Buku Panduan Pelaksanaan Osis Dan MPK
Buku Panduan Pelaksanaan Osis Dan MPK
OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) adalah suatu organisasi yang berada di
tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan
dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya
organisasi ini memiliki seorang pembimbing seorang guru yang dipilih oleh pihak
sekolah.
Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat
OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk
kemudian menjadi pengurus OSIS.
B. Wawasan Wiyatamandala
Pada dasarnya setiap OSIS di satu sekolah memiliki struktur organisasi yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, biasanya struktur
keorganisasian dalam OSIS terdiri atas:
A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan yang dikembangkan mencakup empat aspek
kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual (untuk memperteguh keimanan dan
ketaqwaan, meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti atau moral dan
kewirausahaan); kecerdasan intelektual (membangun kompetensi dan kemandirian
ilmu pengetahuan dan teknologi); kecerdasan emosional (meningkatkan
sensitivitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya),
dan kecerdasan kinestetis (meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan,
kesigapan fisik, dan keterampilan).
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut di atas, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan. Pada tingkat teknis, peraturan tersebut dijabarkan
dalam bentuk Pedoman Pembinaan
Kesiswaan yang menjadi panduan dalam pengembangan berbagai kegiatan
siswa di sekolah. Pelaksanaan pembinaan kesiswaan di sekolah adalah menjadi
tanggung jawab kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah dalam kapasitas
sebagai manajer maupun leader seharusnya dapat memberdayakan seluruh
potensi yang dimilikinya. Dalam pembinaan dan pengembangan potensi, bakat
serta minat siswa, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan pembina OSIS
harus berperan dalam menyusun rencana program kegiatan pembinaan
kesiswaan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler di sekolah sangat tergantung pada komponen warga sekolah
dalam merencanakan dan melaksanakan program yang telah dibuat bersama
komite sekolah berdasarkan prinsipprinsip manajemen berbasis sekolah.
Fenomena di lapangan dalam hal ini di tingkat sekolah, kabupaten/ kota,
ataupun provinsi menunjukkan masih terdapat banyak perbedaan dalam
penyusunan program kegiatan kesiswaan baik dari segi manajemen maupun
teknis operasionalnya. Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional memandang perlu adanya
Panduan Teknis Pembina OSIS.
Dengan adanya panduan ini, Pembina OSIS sebagai bagian penting dalam
menunjang keberhasilan pembinaan kesiswaan di sekolah, diharapkan memiliki
kompetensi manajerial dan teknis operasional yang memadai dalam
pengelolaan dan pengembangan program tentang Guru dan Dosen;
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Kelulusan;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
6. Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Siswa yang Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;
8. Buku Pedoman Pembinaan Kesiswaan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ( Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4496 );
2. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 125/N/2002
tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Di sekolah;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi
Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.19 Tahun 2007
Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan.
C. Tujuan
1. Pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) memiliki persepsi yang sama
dalam memahami dan mengimplementasikan program-program kegiatan
kesiswaan di sekolah.
2. Meningkatkan kemampuan teknis manajerial dan operasional bagi pembina
OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat siswa sesuai dengan kondisi
sekolah masing-masing.
3. Membantu pembina OSIS dan siswa untuk melaksanakan 0 (sepuluh) materi
jenis kegiatan kesiswaan.
4. Menumbuhkembangkan sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan
kesatuan bangsa.
5. Pembina OSIS mampu melaksanakan evaluasi dan pelaporan yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan dokumentasi, laporan hasil belajar dan
pemetaan kegiatan kesiswaan di sekolah.
D. Hasil Yang Diharapkan
1. Pembina OSIS dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai
panduan teknis.
2. Meningkatnya kemampuan teknis manajerial dan operasional bagi pembina
OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat siswa sesuai dengan kondisi
sekolah masing-masing.
3. Pembina OSIS dan siswa dapat melaksanakan 0 (sepuluh) materi jenis kegiatan
kesiswaan.
4. Tumbuhkembangnya sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan
kesatuan bangsa.
5. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan oleh guru pembina OSIS sebagai bahan
dokumentasi dan pemetaan kegiatan kesiswaan di sekolah.
E. Manfaat
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari buku panduan teknis ini baik bagi
sekolah secara khusus mapun bagi pemangku kepentingan pendidikan secara
umum.
1. Bagi Sekolah
a. Memberikan pemahaman kepada warga sekolah tentang arti pentingnya
penyelenggaraan pendidikan yang seimbang dan saling menunjang serta
saling melengkapi antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler.
b. Menjadi acuan guru pembina OSIS dalam melakukan kegiatan kesiswaan
yang mampu menumbuhkembangkan bakat, minat dan berbagai potensi
siswa berdasarkan 0 (sepuluh) materi jenis kegiatan.
c. Sebagai panduan bagi guru pembina OSIS untuk mengusulkan rencana
program kegiatan kesiswaan yang kreatif, inovatif, proporsional, efektif dan
efisien.
d. Sebagai acuan dalam membangun kultur sekolah menuju wawasan wiyata
mandala dan ketahanan sekolah.
e. Sebagai panduan dalam melakukan evaluasi dan pelaporan terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dengan hasil-hasilnya.
2. Bagi Pemangku Kepentingan Pendidikan
a. Menjadi panduan untuk melakukan langkah-langkah pembinaan kesiswaan
melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.
b. Menjadi panduan dalam upaya meningkatkan koordinasi dan komunikasi
tentang pelaksanaan dan pengembangan program kegiatan kesiswaan di
sekolah.
c. Sebagai panduan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan sekolah dalam
penyelenggaraan kegiatan kesiswaan.
d. Sebagai panduan dalam melakukan supervisi tentang keterlaksanaan
program kegiatan kesiswaan di sekolah yang dapat dijadikan pemetaan
kegiatan kesiswaan pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi dan
nasional.
BAB II
PRINSIP DAN TEKNIS PELAKSANAAN
A. Prinsip Pelaksanaan
Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi
akademis antara lain Olimpiade Sains, lomba-lomba keilmuan, LPIR, Debat
Bahasa Inggris, maupun nonakademis antara lain: Olahraga, Seni, Kepribadian,
Bela Negara, Wawasan Kebangsaan berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Untuk itu sangat dibutuhkan peran dan kreativitas warga sekolah
terutama wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru pembina OSIS, pelatih dan
siswa.
4. Tidak Diskriminatif
Pelaksanaan program kegiatan pembinaan kesiswaan harus dapat
dirasakan dan dinikmati oleh semua warga sekolah. Sekolah memberi
kesempatan dan keleluasaan untuk menentukan program kegiatan yang
direncanakan.
B. Teknis Pelaksanaan
1. Waktu dan Tempat
Pada saat penyusunan suatu program kegiatan, masalah waktu dan
tempat harus dipilih secara cermat. Pemilihan waktu, harus berpedoman pada
kalender pendidikan dan kegiatan tahunan sekolah. Untuk kepentingan
pemilihan waktu dan tempat, agar dikoordinasikan terlebih dahulu dengan para
wakil kepala sekolah. Pengaturan alokasi waktu dan tempat harus disesuaikan
dengan jenis kegiatan, alokasi dana yang tersedia, akses dan mobilitas, serta
memenuhi unsur-unsur keamanan dan kenyamanan.
2. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan (panitia) baik dari unsur pimpinan, guru maupun siswa
agar sejak persiapan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan selalu
diikutsertakan. Jika menginginkan suatu kegiatan dapat terlaksana sesuai
rencana, maka sejak awal pembentukan kepanitiaan, semua memiliki komitmen
yang jelas dan mampu bekerja dalam tim (team work) sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki (the right man on the right place). Wujudkan iklim yang
kondusif dalam koordinasi, komunikasi, demokrasi, dan sosialisasi serta junjung
tinggi transparansi. Para pelaksana kegiatan harus mampu menunjukkan
dedikasi, loyalitas dan pengabdian yang tinggi agar setiap program kegiatan
yang dilaksanakan selalu sukses, baik sukses dalam penyelenggaraan maupun
sukses hasil.
4. Pendanaan
Masalah pendanaan merupakan salah satu unsur penting yang akan
menentukan terlaksana atau tidaknya suatu kegiatan, besar kecilnya jumlah
peserta dan meriah tidaknya suatu kegiatan berlangsung. Sebaiknya sejak awal
penyusunan program kegiatan harus dengan jelas tertulis sumber dana yang
akan masuk dan rincian penggunaanya. Bila dana dari sekolah dan komite
sekolah tidak memadai perlu dikembangkan kreativitas dalam menggalang dana
untuk mencari pembiayaan alternatif.
A. Pengertian OSIS
1. Secara Semantis
Didalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan disebutkan bahwa organisasi
kesiswaan di sekolah berbentuk Organisasi Siswa Intera Sekolah (OSIS) dan
merupakan oraganisasi resmi di sekolah.
OSIS adalah Organisasi Siswa Intera Sekolah. Masing-masing kata
mempunyai pengertian:
a. Oganisasi
Secara umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan
untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan
sebagai satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam
usaha mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya
kesiswaan.
b. Siswa
Adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
c. Intera
Berarti terletak didalam. Sehingga OSIS merupakan suatu oraganisasi
siswa yang ada didalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.
d. Sekolah
Adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar, yang dalam hal ini sekolah menengah atas atau madrasah yang
sederajat.
2. Secara Organisatoris
OSIS merupakan satu-satunya oraganisasi siswa yang resmi disekolah. Oleh
karena itu setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intera Sekolah
(OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dangan oraganisasi
kesiswaan disekolah lainn dan tida menjadi bagian/ alat dari organisasi lain yang
ada diluar sekolah.
3. Secara Fungsional
Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan, khususnya di bidang
pembinaan kesiswaan, arti yang terkangdung lebih jauh dalam pengertian OSIS
adalah sebagai jalur pembinaan kesiswaan.
4. Secara Sistemik
Apabila OSIS dipandang sebagai suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat
kehidupan berkelompok siswa yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.
Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai sebuah sistem, dimana para siswa
mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan sutatu organisasi yang
mampu mencapai tujuan.
Oleh karena itu, OSIS sebagai suatu sistem ditandai dengan beberapa ciri
pokok yaitu:
a. Berorientasi pada tujuan;
b. Memiliki susunan kehidupan berkelompok;
c. Memiliki sejumlah peranan;
d. Terkoordinasi;
e. Berkelanjutan dalam waktu tertentu;
B. Fungsi
Salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki sebagai macam fungsi.
Demikian pula OSIS sebagai suatu organisasi memiliki beberapa fungsi dalam
mencapai tujuan.
Sebagai jalur pembinaan kesiswaan, fungsi OSIS adalah:
1. Sebagai wadah
Organisasi Siswa Intera Sekolah merupakan organisasi resmi disekolah
dan sebagai wadah kegiatan para siswa di sekolah dengan jalur pembinaan
yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan.
2. Sebagai Motivator
Motivator adalah pendorong lahirnya keinginan dan semangat para
siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai
tujuan. OSIS sebagai motivator berperan untuk menggali dan
mengembangkan potensi siswa, yaitu minat dan bakat siswa serta
mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatan OSIS dan ekstrakulikuler.
3. Sebagai Preventif
Apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS
dapat menggerakan sumberdaya yang ada dan secara eksternal. OSIS
mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan
perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara
preventif OSIS ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman yang
datang dari dalam maupun luar. Fungsi preventif OSIS akan terwujud apabila
fungsi OSIS sebagai motivator lebih dahulu harus dapat diwujudkan.
C. Tujuan
Setiap organisasi selalu memilki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan
OSIS, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Memahami, mengahargai lingkungan hidup dan nilai-nilai dalam mengambil
keputusan yang tepat.
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat dan mengahargai Hak Azasi
Manusia (HAM) dalam konteks kemajuan budaya bangsa.
3. Membangun, mengembangkan wawasan kebangasaan dan rasa cinta
tanah air dalam era globalisasi.
4. Memperdalam sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan
kerjasama secara mandiri, berfikir logis dan demokratis.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menghargai karya
artistik, budaya, dan intelektual.
Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, memantapkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
D. Perangkat OSIS
Perangkat OSIS terdiri dari Pembina OSIS, Perwakilan Kelas, dan Pengurus
OSIS.
1. Pembina OSIS
a. Pembina OSIS terdiri dari :
1) Kepala Sekolah, sebagai ketua
2) Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, sebagai wakil ketua.
3) Guru, sebagai anggota, sedikitnya 5 (lima) orang dan dapat bergantian
setiap tahun pelajaran.
b. Rincian Tugas
1) Kepala Sekolah Sebagai ketua:
a) Bertanggung jawab atas seluruh pengelolaan, pembinaan dan
pengembangan OSIS disekolahnya;
b) Memberikan nasihat kepada perwakilan kelas dan pengurus;
c) Mengesahkan keanggotaan perwakilan kelas dengan surat keputusan
kepala sekolah;
d) Mengesahkan dan melantik pengurus OSIS dengan surat keputusan
kepala sekolah;
e) Mengarahkan penyusunan anggaran rumah tangga dan program kerja
OSIS;
f) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS.
2) Wakil Kepala Sekolah sebagai wakil ketua.
a) Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan pengeloaan,
pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolahnya;
b) Memberikan bimbingan dan latihan kepada perwakilan kelas dan
pengurus;
c) Menyusun dan memproses rekruitmen keanggotaan perwakilan kelas
untuk ditindak lanjuti dengan surat keputusan kepala sekolah;
d) Memfasilitasi pengesahan dan pelantikan pengurus OSIS oleh kepala
sekolah;
e) Memfasilitasi dan membimbing penyusunan anggaran rumah tangga
dan program kerja OSIS;
f) Mefasilitasi dan membina dan penyusunan program kerja OSIS;
g) Mengahadiri rapat-rapat OSIS;
h) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS
secara berkala setiap tiga bulan sekali;
i) Memberikan laporan seluruh kegiatan OSIS secara berkala setiap
bulan kepada kepala sekolah (program yang dilaksanakan serta daftar
hadir kegiatan serta sasaran yang dicapai).
3) Guru, sebagai anggota.
a) Bertanggung jawab atas seluruh operasional pelaksanaan
pengelolaan pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolahnya;
b) Memberikan bimbingan dan latihan kepada perwakilan kelas dan
pengurus;
c) Membantu Wakesek kesiswaan menyusun dan memproses
rekruitmen keanggotaan perwakilan kelas untuk ditindak lanjuti
dengan surat keputusan kepala sekolah;
d) Membantu dan memfasilitasi pelaksanaan pengesahan dan pelantikan
pengurus OSIS;
e) Memfasilitasi dan membina secara teksnis penyusunan anggaran
rumah tangga dan program kerja OSIS;
f) Memfasilitasi dan membina secara teknis pelaksanaan program kerja
OSIS;
g) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS
secara berkala setiap tiga bulan sekali;
h) Memberikan laporan seluruh kegiatan OSIS secara berkala setiap
bulan kepada wakil kepala sekolah (program yang dilaksanakan serta
daftar hadir kegiatan serta sasaran yang dicapai).
2. Perwakilan Kelas
a) Terdiri atas 2 (dua) orang dari setiap kelas.
b) Perwakilan kelas bertugas memilih pengurus OSIS, mengajukan usul-usul
untuk dijadikan program kerja OSIS dan menilai laporan
pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir masa jabatannya.
c) Perwakilan kelas bertanggung jawab langsung kepada Pembina OSIS
d) Masa kerja perwakilan kelas selama satu tahun pelajaran.
e) Rincian tugas
1) Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan kelas;
2) Mengajukan usul kegiatan untuk dijadikan program kerja OSIS;
3) Mengajukan calon pengurus OSIS berdasarkan hasil rapat kelas;
4) Memilih pengurus OSIS dari daftar calon yang telah disiapkan;
5) Menilai laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir
jabatannya;
6) Mempertanggungjawabkan segala tugas kepada kepala sekolah selaku
ketua pembina;
7) Bersama-sama pengurus menyusun anggaran rumah tangga.
3. Pengurus OSIS
a. Syarat Pengurus OSIS
1) Taqwa tehadap tuhan yang Maha Esa;
2) Memiliki budi pekerti luhur atau akhlaq mulia dan sopan santun;
3) Memiliki bakat sebagai pemimpin;
4) Tidak terlibat penyalahgunaan narkoba;
5) Memiliki kemauan, kemampuan pengetahuan yang memadai;
6) Dapat mengatur waktu dengan sebaik-sebaiknya, sehigga pelajarannya
tidak terganggu karena menjadi pengurus OSIS;
7) Pengurus dicalonkan oleh perwakilan kelas;
8) Tidak duduk dikelas terakhir;
9) Syarat lain disesuaikan dengan ketentuan sekolah.
b. Kewajiban Pengurus OSIS
1) Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga OSIS;
2) Selalu menjunjung tinggi nam baik, kehormatan dan martabat
sekolahnya;
3) Kepemimpinan pengurus OSIS bersifat kolektif;
4) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pembina OSIS
dan Tembusannya kepada perwakilan kelas pada akhir masa
jabatannya;
5) Selalu berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Pembina OSIS.
E. Forum Organisasi
1. Rapat-rapat
a. Rapat Pleno Perwakilan Kelas adalah rapat yang dihadiri seluruh anggota
perwakilan kelas.
Rapat ini diadakan untuk :
1) Pemilihan pimpinan rapat perwakilan kelas yang terdiri dari seorang
ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris;
2) Pencalonan pengurus
3) Memimpin pelaksanaan pemilihan pengurus OSIS;
4) Penilaian laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir
masa jabatannya;
5) Acara, waktu, dan tempat rapat dikonsultasikan dengan Ketua Pembina.
b. Rapat Pengurus
1) Rapat pleno pengurus adalah rapat yang dihadiri seluruh anggota
pengurus OSIS, untuk membahas :
a) penyusunan program kerja tahunan OSIS;
b) penilaian pelaksanaan program kerja pengurus OSIS tengah
tahunan dan tahunan;
c) membahas laporan pertanggungjawaban OSIS pada akhir masa
jabatan.
2) Rapat pengurus harian adalah rapat pengurus yang dihadiri oleh ketua,
wakil-wakil ketua, sekretaris, wakil-wakil sekretaris, bendahara dan
wakil bendahara, untuk membicarakan dan mengkoordinasikan
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
3) Rapat koordinasi terdiri dari :
Rapat yang dihadiri oleh Ketua, wakil ketua , Sekretaris, wakil
sekretaris Bendahara dan wakil Bendahara serta seksi-seksi;
4) Rapat seksi adalah rapat yang dipimpin oleh ketua seksi;
5) Rapat luar biasa dapat diadakan dalam keadaan yang mendesak atas
usul pengurus OSIS atau perwakilan kelas, setelah terlebih dahulu
dikunsultasikan dan disetujui pembina OSIS.
G. Strategi Pelaksanaan
Keberhasilan OSIS sangat ditentukan oleh strategi pelaksanaan dan
pembinaan dari elemen pendukungnya.
Strategi pelaksanaan OSIS dimulai dari tingkat sekolah – kabupaten/kota –
provinsi, dan nasional harus berkesinambungan dan konsisten serta tidak ada
tumpang-tindih program kegiatan di tingkat tersebut.
1. Di Tingkat Sekolah
Pada tingkat sekolah, komponen-komponen yang mendukung
keberhasilan OSIS, yakni kepala sekolah, guru pembina, tenaga
kependidikan dan komite sekolah.
Peran Kepala Sekolah sebagai pengambil kebijakan di sekolah akan
berpengaruh pada keberhasilan OSIS.
a. Peran kepala sekolah dapat berupa :
1) Penyediaan ruang OSIS dan fasilitasnya.
2) Kebijakan sekolah yang mendukung keberhasilan OSIS.
3) Memberi kemudahan pada berbagai kegiatan OSIS.
4) Penyertaan pengurus OSIS dalam kegiatan rapat kerja sekolah.
b. Peran guru pembina, antara lain:
1) Membimbing pengurus OSIS dalam berbagai Kegiatan OSIS.
2) Membantu tantangan/hambatan yang dihadapi pengurus OSIS.
c. Peran tenaga kependidikan, antara lain :
Membantu pelaksanaan kegiatan secara teknis operasional.
d. Peran komite sekolah, antara lain ;
1) Memberikan fasilitas baik dana maupun dukungan materi lainnya
yang dibutuhkan OSIS.
2) Membantu terciptanya hubungan yang harmonis dengan orangtua
siswa, atau pun pihak sponsor dalam penggalangan dana untuk
kegiatan OSIS.
2. Di Tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi
Di tingkat kabupaten/kota keberhasilan OSIS juga ditunjang oleh peran
aktif dari Kepala Dinas Pendidikan tingkat Kota/Kabupaten/Provinsi.
Peran dan kegiatan pembinaan terhadap OSIS dan guru pembina dapat
berupa :
1) Pelatihan pengurus OSIS dalam kegiatan keorganisasian.
2) Kegiatan bersama antar OSIS seperti ; karya wisata, gerak jalan,
napak tilas sejarah, dll.
3) Pembentukan Badan Koordinasi OSIS Tingkat Kabupaten/Kota.
4) Pelatihan ketrampilan keahlian atau kewirausahaan; seperti
perbengkelan, pertanian/pertanaman/tata boga dan tata busana,
dll.
3. Di Tingkat Nasional
Pada tingkat nasional keberhasilan OSIS sangat ditentukan berbagai
kebijakan yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional
dalam hal ini Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peranannya, antara lain ;
1) Pelatihan/TOT/Workshop/Pengurus OSIS dan Pembina OSIS
seluruh Indonesia dalam hal keorganisasian OSIS.
2) Pertukaran Pengurus OSIS antar provinsi.
3) Pertukaran Pengurus OSIS dengan OSIS di tingkat regional
(ASEAN ) dan internasional.
4) Pagelaran seni budaya nusantara.
5) Kerjasama dengan departemen terkait.
6) Kerjasama dengan Komnas HAM dalam kaitannya dengan
desiminasi pelaksanaan HAM di Indonesia.
H. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan kegiatan OSIS di sekolah dapat dilihat dari beberapa indikator
antara lain:
1. Adanya ruang OSIS yang di dalamnya terdapat struktur organisasi dan
kepengurusan OSIS, program kerja, sarana dan prasarana yang memadai
serta berbagai macam piagam penghargaan yang diperoleh sebagai hasil
prestasi yang dicapai.
2. Keterlibatan pengurus OSIS, anggota OSIS/siswa dalam berbagai kegiatan
sekolah dengan masyarakat, seperti memperingati hari-hari besar nasional,
macam-macam kegaiatan lomba, kegiatan sosial, seni budaya, dan
sebagainya.
3. Terselenggarakannya pelatihan kepemimpinan bagi para pengurus,
perwakilan kelas, dan anggota, baik di lingkungan sekolah maupun
kabupaten/provinsi.
4. Terselenggaranya berbagai kerjasama antar sekolah dalam berbagai
macam kegiatan olah raga, seni, pramuka, dan sebagainya.
5. Terbentuknya kelompok-kelompok belajar, forum ilmiah di tingkat sekolah
maupun antar sekolah.
6. Terbinanya dengan baik pelatihan upacara bendera di sekolah.
7. Terselenggaranya latihan/lomba baris-berbaris pada hari-hari tertentu
secara terencana dan terus menerus.
8. Dilaksanakannya materi dan jenis kegiatan pembinaan kesiswaan secara
terencana dan berkelanjutan.
9. Terbinanya hubungan yang penuh kekeluargaan antar sesama siswa, antar
pejabat, hubungan dengan guru, kepala sekolah, orang tua siswa dan
masyarakat.
10. Terwujudnya sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala
J. Bidang-bidang kegiatan
1. Bidang pembinaan, keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
2. Bidang pembinaan budi pekerti luhur dan akhlak mulia;
3. Bidang pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan dan bela
negara;
4. Bidang pembinaan peningkatan prestasi pendidikan kesehatan jasmani
5. Bidang pembinaan kehidupan berdemokrasi, hak azasi manusia, pendidikan
politik dan lingkungan hidup;
6. Bidang pembinaan keterampilan dan kewirausahaan;
7. Bidang pembinaan kualitas jasmani dan kesehatan;
8. Bidang pembinaan Apresiasi dan persepsi karya seni
9. Bidang pembinaan teknologi informasi dan komunikasi;
10. Bidang pembinaan bahasa inggris;
BAB IV
ADMINISTRASI PEMBINAAN OSIS
B. Sasaran
Sasaran pembinaan kesiswaan adalah seluruh siswa pada setiap jenis, dan
jenjang sekolah/ kursus di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.
D. Organisasi Kesiswaan
Setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah disingkat
OSIS. OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah, di
lingkungan pembinaanDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (SD,
SMP, SMA, dan kursus-kursus), dan tidak ada hubungan organisatoris dengan
OSIS di sekolah atau di kursus yang lain.
E. Pelatihan Kepemimpinan
Latihan Dasar Kepemimpinan / LDK adalah sebuah pelatihan dasar tentang
segala hal yang berkaitan dengan kepemimpinan. LDK biasanya diberikan dalam
2 bagian yaitu LDK Fisik dan LDK Mental. Pemberian materi dari kedua jenis LDK
ini biasanya diberikan di waktu dan tempat yang berbeda. Untuk LDK Mental, yang
menjadi pemberi materi bukanlah lagi para Pengurus OSIS lama
melainkan Dewan Guru, Pembina OSIS, Kepala Sekolah serta
Guru Psikologi dan Konseling dari sekolah yang bersangkutan, atau bisa juga
dengan cara menyewa dari suatu Lembaga Psikologi Independen. LDK Fisik
biasanya diberikan di sekolah dalam waktu 3-5 Hari penuh, sedangkan LDK
Mental biasanya diberikan di luar kota dalam waktu 2-4 hari.
1. Materi
a. LDK Fisik
Untuk LDK Fisik pada umumnya, materi yang diberikan secara garis
besar ialah dalam bentuk PBB / Pelatihan Baris Berbaris. PBB ini meliputi
beberapa hal seperti :
1) Baris Berbaris dasar :
a) Hadap Kanan,
b) Hadap Kiri,
c) Balik Kanan,
d) Hadap Serong Kanan,
e) Hadap Serong Kiri,
f) Jalan Ditempat,
g) Langkah Tegap Maju, dan
h) Meluruskan Barisan.
2) Baris Berbaris Tingkat Menengah :
a) Perpaduan antara Langkah Tegap Maju dengan Balik Kanan
serta keempat jenis hadap-hadapan,
b) Perpaduan antara Jalan Ditempat dengan Balik Kanan serta
keempat jenis hadap-hadapan, dan
c) Buka - Tutup Barisan.
3) Baris Berbaris Tingkat Tinggi :
a) Langkah Tegap Maju beregu,
b) Haluan Kanan beregu,
c) Haluan Kiri beregu,
d) Belok Kanan beregu, dan
e) Perpaduan antara Langkah Tegap Maju, Balik Kanan, keempat
jenis hadap-hadapan, dan Jalan Ditempat.
4) Ujian Akhir : Perpaduan Keseluruhan Materi PBB.
Dalam LDK Fisik ini peserta dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang
tinggi, terlebih selama mengikuti 3-5 hari LDK. Beberapa peraturan yang
pada umumnya diterapkan dalam LDK ialah :
1. Selama pelaksanaan LDK, peserta harus hadir di tempat LDK tepat
waktu,
2. Kebersamaan ialah hal yang amat diperhatikan selama pelaksanaan
LDK. Jika ada 1 peserta saja yang tidak membawa air minum,
saputangan, topi, ataupun atribut-atribut lainnya yang telah ditetapkan,
maka seluruh pesertalah yang akan menanggung hukumannya,
3. Setiap peserta wajib mematuhi seluruh peraturan dan perintah yang
diberikan oleh tim pemberi LDK. Jika tidak, maka kepadanya akan
diberikan hukuman, dan
4. Kebersamaan juga diterapkan apabila ada salah satu peserta LDK
yang melakukan kesalahan.
Hukuman dalam LDK Fisik biasanya berupa push-up untuk pria atau
scott jump untuk wanita. Jumlahnya tergantung perintah dari pemberi LDK.
b. LDK Mental
Untuk LDK Mental pada umumnya, materi yang diberikan secara garis
besar ialah dalam bentuk Penyuluhan Mental Kepemimpinan. Kegiatan yang
biasa dilakukan dalam LDK Mental adalah :
1) Outbond / Kegiatan Alam, seperti :
a) Hiking
b) Menyebrangi sungai
c) Mendaki bukit
d) Menyusuri terasering / pematang sawah
2) Permainan-permainan yang memiliki nilai kepemimpinan, seperti :
a) Memasukkan paku dalam botol dengan mata tertutup. Salah
seorang yang lain memberikan aba-aba agar paku tersebut
masuk. Dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis segala
macam kemungkinan dan kemampuan untuk memerintah secara
hati-hati dan terpertimbangkan agar bisa mencapai goal dari
permainan ini yaitu memasukkan paku dalam botol
b) Bisik berantai. Dibutuhkan kemampuan sebagai pendengar
sekaligus penyampai pesan yang baik agar dapat menyampaikan
pesan yang benar dari awal hingga akhir.
Pemberian materi kepemimpinan yang dibagi dalam beberapa sessi,
seperti :
1. Sesi Kepemimpinan : Penyuluhan mengenai karakter pemimpin yang
benar.
2. Sesi Komunikasi : Penyuluhan mengenai cara-cara berkomunikasi
yang benar sebagai layaknya seorang pemimpin.
3. Sesi Problem Solving / Challange - Proses manajemen konflik :
Penyuluhan mengenai cara-cara seorang pemimpin memecahkan
masalah secara efektif dan benar.
4. Sesi Dinamika Kelompok : Berupa permainan.
2. Pelantikan
Setelah seluruh calon Pengurus OSIS baru mengikuti kedua LDK ini,
sesegera mungkin atau paling lambat 2 minggu setelahnya mereka akan
dilantik menjadi Pengurus OSIS resmi. Pelantikan ini dilakukan oleh Pengurus
OSIS lama dan disahkan oleh Kepala Sekolah. Pelantikan dan Pengesahan
ini disaksikan oleh seluruh Dewan Guru dan Siswa/i sekolah yang
bersangkutan dan dilaksanakan dalam sebuah upacara besar yaitu Upacara
Pelantikan Pengurus OSIS baru Periode Kerja xxxx / xxxx.
F. Kegiatan Ekstrakulikuler
H. Penanggung Jawab
1. Tanggungjawab pembinaan kesiswaan secara menyeluruh berada pada
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, sedangkan kegiatan
sehari- hari dilakukan oleh Direktur Pembinaan Kesiswaan;
2. Tanggungjawab pembinaan kesiswaan di tingkat provinsi dilakukan oleh Kepala
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , kegiatan sehari-hari
dilakukan oleh Kepala Bidang Pembinaan Generasi Muda;
3. Tanggungjawab pembinaan kesiswaan di tingkat Kabupaten/Kotamadya
dilakukan oleh Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten/Kotamadya, kegiatan sehari-hari dilakukan oleh Kepala Seksi
Pembinaan Generasi Muda Olahraga;
4. Tangunggungjawab pembinaan kesiswaan di sekolah dilakukan oleh Kepala
Sekolah, Kegiatan sehari-hari dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah atau guru
yang ditunjuk.
BAB V
MUSYAWARAH PERWAKILAN KELAS (MPK)
B. Lajur Materi
1. Tata Cara Penyusunan Program Kerja
Program kerja merupakan acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Setiap
aktivitas selalu didahului dengan rencana kegiatan (program kerja). OSIS
sebagai suatu organisasi juga memiliki kegiatan yang telah terprogram. Hal ini
dimaksudkan agar seluruh aktivitas OSIS dapat terarah sesuai dengan program
yang telah dirumuskan. Mengawali masa kepengurusannya, OSIS akan
menyusun program kerja dengan mekanisme sebagai berikut:
a. OSIS membahas Program Kerja dengan Semua Ekstrakulikuler;
b. OSIS mengolah usulan kegiatan tersebut menjadi rancangan program
kerja;
c. Rancangan program kerja tersebut disosialisasikan kembali kepada
seluruh siswa untuk mendapatkan masukan dan dikritisi lebih lanjut;
d. OSIS kembali mengolah rancangan program tersebut dalam rapat kerja
OSIS untuk menjadi program kerja;
e. Program kerja tersebut kemudian disosialisasikan kepada seluruh siswa
untuk kembali dikritisi bersama hingga menjadi program kerja yang pasti;
f. Program kerja diajukan ke MPK setelah dari MPK diserahkan ke Pembina
OSIS/MPK dari Pembina diserahkan kepada Kesiswaan lalu diserahkan
kepada Kepala Sekolah untuk disahkan.
Kewajiban Peninjau :
1) Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan;
2) Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan.
2. Presidium Sidang
1) Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta musyawarah melalui
Sidang Pleno yang dipandu oleh Panitia Pengarah;
2) Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya
persidangan seperti aturan yang disepakati peserta;
3) Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib
persidangan.
3. Aturan Ketuk Palu dan Kondisi-Kondisi Lain :
a. 1 Kali Ketuk
1) Menerima dan menyerahkan sidang;
2) Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin per poin
(keputusan sementara);
3) Memberi peringatan pada peserta sidang agar tidak gaduh;
4) Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak
terlalu lama (biasanya skors 1X ?? menit, dll) sehingga peserta sedang
tidak perlu meninggalkan tempat sidang;
5) Mencabut kembali atau membatalkan ketukkan terdahulu yang
dianggap keliru.
b. 2 Kali Ketuk
1) Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup
lama (biasanya 2X ?? menit, dll) misalnya : istirahat, lobying,
sembahyang, makan, dll;
2) Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu;
3) Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan
pendapat dalam mengambil keputusan.
c. 3 Kali Ketukan
1) Membuka/menutup sidang atau acara resmi;
2) Mengesahkan keputusan final/hasil akahir sidang.
Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang :
1) Membuka Sidang
“Dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrohim, Sidang Pleno 1 Saya
nyatakan dibuka.” (Tok… Tok… Tok)
2) Menutup Sidang
“Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil’alamin, Sidang Pleno 1 Saya
nyatakan ditutup.” (Tok… Tok… Tok)
5) Menskorsing Sidang
“Dengan ini, sidang saya skorsing selama 15 menit.” (Tok… Tok)
6) Mencabut Skorsing
“Dengan ini, skorsing 15 menit Saya cabut dan Saya nyatakn sidang
dilanjutkan.” (Tok… Tok…)
Pelaksanaan Interupsi :
Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan
berbicara setelah mendapat ijin dari presidium sidang.
Interupsi diatas interupsi berlaku selama tidak mengganggu persidangan.
Apabila dalam persidangan, presidium sidang tidak mampu menguasai dan
mendendalikan jalannya persidangan, maka panitia pengarah (SC) diberikan
wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan
presidium sidang dan atau peserta sidang.
8. Tata tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta
pada saat persidangan dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan
nilai-nilai universal dimasyarakat.
a.Sanksi-sanksi :
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang
ditentukan dalam tata tertib persidangan akan dikenakan sanksi dengan
mempertimbangkan saran, dan usuran peserta sidang yang lain. Biasanya,
mekanisme dalam pemberian sanksi didahulukan oleh peringatan kepada
peserta (biasanya sampai 3 kali). Kemudian dengan kesepakatan bersama,
presidium sidang boleh mengeluarkan peserta tersebut dari forum, atau
mengambil kebijakan lain dengan atau tanpa kesepakatan peserta sidang
lain.
b.Istilah dalam persidangan
1) Pending : memberhentikan sidang untuk sementara waktu dengan
tujuan tertentu seperti istirahat, lobby, penundaan sidang.
2) PK/peninjauan kembali : mekanisme yang digunakan untuk mengulang
kembali pembahasan/putusan yang telah ditetapkan.
3) Interupsi : memotong/menyela pembicaraan dikarenakan ada hal-hal
yang sangat penting untuk di ungkapkan
A. Beberapa Pengertian
B. Pengurusan Surat
Pengurusan surat merupakan bagian dari administrasi kantor sekolah dan
dilaksanakan oleh petugas tata usaha sekolah.
Pengurusan surat meliputi mencatat, mengarahkan dan mengendalikan surat
baik surat masuk maupun surat keluar.
1) Pengurusan Surat Masuk
Proses pengurusan surat masuk dilaksanakan oleh petugas tata usaha
sekolah. Banyaknya petugas di sesuaikan dengan kebutuhan. Urusan
kerjanya: menerima surat masuk dan mengecek kebenaran alamatnya,
membubuhkan tanda tangan atau paraf pada buku ekspedisi pengantar surat,
kemudian memilah surat untuk memisahkan surat dinas dan pribadi, memilah
surat dinas atas dasar rahasia (tertutup) dengan tidak rahasia (terbuka).
Begitu juga membuka surat surat yang tidak rahasia mengeluarkan dari
sampulnya,
memilah surat surat yang penting dan tidak penting (rutin), dan
menyampaikan surat dinas yang sudah dipilah kepada petugas pencatat
surat.
Selanjutnya proses pengurusan surat dilaksanakan melaui kegiatan-
kegiatan pengurusan surat masuk biasa (rutin), penting dan rahasia
(tertuttup).
a. Pengurusan Surat Masuk Biasa (Rutin)
Pengurusan surat biasa tidak menggunakan kartu sebagai sarana
pencatat surat, melainkan menggunakan lembar pengantar surat rutin.
Setiap surat yang diterima oleh satuan kerja yang menangani
surat menyurat dan kearsipan dikelompokkan berdasarkan instansi atau
satuan kerja asl surat. Selanjutnya masing masing kelompok surat
dicatat pada lembar pengantar surat berdasarkan satuan kerja pengolah
surat yang bersangkutan.
D. Pengelolaan Arsip
Arsip Sebagai pusat ingatan, sumber informasi, dan sumber penelitian. Arsip
harus dikelola dengan cara:
1. Sistem penataan/penyimpanan arsip, yaitu dengan menggunakan:
a. Sistem masalah
b. System abjad
c. System tanggal
d. System wilayah
2. Arsip pasif penting dan permanen, harus dirawat dan dijaga agar terjamin
keamanan dan keutuhannya, antara lain, arsip-arsip yang menyangkut SK
pengangkatan Pengurus OSIS, dll.
3. Untuk mencegah penumpukan arsip yang tidak berguna, dilakukan
penyusutan/pemusnahan arsip yang tidak berguna dengan prosedur yang
berlaku sesuai dengan PP No.34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip.
E. Jenis Surat dan Susunannya
a) Menurut kepentingan dan pengirimnya
1) Surat pribadi, yaitu dikirimkan sesorang kepada orang lain atau kepada
organisasi/lembaga. Kalau surat ditujukan kepada teman atau keluarga,
format penulisan dan bahasa relatif bebas. Akan tetapi bila ditujukan kepada
organisasi atau lembaga maka bentuk dan bahasa yang digunakan harus
resmi, misalkan surat lamaran keja, pengaduan, pengajuan mutasi,
kenaikan pangkat, dsb.
2) Surat dinas, yaitu digunakan instansi pemerintah untuk kepentingan
administrasi pemerintahan.
3) Surat niaga, yaitu dipergunakan oleh perusahaan atau badan usaha.
4) Surat sosial, yaitu digunakan oleh organisasi kemasyarakatan yang bersifat
nonprofit.
b) Menurut isinya
Surat dapat dikelompokkan menjadi pemberitahuan, keputusan,
pemerintah, panggilan, perjanjian, laporan, pengantar,
peringatan, penawaran, pesanan, undangan dan lamaran pekerjaan.
c) Menurut sifatnya
1) Biasa yaitu isi dapat diketahui oleh orang lain selain yang dituju.
2) Terbatas (konfidensial) yaitu isi hanya boleh diketahui oleh kalangan
tertentu yang terkait saja.
3) Rahasiayaitu isinya hanya boleh diketahui oleh orang yang dituju.
d) Berdasarkan banyaknya sasaran
Surat dapat dikelompokkan menjadi biasa, edaran dan pengumuman.
e) Berdasarkan tingkat kepentingan
penyelesaiannya Surat terbagi atas biasa, kilat
dan kilat khusus.
f) Berdasarkan wujudnya
Surat terbagi atas bersampul, kartu pos, warkat pos, telegram, teleks, faksimile,
memo dan nota.
g) Berdasarkan ruang lingkup
sasarannya Surat terbagi atas intern
dan ekstern.
h) Susunanya
1) Objektif
2) Sistematis
3) Singkat, Jelas masalahnya, alamat tujuan dan alamat pengirim
4) Lengkap isinya
5) Sopan
6) Wujud fisik yang menarik (kualitas kertas,bentuk surat,ketikan dan
sebagainya)
7) Bahasa Surat Menggunakan bahasa yang komunikatif, dapat di mengerti
artinya oleh penulis surat
8) Bahasa baku/resmi, yakni sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
BAB VII
ADMINISTRASI PERLENGKAPAN
B. Langkah-langkah Penanggulangan
Agar OSIS dapat berfungsi dan berperan sebagaimana tersebut di atas,
paling tidak ada 5 (lima) langkah pemecahannya.
1. OSIS harus dibentuk sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam
arti mampu mewujudkan arti maupun peranannya sebagai suatu organisasi.
2. Pengurus OSIS dipilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti :
1) Kepemimpinannya.
2) Kemampuan manajemen dan pengalaman dalam organisiasi.
3) Loyalitasnya.
4) Keteladanannya, dan kewibawaannya.
5) Keluasan dalam wawasannya.
6) Kemampuan berkomunikasi.
7) Kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab.
8) Kejujuran dan keadilan.
3. Agar OSIS dapat berperan dalam mendukung pencapaian tujuan kurikuler,
maka perlu dilatih dan dibina dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler, termasuk dalam kegiatan ini adalah pelatihan dan
pembinanan yang berkaitan dengan penyusunan program kegiatan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangannya.
4. Untuk memecahkan masalah pendananan OSIS, program OSIS dapat
dilampiri dengan saran-saran pemecahan tentang pendanaan. Saran tersebut
dalam kesempatan tertentu dapat dibicarakan bersama. Tidak mungkin dapat
dipecahkan sepihak oleh para pengurus OSIS. Oleh karena itu para pembina
dan juga komite sekolah, melalui kepala sekolah perlu diberikan pengertian
sehingga timbul kesadaran bahwa dana untuk OSIS adalah menjadi tanggung
jawab bersama.
5. Pembinaan dapat dilakukan melalui :
a. Personilnya; dengan pelatihan-pelatihan, diskusi, rapat-rapat, dan lain
sebagainya.
b. Informasi tertulis; peraturan, juklak, juknis, surat edaran, dan lain-lain.
c. Kegiatan terpadu yang diadakan oleh dan dengan intern sekolah, antar
sekolah, dan antar sekolah dengan masyarakat.
Kegiatan ini dapat dikoordinasikan oleh sekolah yang bersangkutan, aparat
pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat.
6. Para pembina hendaknya dapat menghindarkan diri dari perbuatan atau
campur tangan dengan memberikan kesan menguasai, mengatur,
memaksakan, dan perilaku lain yang sejenis, sehingga OSIS merasa
diberikan kebebasan untuk mengeluarkan dan mengembangkan gagasan, ide
sesuai dengan tingkat kemampuan dan kematangan mereka.
BAB X
EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Keterlaksanaan program
Program kegiatan pembinaan OSIS yang direncanakan dan telah
dilaksanakan perlu dilakukan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan tidak hanya pada
proses pelaksanaan, tetapi juga dilakukan pada akhir kegiatan, yang
dimaksudkan untuk mengukur keterlaksanaan program yang telah ditetapkan.
Jika terjadi penyimpangan dari tujuan, ada kendala serta perubahan dapat
segera diperbaiki untuk penyempurnaan pelaksanaan program dimasa yang
akan datang. Keterlaksanaan program pembinaan OSIS dapat dilihat
kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan program yang direncanakan. Oleh
karena itu perlu mendapat perhatian apakah program yang telah direncanakan
telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
C. Dokumentasi sekolah
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh, memiliki, menyimpan
mengolah dan menyampaikan informasi pelaksanaan kegiatan pembinaan
kesiswaan di sekolah baik dalam bentuk tulisan , gambar, maupun dalam
bentuk lainnya, ditujukan kepada warga sekolah, masyarakat dan dinas dengan
menggunakan media cetak, elektronik dan jenis lainnya.
Informasi dalam bentuk dokumentasi kegiatan dibutuhkan oleh pihak
terkait untuk mengetahui keterlaksanaan program pembinaan kesiswaan yang
telah dilaksanakan, juga sebagai bahan informasi yang berguna bagi
masyarakat luas, dan dapat dijadikan media dalam pengambilan keputusan
bagi pihak terkait. Kegiatan ini diharapkan juga dapat menumbuhkan inspirasi
dan kreatifitas yang tinggi dikalangan siswa yang memiliki kecerdasan yang
beragam.
D.Pemetaan Pembinaan Kesiswaan
1. Dinas Pendidikan Kabupaten / kota
a. Mengkoordinasinasikan, mensosialisasikan dan melakukan pemetaan
pembinaan kesiswaan pada sekolah di wilayahnya.
b. Membantu dinas kabupaten./ kota dalam melaksanakan tugas-tugas
pembinaan kesiswaan
c. Melakukan monitoring pelaksanaan program pembinaan kesiswaan
d. Membantu dinas pendidikan provinsi dalam melaksanakan tugas-tugas
pembinaan kesiswaan
e. Menjabarkan kebijakan Kepala Dinas dalam bidang pembinaan kesiswaan
f. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keterlaksanaan pembinaan
kesiswaan
2. Dinas Pendidikan Provinsi
a. Menjabarkan Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional c.q. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah serta Gubernur yang berkaitan dengan
Program-program Pendidikan khususnya Pembinaan kesiswaan.
b. Melakukan Pemetaan, menyusun program dan membuat pedoman-
pedoman yang berkaitan dengan pembinaan kesiswaan.
c. Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi terkait program-program
pembinaan kesiswaan dengan unit kerja dibawahnya.
d. Melakukan pemantauan dan menerima laporan tentang keterlaksanaan
program-program pembinaan kesiswaan.
3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
a. Melaksanakan penyusunan program kerja subdirektorat.
b. Menyiapkan penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang kegiatan
kesiswaan.
c. melaksanakan penyiapan bahan perumusan standar dan kriteria kegiatan
kesiswaan.
d. melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman pelaksanaan
kegiatan kesiswaan.
e. melaksanakan pemberian bimbingan teknis kegiatan kesiswaan.
f. melaksanakan supervisi dan evaluasi kegiatan kesiswaan.
g. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen subdirektorat.
h. melaksanakan penyusunan laporan subdirektorat.
i. melakukan penyusunan program kerja seksi dan penyiapan penyusunan
program kerja subdirektorat.
j. melakukan peyiapan bahan perumusan kebijakan pembinaan bakat,
pengembangan kreativitas dan prestasi siswa.
k. melakukan penyiapan bahan perumusan standar dan kriteria pembinaan
bakat, pengembangan kreativitas, dan prestasi siswa.
l. melakukan penyiapan bahan peyusunan pedoman pelaksanaan
pembinaan bakat, pengembangan kreativitas, dan prestasi siswa.
m. melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kompetisi bakat, kreativitas dan
prestasi siswa.
n. melakukan penyiapan bahan pemberia bimbingan teknis pembinaan
bakat, pengembangan kreativitas dan prestasi siswa.
o. melakukan penyiapan bahan supervisi dan evaluasi pelaksanaan bakat,
pengembangan kreativitas dan prestasi siswa.
p. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen.
q. melakukan penyusunan laporan seksi.
r. melakukan penyusunan program kerja seksi.
s. melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan pembinaan
kepribadian siswa.
t. melakukan penyiapan bahan perumusan standar dan kriteria pembinaan
kepribadian siswa.
u. melakukan penyiapan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis
pembinaan kepribadian siswa.
v. melakukan penyiapan bahan supervisi dan evaluasi pelaksanaan
pembinaan kepribadian siswa.
w. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi.
x. Melakukan penyusunan laporan seksi dan penyiapan penyusunan laporan
subdirektorat.
BAB XI
PENUTUP
Buku panduan teknis ini disusun sebagai pegangan bagi para Pembina OSIS
dengan harapan untuk mendukung agar pembinaan kesiswaan dapat terealisasi
secara optimal di sekolah. Harapan ini ditujukan kepada semua pihak terutama para
Pembina OSIS yakni kepala sekolah, wakil bidang kesiswaan, konselor, pembina osis
dan pelatih ekstrakurikuler untuk menjalankan peran dan fungsinya masing-masing
membantu pengembangan potensi siswa secara optimal sesuai dengan kecerdasan
dan/atau bakat istimewa yang dimilikinya.
Pengembangan potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa di sekolah tidak
cukup hanya dengan pelajaran di dalam kelas, melainkan harus didukung oleh
kegiatan dan pengawasan di luar kelas, oleh karena itu dihimbau kepada setiap warga
sekolah untuk membantu memperlancar pembinaan kesiswaan di sekolah masing-
masing.
Pihak internal sekolah yang terkait di dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan potensi siswa, sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah, untuk memberikan pengawasan secara optimal kepada
seluruh warga sekolah sehubungan dengan pembinaan kesiswaan di
lingkungan sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, untuk membantu dalam
penyusunan program, melakukan koordinasi, pemantauan dan pelaporan
kepada kepala sekolah.
3. Konselor, mengidentifikasi bakat dan minat siswa serta mengembangkan
potensi siswa.
4. Pembina OSIS, memberikan usulan yang berkaitan dengan program-program
pembinaan kesiswaan
5. Pelatih, memberikan keterampilan teknis yang dibutuhkan siswa
6. Organisasi kesiswaan, sebagai wadah dalam membina kegiatan, menyalurkan
dan mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki siswa.
7. Siswa, mengikuti seluruh program kegiatan dalam mengembangkan potensi
diri dalam pencapaian prestasi sesuai bakat, minat dan kreatifitas
Dari keseluruhan uraian tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. OSIS merupakan organisasi resmi di sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib
membentuk OSIS. OSIS tidak mempunyai hubungan organisasi dengan OSIS di
sekolah lain dan tidak menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar
sekolah.
2. OSIS sebagai suatu organisasi intra sekolah merupakan bagian internal dari
kehidupan sekolah, sehingga keberadaan OSIS diharapkan mampu mendukung
terwujudnya sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wawasan wiyatamandala).
3. Dalam menumbuhkembangkan OSIS, adalah menjadi tanggung jawab bersama
antara sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah.
4. Dalam proses tumbuh dan berkembang OSIS sebagai salah satu jalur pembinaan
kesiswaan memegang peranan yang sangat menentukan untuk mengembangkan
potensi siswa sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.