Anda di halaman 1dari 14

GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT


NOMOR 54 TAHUN 2020
TENTANG
PERLINDUNGAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PADA SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH, PENDIDIKAN KHUSUS,
DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA BARAT,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pendidikan yang
berkualitas dan bermutu guna mewujudkan sumber daya
peserta didik yang handal dan berdaya saing, perlu didukung
peran Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang mempunyai
kompetensi dan mampu melaksanakan tugas secara efektif,
efisien, dan sistematis;
b. bahwa untuk mendukung pelaksanaan tugas pendidik dan
tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam
pertimbangan huruf a, Pemerintah Daerah berkewajiban
memberikan perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, dan
perlindungan hak kekayaan intelektual sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 5 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Perlindungan Bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan pada Satuan Pendidikan Menengah,
Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik
Indonesia tanggal 4 Djuli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 1950 tentang Pemerintahan Djakarta Raya (Lembaran
Negara Republik IndonesiaTahun 1950 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang
Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4586);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4941) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6058);
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10
Tahun 2017 tentang Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 356);
6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2017
tentang Penyelengaraan Pendidikan (Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 2017);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERLINDUNGAN BAGI
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA SATUAN
PENDIDIKAN MENENGAH, PENDIDIKAN KHUSUS, DAN
PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah Provinsi adalah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Pemerintah Daerah Provinsi adalah Gubernur sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.
4. Dinas adalah perangkat daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang pendidikan di Jawa Barat.
3

5. Kepala Dinas adalah kepala perangkat daerah yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pendidikan
di Jawa Barat.
6. Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Dinas Pendidikan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya
disebut Cabang Dinas adalah Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah I sampai XIII Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat.
7. Kepala Cabang Dinas adalah Kepala Cabang Dinas
Pendidikan Wilayah I sampai XIII Dinas Pendidikan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
8. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal,
nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
9. Pendidikan Menengah adalah jenjang pendidikan lanjutan
pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah
umum dan pendidikan menengah kejuruan yang berbentuk
Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMALB), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) dalam
binaan Kementerian Agama, dan Program Kejar Paket C atau
bentuk lain yang sederajat.
10. Pendidikan Khusus adalah jenis pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah bagi peserta didik yang
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
11. Pendidikan Layanan Khusus adalah jenis pendidikan khusus
yang diselenggarakan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kondisi sosial seperti berada di daerah terpencil atau
tertinggal, masyarakat adat yang terpencil, masyarakat yang
mengalami bencana alam dan bencana sosial, bermasalah
dengan hukum, dan masyarakat yang tidak mampu dari segi
ekonomi.
12. Pendidik adalah guru, pamong belajar, tutor, instruktur,
fasilitator, dan narasumber teknis.
13. Tenaga Kependidikan adalah pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas sekolah, peneliti, pengembang, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar,
tenaga administrasi, psikolog, pekerja sosial, terapis, tenaga
kebersihan dan keamanan.
14. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan pada jenjang,
jenis, dan jalur pendidikan formal.
4

15. Perlindungan merupakan upaya melindungi Pendidik dan


Tenaga Kependidikan yang menghadapi permasalahan terkait
pelaksanaan tugas.
16. Perlindungan Hukum adalah upaya melakukan perlindungan
kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan dari tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi
atau perlakuan tidak adil dari pihak Peserta Didik, orang tua
Peserta Didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
17. Perlindungan Profesi adalah upaya pemberian perlindungan
kepada Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang mencakup
perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam
penyampaian pandangan, pelecehan terhadap profesi dan
pembatasan/pelarangan lain yang dapat menghambat guru
dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas.
18. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
upaya pemberian perlindungan kepada guru dan tenaga
kependidikan yang mencakup perlindungan terhadap resiko
gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada
waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja,
dan/atau resiko lain.
19. Perlindungan Hak kekayaan intelektual adalah upaya
pemberian perlindungan kepada guru dan tenaga
kependidikan berupa pengakuan dan perlindungan atas
kekayaan intelektual sebagai karya atau prestasi yang dicapai
oleh guru dan tenaga kependidikan.
20. Advokasi Nonlitigasi adalah bantuan hukum dalam bentuk
pembelaan di luar pengadilan yang diberikan dalam upaya
memberikan perlindungan dan/atau penyelesaian
permasalahan hukum yang dialami Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
21. Lembaga Bantuan Hukum atau Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum yang selanjutnya disingkat LBH atau LKBH
adalah lembaga yang memberikan jasa hukum di bidang
konsultasi dan bantuan hukum yang merupakan mitra atau
ditunjuk oleh pihak yang berkewajiban melindungi guru dan
tenaga kependidikan.
22. Penyelenggara Pendidikan adalah Pemerintah, pemerintah
daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan
pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan.
23. Organisasi Profesi adalah kumpulan anggota masyarakat
yang memiliki keahlian tertentu yang berbadan hukum dan
bersifat nonkomersial.
24. Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia
nonpemerintah yang berbentuk badan hukum atau
perorangan yang mempunyai perhatian dan peranan dalam
bidang pendidikan.
5

BAB II
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN
Pasal 2
(1) Gubernur wajib memberikan Perlindungan kepada Pendidik
dan Tenaga Kependidikan pada satuan Pendidikan
Menengah, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan
Khusus dalam menghadapi permasalahan yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas.
(2) Pemberian Perlindungan kepada Pendidik dan Tenaga
Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Dinas.
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Perlindungan Hukum;
b. Perlindungan Profesi;
c. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
dan/atau
d. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.
(4) Perlindungan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a mencakup perlindungan terhadap:
a. tindak kekerasan;
b. ancaman;
c. perlakuan diskriminatif;
d. intimidasi; dan/atau
e. perlakuan tidak adil,
dari pihak Peserta Didik, orang tua Peserta Didik,
Masyarakat, birokrasi, dan/atau pihak lain yang terkait
dengan pelaksanaan tugas sebagai Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
(5) Perlindungan Profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b mencakup perlindungan terhadap:
a. pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan;
b. pemberian imbalan yang tidak wajar;
c. pembatasan dalam menyampaikan pandangan;
d. pelecehan terhadap profesi; dan/atau
e. pembatasan atau pelarangan lain yang dapat
menghambat Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam
melaksanakan tugas.
(6) Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c mencakup
perlindungan terhadap risiko:
6

a. gangguan keamanan kerja;


b. kecelakaan kerja;
c. kebakaran pada waktu kerja;
d. bencana alam;
e. kesehatan lingkungan kerja; dan/atau
f. risiko lain.
(7) Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d berupa perlindungan
terhadap:
a. hak cipta penulisan buku, makalah, karangan ilmiah;
b. hak cipta atas hasil penelitian;
c. hasil karya seni maupun penemuan dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, serta sejenisnya;
dan/atau
d. hak paten atas hasil karya teknologi.

Pasal 3
(1) Pemberian Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,
dilakukan dalam bentuk Advokasi Nonlitigasi.
(2) Advokasi Nonlitigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan fasilitasi penyelesaian perkara di luar pengadilan
dalam bentuk:
a. konsultasi hukum;
b. mediasi; dan/atau
c. pemenuhan dan/atau pemulihan hak Pendidik dan
Tenaga Kependidikan.
(3) Konsultasi hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dapat berupa pemberian saran atau pendapat untuk
penyelesaian sengketa atau perselisihan.
(4) Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak.
(5) Pemenuhan dan/atau pemulihan hak Pendidik dan Tenaga
Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dapat berupa bantuan kepada Pendidik dan Tenaga
Kependidikan untuk mendapatkan penasihat hukum dalam
penyelesaian perkara melalui proses pidana, perdata, atau
tata usaha negara, atau pemenuhan ganti rugi bagi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan.
7

Pasal 4
Dalam melaksanakan perlindungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1), Dinas dapat berkoordinasi dengan
Kementerian Pendidikan, Cabang Dinas, Satuan Pendidikan,
Organisasi Profesi, Masyarakat, dan/atau pihak terkait lainnya.
Pasal 5
Pelaksanaan pemberian Perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, tercantum
pada mekanisme pemberian Perlindungan sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

BAB III
PEMBENTUKAN TIM
Pasal 6
(1) Gubernur membentuk tim dalam rangka Perlindungan bagi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Keanggotaan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berjumlah ganjil, terdiri atas:
a. unsur Dinas;
b. unsur praktisi hukum;
c. unsur akademisi; dan
d. unsur lain sesuai kebutuhan.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.

BAB IV
PELAPORAN
Pasal 7
Kepala Dinas menyampaikan laporan hasil Perlindungan bagi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah Provinsi secara periodik setiap 6 (enam) bulan
sekali dan/atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.

BAB V
PENDANAAN
Pasal 8
Pendanaan penyelenggaraan Perlindungan kepada Pendidik dan
Tenaga Kependidikan pada satuan Pendidikan Menengah,
Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan sumber lain
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat.

Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 3 Juli 2020

GUBERNUR JAWA BARAT,

MOCHAMAD RIDWAN KAMIL

Diundangkan di Bandung
pada tanggal 3 Juli 2020

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


JAWA BARAT,

SETIAWAN WANGSAATMAJA

BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2020 NOMOR 53


9

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT


NOMOR : 54 TAHUN 2020
TANGGAL : 3 JULI 2020
TENTANG : PERLINDUNGAN BAGI PENDIDIK
DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PADA
SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH,
PENDIDIKAN KHUSUS, DAN
PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

MEKANISME PEMBERIAN PERLINDUNGAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA


KEPENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN MENENGAH, PENDIDIKAN KHUSUS,
DAN PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

I. PENGADUAN
Pengaduan atas pihak yang diduga melakukan pelanggaran hukum yang
merugikan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dapat dilakukan oleh:
a. Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang bersangkutan;
b. ahli waris dari Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang bersangkutan;
c. sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang mempunyai kepentingan
yang sama; dan
d. pihak lain yang diberi kuasa (dibuktikan dengan surat kuasa/surat
pernyataan bermaterai) oleh Pendidik dan Tenaga Kependidikan/ahli
warisnya/sekelompok Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang mempunyai
kepentingan yang sama.

Pengaduan disampaikan secara tertulis berupa surat pengaduan kepada


pihak pemberi perlindungan dengan sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pengadu terdiri atas:
1) nama lengkap;
2) nama dan alamat instansi (unit kerja);
3) jabatan (Pendidik/Tenaga Kependidikan);
4) nomor telepon/faksimili pengadu;
5) nomor telepon/faksimili unit kerja;
6) alamat e-mail;
7) alamat rumah;
8) alamat surat apabila berbeda dengan alamat rumah; dan
9) fotocopy identitas pengadu yang masih berlaku.
b. Kronologi peristiwa meliputi:
1) peristiwa/kejadian;
2) tempat dan waktu kejadian
3) pihak yang terlibat; dan
4) saksi-saksi.
10

c. alat-alat bukti berupa:


1) fotocopy dokumen pendukung yang berhubungan dengan
peristiwa/kejadian; dan
2) bukti-bukti pendukung lain yang menguatkan pengaduan.
d. penjelasan upaya hukum bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang pernah
menempuh upaya hukum sebelumnya; dan
e. tanda tangan dan nama jelas pengadu atau yang diberi kuasa.

Proses penanganan pengaduan yang dilakukan oleh Dinas yaitu:


a. surat pengaduan dapat diajukan oleh pihak yang berhak melakukan
pengaduan kepada Dinas;
b. Dinas menangani surat pengaduan dengan cara:
1) menerima, meregistrasi, dan memverifikasi surat pengaduan; dan
2) menentukan alternatif solusi atas pengaduan paling lama 7 (tujuh) hari
kerja sejak berkas pengaduan diterima oleh Tim Pelayanan Perlindungan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

Penyelesaian pengaduan oleh Dinas dapat dilakukan melalui:


a. Konsultasi hukum: Dinas memberikan pendapat hukum untuk penyelesaian
perkara terhadap pengaduan;
b. Mediasi, dalam hal penyelesaian perkara membutuhkan mediasi: Dinas dapat
memfasilitasi pelaksanaan mediasi antara pihak yang terlibat perkara untuk
mendapatkan penyelesaian perkara; dan/atau
c. pemenuhan dan/atau pemulihan hak Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
Dinas dapat memfasilitasi pemenuhan dan/atau pemulihan hak Pendidik dan
Tenaga Kependidikan dengan melakukan koordinasi kepada pihak yang terkait
berupa bantuan untuk mendapatkan penasehat hukum agar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan yang bersangkutan memperoleh pemenuhan dan
pemulihan atas hak-haknya.
Surat pengaduan dapat juga diajukan oleh pihak yang berhak melakukan
pengaduan kepada:
a. Satuan Pendidikan;
b. Pemerintah; atau
c. Organisasi Profesi.

II. PERLINDUNGAN
Mekanisme pemberian perlindungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
sebagai berikut:
a. permasalahan/perselisihan yang akan diadukan oleh Pendidik dan Tenaga
Kependidikan harus sesuai dengan jenis perlindungan yang telah ditentukan
perundang-undangan;
11

b. Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang mengalami permasalahan atau


perselisihan membuat surat pengaduan dan dapat menentukan apakah
pengaduan ditujukan kepada Dinas, Cabang Dinas, Pemerintah (Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan), Satuan Pendidikan, atau Organisasi
Profesi;
c. Dinas, Cabang Dinas, Satuan Pendidikan, Organisasi Profesi, atau Pemerintah
menangani pengaduan dengan cara:
1) menerima, meregistrasi, dan memverifikasi pengaduan yang termasuk
perlindungan yang dapat difasilitasi; dan
2) melakukan upaya penyelesaian atas permasalahan/perselisihan yang
diadukan melalui advokasi nonlitigasi yang termasuk ruang lingkup
perlindungan.
d. penyelesaian permasalahan/perselisihan dilaksanakan melalui Advokasi
Nonlitigasi;
e. apabila permasalahan/perselisihan dinyatakan selesai, perlu dibuat surat
pernyataan damai kedua belah pihak atau akta perdamaian dari pengadilan
atau bentuk surat lain yang sejenis;
f. surat/akta sebagai bukti penyelesaian permasalahan/perselisihan yang
dialami oleh Pendidik dan Tenaga Kependidikan menjadi jaminan bahwa
Pendidik dan Tenaga Kependidikan telah mendapatkan perlindungan; dan
g. apabila permasalahan/perselisihan dinyatakan belum selesai melalui advokasi
nonlitigasi, Pendidik dan Tenaga Kependidikan dapat melanjutkan proses
melalui pengadilan (litigasi), tetapi tidak difasilitasi oleh Dinas.

Dinas, LBH/LKBH Mitra, Organisasi Profesi, dan Satuan Pendidikan wajib


memberi perlindungan sebagai berikut:
a. Dinas, sesuai kewenangannya memiliki kewajiban sebagai berikut:
1) memfasilitasi Tim Pelayanan Perlindungan yang dibentuk Gubernur;
2) melakukan sosialisasi mengenai hak-hak Pendidik dan Tenaga
Kependidikan atas perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HKI;
3) memfasilitasi LKBH organisasi profesi, LBH/LKBH Perguruan Tinggi, LKBH
Masyarakat atau pihak lain yang telah ditetapkan atau menjadi mitra untuk
melaksanakan perlindungan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang
bertugas di SMA, SMK, dan SLB Dinas Pendidikan Provinai Jawa Barat;
4) memahami area kewenangan profesional Pendidik dan Tenaga Kependidikan
dalam proses pendidikan dan pembelajaran;
5) memberikan layanan konsultasi dan nasihat kepada Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang membutuhkan perlindungan;
6) melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
7) membantu Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam memperjuangkan
haknya termasuk menerima keluhan atau pengaduan, dan memberikan
validasi atas hasil putusan dan/atau bukti penyelesaian; dan
12

8) memberikan advokasi nonlitigasi atas permasalahan perlindungan hukum,


profesi, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hak kekayaan intelektual.
b. LBH/LKBH Mitra, memiliki kewajiban sebagai berikut:
1) bertindak aktif memberikan perlindungan hukum bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan;
2) memberikan layanan konsultasi dan bantuan hukum berdasarkan
pengaduan dari Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
3) melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan hukum dalam rangka
meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban Pendidik dan Tenaga
Kependidikan; dan
4) melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
c. Organisasi Profesi memiliki kewajiban sebagai berikut:
1) melakukan sosialisasi keberadaan LKBH organisasi profesi dan fungsinya
bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan;
2) melakukan sosialisasi dan persuasi kepada Pendidik dan Tenaga
Kependidikan untuk mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-
undangan dan taat asas dalam menegakkan Kode Etik;
3) melakukan sosialisasi dan meningkatkan kesadaran atas hak dan
kewajiban Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam perlindungan hukum,
perlindungan profesi, keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan
atas HKI; dan
4) melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
d. Satuan Pendidikan Menengah, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan
Khusus memiliki kewajiban sebagai berikut:
1) melakukan sosialisasi dan persuasif kepada Pendidik dan Tenaga
Kependidikan untuk mematuhi segala ketentuan peraturan perundang-
undangan;
2) melakukan sosialisasi mengenai hak-hak Pendidik dan Tenaga
Kependidikan atas perlindungan hukum, perlindungan profesi,
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja, serta perlindungan HKI;
3) menyebarluaskan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas
hak dan kewajiban Pendidik dan Tenaga Kependidikan kepada warga
sekolah dan stakeholders; dan
4) melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan
perlindungan Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

GUBERNUR JAWA BARAT,

MOCHAMAD RIDWAN KAMIL

Anda mungkin juga menyukai