Anda di halaman 1dari 56

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …. TAHUN 2019
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENERTIBAN PEMANFATAAN
RUANG
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Menimbang a. bahwa berdasarkan Pasal 58 ayat (5) menyebutkan


: bahwa standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang diatur dalam peraturan Menteri;
b. bahwa sehubungan dengan standar pelayanan minimal
penertiban pemanfataan ruang yang harus disediakan
oleh Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota;
c. bahwa sehubungan dengan edukasi penertiban
pemanfaatan ruang;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang
Standar Pelayanan Minimal Penertiban Pemanfataan
Ruang Di Daerah Provinsi Dan Daerah
Kabupatan/Kota.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab


: Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1981 Nomor 3209);
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Berita
NegaraRepublik Indonesia Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Berita NegaraRepublik Indonesia Nomor
5587); Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran
Berita NegaraRepublik Indonesia Nomor 5657);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam
Penataan Ruang Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Berita
NegaraRepublik Indonesia Nomor 5160);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2012 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, Dan
Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus,
Penyidik Pegawai Negeri Sipil, Dan Bentuk-Bentuk
Pengamanan Swakarsa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 74, Tambahan Lembaran
Berita NegaraRepublik Indonesia Nomor 5298);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2O18 Tentang
Satuan Polisi Pamong Pemanfataan Ruang Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 6205);
7. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2009
Tentang Kode Etik Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 12);
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2017
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
407);
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Pemantauan dan Evaluasi Pemanfaatan Ruang (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1184);
10. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2017
tentang Audit Tata Ruang (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 1513);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 115 Tahun
2017 tentang Mekanisme Pengendalian Pemanfataan
Ruang Daerah (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1853);
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 116 Tahun
2017 tentang Koordinasi Penataan Ruang Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1854);
13. Peraturan kepala Kepolisian Nomor 6 Tahun 2010
Tentang Manajemen Penyidikan Oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118)

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA


BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG STANDAR
PELAYANAN MINIMAL PENERTIBAN PEMANFATAAN RUANG
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAH
DAERAH KABUPATAN/KOTA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Penataan Ruang adalah suatu system proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.(Pasal 1 ayat (5) UU No 26 Tahun 2007)
2. Penertiban adalah proses paksa agar menjadi tertib. upaya untuk mengambil tindakan
terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang yang memiliki proses atau tahapan mulai dari adanya
informasi dugaan pelanggaran, sampai dengan penetapan sanksi dan tereksekusinya sanksi
yang ditetapkan.
3. Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri
Sipil di bidang penataan ruang yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang
untuk melakukan penyidikan. (Pasal 1 ayat (1) UU No 8 Tahun 1981)
4. Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Penyidik
Polri adalah pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan. (Pasal 1 ayat (3) Permen ATR No 3
Tahun 2017)
5. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang yang selanjutnya disebut PPNS
Penataan Ruang adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi
pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Penataan Ruang yang
diberi wewenang khusus sebagai Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
6. Pelanggaran Bidang Penataan Ruang adalah setiap perbuatan pelanggaran pemanfaatan
ruang yang diancam sanksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7. Penyidikan adalah serangkaian tindakan Penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan
tersangkanya. (Pasal 1 ayat (2) UU NO 8 Tahun 1981)
8. Audit Tata Ruang adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan dan evaluasi terhadap data
dan informasi spasial serta dokumen pendukung untuk mengevaluasi suatu laporan atau
temuan yang diduga sebagai indikasi pelanggaran di bidang penataan ruang. (Pasal 1
ayat (12) Permen atr No 17 Tahun 2017)
9. Pengawasan, Pengamatan, Penelitian atau Pemeriksaan yang selanjutnya disebut
Wasmatlitrik adalah serangkaian tindakan PPNS Penataan Ruang untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana di bidang Penataan
Ruang guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan Penyidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.(Pasal 1 ayat (8) Permen ATR No 3 Tahun
2017)
10. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang.
(Pasal 1 ayat 14 UU No 8 Tahun 1981 Jo Permen ATR Pasal 1 ayat)
11. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan
Pelanggaran Penataan Ruang yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami
sendiri.(Pasal 1 ayat 9 Permen ATR 3 Tahun 2017)
12. Ahli adalah seorang yang memiliki kemampuan dan keterampilan khusus tentang hal
tertentu. (Pasal 1 ayat 10 Permen ATR 3 Tahun 2017)
13. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah,
atau sedang, atau diduga terjadinya peristiwa Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang. .
(Pasal 1 ayat 11 Permen ATR 3 Tahun 2017).
14. Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang telah
melakukan pelanggaran bidang penataan ruang yang merugikannya.
15. Media daring adalah media daring resmi yang dimiliki dan dikelola oleh Direktorat
Penertiban Pemanfaatan Ruang sebagai sarana pelaporan dan pengaduan pelanggaran di
bidang penataan ruang.
16. Media jurnalistik adalah media pers yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
17. Sekretariat PPNS adalah unit yang bertugas melakukan fasilitasi koordinasi dan
dukungan pelaksanaan tugas Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang.
18. Laporan Kejadian yang selanjutnya disebut LK adalah Laporan tertulis yang dibuat
oleh PPNS Penataan Ruang tentang adanya suatu peristiwa dugaan Tindak Pidana
Bidang Penataan Ruang yang sedang atau telah terjadi, baik yang ditemukan sendiri
maupun melalui pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak dan
kewajiban berdasarkan undang-undang. .(Pasal 1 ayat 12 Permen ATR 3 Tahun 2017)
19. Tertangkap Tangan adalah tertangkapnya seseorang pada waktu sedang melakukan
Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang, atau dengan segera sesudah beberapa saat
setelah Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang itu dilakukan, atau sesaat kemudian
diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat
kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk
melakukan Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang yang menunjukkan bahwa ia adalah
pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan Tindak Pidana Bidang
Penataan Ruang. .(Pasal 1 ayat 13 Permen ATR 3 Tahun 2017)
20. Tempat Kejadian Perkara yang selanjutnya disingkat TKP adalah tempat dimana suatu
Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang dilakukan/terjadi dan tempat-tempat lain
dimana Tersangka dan atau korban dan atau barang bukti, yang berhubungan dengan
Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang tersebut dapat ditemukan.
21. Bukti Permulaan yang Cukup adalah alat bukti yang berupa keterangan dan data yang
terkandung di dalam dua alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 KUHAP. .
(Pasal 1 ayat 14 Permen ATR 3 Tahun 2017)
22. Bukti yang Cukup adalah bukti permulaan yang cukup ditambah dengan keterangan
dan data yang terkandung dalam satu di antara Laporan Kejadian, Laporan
Wasmatlitrik, berita acara. .(Pasal 1 ayat 15 Permen ATR 3 Tahun 2017)
23. Bantuan Teknis adalah bantuan pemeriksaan Ahli dalam rangka pembuktian secara
ilmiah (scientific crime investigation). .(Pasal 1 ayat 19 Permen ATR 3 Tahun 2017)
24. Bantuan Taktis adalah bantuan personil kepolisian dan peralatan kepolisian dalam
rangka mendukung pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang
oleh PPNS Penataan Ruang. .(Pasal 1 ayat 20 Permen ATR 3 Tahun 2017)
25. Bantuan Upaya Paksa adalah bantuan yang diberikan oleh Penyidik Polri kepada PPNS
Penataan Ruang berupa pemanggilan, penangkapan, penahanan, penggeledahan,
penyitaan dan pemeriksaan dalam rangka Penyidikan Tindak Pidana Bidang Penataan
Ruang. .(Pasal 1 ayat 21 Permen ATR 3 Tahun 2017)
26. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan keterangan, kejelasan dan identitas
Tersangka, Saksi, dan/atau barang bukti maupun tentang unsur-unsur Tindak Pidana
Bidang Penataan Ruang yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau peranan seseorang
maupun barang bukti di dalam Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang tersebut menjadi
jelas dan dituangkan di dalam berita acara Pemeriksaan. .(Pasal 1 ayat 22 Permen ATR
3 Tahun 2017)
27. Keadaan yang Sangat Perlu dan Mendesak adalah bilamana orang yang disangkakan
melakukan tindak pidana di tempat yang patut dikhawatirkan segera melarikan diri
dan/atau mengulangi tindak pidana atau benda yang dapat disita dikhawatirkan segera
dimusnahkan atau dipindahkan. .(Pasal 1 ayat 23 Permen ATR 3 Tahun 2017)
28. Berita Acara adalah catatan atau tulisan yang bersifat otentik, dibuat dalam format
tertentu oleh PPNS Penataan Ruang atas kekuatan sumpah jabatan, yang memuat
keterangan dari orang yang diperiksa atau keterangan yang berkaitan dengan setiap
tindakan yang dilakukan oleh PPNS Penataan Ruang. .(Pasal 1 ayat 24 Permen ATR 3
Tahun 2017)
29. Atasan PPNS Penataan Ruang adalah PPNS Penataan Ruang yang ditunjuk oleh
instansinya dan/atau secara struktural membawahi PPNS Penataan Ruang yang
ditugaskan menangani perkara Tindak Pidana Bidang Penataan Ruang yang menjadi
kewenangannya. .(Pasal 1 ayat 25 Permen ATR 3 Tahun 2017)
30. Pengawasan Internal adalah pengawasan dari dalam lingkungan sendiri yang mencakup
2 (dua) jenis pengawasan yaitu Pengawasan Melekat dan Rutin/Reguler.
31. Satuan Polisi Pamong yang selanjutnya disebut Satpol PP adalah perangkat daerah yang
dibentuk untuk menegakkan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah,
menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman serta menyelenggarakan
pelindungan masyarakat. (Pasal1 ayat (1) PP No 16 Tahun 2018)
32. Polisi Pamong yang selanjutnya disebut Pol PP adalah anggota Satpol PP sebagai
aparat Pemerintah Daerah yang diduduki oleh pegawai negeri sipil dan diberi tugas,
tanggung jawab, dan wewenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam
penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah, penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketenteraman serta pelindungan masyarakat. . (Pasal1 ayat (1) PP No 16
Tahun 2018)
33. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
penataan ruang.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Peraturan Menteri ini dimaksudkan untuk menjadi Standar Pelayanan Minimal
Penertiban Pemanfaatan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota .
(2) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk:
a. Terstandarisasi Penyelenggaraan Penertiban Pemanfaatan Ruang di daerah; dan
b. Tersedianya acuan standar minimal yang harus disediakan untuk memenuhi
pelayanan penertiban pemanfataan ruang bagi pemerintah daerah.
(3) Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi:
a. Sumber data dan Informasi;
b. Kompetensi Pelaksana;
c. Koordinasi dan Kelembagaan;
d. Pengawasan Internal; dan
e. Partisipasi Masyarakat.

BAB II
Sumber Data dan Informasi
Bagian Kesatu
Pengaduan dan Pelaporan

Paragraf 1
Umum

Pasal 3
Penguatan informasi penertiban pemanfaatan ruang bersumber dari pemantauan
lapangan, informasi penertiban dan pengaduan/pelaporan.
Paragraf 2
Pengaduan Pelaporan
Pasal 4

(1) Petugas pelaksana kegiatan pengelolaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang
penataan ruang, meliputi:
a. Ketua;
b. Ketua Sekretariat;
c. Petugas Penerima Laporan; dan
d. Pelaksana Tugas harian.
(2) Ketua sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memberikan arahan dan saran kepada Pelaksana Tugas Harian dalam
menindaklanjuti laporan dan pengaduan di bidang penataan ruang;
b. Melaporkan pelaksanaan pengelolaan dan pengaduan pelanggaran bidang
penataan ruang kepada TKPRD ; dan
c. Memberikan rekomendasi tindak lanjut indikasi pelanggaran di bidang
penataan ruang.
(3) Ketua Sekretariat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b memiliki tugas:
a. mengkoordinasikan pelayanan penerimaan laporan dan pengaduan
pelanggaran bidang penataan ruang;
b. menyampaikan laporan harian kepada Kasubdit di lingkungan Direktorat
Penertiban Pemanfaatan Ruang;
c. melakukan monitoring status perkembangan penanganan laporan dan
pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang; dan
d. menyusun laporan bulanan rekap penerimaan dan progres penanganan laporan
dan aduan.
(4) Petugas Penerima Laporan sebagaimana dimaksud huruf c memiliki tugas:
a. menerima laporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan ruang;
b. melakukan inventarisasi laporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan
ruang melalui media daring, surat kabar online dan media cetak;
c. membuat berita acara penerimaan laporan dan pengaduan;
d. mencatat peristiwa yang dilaporkan atau diadukan terkait pelanggaran di
bidang penataan ruang laporan atau pengaduan yang disampaikan secara tidak
langsung;
e. membuat salinan identitas pelapor atau pengadu;
f. menerima dan/atau menyalin bahan atau bukti pendukung yang disampaikan
oleh pelapor atau pengadu;
g. melakukan pencatatan data laporan dan pengaduan pada logbook; dan
h. menyusun laporan harian yang selanjutnya diserahkan kepada ketua
sekretariat.
(5) Pelaksana Tugas Harian sebagaimana dimaksud huruf d memiliki tugas:
a. Melakukan penelaahan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan
ruang;
b. Memberikan hasil penelaahan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang
penataan ruang kepada Ketua; dan
c. Menindaklanjuti hasil rekomendasi tindak lanjut pelaporan dan pengaduan
pelanggaran bidang penataan ruang.
Paragraf 2
Tahap Pengelolaan Pelaporan dan Pengaduan Pelanggaran Bidang Penataan Ruang
Pasal 5

(1) Laporan dan aduan pelanggaran bidang penataan ruang dapat disampaikan melalui
petugas penerima pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) huruf c atau
media perantara lainnya seperti:
a. Telepon;
b. Surat;
c. media daring; atau
d. media jurnalistik.
(2) pengelolaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang meliputi:
a. Pengelolaan pelaporan dan pengaduan secara langsung, dan
b. Pengelolaan pelaporan dan pengaduan secara tidak langsung.
Pasal 6
(1) Laporan dan aduan secara langsung sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2) huruf a
adalah laporan dan aduan yang disampaikan secara tatap muka dengan petugas
penerima pelaporan dan pengaduan.
(2) Tahapan pelaksanaan pengelolaan pelaporan dan pengaduan secara langsung
sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Penerimaan pelaporan dan pengaduan;
b. Pemeriksaan berkas pelaporan dan Pengaduan;
c. Penelaahan Laporan dan Pengaduan;
d. Pemberian Rekomendasi Tindak Lanjut; dan
e. Pemantauan, dokumentasi dan pemutakhiran status perkembangan penanganan
pelaporan dan pengaduan
Pasal 7
(1) Penerimaan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) huruf a
adalah sebagai berikut:
a. Penerimaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan ruang
dilakukan oleh petugas penerima pelaporan dan pengaduan.
b. Penerimaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan ruang
dilaksanakan dengan ketentuan:
1. membuat berita acara penerimaan pelaporan dan pengaduan sebanyak 2
(dua) rangkap. Satu rangkap berita acara diberikan kepada pelapora atau
pengadu, dan satu rangkap lainnya untuk kebutuhan administrasi
pengaduan atau pelaporan.
2. membuat salinan identitas pelapor atau pengadu berupa:
a) kartu tanda penduduk;
b) surat izin mengemudi; atau
c) paspor.
3. menerima dan/atau menyalin bahan atau bukti pendukung yang
disampaikan oleh pelapor atau pengadu; dan
4. melakukan pencatatan data pelaporan dan pengaduan pada logbook.
c. Berita acara, salinan identitas pelaporan atau pengadu, dan dokumen atau
salinan dokumen bahan atau bukti pendukung dikumpulkan dalam satu berkas
pelaporan dan pengaduan.
d. Berkas pelaporan dan pengaduan diberikan kepada Ketua Sekretariat PPNS
Penataan Ruang.
(2) Format berita acara sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b angka 1 tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari petunjuk teknis ini.
(3) Format logbook sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b angka 4 tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis ini.
Pasal 8
(1) Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2)
huruf b sebagai berikut:
a. Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan dilakukan oleh Ketua
Sekretariat PPNS Penataan Ruang.
b. Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan dilakukan dengan cara
memeriksa kelengkapan berkas pelaporan dan pengaduan.
c. Dalam hal diperlukan diperlukan, Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang
dapat memanggil pelapor atau pengadu untuk melengkapi berkas pelaporan
dan pengaduan.
d. Hasil pemeriksaan berkas disampaikan dalam laporan harian yang
disampaikan kepada Ketua dengan tembusan TKPRD.
(2) Format laporan harian sebagaimana dimaksud qayat (1) huruf d tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis ini.
Pasal 9
(1) Penelaahan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2)
huruf c
a. Penelaahan pelaporan dan pengaduan dilakukan oleh Kasubdit.
b. Penelaahan pelaporan dan pengaduan menghasilkan hasil telaahan yang antara
lain memuat:
1. dapat atau tidaknya sebuah laporan atau aduan untuk ditindaklanjuti;
2. usulan rekomendasi tindak lanjut.
c. Hasil telaahan disampaikan oleh Pelaksana Tugas Harian kepada Ketua
dengan tembusan kepada TKPRD.

Pasal 10
Pemberian rekomendasi tindak lanjut pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 6
ayat (2) huruf d sebagai berikut:
a. Pemberian rekomendasi tindak lanjut dilakukan oleh Direktur didasarkan pada
hasil telaahan pelaporan dan pengaduan; dan
b. Pemberian rekomendasi tindak lanjut diberikan kepada Pelaksana Tugas
Harian dengan tembusan kepada TKPRD.
Pasal 11
(1) Pemantauan, dokumentasi dan pemutakhiran status perkembangan penanganan
pelaporan dan pengaduan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (2) huruf e
Adalah sebagai berikut:
a. Pemantauan dokumentasi, pembaruan status perkembangan penanganan
pelaporan dan pengaduan dilakukan oleh Ketua Sekretariat PPNS Penataan
Ruang dengan cara berkoordinasi dengan Pelaksana Tugas Harian.
b. Pembaruan status pelaporan dan pengaduan dicatat dalam logbook.
c. Hasil pemantauan, dokumentasi, dan pembaruan status dilaporkan melalui
laporan bulanan dan disampaikan kepada Ketua.
(2) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c tercantum dalam Lampiran
IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari petunjuk teknis ini.

Pasal 12
(1) Laporan dan aduan secara tidak langsung sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (2)
huruf b adalah laporan dan aduan yang disampaikan melalui media perantara resmi.
Berdasarkan media perantaranya.
(2) pengelolaan pelaporan dan pengaduan secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
ayat (1) dibagi menjadi:
a. Pengelolaan pelaporan dan pengaduan melalui layanan telepon pengaduan;
b. Pengelolaan pelaporan dan pengaduan melalui surat, dan media daring; dan
c. Pengelolaan pelaporan dan pengaduan melalui media jurnalistik.
Pasal 13
(1) Pengelolaan pelaporan dan pengaduan melalui layanan telepon pengaduan
sebagaimana dimaksud Pasal 12 ayat (2) huruf a adalah layanan telepon resmi yang
dikelola oleh Sekretariat PPNS Penataan Ruang dan digunakan untuk menerima
pelaporan dan pengaduan pelanggaran di bidang penataan ruang.
(2) Tahapan pelaksanaan pengelolaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran di bidang
penataan ruang melalui layanan telepon pengaduan meliputi:
a. Penerimaan pelaporan dan pengaduan;
b. Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan
c. Penelaahan Pelaporan dan Pengaduan;
d. Pemberian rekomendasi tidak lanjut
e. Pemantauan, dokumentasi dan pemutakhiran status perkembangan
penanganan pelaporan dan pengaduan

Pasal 14
(1) Penerimaan pelaporan dan pengaduan melalui layanan telepon sebagaimana
dimaksud Pasal 13 ayat (2) huruf a pelanggaran bidang penataan ruang dilakukan oleh
petugas penerima pelaporan dan pengaduan.
(2) Penerimaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan ruang
dilaksanakan dengan ketentuan:
a. Meminta izin pelapor atau pengadu untuk membuat rekaman pelaporan atau
pengaduan yang akan disampaikan;
b. Mencatat identitas pelapor atau pengadu, serta peristiwa yang dilaporkan atau
diadukan;
c. Meminta pelapor atau pengadu untuk dapat mengirimkan salinan identitas
pelapor atau pengadu, serta bahan atau bukti pendukung yang dapat
disampaikan melalui surat yang disampaikan langsung kepada sekretariat
PPNS Penataan Ruang atau melalui surat elektronik; dan Melakukan
pencatatan data pelaporan atau pengaduan pada logbook.
d. Catatan dan/atau salinan identitas pelapor atau pengadu, serta bahan atau bukti
pendukung dikumpulkan dalam satu berkas pelaporan dan pengaduan.
e. Berkas pelaporan dan pengaduan diberikan kepada Ketua Sekretariat PPNS
Penataan Ruang.
(3) Format logbook sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf c tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis ini.
Pasal 15
(1) Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf
b dilakukan oleh Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang.
(2) Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan dilakukan dengan cara memeriksa
kelengkapan berkas pelaporan dan pengaduan.
(3) Dalam hal diperlukan diperlukan, Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang dapat
memanggil pelapor atau pengadu untuk melengkapi berkas pelaporan dan pengaduan.
(4) Hasil pemeriksaan berkas disampaikan dalam laporan harian yang disampaikan
kepada Pelaksana Tugas Harian dengan tembusan Ketua.
(5) Format laporan harian sebagaimana dimaksud ayat (4) tercantum dalam Lampiran
III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis ini.
Pasal 16
(1) Penelaahan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf c
dilakukan oleh Pelaksana Tugas Harian.
(2) Penelaahan pelaporan dan pengaduan menghasilkan hasil telaahan yang antara lain
memuat:
a. Dapat atau tidaknya sebuah laporan atau aduan untuk ditindaklanjuti; dan
b. usulan rekomendasi tindak lanjut.
(3) Hasil telaahan disampaikan oleh Pelaksana Tugas Harian kepada Direktur dengan
tembusan kepada Atasan.
Pasal 17
(1) Pemberian rekomendasi tindak lanjut sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf d
dilakukan oleh Ketua didasarkan pada hasil telaahan pelaporan dan pengaduan.
(6) Pemberian rekomendasi tindak lanjut diberikan kepada Kasubdit dengan tembusan
kepada Dirjen dan Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang.
Pasal 18
(1) Pemantauan, dokumentasi, pembaruan status perkembangan penanganan pelaporan
dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf e dilakukan oleh Ketua
Sekretariat PPNS Penataan Ruang dengan cara berkoordinasi dengan Kasubdid.
(2) Pembaruan status pelaporan dan pengaduan dicatat dalam logbook.
(3) Hasil pemantauan, dokumentasi, dan pembaruan status dilaporkan melalui laporan
bulanan dan disampaikan Ketua.
(4) Laporan bulanan tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari petunjuk teknis ini.

\
Pasal 19
(1) Laporan atau pengaduan melalui surat, dan media daring sebagaimana dimaksud
Pasal 12 ayat (2) huruf b disampaikan melalui nomor aduan resmi, alamat resmi,
atau media daring resmi yang dikelola oleh Sekretariat PPNS Penataan Ruang yang
digunakan untuk pelayanan pelaporan dan pengaduan pelanggaran di bidang
penataan ruang.
(2) Tahapan pengelolaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran di bidang penataan
ruang melalui surat, dan media daring meliputi:
a. Penerimaan Pelaporan dan Pengaduan;
b. Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan;
c. Penelaahan pelaporan dan pengaduan;
d. Pemberian rekomendasi tindak lanjut;
e. Pemberian tanggapan terhadap pelaporan dan pengaduan kepada pihak
pelapor; dan
f. Pemantauan, dokumentasi dan pemutakhiran status perkembangan
penanganan pelaporan dan pengaduan.

Pasal 20
(1) Penerimaan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (1)
huruf a pelanggaran bidang penataan ruang dilakukan oleh petugas penerima
pelaporan dan pengaduan melalui surat dan media daring .
(2) Penerimaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan ruang
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menyalin peristiwa yang dilaporkan atau diadukan melalui fax, surat atau
media daring;
b. Mencatat dan membuat salinan identitas pelapor atau pengadu berupa:
1. kartu tanda penduduk;
2. surat izin mengemudi; dan/atau
3. paspor.
c. Menyalin bahan atau bukti pendukung yang disampaikan oleh pelapor atau
pengadu;
d. Melakukan pencatatan data pelaporan dan pengaduan pada logbook; dan
(3) Catatan dan/atau salinan identitas pelaporan atau pengadu, dan dokumen atau
salinan dokumen bahan atau bukti pendukung dikumpulkan dalam satu berkas
pelaporan dan pengaduan.
(4) Berkas pelaporan dan pengaduan diberikan kepada Ketua Sekretariat PPNS
Penataan Ruang.
(5) Format logbook sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis ini.
Pasal 21
(1) Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat
(2) huruf b dilakukan oleh Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang.
(2) Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan dilakukan dengan cara memeriksa
kelengkapan berkas pelaporan dan pengaduan.
a. Dalam hal diperlukan diperlukan, Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang
dapat memanggil pelapor atau pengadu untuk melengkapi berkas pelaporan
dan pengaduan; dan
b. Hasil pemeriksaan berkas disampaikan dalam laporan harian yang
disampaikan kepada Pelaksana Tugas Harian dengan tembusan Ketua.
(3) Format laporan harian sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis ini.
Pasal 22
(1) Penelaahan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (1) huruf
c dilakukan oleh Pelaksana Tugas Harian.
(2) Penelaahan pelaporan dan pengaduan menghasilkan hasil telaahan yang antara lain
memuat:
a. Dapat atau tidaknya sebuah laporan atau aduan untuk ditindaklanjuti; dan
b. usulan rekomendasi tindak lanjut.
(3) Hasil telaahan disampaikan oleh Pelaksana Tugas Harian dengan tembusan kepada
TKPRD.
Pasal 23
(1) Pemberian rekomendasi tindak lanjut dilakukan sebagaimana dimaksud Pasal 19
ayat (1) huruf d oleh Ketua didasarkan pada hasil telaahan pelaporan dan
pengaduan.
(2) Pemberian rekomendasi tindak lanjut diberikan kepada Kasubdit dengan tembusan
kepada TKPRD dan Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang.

Pasal 24
(1) Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang memberikan tanggapan terhadap
penerimaan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (1)
huruf e melalui surat, atau media daring kepada pihak pelapor atau pengadu paling
lama 24 jam setelah diterimanya pelaporan atau pengaduan.
(2) Tanggapan terhadap penerimaan pelaporan dan pengaduan melalui surat, atau
media daring kepada pihak pelapor atau pengadu paling sedikit memuat tanggal
penerimaan dan nomor kode pelaporan dan pengaduan yang telah diterima.
Pasal 25
(1) Pemantauan, dokumentasi, pembaruan status perkembangan penanganan pelaporan
dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 19 ayat (1) huruf f dilakukan oleh
Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang dengan cara berkoordinasi dengan
Pelaksana Tugas Harian.
(2) Pembaruan status pelaporan dan pengaduan dicatat dalam logbook.
(3) Hasil pemantauan, dokumentasi, dan pembaruan status dilaporkan melalui laporan
bulanan dan disampaikan kepada Ketua.
(4) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud ayat (3) tercantum dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari petunjuk teknis ini.
Pasal 26
(1) Laporan atau pengaduan melalui media jurnalistik sebagaimana dimaksud Pasal 12
ayat (2) huruf c disampaikan melalui media jurnalistik resmi dengan ketentuan,
antara lain:
a. Tercantum dalam kolom surat pembaca pada media resmi yang terdaftar
atau terverifikasi oleh Dewan Pers;
b. Terkait dengan pelanggaran bidang penataan ruang; dan
c. Ditujukan kepada instansi atau pejabat yang berwenang dalam
menyelenggarakan pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan
tanah di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.
(2) Tahapan pelaksanaan pengelolaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran di
bidang penataan ruang melalui media jurnalistik sebagaimana dimaksud ayat
(1) meliputi:
a. Penerimaan Pelaporan dan Pengaduan;
b. Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan;
c. Penelaahan pelaporan dan pengaduan;
d. Pemberian rekomendasi tindak lanjut;
e. Pemberian tanggapan terhadap pelaporan dan pengaduan kepada
pihak pelapor; dan
f. Pemantauan, dokumentasi dan pemutakhiran status perkembangan
penanganan pelaporan dan pengaduan.

Pasal 27
(1) Penerimaan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat
(2) huruf a pelanggaran di bidang penataan ruang melalui media jurnalistik
dilakukan oleh petugas penerima pelaporan dan pengaduan.
(2) Penerimaan pelaporan dan pengaduan pelanggaran bidang penataan ruang
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Menyalin peristiwa yang dilaporkan atau diadukan melalui fax, surat
atau media daring;
b. Mencatat dan membuat salinan identitas pelapor atau pengadu berupa:
1. kartu tanda penduduk;
2. surat izin mengemudi; dan/atau
3. paspor.
c. Menyalin bahan atau bukti pendukung yang disampaikan oleh pelapor
atau pengadu;
d. Melakukan pencatatan data pelaporan dan pengaduan pada logbook;
dan
(3) Catatan dan/atau salinan identitas pelaporan atau pengadu, dan dokumen atau
salinan dokumen bahan atau bukti pendukung dikumpulkan dalam satu berkas
pelaporan dan pengaduan.
(4) Berkas pelaporan dan pengaduan diberikan kepada Ketua Sekretariat PPNS
Penataan Ruang.
(5) Format logbook sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf d tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis
ini.
Pasal 28
(1) Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 26
ayat (2) huruf b dilakukan oleh Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang.
(2) Pemeriksaan berkas pelaporan dan pengaduan dilakukan dengan cara memeriksa
kelengkapan berkas pelaporan dan pengaduan.
(3) Dalam hal diperlukan diperlukan, Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang dapat
memanggil pelapor atau pengadu untuk melengkapi berkas pelaporan dan
pengaduan.
(4) Hasil pemeriksaan berkas disampaikan dalam laporan harian yang disampaikan
kepada Pelaksana Tugas Harian dengan tembusan Ketua.
(5) Format laporan harian sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Petunjuk Teknis ini.
Pasal 29
(1) Penelaahan pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (2)
huruf c dilakukan oleh Pelaksana Tugas Harian.
(2) Penelaahan pelaporan dan pengaduan menghasilkan hasil telaahan yang antara lain
memuat:
a. Dapat atau tidaknya sebuah laporan atau aduan untuk ditindaklanjuti; dan
b. usulan rekomendasi tindak lanjut.
(3) Hasil telaahan disampaikan oleh Pelaksana Tugas Harian dengan tembusan kepada
TKPRD.
Pasal 30
(1) Pemberian rekomendasi tindak lanjut dilakukan sebagaimana dimaksud Pasal 26
ayat (2) huruf d oleh Ketua didasarkan pada hasil telaahan pelaporan dan
pengaduan.
(2) Pemberian rekomendasi tindak lanjut diberikan kepada Kasubdit dengan tembusan
kepada TKPRD dan Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang.

Pasal 31
Pemberian tanggapan terhadap pelaporan dan pengaduan sebagaimana dimaksud
Pasal 26 ayat (2) huruf e kepada pihak pelapor disampaikan oleh Direktur melalui
hak jawab pada media junalistik terkait.Tanggapan terhadap pelaporan atau
pengaduan disampaikan oleh Direktur melalui hak jawab pada media junalistik
terkait.

Pasal 32
(1) Pemantauan, dokumentasi, pembaruan status perkembangan penanganan pelaporan
dan pengaduan sebagaimana dimaksud Pasal 26 ayat (2) huruf f dilakukan oleh
Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang dengan cara berkoordinasi dengan
Kasubdit.
(2) Pembaruan status pelaporan dan pengaduan dicatat dalam logbook.
(3) Hasil pemantauan, dokumentasi, dan pembaruan status dilaporkan melalui laporan
bulanan dan disampaikan kepada Ketua.
(4) Laporan bulanan sebagaimana dimaksud ayat (3) tercantum dalam Lampiran IV
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari petunjuk teknis ini.

Paragraf 3
Pemantauan Lapangan
Pasal 33
Pemantauan lapangan dilakukan oleh Aparatur Sipil yang ditugaskan untuk mengamati dan
menilai kondisi lapangan dari adanya indikasi pelanggaran pemanfaatan ruang, diantaranya
adalah:
a. Petugas UPT/Sekretariat Penertiban;
b. Petugas Patroli (Sat Pol PP);
c. Petugas Wasmatlitrik (PPNS).
Pasal 32
(1) Pemantauan Lapangan yang dilakukan oleh Petugas UPT/Sekretariat Penertiban
sebagaimana dimaksud Pasal 33 huruf a meliputi:
a. Tahapan/prosedur pelaksanaan pemantauan lapangan oleh oleh Petugas
UPT/Sekretariat Penertiban diantaranya:
1. Direktur UPT menunjuk dan menetapkan petugas pemantauan lapangan
2. Direktur UPT mengarahkan tugas rutin pemantauan lapangan
3. Petugas pemantauan lapangan memahami tugas rutin
4. Pelaksanaan pemantauan lapangan oleh petugas UPT
b. Alat & Perlengkapan yang paling sedikit harus dibawa pada saat melaksanakan
tugas pemantauan lapagan oleh Petugas UPT/Sekretariat Penertiban sebagaimana
dimaksud Pasal 33 huruf a adalah sebagai berikut:
1. Pendeteksi geografis ;
2. Alat ukur;
3. KTA / Surat Tugas;
4. FORM Pemantauan Lapangan;
5. Drone;
6. Peta/Sketsa; dan/atau
7. Kamera/Video
c. Lingkup/Areal dan atau jangkauan pemantauan lapangan oleh oleh Petugas
UPT/Sekretariat Penertiban adalah:
1. Areal pengamatan/pengawasan yang digunakan adalah wilayah administrasi
kecamatan;
2. Pada setiap wilayah kecamatan ditugaskan petugas UPT untuk melaksanakan
tugas pemantauan lapangan; dan
3. Pada wilayah di luar jawa yang memiliki luas wilayah kecamatan yang cukup
luas, pembagian wilayah pengamatan dapat dibagi kembali sesuai dengan
kemampaun daerah
d. Waktu pelaksanaan pengamatan lapangan oleh petugas UPT, diantaranya:
1. Pemantauan lapangan dilaksanakan sekurang-kurangan 2 hari dalam satu
minggu; dan
2. Pemantauan lapangan dilaksanakan pada siang hari paling sediik 6 jam kerja
e. Jumlah Personil pelaksanaan pengamatan lapangan oleh petugas UPT, diantaranya:
1. Pemantauan lapangan dilaksanakan minimal oleh dua petugas untuk satu unit
wilayah pemantauan kecamatan; dan
2. Untuk daerah dengan wilayah kecamatan yang luas dengan akses yang kurang
baik personil pemantaun lapangan dapat dilaksanakan oleh maksimal lima
personil
(2) Petugas UPT/Sekretariat Penertiban dalam pelaksanaan pemantauan lapangan harus
memperhatikan :
a. Form Pemantauan lapangan sekurang-kurangnya berisi kolom isian yang
mencantumkan Nomor, ID, alamat, Pemilik Bangunan, KDB, KLB, TB, GSB,
Goegrafis, Jenis Pelanggaran, Nomor photo/video.
b. Kolom ID diisi informasi gabungan Kodepos-RW-RT-Nomor Rumah.
c. Data dan informasi pemantauan lapangan sekurang-kurangnya direkap dalam
format SHP, Excel, dll.
d. Seluruh informasi pemantauan lapangan dikumpulkan dalam database
Pemantauan Lapangan.
Pasal 34
Pemantauan Lapangan yang dilakukan oleh Petugas Patroli (Sat Pol PP) sebagaimana
dimaksud Pasal 33 huruf b:
a. Tahapan/prosedur pelaksanaan pengamatan lapangan oleh petugas Sat Pol PP,
diantaranya:,
1. Petugas Sat Pol PP yang diberi tugas dalam pemantauan lapangan adalah
petugas yang ditunjuk oleh kepala Satpol PP setelah berkoordinasi dengan
TKPRD;
2. TKPRD pada bidang pengendalian pemanfaatan ruang mengarahkan tugas
rutin pemantauan lapangan;
3. Petugas Sat Pol PP melaksanakan pemantauan lapangan setelah memahami
tugas yang diberikan oleh TKPRD pada bidang pengendalian pemanfaatan
ruang;
4. Petugas Sat Pol PP memberikan laporan pada atasan di Satuan Sat Pol PP
tempat bertugas; dan
5. Petugas Sat Pol PP memberikan laporan rutin pada pemberi tugas TKPRD
bidang pengendalian
b. Alat & Perlengkapan yang dibawa oleh petugas Sat Pol PP, pada saat
melaksanakan tugas pengamatan lapangan, paling sedikit meliputi:
1. KTA / Surat Tugas; dan
2. FORM Pemantauan Lapangan.
c. Lingkup/Areal pemantauan lapangan yang dilaksanakan oleh Sat Pol PP adalah:
1. Pemantauan lapangan oleh Sat Pol PP dilaksanakan minimal oleh satu petugas
untuk satu wilayah kecamatan;
2. Untuk daerah dengan wilayah kecamatan yang luas dengan akses yang kurang
baik personil pemantaun lapangan dapat dilaksanakan oleh maksimal tiga
personil Sat Pol PP
d. Waktu pemantauan lapangan yang dilaksanakan oleh Sat Pol PP adalah:
1. Pemantauan lapangan oleh personil Sat Pol PP dilaksanakan sekurang-
kurangan 5 hari dalam satu minggu; dan
2. Pemantauan lapangan dilaksanakan pada siang hari
e. Jumlah Personil pemantauan lapangan yang dilaksanakan oleh Sat Pol PP adalah:
1. Pemantauan lapangan dilaksanakan minimal oleh dua petugas untuk satu unit
wilayah pemantauan kecamatan; dan
2. Untuk daerah dengan wilayah kecamatan yang luas dengan akses yang kurang
baik personil pemantaun lapangan dapat dilaksanakan oleh maksimal lima
personil.
Pasal 35
Pemantauan Lapangan yang dilakukan oleh Petugas Wasmatlitrik (PPNS) sebagaimana
dimaksud Pasal 33 huruf c:
a. Tahapan/prosedur pemantauan lapangan yang dilaksanakan oleh PPNS adalah:
1. Direktur PPNS menunjuk dan menetapkan petugas pemantaua lapangan;;
2. Direktur PPNS mengarahkan tugas rutin pemantauan lapangan;
3. Petugas pemantauan lapangan memahami tugas rutin; dan
4. Pelaksanaan pemantauan lapangan oleh petugas PPNS.
b. Alat & Perlengkapan pemantauan lapangan yang digunakan oleh PPNS adalah:
1. Pendeteksi geografis;
2. Alat ukur;
3. KTA / Surat Tugas;
4. FORM Pemantauan Lapangan;
5. Drone Maping;
6. Peta.
c. Lingkup/Areal pemantauan lapangan yang dilaksanakan oleh PPNS adalah:
1. Areal pengamatan/pengawasan adalah wilayah kecamatan
2. Setiap wilayah kecamatan ditugaskan petugas UPT yang melaksanakan
pemantauan lapangan
d. Waktu Lingkup/Areal pemantauan lapangan yang dilaksanakan oleh PPNS adalah:
1. Pemantauan lapangan dilaksanakan minimal oleh dua petugas untuk satu unit
wilayah pemantauan kecamatan; dan/atau
2. Untuk daerah dengan wilayah kecamatan yang luas dengan akses yang
kurang baik personil pemantaun lapangan dapat dilaksanakan oleh maksimal
lima personil
e. Jumlah Personil pemantauan lapangan yang dilaksanakan oleh PPNS adalah:
1. Pemantauan lapangan dilaksanakan sekurang-kurangan 2 hari dalam satu
minggu; dan
2. Pemantauan lapangan dilaksanakan pada siang hari

Paragraf 3
Informasi Penertiban Pemanfaatan ruang
Pasal 36
Informasi penertiban pemanfaatan ruang terdiri dari :
a. Materi Penertiban; dan
b. Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK).
Pasal 37
Materi Penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud Pasal 36 huruf a memberikan
informasi penertiban pemanfaatan ruang, diantaranya:
a. Materi Penertiban pemanfaatan ruang seluas-luasnya harus dapat diakses dan
informasi serta pesan didalamnya sampai pada masyarakat.
b. Materi Penertiban pemanfaatan ruang sekurang-kurangnya berisi informasi jenis
pelanggaran pemanfaatan ruang, dampak negatif dan bahaya dari adanya
pelanggaran pemanfaatan ruang, sanksi dan hukuman bagi pelanggar pemanfaatan
ruang.
c. Penyebarluasan materi informasi penataan ruang dilaksanakan melalui Kontak
Langsung, antara lain:
1. Materi Penertiban pemanfaatan ruang disampaikan dengan cara tatap muka
antara lain dialog, seminar, lokakarya, dan/atau diskusi dan Sosialisasi melalui
media elektronik antara lain penyiaran di media radio dan/atau televisi dan
rubrik tanya jawab melalui media internet.
i. Ruang pertunjukkan publik yang dimaksud meliputi RPP terbuka dan RPP
tertutup, dalam hal RPP tertutup adalah Galery dan RPP terbuka dapat
diselenggarakan pada ruang terbuka dengan event tertentu.
d. Penyebarluasan materi informasi penataan ruang dilaksanakan melalui media
informasi dan media cetak, antara lain:
1. Penyebarluasan informasi melalui media informasi diantaranya
pamflet/brosur, poster, spanduk, papan reklame, dan/atau
penyelenggaraan pameran/ ruang pertunjukan publik.
2. Penyebarluasan informasi melalui media cetak melalui buku peraturan
perundang-undangan dan pedoman bidang penataan ruang, buletin,
artikel serta media cetak lainnya.
Pasal 38
Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK) sebagaimana dimaksud Pasal 36 huruf b
diantaranya:
a. Seluruh penyelenggaraan penertiban pemanfaatan ruang dilengkapi dengan
pedoman sekurang-kurang meliputi Norma Standar Prosedur Kriteria (NSPK) yang
terdiri dari:
1. NSPK Penerimaan Pengaduan;
2. NSPK Pengawasan dan Pemantauan; dan
3. NSPK Penetapan Sanksi dan Penindakan.
b. Materi NSPK termuat dalam Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan
Walikota dan atau Peraturan Bupati.
c. Materi Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, Peraturan Walikota dan atau
Peraturan Bupati selain NSPK juga memuat materi teknis dan sanksi penertiban
pemanfaatan ruang.

BAB III
Kelembagaan dan Koordinasi Bidang Penertiban Pemanfaatan Ruang
Bagian kesatu
Kelembagaan
Paragraf 1
umum
Pasal 39
Kelembagaan dan koordinasi bidang penertiban penmanfaatan ruang merupakan pihak-pihak
yang berwenang dan berkoordinasi dalam bidang penertiban pemanfaatan ruang agar berjalan
bersinergi sesuai dengan tugas dan fungsi lembaganya masing-masing.
Pasal 40
Lembaga yang sesuai dalam penyelenggaraan penertiban pemanfaatan ruang meliputi:
a. Koordinasi Penyelenggaraan Penertiban Pemanfaatan Ruang paling sedikit melibatkan
UPT Penertiban, PPNS, Satpol PP, PPTS dan Kepolisian.
b. Penyelenggaraan Penertiban Pemanfaatan Ruang oleh Tim Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (TKPRD), yang terdiri dari Unit Perencanaan, Pemanfataan dan Pengendalian.
c. Unit pengendalian dalam pelaksanaan Penertiban pemanfataan ruang mendirikan unit
pelaksana teknis penertiban.
d. UPT Penertiban melaksanakan tugas koordinasi dengan Sat Pol PP, PPNS, Kepolisian,
PPTSP dan Masyarakat.

Paragraf 2
Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah
Pasal40
(1) TPKRD dalam penertiban pemanfatan ruang memiliki
a. struktur organisasi;
b. lingkup tugas dan fungs;
c. kelompok kerja;
d. waktu dan Unit; dan
e. sebagai berikut:
(2) Struktur Organisasi TKPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. Penanggung jawab adalah Kepala Daerah
b. Ketua adalah sekretaris daerah;
c. Wakil ketua adalah kepala badan yang menyelenggarakan perencanaan daerah;
d. Skretaris adalah kepala dinas yang menyelenggarakan sub-urusan penataan ruang;
e. Anggota adalah perangkat daerah terkait.
(3) Lingkup tugas dan fungsi TKPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. menyiapkan data dan informasi
b. menyusun jadwal dan agenda kerja TKPRD;
c. melakukan fasilitasi penyelenggaraan kegiatan TKPRD;
d. menyiapkan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang daerah; dan
e. menerima pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan terjadinya pelanggaran
dalam pemanfaatan ruang.
(4) Kelompok Kerja TKPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. kelompok kerja perencanaan tata ruang; dan
b. kelompok kerja pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang
(5) Waktu kegiatan TKPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d terdiri dari:
a. Pelaksanaan koordinasi TKPRD dilakukan melalui rapat koordinasi paling sedikit
1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan rekomendasi alternatif
kebijakan penataan ruang.
b. Dalam hal kondisi tertentu yang bersifat mendesak, TKPRD provinsi dan TKPRD
kabupaten/kota dapat menyelenggarakan rapat khusus guna membahas
permasalahan yang bersifat strategis dan/atau penting untuk segera ditangani.
(6) Unit TKPRD sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e terdiri dari:
a. TKPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dengan membentuk Sekretariat
TKPRD; dan
b. Kepala daerah menempatkan dan memberikan ruang dan fasilitas yang diperlukan
untuk pelaksanaan tugas TKPRD.

Paragraf 3
Unit Pelaksana Teknis Penertiban Pemanfaatan Ruang
Pasal 41
(1) UPT PPR dalam penertiban pemanfatan ruang memiliki
a. struktur organisasi:
b. lingkup tugas dan fungsi;dan
c. wadah/secretariat.

(2) Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Penertiban Pemanfaatan Ruang sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. Ketua Sekretariat
b. Direktur
c. Kepala Bidang
(3) Lingkup tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Penertiban Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf bterdiri dari:
a. Menerima Pengaduan
b. Pelaksana tugas TKPRD;
c. Pemantauan
d. Pelaporan
(4) Waktu pelaksanaan pekerjaan Unit Pelaksana Teknis Penertiban Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c adalah:
a. Setiap hari kerja
b. Pada waktu Jam kerja;

Paragraf 4
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Pasal 42
(1) PPNS dalam penertiban pemanfatan ruang memiliki:
a. struktur organisasi;
b. lingkup tugas dan fungsi;dan
c. Unit.
(2) Struktur Organisasi PPNS sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari:
a. Ketua
b. Pelaksana Tugas Harian
c. Sekretaris
d. Koordinator Operasional
e. Anggota
(3) Lingkup tugas dan fungsi PPNS sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari:
a. Menerima Pengaduan
b. Pelaksana tugas TKPRD;
c. Pemantauan
d. Pelaporan
(4) Waktu PPNS sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari:
a. Setiap hari kerja
b. Pada waktu Jam kerja;
(5) Membentuk Sekretariat PPNS.

Paragrag 5
Satuan Polisi Pamong Praja
Pasal 43
(1) Sat Pol PP dalam penertiban pemanfatan ruang memiliki:
a. struktur organisasi;
b. lingkup tugas dan fungsi; dan
c. wadah/secretariat.
(2) Struktur Organisasi Sat Pol PP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. Kepala Satuan;
b. Subbagian Tata Usaha;dan
c. Seksi;
(3) Lingkup tugas dan fungsi Sat Pol PP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. Menerima Pengaduan
b. Pelaksana tugas TKPRD;
c. Pemantauan
d. Pelaporan
(4) Waktu Sat Pol PP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. Setiap hari kerja
b. Pada waktu Jam kerja;
(5) Unit sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d berada di Kantor Sat Pol PP.

Paragraf 6
Pelayanan Perizinan Satu Pintu
Pasal 44
(1) PPTSP dalam penertiban pemanfatan ruang memiliki
a. struktur organisasi;
b. lingkup tugas dan fungsi; dan
c. Unit.
(2) Struktur Organisasi PPTSP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. Kepala Dinas Sekretariat
b. Sub Bagian
c. Seksi
d. UPT
(3) Lingkup tugas dan fungsi PPTSP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b terdiri dari:
a. Mengelola Data Perizinan
b. Meminta Rekomendasi (advice) TKPRD untuk menerbitkan Perizinan
c. Memberikan data dan informasi pelanggaran pemanfataan ruang
(4) Waktu PPTSP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c terdiri dari:
a. Setiap hari kerja
b. Pada waktu Jam kerja;
(5) Unit sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c Berada di Kantor PPTS

Bagian kedua
Koordinasi Antar Lembaga Dalam Penertiban Pemanfaatan Ruang
Paragraf 1
Umum
Pasal 45
Penyelenggaraan kegiatan penertiban antar lembaga atau pihak yang terlibat perlu diatur
dalam sistem koordinasi lintas sektor diantaranya:
a. pengumpulan data dan informasi;
b. pengolahan data dan informasi;
c. penyidikan dan penyelidikan; dan
d. penindakan.
Paragraf 1
Pengumpulan data dan informasi
Pasal 46
(1) Pengolahan data dan Informasi penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
Pasal 45 huruf a mengasilkan:
a. Menghasilkan analisis data pelanggaran pemanfaatan ruang.
b. Menghasilkan temuan indikasi pelanggaran yang dapat diajukan untuk proses
pengumpulan barang bukti.
(2) Tahapan Pengolahan data dan Informasi penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud ayat (1) sebagai berikut:
a. Data masukan pelanggaran penertiban pemanfataan ruang diterima oleh UPT
atau Sekretariat TKPRD.
b. Jenis data yang masuk paling sedikit memuat informasi keluhan, pelanggaran
menurut jenis, waktu dan tempat, perizinan, dan lain sebagainya.
c. Data yang masuk kemudian diolah dalam tabulasi data paling sedikit
menggunakan data spasial (ArcGIS).
(3) Alat dan Perlengkapan Pengolahan data dan Informasi penertiban pemanfaatan ruang
a. Alat dan erlengkapan Pengolahan data dan Informasi untuk Masukan Data
meliputi:
1. Portal WEB;
2. media informasi;
3. media komunikasi; dan
4. peralatan.
b. Alat dan Perlengkapan Pengolahan data dan Informasi untuk Kompilasi Data
meliputi:
1. Komputer;
2. Software; dan
3. peralatan kerja.
(4) Jumlah Personil yang terlibat dalam Pengumpulan data dan Informasi penertiban
pemanfaatan ruang di Sekretariat TKPRD sekurang-kurangnya adalah 4 karyawan
yang bertugas untuk pengumpulan data dan informasi.
Paragraf 2
Pengolahan data dan informasi
Pasal 47
(1) Tahapan Pengolahan data dan informasi sebagaimana dimaksud Pasal 45 huruf b
meliputi:
a. Penyusunan kompilasi data tentang penertiban pemanfaatan ruang setiap tahun;
dan
b. Menyerahkan laporan pada TKPRD.
(2) Alat dan Perlengkapan Pengolahan data dan informasi sebagaimana dimaksud ayat (1)
meliputi:
a. Alat dan perlengkapan pengolahan data dan informasi untuk Masukan Data
diantarannya:
1. Portal WEB;
2. Aplikasi;
3. media informasi;
4. media komunikasi; dan
5. peralatan.
b. Alat dan perlengkapan pengolahan data dan informasi untuk Kompilasi Data
dianyarantanya:
1. Komputer;
2. Software; dan
3. peralatan kerja.
(3) Jumlah Personil yang terlibat dalam Pengolahan data dan Analisis di Sekretariat
TKPRD sekurang-kurangnya 4 karyawan yang bertugas untuk pengolahan data dan
informasi.

Paragraf 3
Penyidikan dan Penyelidikan
Pasal 48
(1) Tahapan Penyidikan dan penyelidikan sebagaimana dimaksud Pasal 45 huruf c
meliputi:
a. Menerima surat perintah/tugas untuk melakukan penyidikan dan penyelidikan
dari TKPRD;
b. Mengumpulkan barang bukti;
c. Menaikan status tersangka;
d. Memberikan laporan kemajuan kasus yang sedang di tangani pada TKPRD; dan
e. Menerima surat perintah untuk melanjutkan status tersangka dan menghentikan
pengusutan dari TKPRD.
(2) Alat dan Perlengkapan Penyidikan dan penyelidikan sebagaima dimaksud ayat (1)
meliputi:
a. Pengamanan, dapat dilakukan dengan:
1. Memasang pita garis PPNS (PPNS line), apabila diperlukan;
2. Memerintahkan setiap orang yang diduga terkait dengan Tindak Pidana
Bidang Penataan Ruang untuk tetap tinggal di tempat;
3. Melakukan penjagaan TKP;
4. Meminta bantuan pada Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk
mengamankan TKP; dan
5. ibuatkan Berita Acara pengamanan TKP.
b. Penanganan, meliputi:
a. pemotretan dan/atau pengambilan video;
b. pembuatan sketsa TKP; dan
c. pengolahan TKP.
1) Jumlah Personil Penyidikan dan penyelidikan di Sekretariat PPNS Penertiban
sekurang-kurangnya adalah 4 karyawan

Paragraf 4
Penindakan
Pasal 49
(1) Tahapan penindakan sebagaimana dimaksud Pasal 45 huruf d meliputi:
a. Menerima surat perintah/tugas untuk melakukan penindakan dari TKPRD.
b. Eksekus
c. Pengamanan.
d. Pelaporan hasil eksekusi pada TKPRD.
(2) Alat dan Perlengkapan penindakan sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Dalam rangka kegiatan pengamanan dan penertiban, perlengkapan operasional
paling sedikit terdiri atas:
1. Perlengkapan perorangan;
2. Perlengkapan beregu;
3. perlengkapan patroli; dan
4. perlengkapan penegakan lainnya.
b. Dalam hal penindakan pengamanan dan penertiban dilengkapi dengan
1. Surat Perintah Tugas;
2. Kartu Tanda Anggota resmi;
3. Kelengkapan pakaian yang digunakan Pakaian Dinas Lapangan (PDL);
4. Kendaraan operasional (mobil patroli dan mobil penerangan) yang
dilengkapi dengan pengeras suara dan sirine;
5. Perlengkapan pertolongan pertama pasca kecelakaan (P3K);
6. Alat pelindung diri seperti topi lapangan/ Helm/Tameng dan Pentungan;
dan
7. Alat kelengkapan lainnya.
(3) Jumlah Personil penindakan di Sat Pol PP sekurang-kurangnya 4 karyawan
.
Bab IV
Kebutuhan dan Kompetensi Pelaksana

Pasal 50
Dalam rangka meningkatkan kompetensi aparatur yang terlibat dalam penertiban
pemanfaatan ruang, dilakukan dengan pengembangan Bidang kompetensi penertiban
pemanfaatan ruang serta memberikan Pembinaan aparatur untuk yang sesuai dengan bidang
kompetensinya.
Pasal 51
Bidang kompetensi penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud Pasal 50 meliputi:
a. Bidang pemantauan/pengawasan (Pokja Pengawasan);
b. Bidang pelayanan pengaduan dan pelaporan (Pokja Pengendalian bidang
Pelaporan/Pengaduan);
c. Bidang analisis dan pengolahan data (Pokja Pengendalian bidang Pengolahan Data);
d. Bidang penyelidikan dan penyidikan (PPNS); dan
e. Bidang eksekusi dan pengamanan (Sat Pol PP).

Pasal 52
Pembinaan aparatur yang terlibat dalam Penertiban Pemanfaatan Ruang terdiri dari:
a. Pembinaan umum; dan
b. Pembinaan teknis operasional
Pasal 53
(1) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud Pasal 52 huruf a meliputi
a. materi pembinaan, tahapan/prosedur;
b. alat dan perlengkapan;
c. waktu pelaksanaan; dan
d. pelaksana/penanggungjawab kegiatan.
(2) Materi Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a meliputi:
a. pemberian pedoman;
b. koordinasi;
c. sosialisasi; dan
d. pendidikan dan pelatihan
(3) Tahapan Pembinaan umum meliputi
a. Pengembangan program pembinaan;
b. Perencanaan Pembinaan Umum;
c. Penyelenggaraan Pembinaan Umum; dan
d. Evaluasi Pembinaan Umum
(4) Alat dan Perlengkapan Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf
bmeliputi
a. Modul Pembinaan Umum;
b. Peralatan Pembinaan Umum;
c. Media Pembinaan Umum; damn
d. Fasilitas Pembinaan Umum
(5) Waktu Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c meliputi
a. Berkala; atau
b. Paling sedikit satu tahun sekali
(6) Pelaksana Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d meliputi
a. Pemerintah Daerah;
b. Dinas Terkait
c. Kemendagri;
d. Lembaga/Kementerian Terkai; dan
(7) Peserta Pembinaan umum meliputi
a. Petugas UPT;
b. Anggota Pokja TKPRD;
c. PPNS; dan
d. Sat Pol PP
f. Anggota PPTSP
Pasal 54
(1) Pembinaan teknis operasional meliputi
a. materi pembinaan teknis ;
b. tahapan/prosedur;
c. alat dan perlengkapan;
d. waktu pelaksanaan; dan
e. pelaksana/penanggungjawab kegiatan:
(2) Materi Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a adalah
sebagai berikut:
a. bimbingan teknis dan taktis Penyidikan;
b. supervisi, arahan, atau konsultasi
c. pembinaan etika profesi;
d. koordinasi;
e. pengembangan pengetahuan dan keterampilan; dan
f. manajemen penegakan Perda dan Perkada
(3) Tahapan Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b adalah
sebagai berikut:
a. Pengembangan program bimbingan teknis dan penyidikan;
b. Perencanaan bimbingan teknis dan penyidikan;
c. Penyelenggaraan bimbingan teknis dan penyidikan; dan
d. Evaluasi bimbingan teknis dan penyidikan
(4) Alat dan Perlengkapan Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf c sebagai berikut:
a. Modul Pembinaan Umum;
b. Peralatan Pembinaan Umum;
c. Media Pembinaan Umum;
d. Fasilitas Pembinaan Umum
(5) Waktu Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d sebagai
berikut:
a. Berkala; atau
b. Paling sedikit satu tahun sekali
(6) Pelaksana Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e adalah
sebagai berikut:
a. Pemerintah Daerah;
b. Dinas Terkait ;
c. Kemendagri; dan
d. Lembaga/Kementerian Terkai;
(7) Peserta Pembinaan teknis operasional
a. Petugas UPT;
b. Anggota Pokja TKPRD;
c. PPNS;
d. Sat Pol PP; dan
e. Anggota PPTSP

Pasal 55
(1) Kebutuhan dan kompetensi pelaksana merupakan diperlukannya sumber daya personil
yang memiliki kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan bidang penyelenggaraan
penataan ruang, meliputi:
a. Aparatur Negeri Sipil bidang penertiban pemanfaatan ruang meliputi
1. Aparatur bidang pemantauan/pengawasan;
2. Aparatur bidang pelayanan pengaduan dan pelaporan;
3. Aparatur bidang analisis dan pengolahan data, Aparatur bidang
penyelidikan dan penyidikan; dan
4. Aparatur bidang eksekusi dan pengamanan.
Pasal 56
Peningkatan kompetensi Aparatur Negeri Sipil penyelenggaraan penertiban
pemanfaatan ruang melalui:
a. pembinaan umum: dan
b. pelatihan bidang penertiban pemanfaatan ruang,
Pasal 57
(1) Pembinaan terhadap Aparatur Negeri Sipil bidang Pemantauan/Pengawasan
penertiban pemanfaatan ruang meliputi:
a. pembinaan umum dan
b. pembinaan teknis operasiona
(2) Pembinaan umum dilaksanakan sebagaimanan dimaksud ayat (1) huruf a melalui:
a. pemberian pedoman;
b. koordinasi;
c. sosialisasi; dan
d. pendidikan dan pelatihan bidang Pemantauan/Pengawasan.
(3) Pembinaan teknis operasional sebagaimanan dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:
a. bimbingan teknis dan taktis Penyidikan; atau
b. supervisi, arahan, atau konsultasi dalam pelaksanaan
Pemantauan/Pengawasan.
Pasal 58
(1) Pembinaan terhadap Aparatur Negeri Sipil bidang pengaduan dan pelaporan
penertiban pemanfaatan ruang meliputi:
a. pembinaan umum dan
b. pembinaan teknis operasional.
(2) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) hurruf a dilaksanakan melalui:
a. pemberian pedoman;
b. koordinasi;
c. sosialisasi; dan
d. pendidikan dan pelatihan bidang Pengaduan dan Pelaporan.
(3) Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) hurruf a meliputi:
a. bimbingan teknis dan taktis Penyidikan; atau
b. supervisi, arahan, atau konsultasi dalam pelaksanaan Pengaduan dan
Pelaporan.
Pasal 59
(1) Pembinaan terhadap Aparatur Negeri Sipil Bidang Analisis dan pengolahan data
penertiban pemanfaatan ruang meliputi:
a. pembinaan umum; dan
b. pembinaan teknis operasional.
(2) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui:
a. pemberian pedoman;
b. koordinasi;
c. sosialisasi; dan
d. pendidikan dan pelatihan bidang Analisis dan Pengolahan Data.
(3) Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:
a. bimbingan teknis dan taktis Penyidikan; atau
b. supervisi, arahan, atau konsultasi dalam pelaksanaan Analisis dan
Pengolahan Data.
Pasal 60
(1) Pembinaan terhadap Aparatur Negeri Sipil bidang penyelidikan dan penyidikan
penertiban pemanfaatan ruang meliputi:
a. pembinaan umum; dan
b. pembinaan teknis operasional.
(2) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui:
a. pemberian pedoman;
b. koordinasi;
c. sosialisasi; dan
d. pendidikan dan pelatihan bidang Analisis dan Pengolahan Data.
(3) Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:
a. bimbingan teknis dan taktis Penyidikan; atau
b. supervisi, arahan, atau konsultasi dalam Analisis dan Pengolahan Data.
Pasal 61
(1) Pembinaan terhadap Aparatur Negeri Sipil bidang pengamanan dan penertiban
pemanfaatan ruang meliputi:
a. pembinaan umum; dan
b. pembinaan teknis operasional.
(2) Pembinaan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui:
a. pemberian pedoman;
b. koordinasi;
c. sosialisasi; dan
d. pendidikan dan pelatihan bidang Pengamanan.
(3) Pembinaan teknis operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi:
a. pembinaan etika profesi;
b. koordinasi Satpol PP;
c. pengembangan pengetahuan dan keterampilan;
d. manajemen penegakan Perda dan Perkada;
Pasal 62
Pembinaan umum dan pembinaan teknis operasional dilakukan oleh Menteri, Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Jaksa Agung
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
BAB V
Pengawasan Internal Penertiban Pemanfaatan Ruang
Pasal 63
Dalam rangka menjaga konsitensi dan memantapkan kinerja penertiban pemanfaatan ruang
yang dilaksanakan melalui prinsip kerjasama dan koordinasi lintas Organisasi Pemerintah
Daerah dalam naungan TKPRD, diperlukan adanya pengawasan internal dan dilakukan oleh
Pimpinan TKPRD dengan membentuk Unit khusus.
Pasal 64
(1) Pengaturan pengawasan internal penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
Pasal 63, meliputi:
a. Pengawasan Melekat; dan
b. Pengawasan Rutin/Reguler.

(2) Pengawasan Melekat sebagaimana dimaksud Pasaal 64 ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh
pimpinan OPD yang terkait dalam penertiban pemanfataan ruang pada anggotanya yang
berada di TKPRD, sekurang-kurangnya dilaksanakan oleh OPD utama dalam bidang
penertiban pemanfaatan ruang yang meliputi
a. Bidang Tata Ruang;
b. Bidang Keamanan;dan
c. Bidang Penyidikan dan Penyelidikan.
(3) Tahapan/Prosedur Pengawasan Melekat dimaksud Pasaal 64 ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. Sekretaris TKPRD melaksanakan evaluasi kinerja pelaksanaan penertiban
pemanfaatan ruang;
b. Rapat terbatas dengan kepala daerah daam rangka menyusun kebijakan dan
arahan peningkatan kinerja
c. Pengambilan tindakan/keputusan yang dapat meningkatkan kinerja penertiban
pemanfaatan ruang;
(4) Alat dan Perlengkapan Pengawasan Melekat dimaksud Pasaal 64 ayat (1) huruf a terdiri
dari:
a. Buku Laporan Kinerja;
b. Berita Acara;
c. NSPM terkait
(5) Lingkup Pengawasan Melekat terdiri dari:
a. Memeriksa kinerja penertiban pemanfaatan ruang;
b. Menilai dan mengevaluasi hasil kegiatan/pelaksanaan penertiban pemanfaatan
ruang;
c. Memberikan saran-saran untuk perbaikan;
d. Melaporkan kepada Kepala Daerah; dan
e. Merekomendasikan kepada Kepala Daerah terhadap temuan-temuan yang
memerlukan tindak lanjut;
(6) Waktu Pengawasan Melekat terdiri dari:
a. Paling sedikit dua kali dalam satu tahun; dan
b. Apabila diperlukan dalam keadaan khusus yang mengharuskan adanya
pengawasan internal.
(7) Pihak Pengawasan Melekat terdiri dari:
a. Direktur UPT/Kepala TKPRD;
b. Kepala Satpol PP; dan
c. Direktur PPNS.
Pasal 65
Pengawasan Rutin/Reguler dimaksud Pasaal 64 ayat (1) huruf b meliputi
a. tahapan/prosedur,
b. alat dan perlengkapan,
c. lingkup,
d. waktu dan pihak; atau
e. Pihak pelaksana pengawasan rutin:
Pasal 66
(1) Tahapan Pengawasan Rutin/Reguler sebagimana dimaksud ayat 65 huruf a terdiri
dari:
a. Sekretaris TKPRD membentuk dan menetapkan Unit Pelaksana Teknis
Pengawasan Rutin;
b. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Rutin melaksanakan tugas dan sebagaimana
SOP yang ditetapkan oleh TKPRD.
(2) Alat dan Perlengkapan Pengawasan Rutin/Reguler sebagimana dimaksud ayat 65
huruf b terdiri dari:
a. Buku Laporan Kinerja;
b. Berita Acara;
c. NSPM terkait.
(3) Lingkup Pengawasan Rutin/Reguler sebagimana dimaksud ayat 65 huruf c terdiri
dari:
a. Manajemen penertiban pemanfaatan ruang
1. Program kerja,
2. Pelaksanaan/pencapaian target,
3. Pengawasan dan pembinaan,
4. Kendala dan hambatan,
5. Faktor-faktor yang mendukung,
6. Evaluasi kegiatan.
b. Administrasi penertiban pemanfaatan ruang
1. Prosedur penerimaan informasi pelanggaran;
2. Pemberkasan perkara dan kearsipan; dan
3. Pelaporan;
c. Administrasi umum
1. Kepegawaian;
2. Keuangan; dan
3. inventaris;
e. Kinerja pelayanan publik
1. Pengelolaan manajemen;
2. Mekanisme pengawasan;
3. Kepemimpinan;
4. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia;
5. Pemeliharaan/perawatan inventaris;
6. Tingkat ketertiban;
7. Kedisiplinan;
8. Ketaatan;
9. kebersihan dan kerapihan;
10. Kecepatan dan ketepatan penanganan perkara;dan
11. Tingkat pengaduan masyarakat
(4) Waktu Pengawasan Rutin/Reguler sebagimana dimaksud ayat 65 huruf d dalah
Setiap hari pada jam kerja;
(5) Pihak Pengawasan Rutin/Reguler sebagimana dimaksud ayat 65 huruf e terdiri dari:
a. Unit Pelaksanan Teknis Pengawasan Rutin TKPRD
b. Unit Pelaksanan Teknis Pengawasan Rutin Satpol PP
c. Sekretariat PPNS;

BAB VI
Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penertiban Pemanfataan Ruang
Pasal 67
Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan penertiban pemanfaatan ruang meliputi:
a. evaluasi dan pemberian penghargaan;
b. bentuk kerja sama;
c. pemenuhan hak dan kewajiban; dan
d. peran aktif.
Pasal 68
(1) Masyarakat diberikan ruang dan waktu untuk memberikan penilaian, masukan dan lain
sebagainya pada penyelenggaraan penertiban pemanfataan ruang yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah.
(2) Penyelenggaraan penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan
penghargaan sebagaimana mestinya.
Pasal 69
(1) Tahapan Evaluasi dan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud Pasal 67 huruf a
sebagai berikut:
a. Tersedianya informasi dan materi partisipasi masyarakat dalam pemanfaatana
ruang;
b. Meminta keterangan ahli untuk masyarakat yang dapat menerima penghargaan
pada masyarakat;
c. Pemilihan masyarakat yang dapat layak mendapatkan penghargaan; dan
d. Penyerahan penghargaan oleh ketua TKPRD pada masyarakat yang terpilih
(2) Alat dan Perlengkapan pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah
sebagai berikut:
a. Audit dan Buku Laporan Tahunan;
b. Keterangan ahli; dan
c. Kesepakatan dan penilaian TKPRD.
(3) Bentuk Penghargaan yang dapat diberikan, diantaranya adalah:
a. Benda Berharga;
b. Gelar Kemasyarakatan; dan
c. Hal lainnya yang disepakati oleh TKPRD
(4) Pihak yang mendapatkan penghargaan, diantaranya adalah:
a. Individu
b. Kelompok
c. Organsiasi Kemasyarakatan, dan
d. Perusahaan Berbadan Hukum

Pasal 70
(1) Bentuk kerja sama yang dapat dilakukan dengan masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal
67 huruf b meliputi
a. bentuk kerjasama Operasional;
b. kerjasama Keterwakilan;dan
c. kerjasama Pembinaan kelompok.
(2) Kerjasama Operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dilakukan dalam hal
sumberdaya penertiban yang tidak memadai dan memerlukan kerjasama dengan pihak
lain.
(3) Kerjasama Keterwakilan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dilakukan dalam hal
belum tersedianya Aparatur penertiban yang memadai dan memerlukan penggunaan
Tenaga Ahli.
(4) Kerjasama Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c kelompok dilakukan dalam
hal masih tingginya kebutuhan untuk pembinaan pada masyarakat.

Pasal 71
(1) Pemenuhan hak dan kewajiban meliputi:
a. Konsultansi:
b. Informasi;dan
c. kepastian hukum.
(2) Masyarakat berhak mendapatkan pelayanan konsultansi sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf a terhadap penertiban pemanfaatan ruang.
(3) Masyakat wajib memberikan informasi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b pada
segala tindakan pelanggaran penertiban pemanfataan ruang yang terjadi.
(4) Masyarakat berhak mendapatkan kepastian hukum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
dari informasi dan pelaporan pelanggaran penertiban pemanfataan ruang yang terjadi.
Pasal 72
Masyarakat dapat berperan aktif secara individu dan juga membentuk Lembaga/organisasi
yang terbatas pada penyampaian informasi dan pengaduan pelanggaran penertiban
pemanfaatan ruang

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 73
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya, pengundangan Peraturan Menteri ini dengan


penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/


KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Ttd.

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK
ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.
LAMPIRAN I
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENERTIBAN
PEMANFATAAN RUANG
DI DAERAH PROVINSI DAN DAERAH
KABUPATAN/KOTA
NOMOR … TAHUN ….

KOP SURAT SEKRETARIAT PPNS PENATAAN RUANG

BERITA ACARA PENERIMAAN PENGADUAN/PELAPORAN LANGSUNG


PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG
Nomor : BA-PP …. / SEKRE-PPNS PENATAAN RUANG/ … (BULAN)/ 20….

Pengadu/Pelapor *)
Nama :
Tempat/ Tgl. Lahir :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
No. KTP :
Telp./Fax. :
E-mail :

Peristiwa yang Dilaporkan


Waktu Kejadian :
Tempat/Lokasi Kejadian :
Peristiwa yang Terjadi :

Terlapor
Nama :
Jenis Kelamin :
Telp./Fax. :
Barang Bukti *)
1. ………………………………………………………………….
2. ………………………………………………………………….
3. ………………………………………………………………….
4. ………………………………………………………………….

Uraian Singkat Kejadian *)


…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………….

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya, ditandatangani di


…………………... pada tanggal ……….. bulan …………. Tahun ……….

Pengadu/Pelapor, Penerima Pengaduan/Pelaporan,

…………………………… …………………………………

*) Harus diisi
KOP SURAT SEKRETARIAT PPNS PENATAAN RUANG

BERITA ACARA PENERIMAAN PENGADUAN/PELAPORAN


PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG MELALUI TELEPON/ MEDIA
PEMBERITAAN DARING/CETAK/ MEDIA DARING PENGADUAN/PELAPORAN
PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG RESMI **)
Nomor : BA-PP …. / SEKRE-PPNS PENATAAN RUANG/ … (BULAN)/ 20….

Pengadu/Pelapor *)
Nama :
Tempat/ Tgl. Lahir :
Jenis Kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
No. KTP :
Telp./Fax. :
E-mail :

Peristiwa yang Dilaporkan


Waktu Kejadian :
Tempat/Lokasi Kejadian:
Peristiwa yang Terjadi :

Terlapor
Nama :
Jenis Kelamin :
Telp./Fax. :

Uraian Singkat Kejadian *)


…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenar-benarnya, ditandatangani di
…………………... pada tanggal ……….. bulan …………. Tahun ……….

Penerima Pengaduan/Pelaporan,

…………………………………

*) Harus diisi
**) Pilih salah satu
LAMPIRAN II
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENERTIBAN
PEMANFATAAN RUANG
DI DAERAH PROVINSI DAN DAERAH
KABUPATAN/KOTA
NOMOR … TAHUN ….

FORMAT LOGBOOK PENERIMAAN PENGADUAN/PELAPORAN


PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG
Pengadu/ Pelapor
No. Kode
Alamat No. Perihal
No Tanggal Pengaduan/ Nama Instansi / Alamat Nomor Keterangan*
Tempat Pekerjaan Telp/ Pengaduan
Pelaporan Lengkap Perusahaan Instansi Identitas
Tinggal HP

)
Diisi sumber pengaduan (langsung/telepon/fax/surat/media daring/media jurnalistik), petugas penerima pengaduan, dan keterangan lainnya.
LAMPIRAN III
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENERTIBAN
PEMANFATAAN RUANG
DI DAERAH PROVINSI DAN DAERAH
KABUPATAN/KOTA
NOMOR … TAHUN ….

KOP SURAT SEKRETARIAT PPNS PENATAAN RUANG

LAPORAN HARIAN PENERIMAAN PENGADUAN/PELAPORAN


PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG
Nomor: LH …./ SEKRE-PPNS PENATAAN RUANG/ … (BULAN)/ 20….

Kepada Yth. : Direktur Penertiban Pemanfaatan Ruang


Dari : Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang
Perihal : Penyampaian Laporan Harian Pengaduan/Pelaporan Penerimaan
Pengaduan/Pelaporan Pelanggaran Di Bidang Penataan Ruang
Tanggal : .........… 20...
Lampiran : 2 Berkas

Dengan hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan pengelolaan pengaduan/pelaporan pelanggaran di bidang
penataan ruang, berikut kami sampaikan hasil rekap pengaduan/pelaporan pelanggaran di
bidang penataan ruang pada hari ….…. Tanggal …………20…... dengan rincian
sebagaimana terlampir.
1. Pengaduan/pelaporan langsung : ….
2. Media pengaduan/pelaporan daring resmi : ….
3. Telepon/Fax : ….
4. Media Pemberitaan Daring/ Cetak : ….

Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kerjasamanya kami ucapkan terima kasih
Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang,

( Nama )
NIP.
TABEL REKAP PENERIMAAN PENGADUAN/PELAPORAN
PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG
NOMER SUMBER TEMPAT/
PENGADU/
NO PENGADUAN/ PENGADUAN/ LOKASI URAIAN SINGKAT KEJADIAN
PELAPOR
PELAPORAN PELAPORAN KEJADIAN
1 (Nomer Berita Acara (Pengaduan/ pelaporan (Diisi nama dan (memuat (memuat uraian singkat aduan/ laporan
Penerimaan langsung; media identitas pengadu/ tempat/ lokasi pelanggaran di bidang penataan ruang)
Pengaduan/ pengaduan/ pelaporan pelapor) kejadian)
Pelaporan) daring resmi;
Telepon/fax; atau media
pemberitaan
daring/cetak)

SALINAN BERKAS PENGADUAN/PELAPORAN


PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG

Salinan berkas penerimaan pengaduan/ pelaporan yang memuat:


1. berita acara penerimaan pengaduan/pelaporan
2. lampiran bahan bukti pendukung yang disampaikan pengadu/pelapor
3. Lampiran salinan identitas pengadu/pelapor

LAMPIRAN IV
STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENERTIBAN
PEMANFATAAN RUANG
DI DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATAN/KOTA
NOMOR … TAHUN ….

KOP SURAT SEKRETARIAT PPNS PENATAAN RUANG

LAPORAN BULANAN PENGADUAN/PELAPORAN


PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG
BULAN …. TAHUN…..
Nomor: LB …./ SEKRE-PPNS PENATAAN RUANG/ … (BULAN)/ 20….

Kepada Yth. : Direktur Penertiban Pemanfaatan Ruang


Dari : Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang
Perihal : Penyampaian Laporan Harian Pengaduan/Pelaporan Penerimaan
Pengaduan/Pelaporan Pelanggaran Di Bidang Penataan Ruang
Tanggal : .........… 20...

Dengan hormat,
Sehubungan dengan pelaksanaan pengelolaan pengaduan/pelaporan pelanggaran di bidang
penataan ruang, berikut kami sampaikan laporan pengelolaan pengaduan/pelaporan
pelanggaran di bidang penataan ruang pada bulan ….. tahun …. dengan rincian sebagaimana
terlampir.
1. Pengaduan/pelaporan yang diterima : ….
2. Pengaduan/pelaporan dalam status penelaahan : ….
3. Pengaduan/pelaporan ditindaklanjuti : ….
4. Pengaduan/pelaporan tidak ditindaklanjuti : ….
Demikian kami sampaikan, atas perhatiannya kerjasamanya kami ucapkan terima kasih

Ketua Sekretariat PPNS Penataan Ruang,

(Nama)
NIP.
TABEL STATUS PENGADUAN/PELAPORAN
PELANGGARAN DI BIDANG PENATAAN RUANG
BULAN .... TAHUN ….

NOMER SUMBER TEMPAT/ STATUS PENANGANAN


PENGADU/ URAIAN SINGKAT
NO PENGADUAN/ PENGADUAN/ LOKASI PERKARA
PELAPOR KEJADIAN
PELAPORAN PELAPORAN KEJADIAN
1 (Nomer Berita (Pengaduan/ (Diisi nama (memuat (memuat uraian singkat (proses penelaahan; tidak
dst Acara pelaporan dan identitas tempat/ aduan/ laporan ditindaklanjuti;
Penerimaan langsung; media pengadu/ lokasi pelanggaran di bidang dilimpahkan ke daerah;
Pengaduan/ pengaduan/ pelapor) kejadian) penataan ruang) proses verifikasi awal;
Pelaporan) pelaporan daring proses audit; proses
resmi; wasmatlitrik; proses
Telepon/fax; penyidikan; P18; P19;
atau media P21; SP3)
pemberitaan
daring/cetak)

Anda mungkin juga menyukai