RANCANGAN KONSEPTUAL
RENCANA KESELAMATAN KOSNTRUKSI (RKK)
DISUSUN OLEH :
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
LEMBAR PENGESAHAN
RANCANGAN KONSEPTUAL
RENCANA KESELAMATAN KOSNTRUKSI (RKK)
i
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
COVER DOKUMEN
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
ii
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
PERANCANGAN KONSTRUKSI
1. Data Umum
Nama Paket Pekerjaan : PEKERJAAN BELANJA JASA KONSULTANSI DED PRASARANA SMK
WILAYAH KABUPATEN SERANG (DAK)
1‐ 1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
CV. HARSA PRATAMA sebagai Konsultan Perencana bertanggung jawab penuh terhadap
Pekerjaan yang akan dilakukan. Apabila terjadi Perubahan, maka tanggung jawab revisi dan dampaknya ada pada penyusun revisi.
1‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2. Metode Pelaksanaan
2‐3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2‐4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Pek. Atap
Tata cara pemasangan mengacu kepada katalog
atau brosur Genteng Metal, dengan jarak antar Tertimpa material
reng 32 cm.
Terkena sengatan listrik
Pastikan kemiringan kuda-kuda atap adalah
Tangan dan Kaki kena sayatan
4 Pek. Atap minimal 15 derajat. Pastikan jarak antar reng
rangka baja
adalah 27 cm untuk reng pertama paling bawah
setelah listplang), selanjutnya 32 cm. Kecelakaan alat
Selama pemasangan atap agar tidak menginjak Terjatuh dari ketinggian
atap yang telah terpasang kecuali menggunakan
tangga konstruksi, papan bidang kerja atau
menginjak pada bagian lembaran atap yang
bersentuhan dengan reng. Dilarang menginjak
pada bidang lembaran diantara reng.
Pemasangan lembaran dimulai dari sisi paling
bawah dari bidang atap, dengan jarak overhang
maksimal adalah 5 cm dari listplang.
Urutan penyekrupan dimulai dari gelombang sisi
bawah pertama dan kelima, dilanjutkan dengan
gelombang kedua sampai dengan keempat.
Gelombang keenam digunakan untuk overlap
dengan lembaran atap selanjutnya. Gelombang
sisi atas digunakan untuk overlap dengan
lembaran atap diatasnya.
2‐5
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2‐6
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
I Pekerjaan Struktur Tertimpa material Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
Beton batu/bata atau lecet sepatu safety, sarung
Kecelakaan alat Patah tulang tangan,masker, dan
Terjatuh pada saat Pendarahan pada anggota kacamata kerja )
Pengecoran tubuh 2. Mengikuti SOP
Iritasi pada Kulit Pengoperasian alat
oleh Semen 3. Membuat Perancah
Tertusuk besi beton yang baik/scafolding
dan paku.
II Pekerjaan Dinding, Tertimpa material Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
Plesteran dan Lantai bata atau lecet sepatu safety, sarung
Tangan dan Kaki Patah tulang tangan,masker, dan
kena bata Pendarahan pada anggota kacamata kerja )
Kecelakaan alat tubuh 2. Mengikuti SOP
Terjatuh pada saat Pengoperasian alat
pemasangan bata 3. Membuat Perancah
dan plesteran yang baik/scafolding
Iritasi pada Kulit
oleh Semen
3‐1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Tertusuk paku.
III Pekerjaan Pintu dan Tangan dan Kaki Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
Jendela kena palu/mesin atau lecet sepatu safety, sarung
bor Patah tulang tangan,masker, dan
Terjatuh dari Pendarahan pada anggota kacamata kerja )
ketinggian tubuh 2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding
IV Pekerjaan Atap Tertimpa material Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
Tangan dan Kaki atau lecet sepatu safety, sarung
kena sayatan Patah tulang tangan,masker, safety
rangka baja Pendarahan pada anggota belt, dan kacamata kerja
Kecelakaan alat tubuh )
Terjatuh dari 2. Mengikuti SOP
ketinggian Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding
V Pekerjaan Pengecatan Terjatuh dari Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
ketinggian atau lecet sepatu safety, sarung
Menghirup Uap Cat Patah tulang tangan,masker, safety
Tertimpa bahan Pendarahan pada anggota belt, dan kacamata kerja
material tubuh )
Iritasi kulit oleh Cat 2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding
VI Pekerjaan Eletrikal Tersengat Aliran Menyebabkan 1. Memakai APD ( helm,
Listrik pada saat cacat/kematian sepatu safety, sarung
pengetesan aliran. tangan,masker, safety
Jatuh dari belt, dan kacamata kerja
Ketinggian )
2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding
4. Membuat sambungan
secara aman dan benar
5. Padamkan aliran
listrik (Jika masih
menyala)
PEKERJAAN LAIN- Terkena duri dari Tergores / Luka akibat 1. Memakai APD ( helm,
LAIN puing-puing terkena material/bahan sepatu safety, sarung
tangan,masker, safety
belt, dan kacamata kerja )
2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Gunakan gerobak
untuk mengangkut
puing
3‐2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
3‐3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Analisi Resiko
Level dimulai dari
Warna Deskripsi Status Resiko Level
Status Resiko
Sangat Tinggi 5 > 15
Tinggi 4 10 – 14
Sedang 3 5–9
Rendah 2 3–4
Sangat Rendah 1 1–2
3‐4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
B BANGUNAN
I Pekerjaan Struktur Beton 1. SNI 688:2016 “Spesifikasi Beton 1. SNI 688:2016 = 1.2.33 Jaminan
Struktural”. Mutu, 1.2.34 Pengendalian Mutu
2. Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton Untuk Gedung SNI 03-
2847-2002.
3. Tata cara perhitungan struktur
beton untuk bangunan gedung
(SK SNI T-15- 1991-03)
4. Peraturan Beton Bertulang (PBI)
NI-2-1971
5. PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 2. Lampiran : Standar Pelaksanaan dan
Tentang Peraturan Pelaksanaan Pengawasan Bangunan
4‐ 1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
VI Pekerjaan Elektrikal 1. PerMen Energi dan Sumber Daya 1. Bab II Pemberlakuan SNI Pasal
Mineral Nomor 2 Tahun 2018 3,
4‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
D PEKERJAAN LAIN-LAIN PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 Lampiran II : Standar Pelaksanaan dan
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Pengawasan Bangunan Gedung.
– undang Nomor 28 Tahun i. Pekerjaan Pengakhiran
2020 Tentang bangunan Gadung
4‐ 3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Nama Paket Pekerjaan : PEKERJAAN DED PRASARANA SMK WILAYAH KABUPATEN SERANG
(DAK)
Harga Penilaian Perancangan
(Estimate Engineer) : Rp.199.492.413,15.,- (Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Empat Ratus
Sembilan Puluh Dua Ribu Empat Ratus Tigabelas Koma Satu Lima Rupiah)
Maka dengan ini menetapkan bahwa tingkat Resiko Keselamatan Konstruksi untuk paket pekerjaan sebagaimana dimaksud di atas
adalah :
Tanda Tangan :
5‐1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Perhitungan Biaya penerapan RKK mengacu pada ketentuan dalam batang tubuh Peraturan Menteri dan
Lampiran biaya Penerapan RKK (terlampir)
6‐1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Rincian RKK
I SMK 3 K ONSTRUK SI
1 Papan proyek 1 .00 bh Rp. 48,000.00 Rp. 48,000.00
2 Helm proyek 1 0.00 bh Rp. 28,000.00 Rp. 280,000.00
3 Sarung tangan (Safety gloves) 1 0.00 Psg Rp. 1 0,000.00 Rp. 1 00,000.00
4 Sepatu keselamatan untuk pekerja (Rubber safety shoes) 5.00 Psg Rp. 55,000.00 Rp. 275,000.00
5 Rompi keselamatan (Safety vest) 1 0.00 bh Rp. 1 3,000.00 Rp. 1 30,000.00
6 Peralatan P3K (Kotak P3K, Obat Luka, Perban, dll) 1 .00 set Rp. 25,000.00 Rp. 25,000.00
7 Rambu Petunjuk 1 .00 bh Rp. 1 5,000.00 Rp. 1 5,000.00
Pelindung pernapasan dan mulut, masker (protokol
8 4.00 pack Rp. 28,000.00 Rp. 1 1 2,000.00
covid)
9 Washtafel protokol covid 1 .00 bh Rp. 28,000.00 Rp. 28,000.00
Sub Total SMK3 Konstruksi : Rp. 1,013,000.00
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku untuk seluruh fasilitas operasi dan semua pihak yang bekerja di area
tersebut. Hal-hal yang diatur dalam prosedur ini adalah cara untuk menyebarluaskan
informasi-informasi terkait dengan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dan
3. Definisi
3.1. Informasi K3, yaitu informasi tentang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang
meliputi:
Peraturan perundangan K3 Indonesia dan Internasional
Standar Nasional Indonesia dan Internasional
Kebijakan terpadu an EHS Management System Manual.
Kondisi bahaya, laporan inspeksi dan laporan & hasil investigasi
kecelakaan kerja
Laporan internal / eksternal audit dan hasil rapat tinjauan ulang
manajemen
Prosedur dan instruksi kerja K3
Risalah rapat bulanan / khusus P2K3, pelatihan-pelatihan K3
6‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
3.2. Internal Perusahaan, yaitu semua karyawan (karyawan bulanan, harian tetap, harian borongan
maupun harian musiman) yang terkait dengan kegiatan operasi.
3.3. Eksternal Perusahaan, yaitu semua pihak-pihak yang terkait baik langsung maupun tidak
langsung dengan operasi perusahaan, seperti dalam penyediaan pasokan barang/ material
maupun jasa ( supplier / pemasok barang, kontraktor / sub kontraktor, dll.), termasuk tamu-
tamu yang akan berkunjung ke lingkungan operasi perusahaan, maupun penyediaan informasi
K3 kepada-kepada instansi-instansi pemerintah yang terkait dan berwenang.
3.4. Konsultasi K3, adalah usaha atau kegiatan untuk mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapai dan
peluang untuk perbaikan penerapan, pengembangan dan pemeliharaan sistem manajemen K3.
D. Prosedur
1. Tanggung Jawab
Pelaksana K3 bertanggung jawab untuk senantiasa berkoordinasi baik secara internal maupun eksternal
perusahaan (Kementerian Lingkungan Hidup, Depnaker Propinsi / Kab. / Kodya., Bapedalda
Propinsi / Kabupaten / Kotamadya, Depkes, Pemda dan instansi / institusi lain terkait berkaitan
dengan aspek K3) yang bertujuan untuk memastikan bahwa peraturan dan perundangan, standar, dan
informasi K3 lainnya senantiasa up to date / terbaru dan dikomunikasikan / diinformasikan pada
departemen terkait di dalam lingkungan operasi perusahaan.
2. Komunikasi
2.1. Komuniasi Internal
a) Karyawan perusahaan diberikan atau mendapat informasi mengenai pedoman dan prosedur
Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta pelaksanaannya
di lingkungan perusahaan, melalui kegiatan pelatihan dan pelaksanaannya dikoordinir oleh
Technical Training Department.
6‐ 3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
b) Tanda-tanda peringatan K3 (poster, sign, label, dll) disediakan oleh EHS Department
dengan terlebih dahulu masing-masing Kepala Departemen melampirkan hasil identifikasi
bahaya dan penilaian resiko di departemennya disertai dengan formulir pengajuan permintaan
tanda-tanda peringatan K3.
3. Konsultasi K3
a) Konsultasi ini bisa dilakukan di internal perusahaan untuk melibatkan karyawan maupun
dengan pihak eksternal, seperti Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah terkait, Lembaga
Swadaya Masyarakat, perusahaan asuransi, konsultan K3, dsb.
b) Beberapa contoh konsultasi K3 adalah :
Konsultasi dengan wakil karyawan dalam pembuatan kebijakan K3
Konsultasi dengan karyawan yang ahli maupun dengan pihak eksternal untuk
pemenuhan terhadap peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
Konsultasi dengan Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian dalam usaha
pencegahan pencemaran lingkungan dan pemanfaatan limbah
Konsultasi dengan pihak konsultan eksternal untuk usaha-usaha peningkatan
perilaku dan kinerja karyawan terkait dengan K3
6‐ 4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
A. LANDASAN NORMATIF
1. Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 24/PRT/M/2008 tentang pedoman pemiliharaan dan
Pemeliharaan bangunan gedung
2. Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 45/PRT/M/2008 tentang pedoman pembangunan bangunan gedung
B. DASAR TEORI
I. BANGUNAN GEDUNG
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung.
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tanah, sebagaian atau
seluruhnya berada diatas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan khusus. Menurut
PERMEN 45/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan bangunan Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi atau akan menjadi kekayaan milik Negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan perolehan lainnya yang sah, antara lain kantor, eperti : gedung
gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, rumah Negara, dan lain-lain
II. PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan, dan atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap layak fungsi
(PERMEN 24/PRT/M/2008).
Perbaikan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan
gedung, komponen, bahan bangunan, layak
dan/atau sarana dan prasarana agar bangunan gedung tetap
fungsi (PERMEN 24/PRT/M/2008).
7‐ 1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
7‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
4. Tipe Pemeliharaan/Perawatan
British Standard (BS. 3811) melihat pekerjaan Pemeliharaan dapat dilakukan ke dalam dua kondisi, yaitu :
1. Pemeliharaan yang dilakukan dengan suatu perencanaan
Pemeliharaan ini dilakukan dengan suatu analisis yang telah ditentukan dan merupakan suatu pekerjaan rutin.
Pemeliharaan ini dibagi menjadi dua kategori :
7‐ 3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
7‐ 4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
direncanakan dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan terakhir dan juga besar
anggarannya sehingga lebih akurat selama satu tahun yang akan datang. Pertimbangan utama pada
program tahunan ini adalah sebagai berikut :
i. Penentuan jadwal pekerjaan yang disesuaikan dengan kegiatan organisasi sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan kegiatan.
ii. Mengelompokkan pekerjaan yang sejenis sehingga dapat dikerjakan bersama.
iii. Menetapkan jadwal untuk pekerjaan yang akan di tenderkan
iv. Pembagian biaya sesuai dengan pekerjaan agar pengendalian lebih mudah dilakukan.
Rencana perawatan gedung jangka panjang adalah rencana untuk melakukan perawatan kedepan hingga
sampai dengan umur rencana gedung. Umur rencana gedung berbeda-beda sesuai dengan jenis dan kualitas
gedung.
Rencana jangka panjang ini berupa rencana perawatan komponen gedung sesuai siklus umur masing-masing
komponen. Rencana ini termasuk perhitungan estimasi biaya pertahun sampai dengan umur bangunan
gedung.
7‐ 5
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Perawatan elemen bangunan harus diperhatikan dengan serius agar diperoleh hasil yang maksimal
dan pada gilirannya berakibat semakin terpeliharanya kondisi bangunan. Bangunan ang terpelihara
baik akan menguntungkan pihak pemilik maupun pihak pengguna. Agar kegiatan perawatan dapat
terselenggara dengan lancar maka tinjauan terhadap elemen bangunan yang akan dirawat dibagi berdasarkan
elemennya seperti terlihat pada Gambar berikut ini.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 24/PRT/M/2007 intensitas kerusakan bangunan dapat
digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:
8.1. Kerusa an ringan
1. Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-
langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
2. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari
hargasatuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
8.2. Kerusa an sedang
1. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-struktural, dan atau
komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
7‐ 6
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
2. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga
satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
8.3. Kerusakan berat
1. Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun
non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana
mestinya.
2. Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung
baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
Komponen lain yang umurnya tidak mencapai umur rencana bangunan akan mengalami kerusakan dan
penggantian yang baru, missal genting beton yang berumur 15 - 25 tahun akan menggalami penggantian satu
kali, pintu kayu yang berumur 10 - 20 tahun akan mengalami penggantian dua kali.
7‐ 7
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
7‐ 8
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
C. PENGERTIAN OPERASI
Nilai fungsional dalam suatu proyek akan tergantung pada keputusan dan penerapan dari sasaran yang telah
dikembangkan pada tahapan-tahapan sebelumnya dengan waktu operasi yang diproyeksikan untukperiode waktu
yang ditentukan secara berlanjut akan menjadi jelas bahwa biaya keseluruhan dan nilai bagi pihak pemilik selama
masa operasinya sebagian besar ditentukan selama periode dari konsepsi ke stadium/tahap memulai kerja.
Kolompok-kelompok yang terlibat dalam tahap ini dimulai dari para pemilik yang melaksanakan upaya
Pemeliharaan, menjaga dan spesialis peralatan, sampai pada staf dinas pekerjaan umum dalam pemeliharaannya
dan diteruskan ke professional staffatau teknisi yang terlatih dalampengoperasiannya. Bila dilakukan perubahan
besar ataupun perluasan, maka tahap pengoperasian ini juga melibatkan suatu pendaurulangan melalui tahap-tahap
pada prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.
Operasional dalam suatu infrastruktur secara umum memiliki beberapa komponen, yaitu;
7‐ 9
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
b) Setiap Operator alat angkat harus memiliki SIO (Surat Izin Operasi) atau bersertifikat yang di
keluarkan oleh Badan yang berwenang
7‐ 10
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
D. PENGERTIAN PEMELIHARAAN
Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat penting dan perlu setelah bangunan tersebut selesai
dibangun dan dipergunakan. Pemeliharaan ini akan membuat umur bangunan tersebut menjadi lebih panjang, ditinjau
dari aspek : kekuatan, keamanan, dan penampilan (performance) bangunan. Bahwa berhasil atau tidaknya suatu
pembangunan gedung dapat dilihat dari usia pemakaian bangunan sesuai dengan rancangan bangunannya dan tata cara
pemeliharaan terhadap bangunan itu sendiri.
Pada umumnya usia suatu bangunan diperhitungkan ± 20 tahun. Oleh karena itu, pekerjaan pemeliharaan sangat
penting dan dilakukan pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi secara rutin, terus menerus dan
periodik dengan memperhatikan spesifikasi teknis bahan. Dengan adanya pemeliharaan yang rutin maka
diharapkan bila terjadi kerusakan tidak memerlukan biaya perbaikan / pemeliharaan yang tinggi.
Menurut definisi istilah pemeliharaan pada kenyataannya menunjuk kepada fungsi pemeliharaan secara keseluruhan
yang bisa dibayangkan, dan sebagai hasilnya, kata tersebut dengan longgar digunakan dalam industri untuk
menunjukan setiap perkerjaan yang dikerjakan oleh pekerja bagian pemeliharaan.
Dalam organisasi manufaktur, istilah perekayasa pabrik (work engginering) tehah umum dipakai untuk
mencakup instalasi, pengetesan, pemeliharaan, penggantian, dan pemindahan pabrik, mesin-mesin dan sebagainnya.
Tetapi istilah ini jarang dipakai pada organisasi jasa, pelayanan perkotaan dan angkutan perang.
Istilah baru ‘teroteknologi’ mencakup seluruh situasi situasi ini, meskipun sekarang ini diragukan penerimaan
secara umum istilah manajemn teroteknologi atau teromanajer. Manajemer pemeliharaan bertnggung jawab terhadap
fungsi manajemen teroteknologi, yang dipandang dari aspek manajemen, jarang sekali dapat dipisahkan dari
manajemen pemeliharaan murni, kecuali mungkin dalam organisasi yang besar.
Memelihara pada suatu standar yang bisa diterima merujuk pada standar yang ditentukan oleh organisasi yang
melakukan pemeliharaan. Hal ini berbeda dari satu organisasi dengan yang lain, tergantung keadaan industrinya
dan sepadan dengan nilai yang ditetapkan berdasar standar yang tinggi. Kadang- kadang standar pemeliharaan
yang diperlukan juga ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dan harus ditaati.
7‐ 11
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefinisikan dengan jelas sebagai berikut;
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan
isinya). Hal ini terutama penting di negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk
penggantian. Di negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan untuk ‘mengganti’ daripada
‘memelihara’.
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau jasa) dan mendapatkan
laba investasi (return of investment) maksimum yang mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamatan, dan sebagainnya.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.
Sampai tahun-tahun terakhir ini belum ada istilah atau kamus universal yang digunakan untuk berbagai aspek
pemeliharaan, dan hal lain ini cenderung memperluas salah pengertian di antara para insinyur.
Sebagai usaha untuk memperbaiki situasi ini, Lembaga Standar Inggris mengeluarkan BS3811: 1964, Himpunan
Istilah Umum yang Digunakan dalam Organisasi Pemeliharaan (Glossary of General Terms used in Maintenance
Organization), yang dipersiapkan besama-sama dengan organisasi-organisasi seperti lembaga insinyur
professional, departemen-departemen pemerintah dan organisasi seperti lembaga insinyur yang terkemuka.
Daftar ini telah dikeluarkan ulang dalam BS3811:1974, Istilah-istilah pemeliharaan dalam teroteknologi
(Maintenance Terms in Terotechnology).
Kerja pemeliharaan bisa terencana ataupun terencana. Hanya ada sartu bentuk pemeliharaan takterencana, yaitu
pemeliharaan darurat, yang didefinisikan sebagai pemeliharaan di mana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk
mencegah akibat yang serius, misalkan hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk alasan
keselamatan kerja.
Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama, pencegahan dan korektif, kedua-duanya
didefinisikan dengan jelas dalam BS3811.
Bagian utama dari pemeliharaan pencegahan meliputi pemeriksaan yang berdasarkan pada ‘lihat, rasakan, dan
dengarkan’ dan penyelesaian minor pada selang waktu yang telah ditentukan serta penggantian komponen minor
yang ditemukan perlu diganti pada saat pemeriksaan.
Pemeliharaan korektif meliputireparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul di
antara pemeriksaan, juga overhaul terencana misalnya overhaul tahunan atau dua tahunan, suatu perluasan yang
direncanakan dalam rincian untuk jangka panjang sebagai hasil pemeriksaan pencegahan.
7‐ 12
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
PEMELIHARAAN
Pemeliharaan Pemeliharaan
waktu berjalan waktu berhenti
1. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance); pemeliharaan yang perlu segera dilakukan untuk mencegah
akibat yang serius.
2. Pemeliharaan terencana (planned maintenance); pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan
dengan pemikiran masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
3. Rusak (breakdown); kegagalan yang dihasilkan ketidaktersediaan suatu alat.
4. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance); pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki
suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa
diterima.
5. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance); pemeliharaan yang dilakukan pada selang
waktu yang
ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan, dan dimaksudkan
untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang diterima.
6. Pemeliharaan jalan (running maintenance); pemeliharaan
yang dapat dilakukan selama mesin
dipakai.
7. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance); pemeliharaan yang hanya dapat dilakukan selama mesin
berhenti.
8. Perbaikan menyeluruh (overhaul); pengujian dan perbaikan menyeluruh dari suatu alat, atau sebagian besar
bagiannya sampai suatu kondisi yang bisa diterima.
7‐ 13
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
9. Waktu nganggur (downtime); periode waktu dimana suatu alat tidak berada dalam kondisi mampu
memberikan unjuk kerja yang diharapkan.
10. Perencanaan pemeliharaan (maintenance planning); penentuan sebelum pekerjaan, metode, bahan, alat, mesin,
pekerja, saat dan waktu yang ditentukan.
Pemeliharaan sebagai pekerjaan rutin untuk menjaga kondisi infrastruktur agar sedekat mungkin masih dalam tingkat
pelayanan yang memadai. Sedangkan, rehabilitasi didefinisikan sebagai perpanjangan umur struktur infrastruktur ketika
rekayasa pemeliharaan tidak lagi mampu memelihara pelayanan operasional yang memadai.
Umumnya, pekerjaan pemeliharaan merupakan kegiatan untuk mempertahankan kondisi kemampuan pelayanan
infrastruktur yang layak, sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna infrastruktur tersebut.
Pada pekerjaan rehabilitasi, sebelumnya dibutuhkan lebih dulu evaluasi struktur dan aksi-aksi perbaikan. Kerusakan
yang memerlukan pemeliharaan dapat digolongkan menjadi ke dalam 3 kategori, yaitu?
1. Kerusakan akibat buruknya pelaksanaan pekerjaan awal, sebagai akibat kesalahan perancangan, lemahnya
pengawasan, dan mutu material yang kurang baik, dll.
2. Kerusakan akibat pemakaian dan waktu, seperti: abrasi, pemasangan utilitas, rapuhnya komponen inti dan
pendukung, dll.
3. Kerusakan akibat sebab-sebab khusus, contohnya: kecelakaan, keadaan darurat, hal lain yang tidak
terprediksikan.
7‐ 14
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
E. TAHAPAN PELAKSANAAN
I. PERENCANAAN
Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh pihak Dinas/pengelola bersama dengan pihak-pihak terkait dan terlibat
berdasarkan rencana prioritas hasil inventarisasi.Dalam rencana pemeliharaan terdapat pembagian tugas, antara para
pihak yang terlibat dengan pemerintah diantaranya bagian mana bisa ditangani pengguna dan bagian mana yang
ditangani pemerintah melalui Nota Kesepakatan kerjasama O&P.Penyusunan rencana pemeliharaan meliputi:
1. Inspeksi Rutin.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemelihara atau yang mengoperasikan harus selalu mengadakan
inspeksi/pemeriksaan secara rutin di wilayah kerjanya tergantung dari ketentuan yang sudah dibuat, untuk
memastikan bahwa infrastruktur dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan ketentuan. Kerusakan ringan yang
dijumpai dalam inspeksi rutin harus segera dilaksanakan perbaikannya sebagai pemeliharaan rutin. Selanjutnya
Pengamat akan menghimpun semua berkas usulan dan menyampaikannya ke dinas pada periode waktu yang
telah ditentukan.
2. Penelusuran infrastruktur Berdasarkan usulan kerusakan yang dikirim oleh juru secara rutin, dilakukan penelusuran
untuk mengetahui tingkat kerusakan dalam rangka pembuatan usulan pekerjaan pemeliharaan periode yang
akan datang.
3. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan.
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survai identifikasi permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan secara
partisipatif, dan dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala prioritas serta uraian pekerjaan
pemeliharaan.Dalam menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan phisik. Pada hakekatnya
pemeliharaan infrastruktur yang tertunda akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan memerlukan
rehabilitasi lebih dini. Hasil identifikasi dan analisa kerusakan merupakan bahan dalam penyusunan detail desain
pemeliharaan.
4. Pengukuran Dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Infrastruktur.
a) Survai Dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Irigasi
Survai dan pengukuran untuk pemeliharaan infrastruktur dapat dilaksanakan secara sederhana oleh
petugas Dinas/pengelola bersama-sama dengan pihak yang terlibat dan terkait infrastruktur. Hasil survai
yang dituangkan dalam gambar skets atau diatas gambar as built drawing. Sedangkan untuk pekerjaan
perbaikan, perbaikan berat maupun penggantian harus menggunakan alat-alat tertentu untuk mendapatkan
hasil yang akurat. Hasil survai dan pengukuran ini selanjutnya digunakan oleh petugas Dinas/pengelola
infrastruktur dalam penyusunan detail desain.
b) Pembuatan Detail Desain.
Berdasarkan hasil survai dan pengukuran disusun rancangan detail desain dan penggambaran. Hasil
rancangan detail desain ini didiskusikan kembali dengan para pihak terkait dan terlibat sebagai dasar
pembuatan desain akhir.
7‐ 15
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
7‐ 16
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
II. PELAKSANAAN
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan berdasarkan detail desain dan rencana kerja yang telah disusun oleh
Dinas/Pengelola infrastruktur bersama dengan pihak yang terlibat atau terkait. Adapun waktu pelaksanaannya
menyesuaikan dengan jadwal yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur sesuai
kewenangannya. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
2. Pelaksanaan Pemeliharaan
a) Pihak-pihak yang terlibat dan/atau kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan wajib memahami
dan menerapkan persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelola infrastruktur.
b) Pelaksanaan pemeliharaan tidak mengganggu atau disesuaikan dengan kelancaran kegiatan lingkungan
sekitar
c) Dinas/Pengelola infrastruktur wajib menyampaikan kepada masyarakat mengenai periode waktu
pelaksanaan pemeliharaan.
d) Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh pihak terlibat agar sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang
dipersyaratkan, perlu adanya bimbingan dari tenaga pendamping lapangan.
e) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol sosial pihak terlibat dapat berperan serta
secara swadaya mengawasi pekerjaan.
f) Setelah pekerjaan perbaikan selesai dikerjakan harus dibuat berita acara bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai
dilaksanakan dan berfungsi baik.
7‐ 17
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
7‐ 18
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut terutama ditujukan untuk keperluan perbaikan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
yang sedang berjalan.Sedangkan untuk perbaikan perencanaan program pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi
dilaksanakan pada setiap akhir tahun.Dengan melihat hasil evaluasi tahunan tersebut, dapat dipelajari masalah dan
kekurangan yang pernah terjadi, sehingga dapat dilakukan perbaikan rencana tahun berikutnya. Apabila pekerjaan sudah
selesai, penilaian hasil pekerjaan dilakukan terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan.Juga evaluasi dilakukan
terhadap fungsi atau kinerja infrastruktur melalui penelusuran dan pengujian lapangan (trial-run).
Laporan bulanan
Penggunaan bahan swakelola
Realisasi pekerjaan yang diborongkan
Demikian Penyusunan Rencana Keselamatan Konstruksi, disusun sebagai petunjuk dalam pelaksanaan Paket Pekerjaan
tersebut.
Manajemen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) akan terus diperbarui demi efektivitas pelaksanaan
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) secara berkesinambungan.
7‐ 19