Anda di halaman 1dari 20

PENCEMARAN SUNGAI DAN PENAGANANNYA

Nama : Tarisa Berliana Putri


NIM : 203050041
DOSEN PENGAMPUH : Eko Nurmardiansyah

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak
lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak


kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

23 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
BAB II ................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
A. Daerah Aliran Sungai (DAS) ...................................................... 3
B. Pengelolaan DAS ....................................................................... 4
C. Kondisi DAS .............................................................................. 5
BAB III ................................................................................................ 8
PEMBAHASAN ATAU ANALISIS .......................................................... 8
A. Penyebab Pencemaran Sungai Di Indonesia .............................. 8
B. Tingkat pencemaran Di Indonesia ........................................... 10
C. Upaya Pemerintah dalam mencegah/menagani kasus
Pencemaran sungai Di Indoensia ............................................ 12
BAB IV .............................................................................................. 14
PENUTUP.......................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................. 14
B. Saran....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 15

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang dibutuhkan manusia
tidak hanya untuk air minum, tetapi juga untuk berbagai cara
hidup. Air yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia adalah
air tanah dan air permukaan (sungai). Untuk memenuhi
kebutuhan air yang terus meningkat, kelestarian dan ketersediaan
sumber daya air harus dikembangkan dan digunakan di mana-
mana.
Air sungai dapat tercemar secara langsung dan tidak langsung
oleh aktivitas manusia, limbah rumah tangga, penyemprotan
pestisida, pupuk pertanian, limbah pertanian, limbah industri dan
lain-lain. Pencemaran ini menyebabkan penurunan kualitas air
berupa perubahan fisik, kimia dan biologi air.
Kualitas air sungai di Indonesia masih kurang baik. Per tahun
2019, Indonesia memiliki 98 sungai, dengan sebaran pencemaran
sungai sekitar 54 sungai tercemar sedang, 6 sungai tercemar
ringan-sedang, dan sekitar 38 sungai mengalami pencemaran
berat. Kondisi sungai tahun 2019 di Indonesia lebih buruk
dibandingkan tahun 2018. Pada tahun 2018 terdapat 97 sungai
dengan total 67 sungai tercemar ringan, 5 sungai tercemar sedang
dan 25 sungai tercemar berat.
Pasal 33(3) UUD 1945 mendefinisikan bahwa air dan sumber
daya air merupakan potensi negara yang wajib dimanfaatkan
untuk mencapai kemakmuran rakyat. UU Nomor 11 Tahun 1974
tentang Pengairan menjelaskan bahwa pengelolaan air dan
2

perencanaan produksi air didasarkan pada kebutuhan masyarakat


di segala bidang termasuk prioritas.

Berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. SK.


328/Menhut-II/2009 tanggal 12 Juni 2009 mengidentifikasi
Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas Berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014, 108 DAS di
Indonesia tergolong kritis. Ini menjadi prioritas untuk pengelolaan
dan pemulihan DAS

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas di rumuskan masalah
sebagai berikut
1. Apa yang menyebabkan sungai di Indonesia tercemar?
2. Bagaimana tingkat pencemaran sungai di Indonesia?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam mencegah atau menagani
pencemaran sungai di Indonesia?
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan kawasan ekosistem
dengan karakteristik yang unik. DAS adalah suatu wilayah
daratan yang terdapat sungai dan anak-anak sungainya yang
membentuk satu kesatuan yang secara alami mengumpulkan,
menyimpan, dan mengalirkan air dari hujan ke danau atau
samudra. Secara topografis, lanskap sekitarnya berbukit-bukit.1
DAS adalah tempat tinggal makhluk hidup, termasuk manusia.
Sebagai biotope, badan air dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan
yang mendukung pemenuhan kebutuhan manusia. Seiring
dengan pertumbuhan penduduk, penggunaan sumber daya alam,
air dan lahan terus meningkat2
Sungai memiliki daya dukung yang berbeda-beda, daya dukung
sungai digunakan sebagai kajian menunjukkan kemampuan
suatu sungai untuk mendukung kehidupan manusia atau
makhluk hidup lainnya. Daya dukung sungai ditentukan dari
selisih antara daya dukung beban emisi dengan pencemaran itu
sendiri. Beban pancaran dapat dibagi menjadi dua bagian, beban
pancaran maksimum adalah beban pancaran yang diperbolehkan
di sungai berdasarkan peruntukannya. Selain itu, beban

1Reni Ekawaty et al., “Telaahan Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan
Dalam Pengelolaan Kawasan Daerah Aliran Sungai Di Indonesia,” Journal of Applied
Agricultural Science and Technology 2, no. 2 (2018): 30–40.
2Nurmala Berutu et al., “Analisis Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran Sungai
Deli,” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 21 (2015): 1–4.
4

pencemaran aktual adalah beban pencemaran yang terjadi saat


itu ada3

B. Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS bagian hulu seringkali menjadi fokus karena
DAS bagian hulu dan hilir secara biofisik dihubungkan oleh
siklus hidrologi. Misalnya, kesalahan penggunaan lahan di
wilayah hulu berdampak pada masyarakat di hilir. Pembukaan
bentang alam akibat deforestasi, termasuk konversi lahan, atau
penggunaan praktik pengelolaan tanah yang buruk,
menyebabkan erosi dan tanah longsor. Endapan tanah di sungai
dan waduk mengurangi daya dukungnya, menyebabkan banjir di
hilir. Banjir dapat terjadi ketika kapasitas sungai tidak dapat
menahan air yang mengalir melaluinya. Aliran air permukaan
melebihi daya tampungnya, menyebabkan air mengalir ke daerah
banjir tempat orang bekerja4
Pengelolaan
DAS harus terintegrasi antara hulu dan hilir dengan
memasukkan masalah ekonomi, sosial, dan budaya ke dalamnya.
Ini disertai dengan adanya pengembangan wilayah secara ekologis
maupun administratif, dengan melakukan pengoptimalan
penggunaan lahan dan melakukan efisien dalam pemanfaatan

3 Yura Witsqa Firmansyah, Onny Setiani, and Yusniar Hanani Darundiati, “Kondisi
Sungai Di Indonesia Ditinjau Dari Daya Tampung Beban Pencemaran: Studi
Literatur,” Jurnal Serambi Engineering 6, no. 2 (2021): 1879–1890.
4Suntoro Wongso Atmojo, “Peran Agroforestri Dalam Menanggulangi Banjir Dan
Longsor DAS,” Seminar Nasional Pendidikan Agroforestry Sebagai Strategi
Menghadapi Pemanasan Global di Fakultas Pertanian, UNS. 1, no. 1 (2008): 1–15,
http://suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009.
5

sumberdaya air melalui perbaikan kelembagaan, teknologi dan


penyediaan pendanaan 5
Keberhasilan pengelolaan air dapat dilihat dalam empat situasi.
Dengan kata lain, kestabilan musim kemarau dan musim hujan
harus seimbang. Menerapkan pengelolaan air, termasuk
pengelolaan tanah, air, vegetasi dan sumber daya manusia,
adalah penggunaan lahan yang baik yang dapat mengarah pada
pengelolaan air yang berkelanjutan. Keadaan tata guna lahan dan
tata air yang baik sangat mudah dilihat dari segi degradasi lahan
dari segi limpasan air dan erosi tanah.6
C. Kondisi DAS
Pencemaran Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah masuknya
atau terserapnya makhluk hidup, zat, energi dan/atau zat lain ke
dalam lingkungan hidup oleh ulah manusia untuk menurunkan
kualitasnya, sehingga penguasa air (DAS) tidak dapat lagi
bertindak sesuai dengan ajarannya. Pencemaran DAS adalah
perubahan kondisi kawasan seperti danau, sungai, lautan dan
perairan serta daratan akibat ulah manusia. Sungai-sungai telah
rusak parah, termasuk oleh perluasan perkebunan kelapa sawit,
pertambangan, dan aktivitas lainnya, yang menyebabkan
penurunan tutupan hutan secara cepat, penurunan kualitas air
secara cepat, dan naik di saat-saat terakhir.7

5Ekawaty et al., “Telaahan Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Dalam
Pengelolaan Kawasan Daerah Aliran Sungai Di Indonesia.”
6Dewi Liesnoor Setyowati et al., “Model Agrokonservasi Untuk Perencanaan
Pengelolaan Das Garang Hulu,” Tataloka 14, no. 2 (2012): 131–141.
7Puja Hardina and Irma Suryani, “Pencemaran Daerah Aliran Sungai (Das) Di
Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung Kabupaten Dharmasraya
6

Tingkat pencemaran air dapat ditemukan di berbagai badan


seperti suhu, suhu air dapat mempengaruhi kehidupan ikan dan
hewan air lainnya dengan mengurangi jumlah oksigen dalam air,
dan jumlah reaksi. Parameter lain, seperti total padatan terlarut
(TDS), menunjukkan tingkat pencemaran air.8
Pencemaran sungai di Indonesia sangat tinggi. Pada 2016,
73,24% dari 140 sungai di 34 provinsi tercemar, menurut data
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Terdapat
2,01% sungai yang memenuhi baku mutu air kelas 2.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2014-2019, terdapat 15 cekungan yang diprioritaskan
untuk direstorasi, antara lain: Nusa Tenggara Barat (DAS Moyo),
Kalimantan (DAS Kapuas), Sulawesi (DAS DAS Jeneberang,
Saddang), Jawa Pulau (DAS Citarum, Ciliwung, Cisandane,
Serayu, Solo, Brantas), Sumatera (DAS Asahan Toba, Siak, Musi)9
Sumber pencemaran air di DAS adalah zat organik yang
berasal dari limbah cair domestik dan pembuangan sampah ke
sungai sebagai akibat dari perilaku masyarakat sekitar DAS yang
tidak memiliki pengetahuan tentang perlindungan lingkungan,
seperti terlihat dari hasil analisis laboratorium konsentrasi BOD

Perspektif Perda Provinsi Sumatera Barat Nomor 8 Tahun 2014 Dan Fiqh Siyasah,”
JISRAH: Jurnal Integrasi Ilmu Syariah 2, no. 1 (2021): 261.
8 Era Iswara Pangastuti, Elan Artono Nurdin, and Muhammad Asyroful Mujib,
“Analisis Dan Pemetaan Tingkat Pencemaran Air Sungai Pada Sub DAS Bedadung
Tengah Kabupaten Jember,” JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi 7, no. 2
(2022): 137–149.
9Yura Witsqa Firmansyah et al., “DAMPAK PENCEMARAN SUNGAI DI INDONESIA
TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN : LITERATURE REVIEW Impact of River
Pollution In Indonesia on Health Problems : A Literature Review,” Jurnal Riset
Kesehatan 13, no. 1 (2021): 120–133, https://www.juriskes.com/index.php.
7

dan COD pada badan air.10 masih banyaknya warga yang Buang
Air Besar Sembarangan terutama masyarakat tinggal di daerah
aliran sungai, mereka yang memilih mencemari sungai.11

10Wage Komarawidjaja, “Prospek Pemanfaatan Penyaring Sampah Sungai Dalam


Implementasi Imbal Jasa Lingkungan Di Daerah Aliran Sungai Ciliwung Segmen 2
Kota Bogor,” Jurnal Teknologi Lingkungan 18, no. 1 (2017): 37.
11Zuly Daima Ulfa et al., “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak-Anak Di
Daerah Aliran Sungai Dan Gambut Palangka Raya,” JKM (Jurnal … 9, no. 2 (2022):
237–254,
http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/view/845.
8

BAB III

PEMBAHASAN ATAU ANALISIS

A. Penyebab Pencemaran Sungai Di Indonesia


Pencemaran sungai di kota-kota besar khususnya di DKI
Jakarta merupakan masalah yang serius. DKI Jakarta sebagai
pusat pemerintahan dan bisnis menjadi daya tarik tersendiri bagi
masyarakat untuk melakukan migrasi. Berbagai persoalan terkait
tata guna lahan, permukiman, persampahan, kemiskinan dan
lain-lain menyebabkan kompleksnya permasalahan lingkungan di
DKI Jakarta, termasuk pencemaran sungai. Sumber pencemaran
di DKI Jakarta secara umum terbagi menjadi tiga yaitu limbah
industri, domestik dan limbah dari pertokoan dan perkotaan 12
Penyebab paling umum dari pencemaran sungai adalah limbah
rumah tangga. Itu ditemukan di banyak sampah plastik dan
kertas, serta sampah. Jumlah limbah yang mengandung bahan
berbahaya meningkat dengan adanya kadar oksigen terlarut yang
rendah, yang membuat bahan kimia sulit terurai. Pencemaran
tersebut memiliki dampak negatif, terutama kesehatan manusia,
kehidupan air, kualitas air tanah, kerusakan properti dan
kerusakan estetika.13
Selain dari rumah tangga aktifitas industry juga menjadi salah
satu penyebab pencemaran sungai di Indonesia limbah cair yang
dibuang ke sungai menyebabkan kotornya air sungai hal ini bisa

12Benny Yohannes Yohannes, Suyud Warno Utomo, and Haruki Agustina, “Kajian
Kualitas Air Sungai Dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air,” IJEEM - Indonesian
Journal of Environmental Education and Management 4, no. 2 (2019): 136–155.
13 Indah Siti Aprilia and Leander Elian Zunggaval, “Peran Negara Terhadap Dampak
Pencemaran Air Sungai Ditinjau Dari Uu Pplh,” SUPREMASI Jurnal Hukum 2, no. 2
(2019): 15–30.
9

dilihat dari perubahan warna air sungai dari jernih menjadi keruh
hal ini tentunya mempengaruhi ekosistem yang ada di sungai itu
selain ekosistem warga yang sehari-hari memanfaatkan air sungai
untuk keperluan mereka akan terkena dampaknya14
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurnianti dkk
(2014) ditemukan bahwa Kualitas air yang diwakili oleh
parameter TSS, BOD, DO dan pH hanya memenuhi IV. kelas
kualitas air menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air yang diperuntukkan bagi irigasi
perkebunan. Hal ini menunjukkan bahwa air di saluran drainase
Sungai yang dijadikan lokasi penelitian tidak dapat digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari seperti air minum atau mandi cuci
kakus (MCK) tanpa pengolahan terlebih dahulu.15
Selain hasil penelitian masuknya logam berat juga dapat
menimbulkan bahaya bagi ekosistem Logam berat dapat
berbahaya karena proses bioakumulasi. Bioakumulasi berarti
peningkatan konsentrasi unsur-unsur kimia tersebut dalam
tubuh makhluk hidup menurut piramida makanan. Logam berat
dapat terakumulasi dalam rantai makanan, semakin tinggi
tingkat rantai makanan dalam organisme, semakin tinggi
akumulasi logam berat dalam tubuh. Dengan demikian, orang

14Meilani Belladona, “Analisis Tingkat Pencemaran Sungai Akibat Limbah Industri


Karet Di Kabupaten Bengkulu Tengah,” Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta, no. November (2017): 1–2.
15Eka Kurnianti, Nashrullah Chatib, and Robby Irsan, “BEBAN PENCEMARAN
PADA KAWASAN PADAT PENDUDUK,” jurnal teknologi lingkungan lahan basah 2,
no. 1 (2014).
10

yang menjadi konsumen terdepan mengalami proses


bioakumulasi logam berat yang besar di dalam tubuh. 16

B. Tingkat pencemaran Di Indonesia


Penurunan kualitas air sungai terlihat pada beberapa faktor
antara lain suhu, pH, kelarutan oksigen, BOD, COD, total
padatan terlarut (TDS), dan mikroorganisme pemberi sinyal
polutan seperti Escherichia coli.

Salah satu komponen penting air yang dapat dijadikan


indikator pencemaran suatu badan air adalah parameter
mikrobiologi berupa bakteri E. coli. Kalau bakteri E.coli bisa Tidak
jelas apakah bakteri patogen yang ditemukan di air juga ada di
badan air. Namun, jika ditemukan konsentrasi coliform yang
tinggi di badan air, kemungkinan kontaminasi sangat tinggi,
sehingga diperlukan uji kualitas air. 17

Bakteri koliform merupakan bakteri indikator keberadaan


bakteri patogen lainnya. Lebih tepatnya, bakteri fecal coliform
adalah bakteri indikator kontaminasi oleh bakteri patogen.
Penentuan coliform tinja merupakan indikator kontaminasi

16 Aryani Ahmad, Rahman, and Hidayat, “Studi Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb) Pada Sedimen Dan Air Di Sungai Jeneberang Kota Makassa r,” Window of Public
Health Journal 2, no. 3 (2021): 1231–1238.
17 Hanindha Pradipa and M Widyastuti, “Variabilitas Temporal Bakteri Coliform
Sebagai Indikator Pencemaran Pada Sistem Sungai Permukaan Daerah Tangkapan
Air Pindul” 15, no. 1 (2016): 165–175,
https://core.ac.uk/download/pdf/196255896.pdf.
11

karena jumlah koloni berkorelasi positif dengan keberadaan


bakteri patogen tertentu.18

Selain dari bakteri coliform beberapa faktor yang bisa di


jadikan Nilai pH merupakan indikator kandungan ion hidrogen
(H+) yang menentukan keseimbangan asam dan basa. Nilai pH
dalam air berpengaruh besar terhadap organisme akuatik,
sehingga sering dijadikan pedoman untuk menunjukkan baik
atau buruknya air, sehingga setiap organisme memiliki toleransi
pH minimum dan maksimum selain tingkat toleransi tersebut.
Reaksi dan jenis reaksi dalam air juga dapat dipengaruhi oleh
nilai pH. Selain dari pH kadar logam berat juga bisa digunakan
untuk mengukur tingkat pencemaran air salah satunya adalah
merkuri (Hg). Mengapa Hg karena Hg berdasarkan sifat kimia dan
fisikanya Hg memiliki tingkatan daya racun yang paling tinggi
diantara logam berat lainnya apabila terpapar Hg dengan
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen
pada otak dan kerusakan ginjal 19

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Djumanto dkk


(2014) ditemukan bahwa Suhu air rata-rata berkisar antara 25,6
°C hingga 29,6 °C dengan deviasi antar titik pemantauan Antara
0,5 °C dan 1,5 °C, suhu air meningkat di hilir karena bayangan
yang lebih sedikit, ketinggian yang lebih rendah, lebar sungai

18Riris Lindiawati Puspitasari et al., “Studi Kualitas Air Sungai Ciliwung


Berdasarkan Bakteri Indikator Pencemaran Pasca Kegiatan Ber sih Ciliwung 2015,”
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI 3, no. 3 (2017): 156.
19Putri Ade Rahma Yulis, “ANALISIS KADAR LOGAM MERKURI (Hg) DAN (PH) AIR
SUNGAI KUANTAN TERDAMPAK PENAMBANGAN EMAS TANPA IZIN (PETI),”
Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia 2, no. 1 (1970): 28–36.
12

yang lebih besar, dan kecepatan aliran yang lebih rendah.


Akibatnya, intensifier menerima lebih banyak panas matahari,
sehingga suhunya lebih tinggi. 20

C. Upaya Pemerintah dalam mencegah/menagani kasus Pencemaran


sungai Di Indoensia
Penanganan logam berat dengan mikroorganisme atau mikroba
(dikenal dalam istilah biologi sebagai bioakumulasi, bioremediasi
atau bioeliminasi) merupakan salah satu pilihan yang dapat
digunakan untuk menurunkan tingkat toksisitas logam berat di
lingkungan perairan. Metode atau teknik ini sangat menarik
untuk dikembangkan dan diterapkan, karena memiliki
keunggulan dibandingkan proses kimiawi.21

Mencegah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air


yaitu menggalakkan hubungan yang lebih memperhatikan
kebersihan lingkungan tanpa mengkhawatirkan pembuangan
limbah. Hal ini menggarisbawahi bahwa isu lingkungan tidak
terbatas pada pengelolaan perbatasan saja.22

Pemerintah mendapat manfaat dari upaya untuk melibatkan


masyarakat setempat, khususnya dalam pengelolaan banjir.

20Djumanto, Namastra Probosunu, and Rudi Ifriansyah, “Indek Biotik Famili


Sebagai Indikator Kualitas Air Sungai Gajahwong Yogyakarta,” Jurnal Fish Science
15, no. 1 (2013): 26–34.
21Thomas Triadi Putranto, “PENCEMARAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) PADA
AIR TANAH” 32, no. 1 (2020): 62–71.
22 Dany Febrianto, Wulandari Widyawati, and Adinda Rizky Syaputri, “Kebijakan
Pemerintah Kota Denpasar Terhadap Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Hidup Di Kota Denpasar,” Reformasi Hukum : Cogito Ergo Sum Volume 1, no. 2
(2018): 45–50, https://e-
journal.umaha.ac.id/index.php/reformasi/article/view/220.
13

Artinya, hidup bukan lagi objek, tetapi mulai menjadi subjek, dan
sebagai manusia, orang tidak menganggap dirinya milik, itulah
pentingnya. Mereka tampaknya tidak peduli dengan aturan yang
berlaku. Masalah semakin parah karena kebutuhan penduduk
tidak terpenuhi oleh kurangnya keinginan dan komunikasi ilmiah
tentang masalah dan solusi DAS Citarum.23

Pada prinsipnya ada dua upaya untuk mengatasi masalah


pencemaran. Pengukuran dan evaluasi otomatis. Pencegahan
non-teknis adalah upaya untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dengan membuat undang-undang dan peraturan yang
dapat merencanakan, mengatur, dan memantau berbagai industri
urin dan teknologi agar tidak mencemari lingkungan. Peraturan
perundang-undangan tersebut harus dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang kegiatan usaha yang akan
dilakukan, misalnya AMDAL, kegiatan pengurusan dan
pengawasan, obat suntik untuk disiplin. Upaya teknologi muncul
dari pengolahan limbah, misalnya dengan memodifikasi proses,
mengendalikan limbah atau menambah peralatan yang dapat
mengurangi pencemaran.24

23Maria Agustine, “Analisis Sistem Pengendalian Pencemaran Air Daerah Aliran


Sungai Citarum,” G-Smart 5, no. 1 (2021): 35.
24 Lina Warlina, “Pencemaran Air : Sumber, Dampak Dan Penanggulangannya,”
Makalah pribadi (2004): 1–26, http://www.rudyct.com/PPS702-
ipb/08234/lina_warlina.pdf.
14

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Penyebab paling umum dari pencemaran sungai adalah limbah


rumah tangga. Itu ditemukan di banyak sampah plastik dan
kertas, serta sampah selain dari limbah rumah tangga
kegiatan industry juga menjadi penyebab tingginya
pencemaran udara

2. Tinginya tingkat sungai pencemaran di Indonesia dilihat dari


tingginya bakteri E.Coli naiknya suhu air sungai Suhu air
rata-rata berkisar antara 25,6 °C hingga 29,6 °C dengan
deviasi antar titik pemantauan Antara 0,5 °C dan 1,5 °C

3. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menggalakkan


hubungan yang lebih memperhatikan kebersihan lingkungan
tanpa mengkhawatirkan pembuangan limbah

B. Saran
Adapun saran dalam penulisan makalah ini adalah masih
perlunya diadakan penelitian lain mengenai bagaimana tingkat
pencemaran di sumber air yang selain sungai misalnya laut,air
tanah dsb
15

DAFTAR PUSTAKA

Agustine, Maria. “Analisis Sistem Pengendalian Pencemaran Air


Daerah Aliran Sungai Citarum.” G-Smart 5, no. 1 (2021): 35.
Ahmad, Aryani, Rahman, and Hidayat. “Studi Kandungan Logam
Berat Timbal (Pb) Pada Sedimen Dan Air Di Sungai Jeneberang
Kota Makassar.” Window of Public Health Journal 2, no. 3 (2021):
1231–1238.
Aprilia, Indah Siti, and Leander Elian Zunggaval. “Peran Negara
Terhadap Dampak Pencemaran Air Sungai Ditinjau Dari Uu
Pplh.” SUPREMASI Jurnal Hukum 2, no. 2 (2019): 15–30.
Atmojo, Suntoro Wongso. “Peran Agroforestri Dalam Menanggulangi
Banjir Dan Longsor DAS.” Seminar Nasional Pendidikan
Agroforestry Sebagai Strategi Menghadapi Pemanasan Global di
Fakultas Pertanian, UNS. 1, no. 1 (2008): 1–15.
http://suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009.
Belladona, Meilani. “Analisis Tingkat Pencemaran Sungai Akibat
Limbah Industri Karet Di Kabupaten Bengkulu Tengah.” Seminar
Nasional Sains dan Teknologi Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Jakarta, no. November (2017): 1–2.
Berutu, Nurmala, W.Lumbantoruan, Anik Juli Dwi Astuti, and
Rohani. “Analisis Daya Dukung Lingkungan Daerah Aliran
Sungai Deli.” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 21 (2015):
1–4.
Djumanto, Namastra Probosunu, and Rudi Ifriansyah. “Indek Biotik
Famili Sebagai Indikator Kualitas Air Sungai Gajahwong
Yogyakarta.” Jurnal Fish Science 15, no. 1 (2013): 26–34.
Ekawaty, Reni, Yonariza Yonariza, Eri Gas Ekaputra, and Ardinis
Arbain. “Telaahan Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan
Dalam Pengelolaan Kawasan Daerah Aliran Sungai Di Indonesia.”
Journal of Applied Agricultural Science and Technology 2, no. 2
(2018): 30–40.
Febrianto, Dany, Wulandari Widyawati, and Adinda Rizky Syaputri.
“Kebijakan Pemerintah Kota Denpasar Terhadap Upaya
Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup Di Kota Denpasar.”
Reformasi Hukum : Cogito Ergo Sum Volume 1, no. 2 (2018): 45–
16

50. https://e-
journal.umaha.ac.id/index.php/reformasi/article/view/220.
Firmansyah, Yura Witsqa, Onny Setiani, and Yusniar Hanani
Darundiati. “Kondisi Sungai Di Indonesia Ditinjau Dari Daya
Tampung Beban Pencemaran: Studi Literatur.” Jurnal Serambi
Engineering 6, no. 2 (2021): 1879–1890.
Firmansyah, Yura Witsqa, Wahyu Widyantoro, Mirza Fathan, Yana
Afrina, and Afdal Hardiyanto. “DAMPAK PENCEMARAN SUNGAI
DI INDONESIA TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN :
LITERATURE REVIEW Impact of River Pollution In Indonesia on
Health Problems : A Literature Review.” Jurnal Riset Kesehatan
13, no. 1 (2021): 120–133. https://www.juriskes.com/index.php.
Hardina, Puja, and Irma Suryani. “Pencemaran Daerah Aliran Sungai
(Das) Di Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Perspektif Perda Provinsi Sumatera
Barat Nomor 8 Tahun 2014 Dan Fiqh Siyasah.” JISRAH: Jurnal
Integrasi Ilmu Syariah 2, no. 1 (2021): 261.
Komarawidjaja, Wage. “Prospek Pemanfaatan Penyaring Sampah
Sungai Dalam Implementasi Imbal Jasa Lingkungan Di Daerah
Aliran Sungai Ciliwung Segmen 2 Kota Bogor.” Jurnal Teknologi
Lingkungan 18, no. 1 (2017): 37.
Kurnianti, Eka, Nashrullah Chatib, and Robby Irsan. “BEBAN
PENCEMARAN PADA KAWASAN PADAT PENDUDUK.” jurnal
teknologi lingkungan lahan basah 2, no. 1 (2014).
Pangastuti, Era Iswara, Elan Artono Nurdin, and Muhammad
Asyroful Mujib. “Analisis Dan Pemetaan Tingkat Pencemaran Air
Sungai Pada Sub DAS Bedadung Tengah Kabupaten Jember.”
JPIG (Jurnal Pendidikan dan Ilmu Geografi 7, no. 2 (2022): 137–
149.
Pradipa, Hanindha, and M Widyastuti. “Variabilitas Temporal Bakteri
Coliform Sebagai Indikator Pencemaran Pada Sistem Sungai
Permukaan Daerah Tangkapan Air Pindul” 15, no. 1 (2016): 165–
175. https://core.ac.uk/download/pdf/196255896.pdf.
Puspitasari, Riris Lindiawati, Dewi Elfidasari, Resti Aulunia, and
Farida Ariani. “Studi Kualitas Air Sungai Ciliwung Berdasarkan
Bakteri Indikator Pencemaran Pasca Kegiatan Bersih Ciliwung
2015.” JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN
17

TEKNOLOGI 3, no. 3 (2017): 156.


Putranto, Thomas Triadi. “PENCEMARAN LOGAM BERAT MERKURI
(Hg) PADA AIR TANAH” 32, no. 1 (2020): 62–71.
Setyowati, Dewi Liesnoor, Mohammad Amin, Erni Suharini, and Bitta
Pigawati. “Model Agrokonservasi Untuk Perencanaan Pengelolaan
Das Garang Hulu.” Tataloka 14, no. 2 (2012): 131–141.
Ulfa, Zuly Daima, U Z Mikdar, Cukei, and Bernisa. “Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat Pada Anak-Anak Di Daerah Aliran Sungai Dan
Gambut Palangka Raya.” JKM (Jurnal … 9, no. 2 (2022): 237–254.
http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/
article/view/845.
Warlina, Lina. “Pencemaran Air : Sumber, Dampak Dan
Penanggulangannya.” Makalah pribadi (2004): 1–26.
http://www.rudyct.com/PPS702-ipb/08234/lina_warlina.pdf.
Yohannes, Benny Yohannes, Suyud Warno Utomo, and Haruki
Agustina. “Kajian Kualitas Air Sungai Dan Upaya Pengendalian
Pencemaran Air.” IJEEM - Indonesian Journal of Environmental
Education and Management 4, no. 2 (2019): 136–155.
Yulis, Putri Ade Rahma. “ANALISIS KADAR LOGAM MERKURI (Hg)
DAN (PH) AIR SUNGAI KUANTAN TERDAMPAK PENAMBANGAN
EMAS TANPA IZIN (PETI).” Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia 2, no.
1 (1970): 28–36.

Anda mungkin juga menyukai