Anda di halaman 1dari 8

RENCANA PENELITIAN TESIS

MENAKAR KEABSAHAN HUKUM PERIHAL PERBEDAAN KLAUSUL AKTA


OTENTIK YANG DIMILIKI MASING-MASING PIHAK KARENA KELALAIAN
NOTARIS

OLEH :

ADAM RAMADHAN

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pemikiran masyarakat akan kebutuhan dalam setiap hubungan


hukum semakin kompleks. Setiap orang kini dengan bertahap mulai sadar akan
pentingnya aspek legalitas dalam hubungan hokum yang dijalankannya. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya gugatan-gugatan dipengadilan pada aspek keperdataan
yang mereka hadapi.

Pada aspek keilmuaan, Khususnya Ilmu hukum yang merupakan salah satu
bidang keilmuan yang terus berkembang hingga saat ini. Ilmu hukum berkembang
dengan bidang kajian yang digunakan untuk memecahkan berbagai masalah-masalah
hukum, konflik hukum atau kasus hukum, sehingga para lulusan fakultas hukum
dituntut untuk bisa menguasai the power of solving legal peoblem. Oleh sebab adanya
pemahaman seperti itu, ilmuan hukum dituntut untuk memeras otaknya agar dapat
memecahkan berbagai permasalahan hukum yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat melalui teori-teori hukum sebagai senjata analisisnya.

Hal tersebut secara khusus juga berlaku dalam kajian kenotariatan. Meskipun
hukum kenotariatan berkembang atas dasar andil dari teori-teori dalam sub bidang
keilmuan hukum lainnya, namun belakangan ini hukum kenotariatan terus
menunjukkan diri dalam wujud yang mandiri dari ilmu hukum layaknya spesifikasi
hukum-hukum lainnya. Notaris merupakan jabatan yang sangat erat kaitannya dengan
ilmu kenotariatan dan akta otentik merupakan hal yang sangat erat kaitannya dengan
jabatan notaris, meskipun yang disebut sebagai akta otentik itu tidak hanya produk
yang dikeluarkan oleh notaris saja, melainkan juga diproduksi oleh pejabat publik
lainnya layaknya pejabat catatan sipil, juru sita, pejabat lelang, dan lain-lain.

Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
(UUJN) dijelaskan bahwa Notaris merupakan pejabat umum yang memiliki
kewenangan untuk membuat akta otentik yang terkait dengan semua perbuatan,
perjanjian dan penetapan yang haruskan oleh suatu peraturan umum atau oleh yang
berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin
kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan minuta akta, memberikan grosse akta,
Salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh
Undang-undang.

Notaris diberikan kewenangan dalam suatu pembuatan akta Autentik, oleh


karena itu notaris yang bersangkutan berkewajiban memenuhi segala persyaratan
yang telah ditentukan, konsekuensi yang timbul bagi notaris sebagai pejabat umum
yang diberikan kewenangan dalam pembuatan akta Autentik, maka ia harus
bertanggung jawab dan apabila terjadi pelanggaran atau penyimpangan terhadap
pembuatan akta yang dibuatnya, akta yang dibuat oleh notaris tersebut juga berakibat
tidak sah.

Selain itu, Notaris berkewajiban bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak


berpihak, dan menjaga kepentingan pihak terkait dalam perbuatan hukum sehingga
akta yang dibuatnya harus memberikan kepastian hukum. Menurut Pasal 38 ayat (3)
huruf c Undang-Undang Jabatan Notaris ditegaskan bahwa isi akta yang merupakan
kehendak dan keinginan dari para pihak penghadap yang datang menghadap notaris.
Dengan demikian isi akta tersebut merupakan kehendak atau keinginan para
penghadap sendiri, bukan keinginan atau kehendak notaris, melainkan notaris hanya
menuangkannya kedalam bentuk akta notaris sesuai dengan aturan yang berlaku.1

Pembuatan akta otentik Notaris sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas
dari yang namanya kesalahan atau kelalaian saat membuat akta otentik, sehingga
harus dilakukan perubahan. Perubahan yang dilakukan sebelum akta ditandatangani
disebut dengan renvoi.2 Dalam Pasal 48 Ayat 2 UUJN dijelaskan bahwa isi akta
otentik dapat diubah dan sah jika perubahan tersebut diparaf atau diberi tanda
pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Kesalahan dalam akta otentik
namun para pihak tidak memberikan paraf merupakan pelanggaran, pelanggaran atas
ketentuan mengenai perubahan isi akta/renvoi mengakibatkan akta hanya mempunyai
kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi

1
Reski Puspita Sari, implikasi Hukum Akibat Kelalaian dalam Pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dalam
Perjanjian Kredit Perbankan, (Banjarmasin, Jurnal NoLaj, 2022)
2
Letezia Tobing, Prosedur Jika Terdapat Kesalahan Dalam Akta Otentik, (www.hukumonline.com/prosedur-jika-
terdapat-kesalahan-dalam-akta-notaris/, Diakses pada 25 Novemberr 2023, 21:25)
para pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi,
dan bunga kepada Notaris.

Kurangnya kehati-hatian Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya dapat


menimbulkan berbagai permasalahan dikemudian hari, contohnya dalam pembuatan
akta otentik yang dijalankan oleh Notaris. Diketahui Notaris yang telah melakukan
kelalaian dalam pembuatan akta. Dimana di dalam perjanjian disebutkan nomial
transaksi yang disepakati akan tetapi pihak kedua tidak sepakat setelah mengetahui
adanya perbedaan nominal yang disepakati bersama

Secara khusus dalam kasus Perjanjian kredit antara pihak debitor dengan
kreditor (Bank) tidak memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif suatu perjanjian
karena adanya perbedaan di dalam akta yang merupakan syarat administratif untuk
mencairkan pinjaman. Kemudian pihak Bank dan pihak Notaris dianggap telah
melakukan kelalaian dalam melaksanakan tugasnya karena tidak menerapkan prinsip
yang termuat dalam Undang-Undang Jabatan Notaris.

Berdasarkan kasus singkat itu, penulis tertarik untuk mengkaji pelaksanakan


tugas jabatan Notaris berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Jabatan Notaris serta apakah akta yang dibuat oleh Notaris harus dibatalkan terkait
dengan menyatakan bahwa “adanya keterangan para pihak yang tidak benar” di dalam
perjanjian kredit perbankan. Atau didasarkan murni oleh kelalaian Notaris itu sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk Menyusun tesis dengan judul :
'Menakar Keabsahan Hukum Perihal Perbedaan Klausul Akta Otentik Yang
Dimiliki Masing-Masing Pihak Karena Kelalaian Notaris"

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka ada beberapa rumusan masalah beberapa yakni
sebagai berikut :
1. Perbedaan klausul akta otentik salinan yang disebabkan oleh kelalaian Notaris,
Apakah dapat dijadikan sebagai kekuatan hukum mengikat masing-masing para
pihak ?
2. Dalam hal kelalaian Notaris pada pemberian salinan yang terdapat perbedaan
antara para pihak. Bagaimana implikasi hukum terjadi kepada Notaris ?
C. Tujuan Penelitian

Penelitian ilmiah harus mempunyai arah yang jelas dan pasti. Hal ini sebagai
pedoman dalam mengadakan penelitian. Tujuan dalam suatu penelitian menunjukkan
kualitas dari penelitian tersebut, berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan
diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui, mengevaluasi dan mengkaji kekuatan hukum akta
otentik yang terdapat kelalaian
b. Untuk mengetahui, mengevaluasi dan mengkaji perlindungan hukum
terhadap notaris yang dituntut karena kesalahan dalam akta otentik.

2. Tujuan Subjektif
a. Untuk mendapatkan data terkait materi penyusunan penulisan
penelitian hukum (tesis) sebagai media ilmiah untuk terpenuhinya
persyaratan wajib setiap mahasiswa pasca sarjana strata dua (S2)
ketika akan meraih gelar akademik Magister Kenotariatan.
b. Guna berkontribusi pemikiran untuk penelitian serta pengembangan
keilmuan dibidang ilmu hukum secara luas dan bidang kenotariatan
secara spesifik.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan sebagai suatu bahan yang akan memberikan
kemanfaatan. Dua aspek yang kemanfaatan yang didapat yaitu :

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini mampu memberikan kontribusi pengembangan ilmu hukum
dalam kaitannya dengan legitimasi akta otentik yang terdapat kesalahan
namun tidak diubah
2. Manfaat Praktis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan
kontribusi pembaca dan menjadi referensi bagi pihak yang berkepentingan
dan pemerintah agar menjamin legitimasi hukum akta otentik yang dibuat
oleh notaris.
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis hukum normatif yang menggunakan studi


kasus hukum normatif berupa produk prilaku hukum. Misalnya, undang-undang
tentang jabatan Notaris. Pokok kajiannya adalah hukum yang dikonsepkan sebagai
norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan prilaku setiap
orang. Sehingga penelitian hukum normatif berfokus pada inventarisasi hukum
positif. Asas-asas dan doktrin hukum, penemuan hukum dalam perkara in concerto,
sistematik hukum, taraf sinkoronisasi hukum, perbandingan hukum dan sejarah
hukum

B. Pendekatan Penelitian

Dalam Menyusun penelitian ini, metode pendekatan yang digunakan penulis


adalah metode penelitian hukum atau doktrinal, karena mengkaji atau menganalisis
data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum sekunder dengan memahami hukum
sebagai perangkat peraturan atau norma-norma positif di dalam system perundang-
undangan yang mengatur mengenai kehidupan manusia. Sehingga penelitian ini
dipahami sebagai penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder.

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis karena penelitian


ini untuk menggambarkan dan menganalisa masalah yang ada dan termasuk dalam
jenis penelitian kepustakaan yang akan disajikan secara deskriptif.

C. Bahan-bahan Hukum

Sumber data yang digunanakan dalam penelitian ini berupa data sekunder :

1. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat berupa
peraturan perundang-undangan yaitu :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)


b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang diperoleh dari studi
kepustakaan, yang terdiri dari buku-buku ilmu pengetahuan hukum, jurnal
penelitian hukum, laporan penelitian hukum, laporan hukum media cetak atau
media elektronik.

D. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan melalui studi


kepustkaan. Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang diteliti.
Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-
karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, dan
sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik. Bahan pustaka yang disebut
juga sebagai data sekunder dapat diperoleh dari perpustakaan.

E. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis dalam penelitian ini adalah menggunakan logika berpikir


deduktif, dengan perincian sebagai berikut ; norma, yurisprudensi, dan doktrin
ditempatkan sebagai premis mayor, data sekunder yang terkumpul dan telah diolah
ditempatkan sebagai premis minor, konklusi akan diperoleh dengan cara
mendiskusikan data sekunder (premis minor) dengan norma, yurisprudensi, dan
doktrin (premis mayor). Sehingga pada tahap akhirnya peneliti dapat mengambil
keputusan.

F. Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum bermaksud untuk menyederhanakan bahan hukum ke


dalam bentuk yang jelas sehingga mudah dipahami. Bahan hukum tersebut setelah
diolah, lalu diteliti dan disederhanakan. Dalam analisis bahan hukum, penelitian ini
menggunakan analisis bahan hukum deskriptif kualitatif yaitu dengan merinci,
menguraikan, memberi arti dan seterusnya diuraikan dalam bentuk uraian kalimat
yang jelas lalu dihubungkan antara teori dan kenyataan pelaksana.
BAB III

HASIL YANG DIHARAPKAN

pada hasil yang diharakan penelitian ini yakni mengetahui, memahami, mengelavuasi
dan memberi pandangan hukum yang lebih kompleks terkait permasalahan akta autentik,
khususnya yang berhubungan dengan adanya kelalaian Notaris dalam pembuatan akta
Autentik yang diterbitkan. Yang dimana dikemudian hari Notaris dapat menerapakan prinsip-
prinsip yang sudah diformulasikan dalam aturan berlaku. Selain itu hal sangat penting dalam
menambah wawasan atau sumber pengetahuan baru bagi peneliti maunpun masyarakat
hukum pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai