and M Widyastuti, “Variabilitas Temporal Bakteri Coliform
Sebagai Indikator Pencemaran Pada Sistem Sungai Permukaan Daerah Tangkapan
Air Pindul” 15, no. 1 (2016): 165–175,
https://core.ac.uk/download/pdf/196255896.pdf.
11
Artinya, hidup bukan lagi objek, tetapi mulai menjadi subjek, dan
sebagai manusia, orang tidak menganggap dirinya milik, itulah
pentingnya. Mereka tampaknya tidak peduli dengan aturan yang
berlaku. Masalah semakin parah karena kebutuhan penduduk
tidak terpenuhi oleh kurangnya keinginan dan komunikasi ilmiah
tentang masalah dan solusi DAS Citarum.23
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut
B. Saran
Adapun saran dalam penulisan makalah ini adalah masih
perlunya diadakan penelitian lain mengenai bagaimana tingkat
pencemaran di sumber air yang selain sungai misalnya laut,air
tanah dsb
15
DAFTAR PUSTAKA
50. https://e-
journal.umaha.ac.id/index.php/reformasi/article/view/220.
Firmansyah, Yura Witsqa, Onny Setiani, and Yusniar Hanani
Darundiati. “Kondisi Sungai Di Indonesia Ditinjau Dari Daya
Tampung Beban Pencemaran: Studi Literatur.” Jurnal Serambi
Engineering 6, no. 2 (2021): 1879–1890.
Firmansyah, Yura Witsqa, Wahyu Widyantoro, Mirza Fathan, Yana
Afrina, and Afdal Hardiyanto. “DAMPAK PENCEMARAN SUNGAI
DI INDONESIA TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN :
LITERATURE REVIEW Impact of River Pollution In Indonesia on
Health Problems : A Literature Review.” Jurnal Riset Kesehatan
13, no. 1 (2021): 120–133. https://www.juriskes.com/index.php.
Hardina, Puja, and Irma Suryani. “Pencemaran Daerah Aliran Sungai
(Das) Di Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Perspektif Perda Provinsi Sumatera
Barat Nomor 8 Tahun 2014 Dan Fiqh Siyasah.” JISRAH: Jurnal
Integrasi Ilmu Syariah 2, no. 1 (2021): 261.
Komarawidjaja, Wage. “Prospek Pemanfaatan Penyaring Sampah
Sungai Dalam Implementasi Imbal Jasa Lingkungan Di Daerah
Aliran Sungai Ciliwung Segmen 2 Kota Bogor.” Jurnal Teknologi
Lingkungan 18, no. 1 (2017): 37.
Kurnianti, Eka, Nashrullah Chatib, and Robby Irsan. “BEBAN
PENCEMARAN PADA KAWASAN PADAT PENDUDUK.” jurnal
teknologi lingkungan lahan basah 2, no. 1 (2014).
Pangastuti, Era Iswara, Elan Artono Nurdin, and Muhammad
Asyroful Mujib. “Analisis Dan Pemetaan Tingkat Pencemaran Air
Sungai Pada Sub DAS Bedadung Tengah Kabupaten Jember.”
JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi 7, no. 2 (2022): 137–
149.
Pradipa, Hanindha, and M Widyastuti. “Variabilitas Temporal Bakteri
Coliform Sebagai Indikator Pencemaran Pada Sistem Sungai
Permukaan Daerah Tangkapan Air Pindul” 15, no. 1 (2016): 165–
175. https://core.ac.uk/download/pdf/196255896.pdf.
Puspitasari, Riris Lindiawati, Dewi Elfidasari, Resti Aulunia, and
Farida Ariani. “Studi Kualitas Air Sungai Ciliwung Berdasarkan
Bakteri Indikator Pencemaran Pasca Kegiatan Bersih Ciliwung
2015.” JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN
17