Anda di halaman 1dari 42

Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

RANCANGAN KONSEPTUAL
RENCANA KESELAMATAN KOSNTRUKSI (RKK)

PEKERJAAN : Belanja Jasa Konsultansi DED Prasarana SMK Wilayah


Kabupaten Serang (DAK)
LOKASI : - SMKN 1 CINANGKA
- SMKN 1 PADARINCANG
KONSULTAN : CV. HARSA PRATAMA
PERENCANA
SUMBER DANA : DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) Tahun 2023

DISUSUN OLEH :
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

LEMBAR PENGESAHAN

RANCANGAN KONSEPTUAL
RENCANA KESELAMATAN KOSNTRUKSI (RKK)

PEKERJAAN BELANJA JASA KONSULTANSI DED


PRASARANA SMK WILAYAH KABUPATEN SERANG
TA. DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) 2023

PIHAK KONSULTAN PERENCANA PIHAK PENGGUNA JASA


DIBUAT OLEH : DISETUJUI OLEH
CV. HARSA PRATAMA PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ASEP MUDZAKIR, S.Pd


AKHMAD IHWAN ARIF NIP. 19821005 200604 1 013
DIREKTUR

i
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

DAFTAR ISI HAL

COVER DOKUMEN

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI

RANCANGAN KONSEPTUAL RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK) PERANCANGAN


KONSTRUKSI

1. DATA UMUM............................................................................................................................... 1-1


PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN KONSULTANSI KONSTRUKSI PERANCANGAN 1-2
2. METODE PELAKSANAAN ......................................................................................................... 2-1
3. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENGENDALIAN RESIKO DAN PENETAPAN TINGKAT RESIKO
PEKERJAAN ............................................................................................................................... 3-1
4. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN STANDAR ..................................................... 4-1
5. PERNYATAAN PENETAPAN TINGKAT RESIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI .................. 5-1
6. DUKUNGAN KESELAMATAN KONSTRUKSI ........................................................................... 6-1
A. BIAYA RKK ....................................................................................................................... 6-1
B. KEBUTUHAN PERSONIL .................................................................................................... 6-2
7. RANCANGAN PANDUAN KESELAMATAN PENGOPRASIAN DAN PEMELIHARAAN KONSTRUKSI
BANGUNAN ............................................................................................................................... 7-1

ii
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

RANCANGAN KONSEPTUAL RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)

PERANCANGAN KONSTRUKSI

1. Data Umum

Nama Paket Pekerjaan : PEKERJAAN BELANJA JASA KONSULTANSI DED PRASARANA SMK
WILAYAH KABUPATEN SERANG (DAK)

Lokasi Pekerjaan : - SMKN 1 CINANGKA


- SMKN 1 PADARINCANG

Nama Konsultan Perencana : CV. HARSA PRATAMA

1. Gambar Shop Drawing dan Asbuilt Drawing, Progres Pekerjaan,


Lingkup Tanggung Jawab : Dokumentasi Pekerjaan)
2. Rencana Mutu Kontrak (RMK)
3. Rencana Konseptual RKK

1‐ 1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

1.1. Pernyataan Pertanggungjawaban Penyedia Jasa Konstruksi

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN


PENYEDIA JASA KONSTRUKSI
CV. HARSA PRATAMA

CV. HARSA PRATAMA sebagai Konsultan Perencana bertanggung jawab penuh terhadap
Pekerjaan yang akan dilakukan. Apabila terjadi Perubahan, maka tanggung jawab revisi dan dampaknya ada pada penyusun revisi.

Serang, Desember 2023

Pimpinan Konsultan Perencana


CV. HARSA PRATAMA

AKHMAD IHWAN ARIF


Direktur

1‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

RANCANGAN KONSEPTUAL RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)


PERANCANGAN KONSTRUKSI

2. Metode Pelaksanaan

No Lingkup Pekerjaan Metode Kerja Bahaya Utama


 Kelas dari Kayu yang akan digunakan pada
masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak haruslah menggunakan kayu Meranti.
(Koordinasi dengan Konsultan Pengawas)
 Kayu Meranti harus di buat lubang untuk
pengikat (Paku kayu) .
 Kayu harus secara tepat ditempatkan sesuai
dengan gambar dan sesuai dengan kebutuhan.
 Batang kayu harus di paku dengan
menggunakan paku kayu dan sebelum nya harus
di bor terlebih dahulu untuk menentukan titik
sambungan sehingga tidak tergeser sewaktu
pemasangan.  Tertusuk kayu dan paku.
 Seluruh kayu harus disediakan sesuai dengan  Terjatuh pada saat
1 Struktur Kayu
panjang keseluruhan yang ditunjukkan pada Pemasangan
gambar. Penyambungan (splicing) dari batang,  Luka pada saat pengeboran,
terkecuali ditunjukkan pada gambar, tidak akan pemasangan paku
diijinkan tanpa persetujuan tertulis dari
Konsultan Pengawas.

 Bata merah yang dipakai adalah jenis bata


banting yang berkualitas baik, dan sebelum
dipakai harus dibersihkan dan direndam terlebih
dahulu hingga buihnya habis.
 Untuk pasangan dinding bata biasa dipakai  Terjatuh pada saat
adukan 1 pc : 4 ps, sed ngkan untuk pasangan pemasangan bata dan
Pek. Dinding, Plesteran plesteran
2 bata mulai dari sloof beton bertulang sampai
dan Acian
2‐2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

setinggi 30 cm diatas rencana lantai dipasang  Tertimpa material batu-bata


dinding trasraam dengan adukan 1 pc : 3 ps.  Iritasi pada Kulit oleh Semen
 Sebelum diplester bidang dinding harus dibasahi
terlebih dahulu sampai jenuh, agar adukan dapat
melekat dengan baik.
 Untuk pekerjaan plesteran dinding bata biasa
dipergunakan adukan 1 pc : 4 ps, sedangkan
untuk plesteran dinding trasraam 1pc : 3 ps.
 Untuk plesteran beton dipergunakan 1 pc : 3 ps,
setelah dipermukaan beton yang akan diplester
dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan
air semen.
 Semua pekerjaan plesteran dikerjakan dengan
teknik sempurna, bidang-bidangnya rata, tegak
lurus/siku terhadap bidang lainnya kemudian
diaci atau dihaluskan permukaannya dengan
digosok sampai licin. Agar didapat bidang
plesteran yang rata permukaannya maka dalam
pelaksanaanya pemborong harus
menginstruksikan kepada tukang batu agar
membuat kepala-kepala plesteran setiap
bidangnya.
 Adukan semen dicampur hanya dalam kuantitas
yang diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika
perlu adukan boleh diaduk kembali dengan air
dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan
awal. Pengadukan kembali setelah waktu tersebut,
tidak diperbolehkan.
 Permukaan yang akan menerima adukan harus
dibersihkan dari oli atau lempung dan kotoran
lainnya dan secara menyeluruh telah dibasahi
sebelum adukan dipasang. Air yang menggenang
pada permukaan harus dikeringkan sebelum
penempatan adukan.
 Bila digunakan sebagai lapis permukaan,
adukan harus dipasang pada permukaan bersih
yang lembab dengan jumlah yang cukup untuk
menghasilkan tebal minimum
 1.5 cm dan harus dibentuk menjadi permukaan
yang halus dan rata

2‐3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

 Aluminium yang akan digunakan adalah produksi


Alexindo atau setaraf produksi dalam negeri yang
baik (sesuai Sll extrusi 0695-82 dan SH jendela
0649-82). Alloy 6063 T5/Billet yang digunakan
harus aslinya (tidak terbuat dari bahan
scrap/sisa).
 Seluruh pekerjaan aluminium memiliki syarat-
syarat teknis sebagai berikut: Kusen  Tangan dan Kaki kena
Pek. Kusen Pintu dan palu/mesin bor
3 Aluminium ber warna, Ukuran profil 1.3" x 4",
Jendela
Beban angin 100 kg/m2, Tebal profil minimal  Terjatuh dari ketinggian
1.35 mm.
 pembuatan/penyetelan dan pemasangan kusen
aluminium beserta kaca harus dilaksanakan
oleh pemborong alumunium yang ahli dalam
bidangnya.
Antara tembok/kolom/beton dan kusen aluminium
harus diisi dengan “sealen" yang elastis.
 Pemasangan kaca pada kusen aluminium
harus diisi karet gasket.
 Fixing accessoris seperti skrup assembling dan
engsel-engsel harus terbuat dari bahan-bahan
tahan karat.

2‐4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Pek. Rangka Atap Baja Ringan


 Safety Factor akan menurun apabila aplikator
atau fabrikator rangka atap baja ringan tidak
menggunakan standar minimum bracing tersebut,
sehingga dapat mengakibatkan suatu kegagalan
struktur.
 Ring Balok yang sudah jadi diukur oleh engineer
masing-masing fabricator untuk didesain ulang.
Adapun hasil desain tersebut adalah berupa input
ke pabrik.
 Pengalaman Fabrikator atau Aplikator
menjadikan tolak ukur daripada kualitas
pekerjaan. Dimana hasil akhir sebuah
pekerjaan harus dimonitor ulang dengan
system yang jelas sehingga dapat dikeluarkan
suatu garansi pekerjaan yang baik.

Pek. Atap
 Tata cara pemasangan mengacu kepada katalog
atau brosur Genteng Metal, dengan jarak antar  Tertimpa material
reng 32 cm.
 Terkena sengatan listrik
 Pastikan kemiringan kuda-kuda atap adalah
 Tangan dan Kaki kena sayatan
4 Pek. Atap minimal 15 derajat. Pastikan jarak antar reng
rangka baja
adalah 27 cm untuk reng pertama paling bawah
setelah listplang), selanjutnya 32 cm.  Kecelakaan alat
 Selama pemasangan atap agar tidak menginjak  Terjatuh dari ketinggian
atap yang telah terpasang kecuali menggunakan
tangga konstruksi, papan bidang kerja atau
menginjak pada bagian lembaran atap yang
bersentuhan dengan reng. Dilarang menginjak
pada bidang lembaran diantara reng.
 Pemasangan lembaran dimulai dari sisi paling
bawah dari bidang atap, dengan jarak overhang
maksimal adalah 5 cm dari listplang.
 Urutan penyekrupan dimulai dari gelombang sisi
bawah pertama dan kelima, dilanjutkan dengan
gelombang kedua sampai dengan keempat.
Gelombang keenam digunakan untuk overlap
dengan lembaran atap selanjutnya. Gelombang
sisi atas digunakan untuk overlap dengan
lembaran atap diatasnya.

2‐5
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

 Permukaan yang akan dicat terlebih dahulu harus


dibersihkan dan digosok dengan ampelas dinding
atau kain yang basah kemudian dinding diplamur
dengan menggunakan plamur tembok yang
berkualitas baik dan setelah kering baru digosok  Terjatuh dari ketinggian
dan diampleas halus sehingga permukaan  Menghirup Uap Cat
5 Pek. Pengecatan menjadi licin dan rata, kemudian baru dilabur
dengan cat dinding, paling sedikit 2 kali dengan  Iritasi kulit
rool yang lebarnya minimal 25 cm. Begitupun
untuk mengecat kolom-kolom beton dan
gypsum, digunakan dengan cara tersebut di atas.

 Kabel-kabel instalasi didalam ruangan dipakai


jenis kabel NYM 3 x 2,5 mm untuk stop kontak,
saklar dan AC, sedangkan NYM 2 x 2,5 mm
untuk titik lampu. Kabel yang digunakan kualitas
baik.  Terkena sengatan listrik
 Pipa untuk instalasi digunakan pipa Conduit  Tangan dan Kaki kena sayatan
atau PVC. rangka baja
6 Pek. Elektrikal  Tinggi saklar dan stop kontak ditentukan  Kecelakaan alat
1,50 m dari permukaan lantai setempat.
Tiap-tiap stop kontak harus diberi  Terjatuh dari ketinggian
penghantar tanah.
 Pemasangan titik lampu/armatur dari jenis
lampu yang telah ditentukan dan dipasang
sesuai dengan jumlah yang tertera dalam
gambar.
 Sisa sisa pekerjaan atau puing harus
dibersihkan dari area pekerjaan.  Terkena duri dari puing-puing
Pek. Pembersihan dan
7  Puing yang akan dibuang sudah ditentukan area  Tergores / Luka akibat terkena
Perapihan Sisa Pekerjaan
pembuangannya, dengan kendaraan angkut material/bahan
(Gerobak/Mobil PickUp)

2‐6
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

RANCANGAN KONSEPTUAL RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)


PERANCANGAN KONSTRUKSI

3. Identifiksi Bahaya, Pengendalian Resiko dan Penetapan Tingkat Resiko Pekerjaan

Tabel.1 Identifikasi Bahaya, Pengendalian Resiko


Penetapan
No. Uraian Pekerjaan Identifikasi Bahaya Dampak / Resiko
k
Pengendalian Resiko
BANGUNAN

I Pekerjaan Struktur  Tertimpa material  Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
Beton batu/bata atau lecet sepatu safety, sarung
 Kecelakaan alat  Patah tulang tangan,masker, dan
 Terjatuh pada saat  Pendarahan pada anggota kacamata kerja )
Pengecoran tubuh 2. Mengikuti SOP
 Iritasi pada Kulit Pengoperasian alat
oleh Semen 3. Membuat Perancah
 Tertusuk besi beton yang baik/scafolding
dan paku.

II Pekerjaan Dinding,  Tertimpa material  Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
Plesteran dan Lantai bata atau lecet sepatu safety, sarung
 Tangan dan Kaki  Patah tulang tangan,masker, dan
kena bata  Pendarahan pada anggota kacamata kerja )
 Kecelakaan alat tubuh 2. Mengikuti SOP
 Terjatuh pada saat Pengoperasian alat
pemasangan bata 3. Membuat Perancah
dan plesteran yang baik/scafolding
 Iritasi pada Kulit
oleh Semen

3‐1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

 Tertusuk paku.

III Pekerjaan Pintu dan  Tangan dan Kaki  Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
Jendela kena palu/mesin atau lecet sepatu safety, sarung
bor  Patah tulang tangan,masker, dan
 Terjatuh dari  Pendarahan pada anggota kacamata kerja )
ketinggian tubuh 2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding

IV Pekerjaan Atap  Tertimpa material  Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
 Tangan dan Kaki atau lecet sepatu safety, sarung
kena sayatan  Patah tulang tangan,masker, safety
rangka baja  Pendarahan pada anggota belt, dan kacamata kerja
 Kecelakaan alat tubuh )
 Terjatuh dari 2. Mengikuti SOP
ketinggian Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding
V Pekerjaan Pengecatan  Terjatuh dari  Anggota badan memar 1. Memakai APD ( helm,
ketinggian atau lecet sepatu safety, sarung
 Menghirup Uap Cat  Patah tulang tangan,masker, safety
 Tertimpa bahan  Pendarahan pada anggota belt, dan kacamata kerja
material tubuh )
 Iritasi kulit oleh Cat 2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding
VI Pekerjaan Eletrikal  Tersengat Aliran  Menyebabkan 1. Memakai APD ( helm,
Listrik pada saat cacat/kematian sepatu safety, sarung
pengetesan aliran. tangan,masker, safety
 Jatuh dari belt, dan kacamata kerja
Ketinggian )
2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Membuat Perancah
yang baik/scafolding
4. Membuat sambungan
secara aman dan benar
5. Padamkan aliran
listrik (Jika masih
menyala)

PEKERJAAN LAIN-  Terkena duri dari  Tergores / Luka akibat 1. Memakai APD ( helm,
LAIN puing-puing terkena material/bahan sepatu safety, sarung
tangan,masker, safety
belt, dan kacamata kerja )
2. Mengikuti SOP
Pengoperasian alat
3. Gunakan gerobak
untuk mengangkut
puing

3‐2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Tabel.2 Penetapan Tingkat Resiko Pekerjaan


Keselamatan
Orang Harta Benda Lingkungan
Umum
No. Pekerjaan Beresiko Identifikasi Bahaya
TR= TR= TR= TR=
K A KxA K A KxA K A KxA K A KxA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
 Tertimpa material
I Pekerjaan Persiapan  Tertusuk paku 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2
 Tertimpa material
batu/bata
 Kecelakaan alat
 Terjatuh pada saat
Pekerjaan Struktur Beton
II Pengecoran 2 3 6 2 2 4 2 2 4 2 3 6
 Iritasi pada Kulit
oleh Semen
 Tertusuk besi
beton dan paku.
 Tertimpa material
 Tangan dan Kaki
kena bata
 Kecelakaan alat
Pekerjaan Dinding,  Terjatuh pada saat
III 2 2 4 2 2 4 2 1 2 2 2 4
Plesteran dan Lantai pemasangan bata dan
plesteran
 Iritasi pada Kulit
oleh Semen
 Tertusuk paku.
 Tangan dan Kaki
kena palu/mesin
Pekerjaan Pintu dan
IV bor 2 3 6 2 2 4 1 2 2 1 2 2
Jendela
 Terjatuh dari
ketinggian
 Tertimpa material
 Tangan dan Kaki
kena sayatan
Pekerjaan Atap dan
V rangka baja 2 3 6 2 2 4 2 2 4 2 2 4
Plafond
 Kecelakaan alat
 Terjatuh dari
ketinggian
 Terjatuh dari
ketinggian
Pekerjaan  Menghirup Uap Cat
VI 2 3 6 2 2 4 2 1 2 2 2 4
Pengecatan  Tertimpa bahan
material
 Iritasi kulit oleh Cat
 Tersengat Aliran
Listrik pada saat
VII Pekerjaan Elektrikal pengetesan aliran. 2 2 4 2 2 4 2 2 4 2 3 6
 Jatuh dari
Ketinggian.

3‐3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

PEKERJAAN LAIN-  Terkena duri dari


1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2
LAIN puing-puing
Catatan :
K = Kekerapan
A = Akibat (keparahan)

Analisi Resiko
Level dimulai dari
Warna Deskripsi Status Resiko Level
Status Resiko
Sangat Tinggi 5 > 15
Tinggi 4 10 – 14
Sedang 3 5–9
Rendah 2 3–4
Sangat Rendah 1 1–2

3‐4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

RANCANGAN KONSEPTUAL RENCANA KESELAMATAN KONSTRUKSI (RKK)


PERANCANGAN KONSTRUKSI

4. Peraturan Perundang-undangan dan Standar

Peratur n Perundang & Persyaratan


No. Pengendalian Resiko a yang Menjadi Acuan Klausul / Pasal
Lainnya
A PEKERJAAN PERSIAPAN 1. Instruksi Menteri Pekerjaan 1. Seluruhnya
Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor 02/IN/M/2020 Tentang
Protokol Pencegahan Penyebaran
Covid-19 dalam Penyelenggaraan
Jasa Konstruksi.
2. Permen Ketenagakerjaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2021 2. Pasal 1 ayat (1) & (2)
Tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Program Jaminan Kecelakan Kerja,
Jaminan Kematian, dan Jaminan
Hari Tua.
3. SNI 688:2016 “Spesifikasi Beton 3. SNI 688:2016 = 1.2.33 Jaminan
Struktural” Mutu, 1.2.34 Pengendalian Mutu
4. Permenaker No.05/MEN/1996,
SMK3, 4. elemen 3.1.4. dan 3.2.1.

B BANGUNAN
I Pekerjaan Struktur Beton 1. SNI 688:2016 “Spesifikasi Beton 1. SNI 688:2016 = 1.2.33 Jaminan
Struktural”. Mutu, 1.2.34 Pengendalian Mutu
2. Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton Untuk Gedung SNI 03-
2847-2002.
3. Tata cara perhitungan struktur
beton untuk bangunan gedung
(SK SNI T-15- 1991-03)
4. Peraturan Beton Bertulang (PBI)
NI-2-1971
5. PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 2. Lampiran : Standar Pelaksanaan dan
Tentang Peraturan Pelaksanaan Pengawasan Bangunan

4‐ 1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Undang – undang Nomor 28 Gedung. d Pekerjaan Struktur Atas


Tahun 2020 Tentang bangunan (8)
Gadung
II Pekerjaan Dinding, Plesteran dan PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 1. Lampiran II : Standar Pelaksanaan
Lantai Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang dan Pengawasan Bangunan
– undang Nomor 28 Tahun 2020 Gedung. d Pekerjaan Struktur Atas
Tentang bangunan Gadung (1)

2. Lampiran II : Standar Pelaksanaan


dan Pengawasan Bangunan
Gedung. g Pekerjaan Arsitektural
(2) Penutup Dinding

3. Lampiran II : Standar Pelaksanaan


dan Pengawasan
Bangunan Gedung. g Pekerjaan
Arsitektural (1) Penutup Lantai
III Pekerjaan Kusen Pintu & Peraturan Menteri Pendidikan dan Lampiran IV : Peraturan Menteri
Jendela Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2018 Tentang Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8
Petunjuk Operasional dan Alokasi Khusus Tahun 2018 Tentang Petunjuk
Fisik Bidang Pembangunan Operasional dan Alokasi Khusus Fisik
Bidang Pembangunan : E.
Pemahamn Teknis : 2 Pemahaman
Tentang Bahan Bangunan (11)
IV Pekerjaan Atap dan Plafond 1. PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 1. Lampiran II : Standar Pelaksanaan
Tentang Peraturan Pelaksanaan dan Pengawasan Bangunan
Undang – undang Nomor 28 Tahun Gedung. g Pekerjaan Arsitektural
2020 Tentang bangunan Gadung (6) Rangka dan Penutup Plafond

2. Lampiran II : Standar Pelaksanaan


dan Pengawasan Bangunan
Gedung. g Pekerjaan Arsitektural
(10) Penutup Atap

2. Peraturan Menteri Pendidikan dan 3. Lampiran IV : Peraturan Menteri


Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2018 Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
Tentang Petunjuk Operasional dan 8 Tahun 2018 Tentang Petunjuk
Alokasi Khusus Fisik Bidang Operasional dan Alokasi Khusus
Pembangunan Fisik Bidang Pembangunan : E.
Pemahamn Teknis : 2 Pemahaman
Tentang
Bahan Bangunan (11)

V Pekerjaan Pengecatan 1. PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 1. Lampiran II : Standar Pelaksanaan


Tentang Peraturan Pelaksanaan dan Pengawasan Bangunan
Undang – undang Nomor 28 Tahun Gedung. g Pekerjaan Arsitektural
2020 Tentang bangunan Gadung (12) Cat
2. KepMen Ketenaga Kerjaan RI
Nomor 310 Tahun 2016 Tentang 2. F.433032.001.01, Mengatur
Penetapan Standar Kompetensi Kegiatan Pengecatan.
Kerja Nasional Indonesia Kategori
Konstruksi Golongan Pokok 3. F.433032.002.01, Melakukan
Konstruksi Khusus Pada Penanganan Material Cat
Jabatan Kerja Tukang Cat bangunan
Gedung

VI Pekerjaan Elektrikal 1. PerMen Energi dan Sumber Daya 1. Bab II Pemberlakuan SNI Pasal
Mineral Nomor 2 Tahun 2018 3,

4‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Tentang Pemberlakuan Wajib


Standar Nasional Indonesia di
Bidang Ketenagalistrikan.
2. PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 2. Lampiran II : Standar Pelaksanaan
Tentang Peraturan Pelaksanaan dan Pengawasan Bangunan Gedung.
Undang – undang Nomor 28 Tahun d. Pekerjaan Elektrikal (1)
2020 Tentang bangunan Gadung

D PEKERJAAN LAIN-LAIN PerMen RI Nomor 16 Tahun 2021 Lampiran II : Standar Pelaksanaan dan
Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Pengawasan Bangunan Gedung.
– undang Nomor 28 Tahun i. Pekerjaan Pengakhiran
2020 Tentang bangunan Gadung

4‐ 3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

5. Pernyataan Penetapan Tingkat Resiko Keselamatan Konstruksi

Berdasarkan Hasil identifikasi bahaya untuk pelaksanaan pekerjaan :

Nama Paket Pekerjaan : PEKERJAAN DED PRASARANA SMK WILAYAH KABUPATEN SERANG
(DAK)
Harga Penilaian Perancangan
(Estimate Engineer) : Rp.199.492.413,15.,- (Seratus Sembilan Puluh Sembilan Juta Empat Ratus
Sembilan Puluh Dua Ribu Empat Ratus Tigabelas Koma Satu Lima Rupiah)

Lokasi Pekerjaan : - SMKN 1 CINANGKA


- SMKN 1 PADARINCANG

Maka dengan ini menetapkan bahwa tingkat Resiko Keselamatan Konstruksi untuk paket pekerjaan sebagaimana dimaksud di atas
adalah :

RESIKO KESELAMATAN KONSTRUKSI (BESAR/SEDANG/KECIL)*

* Coret yang tidak perlu

Jabatan : Direktrur CV. HARSA PRATAMA

Nama : Akhmad Ihwan Arif

Tanda Tangan :

5‐1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

6. Dukungan Keselamatan Konstruksi

A. Biaya Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Perhitungan Biaya penerapan RKK mengacu pada ketentuan dalam batang tubuh Peraturan Menteri dan
Lampiran biaya Penerapan RKK (terlampir)

6‐1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Rincian RKK

Pekerjaan : Penyediaan DED Prasarana SMK Wilayah Kabupaten Serang (DAK)

I SMK 3 K ONSTRUK SI
1 Papan proyek 1 .00 bh Rp. 48,000.00 Rp. 48,000.00
2 Helm proyek 1 0.00 bh Rp. 28,000.00 Rp. 280,000.00
3 Sarung tangan (Safety gloves) 1 0.00 Psg Rp. 1 0,000.00 Rp. 1 00,000.00
4 Sepatu keselamatan untuk pekerja (Rubber safety shoes) 5.00 Psg Rp. 55,000.00 Rp. 275,000.00
5 Rompi keselamatan (Safety vest) 1 0.00 bh Rp. 1 3,000.00 Rp. 1 30,000.00
6 Peralatan P3K (Kotak P3K, Obat Luka, Perban, dll) 1 .00 set Rp. 25,000.00 Rp. 25,000.00
7 Rambu Petunjuk 1 .00 bh Rp. 1 5,000.00 Rp. 1 5,000.00
Pelindung pernapasan dan mulut, masker (protokol
8 4.00 pack Rp. 28,000.00 Rp. 1 1 2,000.00
covid)
9 Washtafel protokol covid 1 .00 bh Rp. 28,000.00 Rp. 28,000.00
Sub Total SMK3 Konstruksi : Rp. 1,013,000.00
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

B. Kebutuhan Personil Keselamatan Konstruksi

Jumlah Personil Keselamatan Kerja


No Jabatan Jumlah P ersonil
1 Pelaksana Lapangan 1 Orang
2 Ahli Muda K3 – Konstruksi 1 Orang

C. Komunikasi dan Inforamsi Telekomunikasi


1. Tujuan
Memberikan pedoman untuk penyebarluasan atau mengkomunikasikan informasi- infomasi
lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja kepada pihak internal dan eksternal
perusahaan secara efektif.

2. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku untuk seluruh fasilitas operasi dan semua pihak yang bekerja di area
tersebut. Hal-hal yang diatur dalam prosedur ini adalah cara untuk menyebarluaskan
informasi-informasi terkait dengan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dan

(K3) kepada pihak internal maupun eksternal Perusahaan.

3. Definisi
3.1. Informasi K3, yaitu informasi tentang lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja yang
meliputi:
 Peraturan perundangan K3 Indonesia dan Internasional
 Standar Nasional Indonesia dan Internasional
 Kebijakan terpadu an EHS Management System Manual.
 Kondisi bahaya, laporan inspeksi dan laporan & hasil investigasi
kecelakaan kerja
 Laporan internal / eksternal audit dan hasil rapat tinjauan ulang
manajemen
 Prosedur dan instruksi kerja K3
 Risalah rapat bulanan / khusus P2K3, pelatihan-pelatihan K3

6‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

 Tanda-tanda, peringatan bahaya dan tanda / peringatan K3 lainnya


 Dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan K3.

3.2. Internal Perusahaan, yaitu semua karyawan (karyawan bulanan, harian tetap, harian borongan
maupun harian musiman) yang terkait dengan kegiatan operasi.

3.3. Eksternal Perusahaan, yaitu semua pihak-pihak yang terkait baik langsung maupun tidak
langsung dengan operasi perusahaan, seperti dalam penyediaan pasokan barang/ material
maupun jasa ( supplier / pemasok barang, kontraktor / sub kontraktor, dll.), termasuk tamu-
tamu yang akan berkunjung ke lingkungan operasi perusahaan, maupun penyediaan informasi
K3 kepada-kepada instansi-instansi pemerintah yang terkait dan berwenang.
3.4. Konsultasi K3, adalah usaha atau kegiatan untuk mendapatkan solusi dari masalah yang dihadapai dan
peluang untuk perbaikan penerapan, pengembangan dan pemeliharaan sistem manajemen K3.

D. Prosedur
1. Tanggung Jawab
 Pelaksana K3 bertanggung jawab untuk senantiasa berkoordinasi baik secara internal maupun eksternal
perusahaan (Kementerian Lingkungan Hidup, Depnaker Propinsi / Kab. / Kodya., Bapedalda
Propinsi / Kabupaten / Kotamadya, Depkes, Pemda dan instansi / institusi lain terkait berkaitan
dengan aspek K3) yang bertujuan untuk memastikan bahwa peraturan dan perundangan, standar, dan
informasi K3 lainnya senantiasa up to date / terbaru dan dikomunikasikan / diinformasikan pada
departemen terkait di dalam lingkungan operasi perusahaan.

 Pelaksana K3 bertanggung jawab untuk menginformasikan ketentuan- ketentuan K3 perusahaan


kepada supplier / pemasok dan kontraktor / sub kontraktor yang akan memasok barang atau jasa /
bekerja dilingkungan operasi perusahaan.

2. Komunikasi
2.1. Komuniasi Internal
a) Karyawan perusahaan diberikan atau mendapat informasi mengenai pedoman dan prosedur
Sistem Manajemen Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta pelaksanaannya
di lingkungan perusahaan, melalui kegiatan pelatihan dan pelaksanaannya dikoordinir oleh
Technical Training Department.

6‐ 3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

b) Tanda-tanda peringatan K3 (poster, sign, label, dll) disediakan oleh EHS Department
dengan terlebih dahulu masing-masing Kepala Departemen melampirkan hasil identifikasi
bahaya dan penilaian resiko di departemennya disertai dengan formulir pengajuan permintaan
tanda-tanda peringatan K3.

2.2. Komunikasi Eksternal


a) Personil K3 menghubungi instansi-instansi terkait (misal: Kanwil Depnaker / Dinas Depnaker
Kabupaten / Kotamadya, Bapedal, Depkes dan sebagainya) untuk mendapatkan informasi terkini
mengenai peraturan perundangan berkaitan dengan K3 di Indonesia.
b) Laporan kecelakaan kerja dan hasil penyelidikannya disiapkan oleh EHS Manager dan
disampaikan kepada Kepala Operasi, Ketua P2K3 tembusannya kepada pihak Kanwil Depnaker
setempat.
c) Informasi-informasi yang berkaitan dengan kondisi darurat / emergency yang terjadi di
perusahaan diatur dan mengikuti prosedur komunikasi tanggap gawat darurat.

3. Konsultasi K3
a) Konsultasi ini bisa dilakukan di internal perusahaan untuk melibatkan karyawan maupun
dengan pihak eksternal, seperti Perguruan Tinggi, Instansi Pemerintah terkait, Lembaga
Swadaya Masyarakat, perusahaan asuransi, konsultan K3, dsb.
b) Beberapa contoh konsultasi K3 adalah :
 Konsultasi dengan wakil karyawan dalam pembuatan kebijakan K3
 Konsultasi dengan karyawan yang ahli maupun dengan pihak eksternal untuk
pemenuhan terhadap peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
 Konsultasi dengan Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian dalam usaha
pencegahan pencemaran lingkungan dan pemanfaatan limbah
 Konsultasi dengan pihak konsultan eksternal untuk usaha-usaha peningkatan
perilaku dan kinerja karyawan terkait dengan K3

4. Motivasi dan Kesadaran


Komunikasi dan konsultasi K3 tersebut akan meningkatkan motivasi dan kesadaran semua orang baik
karyawan maupun pihak ketiga yang berada di area operasi perusahaan untuk menerapkan,
mengembangkan dan memelihara sistem manajemen K3 untuk memperbaiki kinerja K3 secara
menyeluruh.

6‐ 4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

7. RANCANGAN PANDUAN KESELAMATAN PENGOPRASIAN DAN PEMELIHARAAN KONSTRUKSI


BANGUNAN

A. LANDASAN NORMATIF

1. Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 24/PRT/M/2008 tentang pedoman pemiliharaan dan
Pemeliharaan bangunan gedung
2. Peraturan menteri pekerjaan umum nomor 45/PRT/M/2008 tentang pedoman pembangunan bangunan gedung

3. Undang-undang Republik Indonesia No 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung

B. DASAR TEORI
I. BANGUNAN GEDUNG
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2002 tentang bangunan gedung.
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tanah, sebagaian atau
seluruhnya berada diatas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan khusus. Menurut
PERMEN 45/PRT/M/2007 yang dimaksud dengan bangunan Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi atau akan menjadi kekayaan milik Negara dan diadakan dengan sumber
pembiayaan yang berasal dari dana APBN, dan perolehan lainnya yang sah, antara lain kantor, eperti : gedung
gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, rumah Negara, dan lain-lain
II. PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN BANGUNAN GEDUNG
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian bangunan gedung,
komponen, bahan bangunan, dan atau prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap layak fungsi
(PERMEN 24/PRT/M/2008).

Perbaikan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti bagian bangunan
gedung, komponen, bahan bangunan, layak
dan/atau sarana dan prasarana agar bangunan gedung tetap
fungsi (PERMEN 24/PRT/M/2008).

7‐ 1
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

1. Latar Belakang Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung


Bangunan digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan – tujuan dan juga terlaksananya fungsi – fungsi pokok
organisasi pemakai atau pengguna bangunan secara optimal. Bangunan diharapkan dapat bersifat fleksibel
terhadap perubahan – perubahan yang mungkin terjadi dalam organisasi pemakai atau pengguna bangunan.
Karena itulah, kegiatan Pemeliharaan dan perbaikan bangunan sangat penting. Pemeliharaan dan perbaikan
bangunan merupakan bagian yang integral dari tujuan dan fungsi organisasi pengguna atau pemakai
bangunan. Kurangnya perhatian terhadap kegiatan Pemeliharaan dan perbaikan bangunan akan
mengakibatkan dampak negatif pada produktivitas kerja karena kondisi kerja yang kurang baik dan kurang
sehat.

2. Tujuan Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung


Tujuan dari pekerjaan Pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk mengupayakan tercapainya atau
memperpanjang umur pakai rencana bahan, konstruksi bangunan atau meningkatkan fungsi serta kekuatan
bangunan. Sasaran dari pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan
gedung agar tetap layak fungsi.

Tujuan utama dari kegiatan Pemeliharaan adalah sebagai berikut :


a. Untuk memperpanjang usia bangunan.
b. Untuk menjaga fungsi bangunan.
c. Untuk menjamin kesiapan oprasional peralatan, seperti dalam menghadapi keadaan darurat atau
bencana.
d. Untuk menjamin keselamatan manusia yang mempergunakan fasilitas bangunan tersebut.
e. Menghindari kerugian yang lebih besar dan gangguan kenyamanan pengguna akibat kerusakan
bangunan.

3. Manfaat Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan


Adapun manfaat dari Pemeliharaan dan pemeliharaan bangunan adalah sebagai berikut :
a. Dapat memenuhuni kebutuhan sesuai rencana.
b. Menjaga kualitas bangunan .
c. Membantu mengurangi pemakaian dan penyimpanan diluar batas serta menjaga modal untuk waktu
yang di tentukan sesuai kebijakan.
d. Penggunaan biaya dapat di tekan serendah mugnkin dalam melaksanakan Pemeliharaan dan
pemeliharaan bangunan secara efektif dan efisien.

7‐ 2
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

4. Tipe Pemeliharaan/Perawatan
British Standard (BS. 3811) melihat pekerjaan Pemeliharaan dapat dilakukan ke dalam dua kondisi, yaitu :
1. Pemeliharaan yang dilakukan dengan suatu perencanaan
Pemeliharaan ini dilakukan dengan suatu analisis yang telah ditentukan dan merupakan suatu pekerjaan rutin.
Pemeliharaan ini dibagi menjadi dua kategori :

a. Pemeliharaan pencegahan (preventive)


Pemeliharaan ini bersifat proaktif dimana Pemeliharaan dilakukan untuk suatu kondisi yang
dapat diperkirakan sebelumnya. Pemeliharaan jenis ini bertujuan untuk mempertahankan
keutuhan fisik rencana dasar dan untuk meminimalkan biaya pemeliharaan korektif.
b. Pemeliharaan korektif (corrective)
Pemeliharaan ini bersifat reaktif dimana Pemeliharaan dilakukan untuk rencana jangka pendek,
termasuk reparasi minor, misalkan untuk satu tahunan atau dua tahunan. Pemeliharaan ini
melibatkan perbaikan – perbaikan untuk mempertahankan fungsi dari peralatan, fungsi utilitas,
dan fungsi fasilitas bangunan.

2. Pemeliharaan yang dilakukan dengan tanpa perencanaan


Pemeliharaan ini dilakukan apabila diperlukan untuk mencegah akibat yang lebih besar, misalkan
Pemeliharaan untuk kerusakan besar peralatan atau keselamatan kerja. Kegiatan Pemeliharaan
selanjutnya dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan, yaitu :
a. Servis (Servicing)
Merupakan pelayanan kebersihan yang dilakukan secara teratur dengan interval waktu tertentu
dan biasanya disebut dengan pemeliharaan harian.
b. Perbaikan (Rectification)
Merupakan kegiatan yang sering terjadi pada awal usia gedungyang diakibatkan oleh kesalahan
disain, ketidak sesuaian komponen, kerusakan pada saat instalasi, dan kesalahan pemasangan.
c. Penggantian (Replacement)
Merupakan kegiatan yang tidak bisa dihindari karena kondisi layan material yang menurun pada
tingkat yang berbeda.

5. Jadwal Prosedur Pelaksanaan Pemeliharan/Perawatan Bangunan


Apabila ditinjau dari segi jadwal pelaksannaan perawatan dan pemeliharaan adalah sebagai berikut :

7‐ 3
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

5.1. Perawatan Tahunan/Year to year maintenance (Periodic Maintenance).


Adalah perawatan bangunan gedung yang sifatnya tidak rutin ada setiap tahun, dapat direncanakan jauh
sebelumnya dan tidak mendesak untuk diperbaiki segera. Kegiatan ini dapat disebut sebagai rehabilitasi,
contohnya perbaikan yang dilakukan karena adanya:
i. Rencana perubahan organisasi atau pengembangan organisasi yang memerlukan ruang tambahan
ii. Rencana perbaikan struktur bangunan karena adanya perubahan bangunan dan lain sebagainya
5.2. Perawatan Harian/Day to day maintenance (Preventive Maintenance)
Adalah perawatan yang sifatnya berulang setiap tahun, besar kerusakan dan biaya dapat diestimasikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya antara lain menyangkut pemeliharaan atap, kebocoran talang, saluran
pembuang, pengecatan dinding dan lain-lain.
5.3. Perawatan darurat/Emergency Maintenance
Adalah perawatan yang sifatnya mendesak akibat suatu hal yang tidak diduga dan tidak rutin, antara lain
kerusakan yang diakibatkan oleh gempa, banjir, kebakaran, dan lain-lain.

6. Program Perawatan dan Pemeliharaan Bangunan


Program perawatan dan pemelihaaraan bangunan merupakan suatu usaha untuk memberikan beban pekerjaan
yang seimbang, dengan membagi kedalam tingkatan. Adapun pemrograman dibagi kedalam tiga tingkatan
yakni :

6.1. Program Jangka Pendek


Program jangka pendek atau bulanan ini dilakukan untuk mengurangi beban pekerjaan pada program
tahunan dan juga dapat menghitung biaya perawatan pekerjaan. Program jangka pendek adalah
perawatan yang sifatnya berulang setiap tahun. Secara garis besar biayanya dapat diestimasikan
sebagai berikut :
a. Total biaya tahunan dibagi kedalam pekerjaan rutin dan emergency
b. Menentukan besaran biaya untuk pekerjaan yang akan dikontrakkan
c. Menentukan besaran biaya untuk pekerjaan yang dilakukan secara swakelola.

6.2. Program Jangka Menengah


Program jangka menengah atau juga program tahunan adalah program yang menghitung biaya perawatan
dengan tingkat kerusakanringan, sedang dan berat yang dalam pelaksanaannya dilakukan dalam
bulanan. Tujuan dari program tahunan adalah membuat program yang

7‐ 4
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

direncanakan dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan terakhir dan juga besar
anggarannya sehingga lebih akurat selama satu tahun yang akan datang. Pertimbangan utama pada
program tahunan ini adalah sebagai berikut :
i. Penentuan jadwal pekerjaan yang disesuaikan dengan kegiatan organisasi sehingga tidak
mengganggu pelaksanaan kegiatan.
ii. Mengelompokkan pekerjaan yang sejenis sehingga dapat dikerjakan bersama.
iii. Menetapkan jadwal untuk pekerjaan yang akan di tenderkan
iv. Pembagian biaya sesuai dengan pekerjaan agar pengendalian lebih mudah dilakukan.

6.3. Program Jangka Panjang


Program jangka panjang atau program lima tahunan ini berisikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak terinci,
hanya sebagai kerangka kebijakan dalam menentukan besaran anggaran biaya yang direncanakan, dan
perawatan jangka panjang ini biasanya dibuat kedalam grafik Maintenance profil dengan maksud untuk
mengetahui tingkat kerusakan bangunan gedung serta dapat diprediksi kerusakan-kerusakannya sampai
umur ekonomis bangunan. Tujuan dari program jangka panjang adalah :
a. Menentukan anggaran perawatan pada tingkat yang masih umum untuk mencapai bangunan
dalam kondisi standar.
b. Mencegah besarnya fluktuasi pada anggaran tahunan dengan cara perataan item-item besar
pekerjaan dan sisa dari pekerjaan yang tidak dapat ditangani pada saat itu akan dikerjakan pada
periode berikutnya.
c. Menentukan waktu yang tepat dan optimum untuk pelaksanaan pekerjaaan perbaikan sehingga
tidak mengganggu penghuni.
d. Menentukan struktur dan staf organisasi pemeliharaan dan apakah akan lebih menguntungkan
apabila dengan menggunakan tenaga kerja langsung untuk menangani perbaikan, atau lebih baik
pekerjaan penanganannya diserahkan seluruhnya pada pihak ketiga.

Rencana perawatan gedung jangka panjang adalah rencana untuk melakukan perawatan kedepan hingga
sampai dengan umur rencana gedung. Umur rencana gedung berbeda-beda sesuai dengan jenis dan kualitas
gedung.

Rencana jangka panjang ini berupa rencana perawatan komponen gedung sesuai siklus umur masing-masing
komponen. Rencana ini termasuk perhitungan estimasi biaya pertahun sampai dengan umur bangunan
gedung.

7‐ 5
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

7. Perawatan Elemen Bangunan

Perawatan elemen bangunan harus diperhatikan dengan serius agar diperoleh hasil yang maksimal
dan pada gilirannya berakibat semakin terpeliharanya kondisi bangunan. Bangunan ang terpelihara
baik akan menguntungkan pihak pemilik maupun pihak pengguna. Agar kegiatan perawatan dapat
terselenggara dengan lancar maka tinjauan terhadap elemen bangunan yang akan dirawat dibagi berdasarkan
elemennya seperti terlihat pada Gambar berikut ini.

Tabel Perawatan/Pemeliharan elemen-elemen bangunan

Perawatan/Pemeliharaan Elemen Bangunan

Struktural Mekanikal Elektrikal


Arsitektural 1. Pondasi 1. Instalasi Tata udara Sanitasi dan Plumbing
1. Dinding 2. Struktur Bangunan Baja 2. Instalasi Listrik 1. Peralatan Sanitair
2. Penutup Atap 3. Struktur Bangunan 3. Instalasi Proteksi 2. Saluran Air Bersih
3. Plafond Beton Kebakaran
3. Saluran Air Kotor
4. Kusen Pintu dan Jendela 4. Struktur Bangunan 4. Instalasi transporatasi
Komposit vertikal

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PERMEN) No. 24/PRT/M/2008

8. Perawatan Elemen Bangunan

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 24/PRT/M/2007 intensitas kerusakan bangunan dapat
digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:
8.1. Kerusa an ringan
1. Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural, seperti penutup atap, langit-
langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
2. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar 35% dari
hargasatuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
8.2. Kerusa an sedang
1. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-struktural, dan atau
komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.

7‐ 6
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

2. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar 45% dari harga
satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang
sama.
8.3. Kerusakan berat
1. Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik struktural maupun
non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat berfungsi dengan baik sebagaimana
mestinya.
2. Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung
baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

9. Penyebab Kerusakan Bangunan

Faktor Usia Bangunan / Komponen Bangunan


Bangunan gedung sebagaimana barang konstruksi lainnya akan rusak karena umur. Gedung yang terdiri dari
beberpa komponen, umur komponennya tidak sama, sebagai contoh seperti tabel dibawah ini.
Kebanyakan bangunan gedung permanen diencanakan sekitar 50 tahun sampai dengan 60 tahun, rencana
umur ini adalah didasarkan ada umur fisik komponen utama gedung, missal komponen struktur dari beton
bertulang.

Komponen lain yang umurnya tidak mencapai umur rencana bangunan akan mengalami kerusakan dan
penggantian yang baru, missal genting beton yang berumur 15 - 25 tahun akan menggalami penggantian satu
kali, pintu kayu yang berumur 10 - 20 tahun akan mengalami penggantian dua kali.

7‐ 7
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Tabel Perkiraan Umur Komponen Gedung


UMUR UMUR
KOMPONEN GEDUNG BAHAN RENCANA KOMPONEN GEDUNG BAHAN RENCANA
(Tahun) (Tahun)
Struktur Beton 40 – 60 6. Finishing
Beton Komposet 40 – 60  Cat tembok Air 3–7
Bayu 40 – 60  Cat Kayu Minyak 4 – 10
Kayu 10 – 20  Cat besi Minyak 4 – 10
 Politur / Vernis Spirtus / Thinner 2–5
 Melamin Thinner 3–7

Arsitektur Mekanikal dan Elektrikal


1. Penutup Dinding Keramik 15 – 20 1. Instalasi Plumbing
Parkit 10 – 20  Pompa air dangkal - 5 – 10
 Pompa air dalam - 10 – 15
2. Dinding Bata Merah 15 – 20  Instalasi Pipa - 10 – 15
Batako 15 – 20 Galvaniz
Kayu Papan 10 – 20  Instalasi Pipa PVC - 10 – 15
Kayu Lapis 10 – 20  Reservoar beton - 50 – 60
 Reservoar stainless - 8 -12
stell
3. Pintu Dan Jendela Kayu 10 – 20  Reservoar plastik - 5 -10
Alumunium 20 – 30  Solar Waterheater - 7 – 10
Vinyl 10 – 20  Gas Waterheater - 5–7
 Electric waterheater - 5 -7
4. Langit-langit Kayu 10 – 20
Eternit/Asbes 15 – 20 2. Instalasi Listrik
Semen 10 – 20  Panel Induk - 15 – 20
GRC/Gypsum 15 – 25  Panel Gedung - 15 – 20
PVC 20 – 30  Genset - 10 – 20
 Insalasi Kabel - 12 – 15
5. Penutup Atap Genteng Tanah 15 – 20
Genteng Beton 15 – 20
Seng 15 – 20
Asbes 5 – 12
Polycarbonat 3–7
Plastik 2–4
Genteng Bitumen 20 – 25
Sumber : Udi Rahardjo (Bahan Ajar Perencanaan & Perbaikan Bangunan, 2011)

7‐ 8
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

C. PENGERTIAN OPERASI
Nilai fungsional dalam suatu proyek akan tergantung pada keputusan dan penerapan dari sasaran yang telah
dikembangkan pada tahapan-tahapan sebelumnya dengan waktu operasi yang diproyeksikan untukperiode waktu
yang ditentukan secara berlanjut akan menjadi jelas bahwa biaya keseluruhan dan nilai bagi pihak pemilik selama
masa operasinya sebagian besar ditentukan selama periode dari konsepsi ke stadium/tahap memulai kerja.

Kolompok-kelompok yang terlibat dalam tahap ini dimulai dari para pemilik yang melaksanakan upaya
Pemeliharaan, menjaga dan spesialis peralatan, sampai pada staf dinas pekerjaan umum dalam pemeliharaannya
dan diteruskan ke professional staffatau teknisi yang terlatih dalampengoperasiannya. Bila dilakukan perubahan
besar ataupun perluasan, maka tahap pengoperasian ini juga melibatkan suatu pendaurulangan melalui tahap-tahap
pada prosedur yang telah ditentukan sebelumnya.

Operasional dalam suatu infrastruktur secara umum memiliki beberapa komponen, yaitu;

 Service Delivery Structure;


 Management Practices;
 Organization;
 Staffing;
 Operations Management; dan
 Human Resource Management.

PERENCANAAN OPERASI KESELAMATAN KONSTRUKSI


Perencanaan operasional berupa prosedur kerja / petunjuk kerja, yang harus mencakup seluruh
upaya pengendalian, diantaranya :
1. Upaya pengendalian berdasarkan lingkup pekerjaan
2. Rencana penunjukan personil yang akan ditugaskan menjadi Penganggung Jawab Kegiatan
SMK3
3. Prediksi dan rencana penanganan kondisi keadaan darurat tempat kerja
4. Rencana prosedur / petunjuk kerja yang perlu di siapkan
5. Rencana program pelatihan / soisalisasi sesuai pengendalian resiko
6. Sistem pertolongan pertama pada kecelakaan
7. Persyaratan Operator Alat Angkat
a) Operator Alat Angkat harus memenuhi kompetensi

7‐ 9
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

b) Setiap Operator alat angkat harus memiliki SIO (Surat Izin Operasi) atau bersertifikat yang di
keluarkan oleh Badan yang berwenang

8. Rambu Peringatan / Larangan / Anjuran


a) Penempatan Rambu-rambu peringatan/larangan/anjuran harus dipasang sesuai dengan kondisi di
tempat kerja
b) Rambu peringatan/larangan/anjuran harus mudah dilihat dan dapat dibaca
9. Alat Pelindung Diri
a) Alat pelindung diri diidentifikasi berdasarkan hasil penilaian risiko
b) Alat pelindung diri (APD) diberikan kepada pekerja sesuai dengan jenis pekerjaan
10. Tamu/pengunjung dan pihak luar
a) Pengendalian dan pembatasan akses masuk dan akses keluar tempat kerja
b) Persyaratan APD (Alat Pelindung Diri c)
Induksi 3
d) Prosedur dan Persyaratan tanggap darurat

7‐ 10
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

D. PENGERTIAN PEMELIHARAAN
Pemeliharan (maintenance) bangunan adalah sangat penting dan perlu setelah bangunan tersebut selesai
dibangun dan dipergunakan. Pemeliharaan ini akan membuat umur bangunan tersebut menjadi lebih panjang, ditinjau
dari aspek : kekuatan, keamanan, dan penampilan (performance) bangunan. Bahwa berhasil atau tidaknya suatu
pembangunan gedung dapat dilihat dari usia pemakaian bangunan sesuai dengan rancangan bangunannya dan tata cara
pemeliharaan terhadap bangunan itu sendiri.

Pada umumnya usia suatu bangunan diperhitungkan ± 20 tahun. Oleh karena itu, pekerjaan pemeliharaan sangat
penting dan dilakukan pada tahap pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi secara rutin, terus menerus dan
periodik dengan memperhatikan spesifikasi teknis bahan. Dengan adanya pemeliharaan yang rutin maka
diharapkan bila terjadi kerusakan tidak memerlukan biaya perbaikan / pemeliharaan yang tinggi.

Menurut definisi istilah pemeliharaan pada kenyataannya menunjuk kepada fungsi pemeliharaan secara keseluruhan
yang bisa dibayangkan, dan sebagai hasilnya, kata tersebut dengan longgar digunakan dalam industri untuk
menunjukan setiap perkerjaan yang dikerjakan oleh pekerja bagian pemeliharaan.

Dalam organisasi manufaktur, istilah perekayasa pabrik (work engginering) tehah umum dipakai untuk
mencakup instalasi, pengetesan, pemeliharaan, penggantian, dan pemindahan pabrik, mesin-mesin dan sebagainnya.
Tetapi istilah ini jarang dipakai pada organisasi jasa, pelayanan perkotaan dan angkutan perang.

Istilah baru ‘teroteknologi’ mencakup seluruh situasi situasi ini, meskipun sekarang ini diragukan penerimaan
secara umum istilah manajemn teroteknologi atau teromanajer. Manajemer pemeliharaan bertnggung jawab terhadap
fungsi manajemen teroteknologi, yang dipandang dari aspek manajemen, jarang sekali dapat dipisahkan dari
manajemen pemeliharaan murni, kecuali mungkin dalam organisasi yang besar.

Memelihara pada suatu standar yang bisa diterima merujuk pada standar yang ditentukan oleh organisasi yang
melakukan pemeliharaan. Hal ini berbeda dari satu organisasi dengan yang lain, tergantung keadaan industrinya
dan sepadan dengan nilai yang ditetapkan berdasar standar yang tinggi. Kadang- kadang standar pemeliharaan
yang diperlukan juga ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dan harus ditaati.

7‐ 11
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Tujuan pemeliharaan yang utama dapat didefinisikan dengan jelas sebagai berikut;

1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu tempat kerja, bangunan dan
isinya). Hal ini terutama penting di negara berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk
penggantian. Di negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan untuk ‘mengganti’ daripada
‘memelihara’.
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk produksi (atau jasa) dan mendapatkan
laba investasi (return of investment) maksimum yang mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap waktu,
misalnya unit cadangan, unit pemadam kebakaran dan penyelamatan, dan sebagainnya.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Sampai tahun-tahun terakhir ini belum ada istilah atau kamus universal yang digunakan untuk berbagai aspek
pemeliharaan, dan hal lain ini cenderung memperluas salah pengertian di antara para insinyur.

Sebagai usaha untuk memperbaiki situasi ini, Lembaga Standar Inggris mengeluarkan BS3811: 1964, Himpunan
Istilah Umum yang Digunakan dalam Organisasi Pemeliharaan (Glossary of General Terms used in Maintenance
Organization), yang dipersiapkan besama-sama dengan organisasi-organisasi seperti lembaga insinyur
professional, departemen-departemen pemerintah dan organisasi seperti lembaga insinyur yang terkemuka.
Daftar ini telah dikeluarkan ulang dalam BS3811:1974, Istilah-istilah pemeliharaan dalam teroteknologi
(Maintenance Terms in Terotechnology).

Kerja pemeliharaan bisa terencana ataupun terencana. Hanya ada sartu bentuk pemeliharaan takterencana, yaitu
pemeliharaan darurat, yang didefinisikan sebagai pemeliharaan di mana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk
mencegah akibat yang serius, misalkan hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk alasan
keselamatan kerja.

Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama, pencegahan dan korektif, kedua-duanya
didefinisikan dengan jelas dalam BS3811.

Bagian utama dari pemeliharaan pencegahan meliputi pemeriksaan yang berdasarkan pada ‘lihat, rasakan, dan
dengarkan’ dan penyelesaian minor pada selang waktu yang telah ditentukan serta penggantian komponen minor
yang ditemukan perlu diganti pada saat pemeriksaan.

Pemeliharaan korektif meliputireparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul di
antara pemeriksaan, juga overhaul terencana misalnya overhaul tahunan atau dua tahunan, suatu perluasan yang
direncanakan dalam rincian untuk jangka panjang sebagai hasil pemeriksaan pencegahan.

7‐ 12
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

PEMELIHARAAN

Pemeliharaan Pemeliharaan Tak


Terencana Terencana

Pemeliharaan Pencegahan Pemeliharaan


Pencegahan Korektif Darurat

Pemeriksaan Penggantian Reparasi minor Overhaul


termasuk komponen minor, yang tidak terencana
ditentukan waktu
penyetelan dan yaitu pekerjaan yang pemeriksaan
pelumasan timbul langsung dari
pemeriksaan
'Lihat, Rasakan,
Dengar'

Pemeliharaan Pemeliharaan
waktu berjalan waktu berhenti

Gambar 1.1 Bagan hubungan antar bagian bentuk pemeliharaan

Berikut beberapa contoh pemeliharaan yang dilaksanakan :

1. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance); pemeliharaan yang perlu segera dilakukan untuk mencegah
akibat yang serius.
2. Pemeliharaan terencana (planned maintenance); pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan
dengan pemikiran masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya.
3. Rusak (breakdown); kegagalan yang dihasilkan ketidaktersediaan suatu alat.
4. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance); pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki
suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa
diterima.
5. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance); pemeliharaan yang dilakukan pada selang
waktu yang
ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria lain yang diuraikan, dan dimaksudkan
untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang diterima.
6. Pemeliharaan jalan (running maintenance); pemeliharaan
yang dapat dilakukan selama mesin
dipakai.
7. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance); pemeliharaan yang hanya dapat dilakukan selama mesin
berhenti.
8. Perbaikan menyeluruh (overhaul); pengujian dan perbaikan menyeluruh dari suatu alat, atau sebagian besar
bagiannya sampai suatu kondisi yang bisa diterima.

7‐ 13
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

9. Waktu nganggur (downtime); periode waktu dimana suatu alat tidak berada dalam kondisi mampu
memberikan unjuk kerja yang diharapkan.
10. Perencanaan pemeliharaan (maintenance planning); penentuan sebelum pekerjaan, metode, bahan, alat, mesin,
pekerja, saat dan waktu yang ditentukan.

Pemeliharaan sebagai pekerjaan rutin untuk menjaga kondisi infrastruktur agar sedekat mungkin masih dalam tingkat
pelayanan yang memadai. Sedangkan, rehabilitasi didefinisikan sebagai perpanjangan umur struktur infrastruktur ketika
rekayasa pemeliharaan tidak lagi mampu memelihara pelayanan operasional yang memadai.

Umumnya, pekerjaan pemeliharaan merupakan kegiatan untuk mempertahankan kondisi kemampuan pelayanan
infrastruktur yang layak, sehingga dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna infrastruktur tersebut.
Pada pekerjaan rehabilitasi, sebelumnya dibutuhkan lebih dulu evaluasi struktur dan aksi-aksi perbaikan. Kerusakan
yang memerlukan pemeliharaan dapat digolongkan menjadi ke dalam 3 kategori, yaitu?

1. Kerusakan akibat buruknya pelaksanaan pekerjaan awal, sebagai akibat kesalahan perancangan, lemahnya
pengawasan, dan mutu material yang kurang baik, dll.
2. Kerusakan akibat pemakaian dan waktu, seperti: abrasi, pemasangan utilitas, rapuhnya komponen inti dan
pendukung, dll.
3. Kerusakan akibat sebab-sebab khusus, contohnya: kecelakaan, keadaan darurat, hal lain yang tidak
terprediksikan.

7‐ 14
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

E. TAHAPAN PELAKSANAAN
I. PERENCANAAN
Perencanaan pemeliharaan dibuat oleh pihak Dinas/pengelola bersama dengan pihak-pihak terkait dan terlibat
berdasarkan rencana prioritas hasil inventarisasi.Dalam rencana pemeliharaan terdapat pembagian tugas, antara para
pihak yang terlibat dengan pemerintah diantaranya bagian mana bisa ditangani pengguna dan bagian mana yang
ditangani pemerintah melalui Nota Kesepakatan kerjasama O&P.Penyusunan rencana pemeliharaan meliputi:

1. Inspeksi Rutin.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemelihara atau yang mengoperasikan harus selalu mengadakan
inspeksi/pemeriksaan secara rutin di wilayah kerjanya tergantung dari ketentuan yang sudah dibuat, untuk
memastikan bahwa infrastruktur dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan ketentuan. Kerusakan ringan yang
dijumpai dalam inspeksi rutin harus segera dilaksanakan perbaikannya sebagai pemeliharaan rutin. Selanjutnya
Pengamat akan menghimpun semua berkas usulan dan menyampaikannya ke dinas pada periode waktu yang
telah ditentukan.
2. Penelusuran infrastruktur Berdasarkan usulan kerusakan yang dikirim oleh juru secara rutin, dilakukan penelusuran
untuk mengetahui tingkat kerusakan dalam rangka pembuatan usulan pekerjaan pemeliharaan periode yang
akan datang.
3. Identifikasi dan Analisis Tingkat Kerusakan.
Berdasarkan hasil inventarisasi dilakukan survai identifikasi permasalahan dan kebutuhan pemeliharaan secara
partisipatif, dan dibuat suatu rangkaian rencana aksi yang tersusun dengan skala prioritas serta uraian pekerjaan
pemeliharaan.Dalam menentukan kriteria pemeliharaan dilihat dari kondisi kerusakan phisik. Pada hakekatnya
pemeliharaan infrastruktur yang tertunda akan mengakibatkan kerusakan yang lebih parah dan memerlukan
rehabilitasi lebih dini. Hasil identifikasi dan analisa kerusakan merupakan bahan dalam penyusunan detail desain
pemeliharaan.
4. Pengukuran Dan Pembuatan Detail Desain Perbaikan Infrastruktur.
a) Survai Dan Pengukuran Perbaikan Jaringan Irigasi
Survai dan pengukuran untuk pemeliharaan infrastruktur dapat dilaksanakan secara sederhana oleh
petugas Dinas/pengelola bersama-sama dengan pihak yang terlibat dan terkait infrastruktur. Hasil survai
yang dituangkan dalam gambar skets atau diatas gambar as built drawing. Sedangkan untuk pekerjaan
perbaikan, perbaikan berat maupun penggantian harus menggunakan alat-alat tertentu untuk mendapatkan
hasil yang akurat. Hasil survai dan pengukuran ini selanjutnya digunakan oleh petugas Dinas/pengelola
infrastruktur dalam penyusunan detail desain.
b) Pembuatan Detail Desain.
Berdasarkan hasil survai dan pengukuran disusun rancangan detail desain dan penggambaran. Hasil
rancangan detail desain ini didiskusikan kembali dengan para pihak terkait dan terlibat sebagai dasar
pembuatan desain akhir.

7‐ 15
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

5. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB).


Rencana anggaran biaya dihitung berdasarkan perhitungan volume dan harga satuan yang sesuai dengan
standar yang berlaku di wilayah setempat. Sumber-sumber pembiayaan pemeliharaan infrastruktur berasal
dari :
 Alokasi biaya pemeliharaan dari sumber APBN, APBD, atau DAK
 Kontribusi biaya pemeliharaan oleh para pihak terkait dan terlibat
 Alokasi biaya dari badan usaha atau sumber lainnya
6. Penyusunan Program/Rencana Kerja.
Rencana Program/Rencana kerja dibuat oleh Dinas/Pengelola infrastruktur bersama pihak yang terkait dan
terlibat. Untuk lebih teratur dan terarah dalam mencapai tujuan kegiatan pemeliharaan infrastruktur perlu adanya
suatu program atau rencana kerja sebagai berikut :
a) Pekerjaan Yang Dilaksanakan Secara Swakelola
Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan cara swakelola antara lain adalah berupa pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala yang bersifat perawatan, dan penanggulangan
1) Pemeliharaan Rutin :
 Pekerjaan pemeliharaan rutin dilaksanakan secara terus menerus sesuai dengan
kebutuhan/hasil inspeksi rutin juru.
 Pelaksanaan oleh dinas/pengelola infrastruktur atau oleh pihak yang terlibat dan terkait
secara gotong royong dengan bimbingan teknis dari dinas/pengelola infrastruktur.
2) Pemeliharaan Berkala :
 Pekerjaan dilaksanakan secara periodik disesuaikan dengan tersedianya anggaran.
 Pelaksanaan secara swakelola oleh dinas/pengelola infrastruktur atau dapat melibatkan
pihak terlibat atau terkait.
 Pekerjaan berupa perawatan
3) Penanggulangan
 Pekerjaan bersifat darurat agar bangunan dan saluran segera berfungsi.
 Pelaksanaan oleh dinas bersama masyarakat dengan cara gotong royong.
b) Pekerjaan Yang Dapat Dikontrakkan
 Pekerjaan bersifat perbaikan, perbaikan berat, dan penggantian.
 Pelaksanaan melalui pihak ketiga (kontraktor).

7‐ 16
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

II. PELAKSANAAN
Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan berdasarkan detail desain dan rencana kerja yang telah disusun oleh
Dinas/Pengelola infrastruktur bersama dengan pihak yang terlibat atau terkait. Adapun waktu pelaksanaannya
menyesuaikan dengan jadwal yang telah disepakati bersama dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota/Gubernur sesuai
kewenangannya. Pelaksanaan pemeliharaan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Persiapan Pelaksanaan Pemeliharaan


Sebelum kegiatan pemeliharaan dilaksanakan perlu dilakukan sosialisasi kepada para pihak yang terkait dan terlibat,
tentang waktu, jenis kegiatan, jumlah tenaga, bahan, peralatan yang harus disediakan dan disesuaikan dengan jenis, sifat
pemeliharaan dan tingkat kesulitannya.
a) Pekerjaan pemeliharaan yang akan dilaksanakan oleh pihak ketiga perlu dilakukan persiapan yang
menyangkut Pengusulan kebutuhan bahan, penyediaan tenaga, pengaturan regu kerja, pelatihan praktis
mengenai jasa konstruksi dan jaminan mutu agar tercapainya kualitas pekerjaan sesuai spesifikasi yang
ditetapkan.
b) Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor. Disusun dalam paket-paket pekerjaan yang
menggambarkan lokasi, jenis pekerjaan, rencana biaya dan waktu pelaksanaannya. Dalam perjanjian kontrak kerja
antara Dinas/Pengelola infrastruktur dengan kontraktor perlu dicantumkan ketentuan yang mengikat antara
lain :
 Kontraktor harus menggunakan tenaga kerja setempat kecuali tenaga kerja tersebut tidak tersedia.
 Adanya kesepakatan bersama antara kontraktor dengan semua pihak mengenai jam kerja, upah
kerja dan hal-hal lainnya.

2. Pelaksanaan Pemeliharaan
a) Pihak-pihak yang terlibat dan/atau kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan pemeliharaan wajib memahami
dan menerapkan persyaratan teknis yang telah ditetapkan oleh Dinas/Pengelola infrastruktur.
b) Pelaksanaan pemeliharaan tidak mengganggu atau disesuaikan dengan kelancaran kegiatan lingkungan
sekitar
c) Dinas/Pengelola infrastruktur wajib menyampaikan kepada masyarakat mengenai periode waktu
pelaksanaan pemeliharaan.
d) Untuk pekerjaaan yang dilaksanakan oleh pihak terlibat agar sesuai dengan kuantitas dan kualitas yang
dipersyaratkan, perlu adanya bimbingan dari tenaga pendamping lapangan.
e) Untuk pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor, sebagai kontrol sosial pihak terlibat dapat berperan serta
secara swadaya mengawasi pekerjaan.
f) Setelah pekerjaan perbaikan selesai dikerjakan harus dibuat berita acara bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai
dilaksanakan dan berfungsi baik.

7‐ 17
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

F. MONITORING DAN EVALUASI


1. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pemantauan dan evaluasi pada pemeliharaan infrastruktur dilakukan untuk kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan
sendiri secara swakelola ataupun dikontrakkan, baik untuk jenis pengamanan infrastruktur, pemeliharaan rutin,
pemeliharaan berkala dan penanggulangan/perbaikan darurat.
a) Pemeliharaan Infrastruktur Yang Dilaksanakan Secara Swakelola.
Pemantauan untuk pekerjaan pemeliharaan infrastruktur yang dilakukan secara swakelola baik pemeliharaan
rutin maupun pemeliharaan berkala dilakukan oleh Dinas/Pengelola infrastruktur bersama engan pihak terkait.
Pemantauan dilakukan terhadap realisasi penggunaan sumberdaya yang meliputi : tenaga kerja, bahan materil,
peralatan secara berkala dipantau dan dibandingkan dengan program pemeliharaan rutin atau rencana yang telah
ditetapkan.Waktu pemantauannya dapat ditetapkan sesuai kesepakatan oleh Dinas/Pengelola infrastruktur.
Setiap akhir periode dilakukan evaluasi untuk penyempurnaan proses pemeliharaan yang sedang dijalankan di
lapangan. Setiap akhir pekerjaan dilakukan juga evaluasi untuk penyempurnaan kegiatan pemeliharaan yang akan
datang. Hasil evaluasi tersebut dikirimkan kepada penanggungjawab pekerjaan. Juru/Pengamat infrastruktur
mencatat hasil kegiatan pemeliharaan didalam buku catatan pemeliharaan (BCP). Didalam BCP dapat
diketahui bagian phisik mana yang sudah dan yang belum dilaksanakan pemeliharaannya.
b) Pemeliharaan Infrastruktur Yang Dilaksanakan Secara Kontraktual
Pemantauan pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan infrastruktur yang dilakukan secara kontraktual baik pemeliharaan
berkala maupun perbaikan/penggantian dilakukan oleh Dinas/Pengelola infrastruktur dengan melibatkan peran
serta ihak yang terkait dan terlibat.
1) Pemantauan Dan Evaluasi Mingguan
Pemantauan dan evaluasi kemajuan pekerjaan dilakukan secara mingguan. Hal-hal yang dipantau
dan dievaluasi secara mingguan antara lain meliputi:
 jenis dan volume pekerjaan;
 rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
 nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah dilaksanakan;
 kemajuan hasil pekerjaan;
 nilai pelaksanaan (%) yaitu kemajuan hasil pekerjaan dibandingkan dengan nilai bobot
seluruh kegiatan.
2) Pemantauan Dan Evaluasi Bulanan
Pada setiap akhir bulan, dilakukan pemantauan dan evaluasi bulanan yang mencakup :
 jenis dan volume pekerjaan;
 rencana dan realisasi fisik dan keuangan;
 nilai bobot (dlm %) yaitu biaya dibagi volume yang telah dilaksanakan;
 kemajuan pekerjaan fisik (volume v.s. waktu);
 nilai tertimbang (%) yaitu bobot kemajuan biaya serta kinerja fisik.

7‐ 18
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)

Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut terutama ditujukan untuk keperluan perbaikan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan
yang sedang berjalan.Sedangkan untuk perbaikan perencanaan program pemeliharaan, pemantauan dan evaluasi
dilaksanakan pada setiap akhir tahun.Dengan melihat hasil evaluasi tahunan tersebut, dapat dipelajari masalah dan
kekurangan yang pernah terjadi, sehingga dapat dilakukan perbaikan rencana tahun berikutnya. Apabila pekerjaan sudah
selesai, penilaian hasil pekerjaan dilakukan terhadap kuantitas dan kualitas pekerjaan.Juga evaluasi dilakukan
terhadap fungsi atau kinerja infrastruktur melalui penelusuran dan pengujian lapangan (trial-run).

2. LAPORAN KEMAJUAN PELAKSANAAN


Laporan kemajuan pelaksanaan pekerjaan dilakukan secara berkala meliputi:
 Rekapitulasi kecelakaan kerja dengan mengacu pada pelaporan dan penyelidikan kecelakaan yang
sudah dibuat
 Occupational Injury/Illness (Cidera/Sakit Akibat Kerja)
 Fatality (Meninggal Dunia)
 Loss Work Day / Loss Time Injury (Hilang Hari Kerja)
 Restricted Work Day (Kerja Terbatas)
 Medical Treatment (Perawatan Kesehatan)
 First Aid (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

 Laporan bulanan
 Penggunaan bahan swakelola
 Realisasi pekerjaan yang diborongkan

3. PENINGKATAN KINERJA KESELAMATAN KONSTRUKSI

Peningkatan kinerja keselamatan konstruksi dilakukan dengan melakukan pemantauan, pengawasan,


pelatihan dan pembahasan rapat SMK3 secara periodik serta dengan melaksanakan audit secara menyeluruh
dimulai pada tahap pelaksanaan serta penyelesaian proyek.

Demikian Penyusunan Rencana Keselamatan Konstruksi, disusun sebagai petunjuk dalam pelaksanaan Paket Pekerjaan
tersebut.

Manajemen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) akan terus diperbarui demi efektivitas pelaksanaan
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) secara berkesinambungan.

7‐ 19

Anda mungkin juga menyukai