Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK

ACARA II
FISIOLOGI DARAH MERAH

Oleh

Nama : Tri Bagus Sutikno Muksin


NIM : 23010120140182
Kelompok : 11
Asisten : Aura Oktefia

DEPARTEMEN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
BAB I

MATERI DAN METODE

Praktikum Fisiologi Ternak acara 2 dengan materi fisiologi darah merah dilaksanakan
pada hari kamis, tanggal 15 pukul 09:20-12:10 WIB melalui daring

1.1. Materi
Materi yang digunakan meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam
percobaan pengukuran kadar hematokrit adalah centrifuge yang digunakan untuk
memisahkan sel darah merah dengan plasma darah karena memiliki massa jenis berbeda
melalui proses pengendapan, pipa mikrokapiler yang berfungsi untuk mengambil sampel
cairan dengan jumlah yang sangat sedikit, tabel jenetsky yang digunakan sebagai skala
pengukur volume darah yang meliputi plasma dan sel darah merah dalam satuan persen.
Bahan yang digunakan percobaan pengukuran kadar hematokrit adalah darah sebagai
preparat atau spesimen yang diamati, kapas, dan sealing compound atau lilin penutup untuk
melindungi darah agar tidak terkontaminasi dengan udara luar dan tidak tumpah.
Sedangkan alat yang digunakan pada percobaan pengukuran kadar haemoglobin (Hb)
yaitu meliputi hemometer Sahli yang digunakan untuk menentukan kadar hemoglobin dengan
metode visual, pipet hisap atau pipet volume yang berfungsi untuk mengambil sampel
specimen darah dengan konsentrasi rendah dan dengan volume yang mendetail. Untuk bahan
yang digunakan yaitu darah sebagai bahan yang diamati, larutan HCl untuk memudahkan
pemecahan hemoglobin dengan leukosit serta plasma darah nantinya, serta aquades yang
digunakan sebagai pengencer darah.
Pada percobaan perhitungan sel darah merah (eritrosit), alat yang digunakan adalah
bilik hitung improve neubauer yaitu alat untuk menghitung jumlah sel – sel darah setelah
diencerkan dalam volume tertentu, mikroskop yang digunakan untuk melihat benda – benda
yang sangat kecil yang tidak tampak oleh mata telanjang, hand counter yang digunakan
sebagai pengingat untuk mencatat sebuah pengukuran, pipet hisap atau pipet volume yang
berfungsi untuk mengambil sampel spesimen darah dengan konsentrasi rendah dan dengan
volume yang mendetail. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah darah sebagai bahan yang
diamati dan juga larutan hayem yang digunakan sebagai pengencer dan melisiskan eritrosit.

1.2. Metode
Metode yang digunakan pada praktikum adalah menyiapkan alat bahan yang
dibutuhkan. Lalu, mengambil mikro pipet dan memperhatikan garis merah yang berada di
bagian bawah. Mengambil darah segar sebanyak setengah pipet, kemudian ditutup
menggunakan lilin penutup dan memasukkannya ke dalam sentrifuge dengan kekuatan 2000-
3000 rpm. Setelah terbentuk endapan, mikropipet diletakkan pada tabel Junetsky dan harus
dipastikan jika endapan darah berada di paling bawah, yaitu berada di 0. Mikro pipet digeser
sampai ujung plasma darah segaris dengan tabel bagian atas. Melihat angka yang sejajar
dengan mikropipet bagian ujung sel darah merah dan melakukan perhitungan dengan
membandingkan sel darah merah dengan total tinggi kemudian dikali 100% dan akan
didapatkan persen hematokrit.
Metode yang digunakan pada praktikum kadar eritrosit adalah pasang pipet eritrosit
dengan pipet hisap, darah dihisap sampai menunjukkan skala 0,5 pada pipet eritrosit. Dinding
luar pipet eritrosit dibersihkan agar skala yang terlihat sesuai. Larutan hayem dihisap sampai
menunjukkan skala 1 kemudian pipet eritrosit dilepaskan dari pipet hisap dan dikocok hingga
homogen. Disiapkan mikroskop yang sudah diatur pencahayaannya, kemudian larutan darah
diteteskan ke bilik. Jumlah eritrosit dihitung dengan di bilik hitung dengan bantuan
mikroskop. Eritrosit yang dilihat adalah bagian tengah dan di empat sudut. Jumlah eritrosit
yang ditemukan dikalikan hasil dengan 50000 mm2 untuk mendapatkan hasil kadar eritrosit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sel Darah Merah

Sel darah merah (eritrosit) merupakan komponen darah yang jumlahnya paling
banyak. Sel darah merah normal berbentuk cakram dengan kedua permukaannya cekung atau
bikonkaf, tidak memiliki inti, dan mengandung hemoglobin. Hal ini sesuai dengan pendapat
(esti et,al 2015). Eritrosit berfungsi dalam transportasi oksigen dan karbondioksida (Novi,
2018).

2.2. Total Kadar Eritrosit

Untuk total eritrosit ayam pedaging pada hari ke 24 yang diinjeksi Tylogen
(kombinasi tylosin dengan gentamicin) yang dipelihara di kandang diperoleh data (P0) rata-
rata 2,91 x 106 /µl. (Sari et al 2012). Jumlah eritrosit dipengaruhi oleh bangsa dan jenis
ternak, jenis kelamin, umur, kondisi tubuh, variasi harian, kondisi nutrisi, aktivitas fisik,
temperatur lingkungan dan

keadaan stres. Jumlah eritrosit akan konstan pada lingkungan yang relatife normal.
Banyaknya jumlah eritrosit juga disebabkan oleh ukuran eritrosit itu sendiri. Jumlah eritrosit
dan kadar hemoglobin akan bertambah bila kandungan oksigen dalam darah rendah.
Kandungan oksigen dapat menstimulir penambahan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin.
Ternak yang banyak melakukan aktivitas akan memiliki jumlah eritrosit yang banyak pula,
karena ternak akan mengonsumsi banyak oksigen. Pembentukan eritrosit juga dirangsang
oleh hormon glikoprotein dan eritroprotein yang terdapat pada ginjal. Faktor yang
mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon eritroprotein yang
berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel
hemopoetik dalam sumsum tulang (Rosita et al 2015)

Prosedur perhitungan jumlah eritrosit diukur menurut (Riski et al, 2014), pertama
darah dihisap dengan pipet yang berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 1 (pipet
untuk mengukur jumlah sel darah merah), lalu tambahkan larutan Hayem’s sampai skala 101,
pengadukan darah di dalam pipet dilakukan dengan mengayunkan tangan yang memegang
pipet seperti membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua
tetes pertama larutan darah dalam pipet dibuang, selanjutnya teteskan pada haemocytometer
tipe Neubauer dan tutup dengan gelas penutup. Kemudian, hitung jumlah sel darah merah
dengan bantuan mikroskop dengan perbesaran 400 x. Jumlah eritrosit total dihitung sebanyak
4 kotak kecil dan jumlahnya dihitung menurut rumus:

∑ eritrosit= rataan sel eritrosit terhitung x pengencer volume

2.3. Hemoglobin

Jumlah kadar hemoglobin ayam pedaging pada hari ke 24 yang diinjeksi tylogen
(kombinasi tylogen dengan gentamicin) yang dipelihara di kandang ternak ayam rata-rata
8,65 gr/dl. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sari et,al 2012). Konsentrasi hemoglobin darah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, nutrisi pakan, aktivitas otot,
kondisi psikis,musim, tekanan udara, dan kebiasaan hidup spesies (kusumasari et al, 2012).

Cara menghitungnya yaitu menyiapkan dua tabung, kedua tabung hemoglobin diisi
larutan Drabkin’s masing-masing sebanyak 10 mili. mengambil darah dari sampel darah
menggunakan pipet hemoglobin sampai pada tanda 0.2, kemudian dimasukan ke sala satu
tabung.tabung yang berisi sampel darah tersebut dikocok menggunakan vortex. tunggu 10
menit, masukan tabung hemoglobin yang hanya berisi larutan Drabkin’s ke spektrofotometer,
lalu tombol spektrofotometer diatur hingga nilai transmitan mencapai 100. Selanjutnya ganti
tabung yang baru saja diperiksa, dengan tabung hemoglobin yang bercampur sampel darah ke
spektrofotometer, lalu catat nilai transmitannya. Untuk menentukan nilai hemoglobin maka
hasil pembacaaan spektrofotometer nilai tabung hemoglobin yang berisi sampel darah,
dicocokan dengan table, untuk mendapatkan nilai hemoglobinnya.

2.4. Hematokrit

Kadar hematokrit pada ayam berkisar 30,48-33,70% pada ayam yang diberi protein
sebanyak 20,36 g/ekor/hari. Kebutuhan protein akan meningkatkan jumlah eritrosit, jumlah
eritrosit yang tinggi akan meningkatkan nilai hematokrit (kusumasari et al, 2012). Kadar
hematokrit berhubungan langsung dengan konsentrasi hemoglobin dan eritrosit. Kadar
hematokrit dipengaruhi oleh faktor eksternal meliputi ransum, konsumsi air, suhu lingkungan
dan internal yang meliputi umur, bangsa, jenis kelamin dan aktivitas ternak.hal ini sesuai
dengan pendapat (kusumasari et al, 2012).

Kadar hematokrit diukur menurut (Riski et al, 2014). Pertama, darah diambil
sebanyak ¾ bagian tabung. Ujung tabung yang telah berisi darah ditutup dengan crytoceal
dengan cara menancapkan ujung tabung tersebut ke dalam crytoceal kira-kira sedalam 1 mm
sehingga terbentuk sumbat crytoceal. Setelah itu, tabung mikrohematokrit tersebut
disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 5.000 rpm dengan posisi tabung yang
bervolume sama berhadapan agar putaran sentrifugasi seimbang. Panjang bagian darah yang
mengendap (a) dan panjang total volume darah yang terdapat di dalam tabung (b) diukur
dengan menggunakan penggaris. Kadar Hematokrit dinyatakan sebagai % volume padatan sel
darah.

2.5. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)

Standar MCHC normal pada ayam berada pada kisaran 26,0 – 35,0 (g/dL). Kondisi
MCHC dipengaruhi oleh kondisi eritrosit dan hemoglobin. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Lukito et al 2019 ). Menurut (Brilianto et al, 2019) nilai MCHC didapatkan dari hasil
perhitungan nilai hemoglobin dan eritrosit. Rumusnya yaitu sebagai berikut:

MCHC (%) = Hemoglobin x 100Hematokrit

2.6. MCV (Mean Corpuscular Volume)

Standar nilai MCV normal pada ayam berkisar antara 90,00 – 140,00 fl (Brilianto et
al, 2019). Sedangkan factor yang mempengaruhi MCV pada ayam yaitu kondisi eritrosit dan
hemoglobin. Hal ini sesuai dengan pendapat (Lukito et al 2019). Untuk menghitung MCV
dapat menggunakan rumus:

MCV (fl) = Hematokrit x 10Total eritrosit

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa eritrosit
dan hemoglobin dipengaruhi oleh bangsa dan jenis ternak, jenis kelamin, umur, kondisi
tubuh, variasi harian, kondisi nutrisi, aktivitas fisik, temperatur lingkungan dan keadaan
stress. Sedangkan pada Kadar hematokrit dipengaruhi oleh factor eksternal dan internal. Dan
kondisi MCV dan MCHC dipengaruhi oleh kondisi eritrosit dan hemoglobin.
DAFTAR PUSTAKA

Esti, S., Wiharto dan K. N. Wahyudiani. 2015. Identifikasi anemia thalasemia betha mayor
berdasarkan morfologi sel darah merah. Scientific Journal Of Informatics. 2(1):15-28.
Habibi, B., Z. Wahyuni, H., I., dan Widiastuti, E. 2019. Profil Darah Merah dan Bobot Badan
Ayam Broiler Dipelihara Pada Ketinggian Tempat yang Berbeda. J.Anim. Res App.
Sci. 1(1):1-5
Sari, P., I. G. Soma., Ida, B. K. A. 2012. Nilai hematokrit, kadar hemoglobin, dan total
eritrosit ayam pedaging yang diinjeksi kombinasi tylosin dengan gentamicin. J.
Indonesia Medicus Veterinus. 1(4):492-504

Riski, H., Mustaha dan A. N. Putra. 2014. Gambaran darah ikan nila (oreochromis niloticus)
dengan penambahan dosis prebiotik yang berbeda dalam pakan. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. 4(4):259-267

Lukito, D. S., Sugiharto dan Isroli. 2019. Profil eritrosit ayam kampung super yang diberi
pakan mengandung tepung biji pepaya dan daun pepaya yang difermentasi dengan
chrysonilia.

Samour J. 2015. Diagnostic Value of Hematology in Clinical Avian Medicine. Volume II.
Harrison GJ, Lightfoot TL. Spix Publishing, Florida.

Saputro, B., Santosa, P. E., & Kurtini, T. (2014). Pengaruh cara pemberian vaksin nd live
pada broiler terhadap titer antibodi, jumlah sel darah merah dan sel darah putih.Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu,2(3).

Anda mungkin juga menyukai