Anda di halaman 1dari 81

SEJARAH SINGKAT TENTANG OSIS

OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) adalah suatu organisasi yang berada di
tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan
dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya
organisasi ini memiliki seorang pembimbing seorang guru yang dipilih oleh pihak
sekolah.

Anggota OSIS adalah seluruh siswa yang berada pada satu sekolah tempat
OSIS itu berada. Seluruh anggota OSIS berhak untuk memilih calonnya untuk
kemudian menjadi pengurus OSIS.

A. Latar Belakang berdirinya OSIS

Tujuan nasional Indonesia, seperti yang tercantum pada Pembukaan Undang-


Undang Dasar 1945, adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dan secara
operasional diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Pembangunan Nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan


Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia.
Pembangunan pendidikan merupakan bagian dari Pembangunan Nasional. Di
dalam garis-garis besar haluan Negara ditetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah
air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.

Garis-garis Besar Haluan Negara juga menegaskan bahwa generasi muda


yang di dalamnya termasuk para siswa adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa
dan sumber insani bagi pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan
undang-undang dasar 1945.
Mengingat tujuan pendidikan dan pembinaan generasi muda yang ditetapkan
baik di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maupun di dalam garis-
garis besar Haluan Negara amat luas lingkupnya, maka diperlukan sekolah sebagai
lingkungan pendidikan yang merupakan jalur pendidikan formal yang sangat
penting dan strategis bagi upaya mewujudkan tujuan tersebut, baik melalui proses
belajar mengajar maupun melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.

B. Wawasan Wiyatamandala

Dengan memperhatikan kondisi sekolah dan masyarakat dewasa ini yang


umumnya masih dalam taraf perkembangan, maka upaya pembinaan kesiswaan
perlu diselenggarakan untuk menunjang perwujudan sekolah sebagai Wawasan
Wiyatamandala.

Berdasarkan surat Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah nomor:


13090/CI.84 tanggal 1 Oktober 1984 perihal Wawasan Wiyatamandala sebagai
sarana ketahanan sekolah, maka dalam rangka usaha meningkatkan pembinaan
ketahanan sekolah bagi sekolah-sekolah di lingkungan pembinaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, mengeterapkan Wawasan Wiyatamandala yang merupakan konsepsi
yang mengandung anggapan-anggapan sebagai berikut.

1. Sekolah merupakan Wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga


tidak boleh digunakan untuk tujuan-tujuan diluar bidang pendidikan.
2. Kepala sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk
menyelenggarakan seluruh proses pendidikan dalam lingkungan
sekolahnya, yang harus berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk:
1) Meningkatkan ketakwaan teradap Tuhan yang maha Esa,
2) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan,
3) Mempertinggi budi pekerti,
4) Memperkuat kepribadian,
5) Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
3. Antara guru dengan orang tua siswa harus ada saling pengertian dan
kerjasama yang baik untuk mengemban tugas pendidikan.
4. Para guru, di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, harus senantiasa
menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat
digugu (dipercaya) dan ditiru, betapapun sulitnya keadaan yang
melingkunginya.
5. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, namun harus
mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang sadar atau tidak, dapat
menimbulkan pertientangan antara kita sama kita.

Untuk mengimplementasikan wawasan Wiyatamandala perlu diciptakan suatu


situasi di mana siswa dapat menikmati suasana yang harmonis dan menimbulkan
kecintaan terhadap sekolahnya, sehingga proses belajar mengajar, kegiatan
kokurikuler, dan ekstrakurikuler dapat berlangsung dengan mantap.

Upaya untuk mewujudkan wawasan Wiyatamandala antara lain dengan


menciptakan sekolah sebagai masyarakat belajar, pembinaan Organisasi Siswa
Intra Sekolah (OSIS), kegiatan kurikuler, ko-kurikuler, dan ekstra-kurikuler, serta
menciptakan suatu kondisi kemampuan dan ketangguhan yakni memiliki tingkat
keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, dan kekeluargaan yang mantap

Kegiatan Pengembangan Diri yang termasuk ke dalam Pembinaan Wawasan


Wiyatamandala yaitu:

1. Bekerja sama dengan Bimbingan dan Konseling, melakukan penyuluhan


dan Bimbingan karier bagi seluruh peserta didik
2. Mengadakan/mengikuti Lomba Tata Laksana dan kebersihan kelas
3. Berkebun dan memelihara taman sekolah
4. Kerja Bakti kebersihan lingkungan sekolah dan sekitar sekolah
5. Mengadakan/mengikuti Olahraga bersama antara peserta didik dan
seluruh Guru dan karyawan sekolah
6. Berperan sebagai Pengasuh pada program Pengasuhan sebagai Mentor
(kakak asuh), Leader dan Pembimbing Siswa (Bingsis)
7. Mengikuti ceramah dan seminar Ketahan Sekolah.
C. Struktur Organisasi

Pada dasarnya setiap OSIS di satu sekolah memiliki struktur organisasi yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun, biasanya struktur
keorganisasian dalam OSIS terdiri atas:

a) Ketua Pembina (Biasanya Kepala Sekolah)


b) Wakil Ketua Pembina (Biasanya Wakil Kepala Sekolah)
c) Pembina (Biasanya Guru yang ditunjuk oleh Sekolah)
d) Ketua Umum
e) Wakil Ketua I
f) Wakil Ketua II
g) Sekretaris Umum
h) Sektetaris I
i) Sekretaris II
j) Bendahara
k) Wakil Bendahara
l) Ketua dan Sekretaris Bidang (sekbid) yang mengurusi setiap kegiatan
siswa yang berhubungan dengan tanggung jawab bidangnya.

Dan biasanya dalam struktur kepengurusan OSIS memiliki beberapa pengurus


yang bertugas khusus mengkoordinasikan masing-masing kegiatan ekstrakurikuler
yang ada di sekolah
LAMBANG OSIS

A. Pencipta Lambang OSIS


Lambang OSIS diciptakan oleh Idik Sulaeman. Idik menghabiskan masa kecil di
daerah kelahirannya, sampai tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat
masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila
setamat SMA Idik memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan
menamatkan pendidikan sebagai sarjana seni rupa di Departemen Ilmu Teknik
Institut Teknologi Bandung ITB pada 9 April 1960.
Idik Sulaeman memulai kariernya di Balai Penelitian Tekstil (1960-1964). Pada
1 Februari 1965 ia diangkat menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan
Kerajinan yang saat itu dijabat Mayjen TNI dr. Azis Saleh.
Dunia seni dan tekstil harus ditinggalkan ketika Idik pindah kerja ke
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), sebagai Kepala Dinas
Pengembangan dan Latihan pada 1 Desember 1967. Saat inilah, ia banyak
membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk
Paskibraka.
Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit)
Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Pada 9
Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai
Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal
Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-
benar menjadi ”komandan” dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978
dan 1979.
Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15
November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni
rupa dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam
penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah,
SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar
(SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah.
B. Arti Lambang OSIS
Arti Lambang OSIS berdasarkan Kepala Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah
No.206/C/Kep. E.81 :

1. Bunga bintang sudut lima dan lima kelopak daun bunga


Generasi muda adalah bunga harapan bangsa dengan bentuk bintang
sudut lima menunjukkan kemurnian jiwa siswa yang berintikan Pancasila. Para
siswa berdaya upaya melalui lima jalan dengan kesungguhan hati, agar menjadi
warga negara yang baik dan berguna. Kelima jalan tersebut dilukiskan dalam
bentuk lima kelopak daun bunga, yaitu: abdi, adab, ajar, aktif, dan amal (5A).
a. Abdi yang berasal dari kata mengabdi
b. Adab yang berasal dari kata sopan dan santun
c. Ajar yang berasal dari kata mengajar
d. Aktif yang berarti orang yang melakukan kegiatan atau suatu ivent tertentu
e. Amal yang berasal dari kata beramal
2. Buku terbuka
Belajar keras menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi, merupakan
sumbangsih siswa terhadap pembangunan bangsa dan negara.
3. Kunci pas
Kemauan bekerja keras akan menumbuhkan rasa percaya pada
kemampuan diri dan bebas dari ketergantungan pada belas kasihan orang lain,
menyebabkan siswa berani mandiri. Kunci pas adalah alat kerja yang dapat
membuka semua permasalahan dan kunci pemecahan dari segala kesulitan.
4. Tangan terbuka
Kesediaan menolong orang lain yang lemah sesama siswa dan masyarakat
yang memerlukan bantuan dan pertolongan, yang menunjukkan adanya sikap
mental siswa yang baik dan bertanggung jawab.
5. Biduk/Perahu Lesung
Biduk / perahu lesung, yang melaju di lautan hidup menuju masa depan
yang lebih baik, yaitu tujuan nasional yang dicita – citakan.
6. Pelangi merah putih
Tujuan nasional yang dicita–citakan adalah masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
sejahtera baik material maupun spiritual.
7. Tujuh belas butir padi, delapan lipatan pita, empat buah kapas, lima daun kapas
Pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah peristiwa penegakan jembatan emas
kemerdekaan Indonesia mengandung nilai–nilai perjuangan ’45 yang harus
dihayati para siswa sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan
pembangunan nasional. Kemerdekaan yang telah ditebus dengan mahal perlu
diisi dengan partisipasi penuh para siswa.
8. Warna kuning
Sebagai dasar lambang yaitu warna kehormatan/agung. Suatu kehormatan
bila generasi muda diberi kepercayaan untuk berbuat baik dan bermanfaat
melalui organisasi, untuk kepentingan dirinya dan sesama mereka, sebagai
salah satu sumbangsih nyata kepada tanah air, bangsa dan negara.
9. Warna coklat
Dapat berarti sifat kedewasaan dan sikap rela berkorban bagi tanah air.
10. Warna merah putih
Warna kebangsaan Indonesia yang menggambarkan hati yang suci dan
berani membela kebenaran.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan yang dikembangkan mencakup empat aspek
kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual (untuk memperteguh keimanan dan
ketaqwaan, meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti atau moral dan
kewirausahaan); kecerdasan intelektual (membangun kompetensi dan kemandirian
ilmu pengetahuan dan teknologi); kecerdasan emosional (meningkatkan
sensitivitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya),
dan kecerdasan kinestetis (meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan,
kesigapan fisik, dan keterampilan).
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan tersebut di atas, pemerintah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan. Pada tingkat teknis, peraturan tersebut dijabarkan
dalam bentuk Pedoman Pembinaan
Kesiswaan yang menjadi panduan dalam pengembangan berbagai kegiatan
siswa di sekolah. Pelaksanaan pembinaan kesiswaan di sekolah adalah menjadi
tanggung jawab kepala sekolah. Dengan demikian kepala sekolah dalam kapasitas
sebagai manajer maupun leader seharusnya dapat memberdayakan seluruh
potensi yang dimilikinya. Dalam pembinaan dan pengembangan potensi, bakat
serta minat siswa, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan pembina OSIS
harus berperan dalam menyusun rencana program kegiatan pembinaan
kesiswaan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler di sekolah sangat tergantung pada komponen warga sekolah
dalam merencanakan dan melaksanakan program yang telah dibuat bersama
komite sekolah berdasarkan prinsipprinsip manajemen berbasis sekolah.
Fenomena di lapangan dalam hal ini di tingkat sekolah, kabupaten/ kota,
ataupun provinsi menunjukkan masih terdapat banyak perbedaan dalam
penyusunan program kegiatan kesiswaan baik dari segi manajemen maupun
teknis operasionalnya. Oleh sebab itu, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas, Departemen Pendidikan Nasional memandang perlu adanya
Panduan Teknis Pembina OSIS.
Dengan adanya panduan ini, Pembina OSIS sebagai bagian penting dalam
menunjang keberhasilan pembinaan kesiswaan di sekolah, diharapkan memiliki
kompetensi manajerial dan teknis operasional yang memadai dalam
pengelolaan dan pengembangan program tentang Guru dan Dosen;
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi;
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Kelulusan;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
6. Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Siswa yang Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2008 tentang Pembinaan Kesiswaan;
8. Buku Pedoman Pembinaan Kesiswaan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ( Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4496 );
2. Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 125/N/2002
tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar Di sekolah;
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi
Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.19 Tahun 2007
Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun
2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan.

C. Tujuan
1. Pembina OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) memiliki persepsi yang sama
dalam memahami dan mengimplementasikan program-program kegiatan
kesiswaan di sekolah.
2. Meningkatkan kemampuan teknis manajerial dan operasional bagi pembina
OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat siswa sesuai dengan kondisi
sekolah masing-masing.
3. Membantu pembina OSIS dan siswa untuk melaksanakan 0 (sepuluh) materi
jenis kegiatan kesiswaan.
4. Menumbuhkembangkan sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan
kesatuan bangsa.
5. Pembina OSIS mampu melaksanakan evaluasi dan pelaporan yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan dokumentasi, laporan hasil belajar dan
pemetaan kegiatan kesiswaan di sekolah.
D. Hasil Yang Diharapkan
1. Pembina OSIS dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai
panduan teknis.
2. Meningkatnya kemampuan teknis manajerial dan operasional bagi pembina
OSIS dalam mengoptimalkan bakat dan minat siswa sesuai dengan kondisi
sekolah masing-masing.
3. Pembina OSIS dan siswa dapat melaksanakan 0 (sepuluh) materi jenis kegiatan
kesiswaan.
4. Tumbuhkembangnya sikap kerjasama, nasionalisme, rasa persatuan dan
kesatuan bangsa.
5. Terlaksananya evaluasi dan pelaporan oleh guru pembina OSIS sebagai bahan
dokumentasi dan pemetaan kegiatan kesiswaan di sekolah.

E. Manfaat
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dari buku panduan teknis ini baik bagi
sekolah secara khusus maupun bagi pemangku kepentingan pendidikan secara
umum.
1. Bagi Sekolah
a. Memberikan pemahaman kepada warga sekolah tentang arti pentingnya
penyelenggaraan pendidikan yang seimbang dan saling menunjang serta
saling melengkapi antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan
ekstrakurikuler.
b. Menjadi acuan guru pembina OSIS dalam melakukan kegiatan kesiswaan
yang mampu menumbuhkembangkan bakat, minat dan berbagai potensi
siswa berdasarkan 10 (sepuluh) materi jenis kegiatan.
c. Sebagai panduan bagi guru pembina OSIS untuk mengusulkan rencana
program kegiatan kesiswaan yang kreatif, inovatif, proporsional, efektif dan
efisien.
d. Sebagai acuan dalam membangun kultur sekolah menuju wawasan wiyata
mandala dan ketahanan sekolah.
e. Sebagai panduan dalam melakukan evaluasi dan pelaporan terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dengan hasil-hasilnya.
2. Bagi Pemangku Kepentingan Pendidikan
a. Menjadi panduan untuk melakukan langkah-langkah pembinaan kesiswaan
melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler.
b. Menjadi panduan dalam upaya meningkatkan koordinasi dan komunikasi
tentang pelaksanaan dan pengembangan program kegiatan kesiswaan di
sekolah.
c. Sebagai panduan untuk memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan sekolah dalam
penyelenggaraan kegiatan kesiswaan.
d. Sebagai panduan dalam melakukan supervisi tentang keterlaksanaan
program kegiatan kesiswaan di sekolah yang dapat dijadikan pemetaan
kegiatan kesiswaan pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi dan
nasional.
BAB II
PRINSIP DAN TEKNIS PELAKSANAAN

A. Prinsip Pelaksanaan
Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam rangka meningkatkan prestasi
akademis antara lain Olimpiade Sains, lomba-lomba keilmuan, LPIR, Debat
Bahasa Inggris, maupun nonakademis antara lain: Olahraga, Seni, Kepribadian,
Bela Negara, Wawasan Kebangsaan berdasarkan prinsip Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS). Untuk itu sangat dibutuhkan peran dan kreativitas warga sekolah
terutama wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, guru pembina OSIS, pelatih dan
siswa.

Pembina OSIS sebagai salah satu perangkat pembinaan kesiswaan di


sekolah, diharapkan mampu merencanakan dan melaksanakan program kegiatan
baik secara manajerial maupun teknis operasional. Pembina OSIS dalam
menyusun dan melaksanakan program kegiatan perlu memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:

1. Mudah dan Bermanfaat


Pelaksanaan pembinaan kesiswaan dibuat dalam program kegiatan yang
mudah dilaksanakan, sederhana, terukur dan dapat dilakukan sesuai waktu
yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilaksanakan harus berdampak positif
(bermanfaat), yaitu dapat membawa perubahan pada sikap, perilaku dan
perbuatan siswa yang semakin cerdas secara intelektual, emosional, spiritual
dan kinestetik.

2. Normatif dan Bernilai


Pelaksanaan pembinaan kesiswaan harus didasarkan pada aturan yang
berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta nilai-nilai yang dijunjung
tinggi oleh warga sekolah. Norma dan nilai-nilai harus menjadi ukuran dan
acuan dalam penyusunan program kegiatan kesiswaan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi sampai dengan pelaporan.

3. Fleksibel dan Berkembang


Program kegiatan pembinaan kesiswaan dikemas dalam bentuk yang
dinamis sehingga dapat menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan fasilitas
sekolah. Program kegiatan yang telah dirancang harus dapat dikembangkan
untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat siswa, baik kegiatan yang
bersifat situasional sampai pada tahap tertentu maupun kegiatan pada jenjang
berkelanjutan (kabupaten/kota, provinsi, nasional, internasional).

4. Tidak Diskriminatif
Pelaksanaan program kegiatan pembinaan kesiswaan harus dapat
dirasakan dan dinikmati oleh semua warga sekolah. Sekolah memberi
kesempatan dan keleluasaan untuk menentukan program kegiatan yang
direncanakan.

5. Kreatif dan Menyenangkan


Setiap program kegiatan kesiswaan yang dilaksanaan sekolah menuntut
peran aktif dari pelaksana kegiatan. Program kegiatan sedapat mungkin
menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan siswa. Pelaksanaan suatu
program kegiatan sesungguhnya merupakan aspirasi siswa yang selalu
diupayakan agar dapat membangkitkan keceriaan dan penuh semangat.

6. Mengembangkan Minat dan Bakat Siswa


Dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program kegiatan harus
memperhatikan potensi, minat dan bakat siswa. Hal ini penting karena suatu
program kegiatan yang disusun dan dilaksanakan sudah merupakan hasil
penelusuran potensi, minat dan bakat siswa.

7. Terprogram dan Berkelanjutan


Dalam pembinaan kesiswaan diperlukan perencanaan yang terprogram
dengan baik dan berkelanjutan agar hasil yang diharapkan setiap kegiatan
yang dilaksanakan dapat terukur dan menunjang mutu pendidikan. Program
kegiatan juga harus berkesinambungan.

8. Koordinatif dan Kolaboratif


Program kegiatan diselenggarakan melalui koordinasi dengan semua
pelaksana kegiatan baik dalam tahap persiapan maupun pelaksanaan. Dalam
koordinasi diperlukan upaya menggabungkan beberapa unsur yang relevan
dan saling menunjang.
9. Akuntabel
Penyusunan dan pelaksanaan suatu program kegiatan kesiswaan harus
dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan aturan dan moral, baik kepada
warga sekolah maupun pemangku kepentingan.

B. Teknis Pelaksanaan
1. Waktu dan Tempat
Pada saat penyusunan suatu program kegiatan, masalah waktu dan
tempat harus dipilih secara cermat. Pemilihan waktu, harus berpedoman pada
kalender pendidikan dan kegiatan tahunan sekolah. Untuk kepentingan
pemilihan waktu dan tempat, agar dikoordinasikan terlebih dahulu dengan para
wakil kepala sekolah. Pengaturan alokasi waktu dan tempat harus disesuaikan
dengan jenis kegiatan, alokasi dana yang tersedia, akses dan mobilitas, serta
memenuhi unsur-unsur keamanan dan kenyamanan.

2. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana kegiatan (panitia) baik dari unsur pimpinan, guru maupun siswa
agar sejak persiapan, pelaksanaan sampai dengan pelaporan selalu
diikutsertakan. Jika menginginkan suatu kegiatan dapat terlaksana sesuai
rencana, maka sejak awal pembentukan kepanitiaan, semua memiliki komitmen
yang jelas dan mampu bekerja dalam tim (team work) sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki (the right man on the right place). Wujudkan iklim yang
kondusif dalam koordinasi, komunikasi, demokrasi, dan sosialisasi serta junjung
tinggi transparansi. Para pelaksana kegiatan harus mampu menunjukkan
dedikasi, loyalitas dan pengabdian yang tinggi agar setiap program kegiatan
yang dilaksanakan selalu sukses, baik sukses dalam penyelenggaraan maupun
sukses hasil.

3. Sarana dan Prasarana Pendukung


Sarana dan prasarana merupakan bentuk fisik yang menjadi pendukung
dalam setiap pelaksanaan suatu program kegiatan baik yang dilakukan di
sekitar areal sekolah maupun di luar sekolah. Betapapun suatu perencanaan
kegiatan telah disusun dengan baik, namun jika tidak ditunjang oleh sarana dan
prasarana
yang memadai maka hasilnya tidak akan optimal. Oleh karena itu, upayakan
sejak persiapan suatu kegiatan agar terlebih dahulu diinventarisir apa yang
menjadi kebutuhan pokok dan penunjang selama kegiatan berlangsung.
Sebelum kegiatan dilaksanakan, lakukan check and recheck tentang kelayakan,
keamanan dan kenyamanannya baik untuk kepentingan panitia (petugas
pelaksana) maupun peserta. Perlu dipikirkan sejak awal alternatif solusi yang
dapat diambil jika dalam pelaksanaan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Pendanaan
Masalah pendanaan merupakan salah satu unsur penting yang akan
menentukan terlaksana atau tidaknya suatu kegiatan, besar kecilnya jumlah
peserta dan meriah tidaknya suatu kegiatan berlangsung. Sebaiknya sejak awal
penyusunan program kegiatan harus dengan jelas tertulis sumber dana yang
akan masuk dan rincian penggunaanya. Bila dana dari sekolah dan komite
sekolah tidak memadai perlu dikembangkan kreativitas dalam menggalang dana
untuk mencari pembiayaan alternatif.

Demi baiknya pengelolaan dana, bendahara harus orang yang memiliki


komitmen tentang ketelitian, kejujuran, akuntabilitas dan transparansi.
BAB III
PENGERTIAN, FUNGSI, TUJUAN, TUGAS OSIS
DAN STRUKTUR OSIS

Dalam upaya mengenal, memahami, dan mengelola Organisasi Siswa Intera


Sekolah (OSIS) perlu kejelasan mengenai pengertian, fungsi dan tujuan serta
Organisasi Siswa Intera Sekolah (OSIS).
Dengan mengetahui pengertian, fungsi dan tujuan serta struktur OSIS yang jelas,
maka akan membantu para pembina, pengurus, dan perwakilan kelas untuk
mendayagunakan OSIS ini sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

A. Pengertian OSIS
1. Secara Semantis
Didalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan disebutkan bahwa organisasi
kesiswaan di sekolah berbentuk Organisasi Siswa Intera Sekolah (OSIS) dan
merupakan oraganisasi resmi di sekolah.
OSIS adalah Organisasi Siswa Intera Sekolah. Masing-masing kata
mempunyai pengertian:
a. Oganisasi
Secara umum adalah kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan
untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dalam hal ini dimaksudkan
sebagai satuan atau kelompok kerjasama para siswa yang dibentuk dalam
usaha mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya
kesiswaan.
b. Siswa
Adalah peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah.
c. Intera
Berarti terletak didalam. Sehingga OSIS merupakan suatu oraganisasi
siswa yang ada didalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.
d. Sekolah
Adalah satuan pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar, yang dalam hal ini sekolah menengah atas atau madrasah yang
sederajat.
2. Secara Organisatoris
OSIS merupakan satu-satunya oraganisasi siswa yang resmi disekolah. Oleh
karena itu setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intera Sekolah
(OSIS), yang tidak mempunyai hubungan organisatoris dangan oraganisasi
kesiswaan disekolah lainn dan tida menjadi bagian/ alat dari organisasi lain yang
ada diluar sekolah.
3. Secara Fungsional
Dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan, khususnya di bidang
pembinaan kesiswaan, arti yang terkandung lebih jauh dalam pengertian OSIS
adalah sebagai jalur pembinaan kesiswaan.
4. Secara Sistemik
Apabila OSIS dipandang sebagai suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat
kehidupan berkelompok siswa yang bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.
Dalam hal ini OSIS dipandang sebagai sebuah sistem, dimana para siswa
mengadakan koordinasi dalam upaya menciptakan status organisasi yang
mampu mencapai tujuan.
Oleh karena itu, OSIS sebagai suatu sistem ditandai dengan beberapa ciri
pokok yaitu:
a. Berorientasi pada tujuan;
b. Memiliki susunan kehidupan berkelompok;
c. Memiliki sejumlah peranan;
d. Terkoordinasi;
e. Berkelanjutan dalam waktu tertentu;
B. Fungsi
Salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki sebagai macam fungsi.
Demikian pula OSIS sebagai suatu organisasi memiliki beberapa fungsi dalam
mencapai tujuan.
Sebagai jalur pembinaan kesiswaan, fungsi OSIS adalah:
1. Sebagai wadah
Organisasi Siswa Intera Sekolah merupakan organisasi resmi disekolah
dan sebagai wadah kegiatan para siswa di sekolah dengan jalur pembinaan
yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan.
2. Sebagai Motivator
Motivator adalah pendorong lahirnya keinginan dan semangat para
siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai
tujuan. OSIS sebagai motivator berperan untuk menggali dan
mengembangkan potensi siswa, yaitu minat dan bakat siswa serta
mengembangkannya melalui kegiatan-kegiatan OSIS dan ekstrakulikuler.
3. Sebagai Preventif
Apabila fungsi yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS
dapat menggerakan sumberdaya yang ada dan secara eksternal. OSIS
mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti menyelesaikan persoalan
perilaku menyimpang siswa dan sebagainya. Dengan demikian secara
preventif OSIS ikut mengamankan sekolah dari segala ancaman yang
datang dari dalam maupun luar. Fungsi preventif OSIS akan terwujud apabila
fungsi OSIS sebagai motivator lebih dahulu harus dapat diwujudkan.

C. Tujuan
Setiap organisasi selalu memilki tujuan yang ingin dicapai, begitu pula dengan
OSIS, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain:
1. Memahami, mengahargai lingkungan hidup dan nilai-nilai dalam mengambil
keputusan yang tepat.
2. Membangun landasan kepribadian yang kuat dan mengahargai Hak Azasi
Manusia (HAM) dalam konteks kemajuan budaya bangsa.
3. Membangun, mengembangkan wawasan kebangasaan dan rasa cinta
tanah air dalam era globalisasi.
4. Memperdalam sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan
kerjasama secara mandiri, berfikir logis dan demokratis.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta menghargai karya
artistik, budaya, dan intelektual.
Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani, memantapkan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

D. Perangkat OSIS
Perangkat OSIS terdiri dari Pembina OSIS, Perwakilan Kelas, dan Pengurus
OSIS.
1. Pembina OSIS
a. Pembina OSIS terdiri dari :
1) Kepala Sekolah, sebagai ketua
2) Wakil Kepala Sekolah bidang kesiswaan, sebagai wakil ketua.
3) Guru, sebagai anggota, sedikitnya 5 (lima) orang dan dapat bergantian
setiap tahun pelajaran.
b. Rincian Tugas
1) Kepala Sekolah Sebagai ketua:
a) Bertanggung jawab atas seluruh pengelolaan, pembinaan dan
pengembangan OSIS disekolahnya;
b) Memberikan nasihat kepada perwakilan kelas dan pengurus;
c) Mengesahkan keanggotaan perwakilan kelas dengan surat keputusan
kepala sekolah;
d) Mengesahkan dan melantik pengurus OSIS dengan surat keputusan
kepala sekolah;
e) Mengarahkan penyusunan anggaran rumah tangga dan program kerja
OSIS;
f) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS.
2) Wakil Kepala Sekolah sebagai wakil ketua.
a) Bertanggung jawab atas seluruh pelaksanaan pengeloaan,
pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolahnya;
b) Memberikan bimbingan dan latihan kepada perwakilan kelas dan
pengurus;
c) Menyusun dan memproses rekruitmen keanggotaan perwakilan kelas
untuk ditindak lanjuti dengan surat keputusan kepala sekolah;
d) Memfasilitasi pengesahan dan pelantikan pengurus OSIS oleh kepala
sekolah;
e) Memfasilitasi dan membimbing penyusunan anggaran rumah tangga
dan program kerja OSIS;
f) Mefasilitasi dan membina dan penyusunan program kerja OSIS;
g) Mengahadiri rapat-rapat OSIS;
h) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS
secara berkala setiap tiga bulan sekali;
i) Memberikan laporan seluruh kegiatan OSIS secara berkala setiap
bulan kepada kepala sekolah (program yang dilaksanakan serta daftar
hadir kegiatan serta sasaran yang dicapai).
3) Guru, sebagai anggota.
a) Bertanggung jawab atas seluruh operasional pelaksanaan
pengelolaan pembinaan dan pengembangan OSIS di sekolahnya;
b) Memberikan bimbingan dan latihan kepada perwakilan kelas dan
pengurus;
c) Membantu Wakesek kesiswaan menyusun dan memproses
rekruitmen keanggotaan perwakilan kelas untuk ditindak lanjuti
dengan surat keputusan kepala sekolah;
d) Membantu dan memfasilitasi pelaksanaan pengesahan dan pelantikan
pengurus OSIS;
e) Memfasilitasi dan membina secara teksnis penyusunan anggaran
rumah tangga dan program kerja OSIS;
f) Memfasilitasi dan membina secara teknis pelaksanaan program kerja
OSIS;
g) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas pengurus OSIS
secara berkala setiap tiga bulan sekali;
h) Memberikan laporan seluruh kegiatan OSIS secara berkala setiap
bulan kepada wakil kepala sekolah (program yang dilaksanakan serta
daftar hadir kegiatan serta sasaran yang dicapai).
2. Perwakilan Kelas
a) Terdiri atas 2 (dua) orang dari setiap kelas.
b) Perwakilan kelas bertugas memilih pengurus OSIS, mengajukan usul-usul
untuk dijadikan program kerja OSIS dan menilai laporan
pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir masa jabatannya.
c) Perwakilan kelas bertanggung jawab langsung kepada Pembina OSIS
d) Masa kerja perwakilan kelas selama satu tahun pelajaran.
e) Rincian tugas
1) Mewakili kelasnya dalam rapat perwakilan kelas;
2) Mengajukan usul kegiatan untuk dijadikan program kerja OSIS;
3) Mengajukan calon pengurus OSIS berdasarkan hasil rapat kelas;
4) Memilih pengurus OSIS dari daftar calon yang telah disiapkan;
5) Menilai laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir
jabatannya;
6) Mempertanggungjawabkan segala tugas kepada kepala sekolah selaku
ketua pembina;
7) Bersama-sama pengurus menyusun anggaran rumah tangga.

3. Pengurus OSIS
a. Syarat Pengurus OSIS
1) Taqwa tehadap tuhan yang Maha Esa;
2) Memiliki budi pekerti luhur atau akhlaq mulia dan sopan santun;
3) Memiliki bakat sebagai pemimpin;
4) Tidak terlibat penyalahgunaan narkoba;
5) Memiliki kemauan, kemampuan pengetahuan yang memadai;
6) Dapat mengatur waktu dengan sebaik-sebaiknya, sehigga pelajarannya
tidak terganggu karena menjadi pengurus OSIS;
7) Pengurus dicalonkan oleh perwakilan kelas;
8) Tidak duduk dikelas terakhir;
9) Syarat lain disesuaikan dengan ketentuan sekolah.
b. Kewajiban Pengurus OSIS
1) Menyusun dan melaksanakan program kerja sesuai dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga OSIS;
2) Selalu menjunjung tinggi nama baik, kehormatan dan martabat
sekolahnya;
3) Kepemimpinan pengurus OSIS bersifat kolektif;
4) Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pembina OSIS
dan Tembusannya kepada perwakilan kelas pada akhir masa
jabatannya;
5) Selalu berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Pembina OSIS.

c. Struktur dan Rincian Tugas Pengurus OSIS


1) Ketua
a) Memimpin Organisasi dengan baik dan bijaksana;
b) Mengkoordinasikan semua aparat kepengurusan dan mengevaluasi
setiap kegiatan pengurus;
c) Menyusun program kerja, melakasanakan kegiatan yang sudah ada
serta mengkordinasi kegiatan ekstrakurikuler;
d) Memimpin rapat;
e) Menetapkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan berdasarkan
musyawarah dan mufakat;

f) Menjalin komunikas dengan sekolah lain


g) Bertanggung jawab kepada pembina osis
2) Wakil Ketua
a) Bersama-sama ketua OSIS dan membantu dalam menjalankan
tugasnya;
b) Memberi saran kepada ketua dalam rangka mengambil keputusan;
c) Menggantikan ketua jika berhalangan;
d) Membantu ketua dalam melaksanakan tugasnya;
e) Bertanggung jawab kepada ketua;
f) Wakil ketua bersama dengan wakil sekretaris mengkoordinasikan
seksi-seksi
3) Sekretaris
a) Menulis data-data pengurus Osis serta anggota Osis dengan lengkap
b) Menyalin data-data yang rusak ataupun yang hilang
c) Memberi saran/masukan kepada ketua dalam mengambil keputusan;
d) Mendampingi ketua dalam memimpin setiap rapat;
e) Menyiarkan, mendistribusikan dan menyimpan surat serta arsip yang
berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan;
f) Menyiapkan laporan, surat, hasil rapat dan evaluasi kegiatan;
g) Bersama ketua menandatangani setiap surat;
h) Bertanggungjawab atas tertib administrasi organisasi;
i) Bertindak sebagai notulis dalam rapat, atau diserahkan kepada wakil
sekretaris;
4) Wakil Sekretaris
a) Aktif membantu pelaksanaan tugas sekretaris
b) Menggantikan sekretaris jika sekretaris berhalangan;
c) Wakil sekretaris membantu wakil ketua mengkoordinir seksi-seksi.
5) Bendahara dan Wakil Bendahara
a) Bertanggungjawab dan mengetahui segala pemasukan pengeluaran
uang /biaya yang diperlukan;
b) Membuat tanda bukti kwitansi setiap pemasukan/pengeluaran uang
untuk pertanggungjawaban;
c) Bertanggungjawab atas inventaris dan perbendaharaan;
d) Menyampaikan laporan keuangan secara berkala.
6) Ketua Seksi
a) Bertanggungjawab atas seluruh kegiatan seksi yang menjadi
tanggungjawabnya;
b) Melaksanakan kegiatan seksi yang telah diprogramkan;
c) Memimpin rapat seksi;
d) Menetapkan kebijaksanaan seksi dan mengambil keputusan
berdasarkan musyawarah dan mufakat;
e) Menyampaikan laporan, pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan
kepada ketua melalui koordiator.
4. Pokok-Pokok Kegiatan Seksi
1) Seksi Keagamaan, antara lain :
a) Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-
masing;
b) Memperingati hari-hari besar keagamaan;
c) Melaksanakan perbuatan amaliah sesuai dengan norma agama;
d) Membina toleransi kehidupan antar umat beragama;
e) Mengadakan kegiatan lomba yang bernuansa keagamaan;
f) Mengembangkan dan memperdayakan kegiatan keagamaan di sekolah;
g) Kegiatan lainnya;
2) Seksi K3 (Kesehatan, Kebersihan, Keamanan), antara lain:
a) Penyediaan obat-obatan
b) Melaksanakan tata tertib dan kultur sekolah;
c) Melaksanakan gotong royong dan kerja bakti (bakti social);
d) Melaksanakan norma-norma yang berlaku dan tata karma pergaulan;
e) Menumbuhkembangkan kesadaran untuk rela berkorban terhadap
sesama;
f) Menumbuhkembangkan sikap hormat dan mengahargai warga sekolah;
g) Melaksanakan penghijauan dan perindangan lingkungan sekolah
h) Kegiatan lainnya.
3) Seksi Pendidikan, anatara lain:
a) Melaksanakan Latihan dan upacara bendera pada hari Senin;
b) Memperingati PHBN

c) Melaksanakan kegiatan kepramukaan;


d) Melaksanakan latihan kepemimpinan siswa;
e) Melaksanakan kegiatan orientasi siswa baru yang bersifat akademik dan
pengenalan lingkungan tanpa kekerasan
f) Razia
g) Pendataan buku perpustakaan
h) Pelatihan PBB
i) Pembuatan jadwal petugas dan pembina upacara
4) Seksi Olahraga, antara lain:
a) Pertandingan persahabatan
b) Class meeting
c) Senam ;
d) Membuat tim Sepak bola dan Boa volly;
e) Kegiatan lainnya;
5) Seksi Kewirausahaan, antara lain:
a) Menigkatkan kreativitas dan keterampilan dalam menciptakan suatu
barang menjadi lebih berguna;
b) Meningkatkan kreativitas dan keterampilan di bidang barang dan jasa;
c) Meningkatkan usaha koperasi siswa dan unit produksi;
d) Kegiatan lainnya.
6) Seksi Kesenian, antara lain:
a) Membuat group marawis, karawitan, perkusi, kolaborasi, dan nasyid
b) Pensi
c) Paduan suara
d) Penyediaan mading
e) Kegiatan lainnya;
7) Seksi Peralatan antara lain:
a) Mengganti peralatan OSIS yang rusak
b) Mengecek peralatan sekolah
c) Membuat sanksi untuk siswa yang merusak peralatan sekolah
Pokok-pokok kegiatan seksi tersebut di atas dapat dikembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah dan sekolah masing-masing.

E. Forum Organisasi
1. Rapat-rapat
a. Rapat Pleno Perwakilan Kelas adalah rapat yang dihadiri seluruh anggota
perwakilan kelas.
Rapat ini diadakan untuk :
1) Pemilihan pimpinan rapat perwakilan kelas yang terdiri dari seorang
ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris;
2) Pencalonan pengurus
3) Memimpin pelaksanaan pemilihan pengurus OSIS;
4) Penilaian laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS pada akhir
masa jabatannya;
5) Acara, waktu, dan tempat rapat dikonsultasikan dengan Ketua Pembina.
b. Rapat Pengurus
1) Rapat pleno pengurus adalah rapat yang dihadiri seluruh anggota
pengurus OSIS, untuk membahas :
a) penyusunan program kerja tahunan OSIS;
b) penilaian pelaksanaan program kerja pengurus OSIS tengah
tahunan dan tahunan;
c) membahas laporan pertanggungjawaban OSIS pada akhir masa
jabatan.
2) Rapat pengurus harian adalah rapat pengurus yang dihadiri oleh ketua,
wakil-wakil ketua, sekretaris, wakil-wakil sekretaris, bendahara dan
wakil bendahara, untuk membicarakan dan mengkoordinasikan
pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
3) Rapat koordinasi terdiri dari :
Rapat yang dihadiri oleh Ketua, wakil ketua , Sekretaris, wakil
sekretaris Bendahara dan wakil Bendahara serta seksi-seksi;
4) Rapat seksi adalah rapat yang dipimpin oleh ketua seksi;
5) Rapat luar biasa dapat diadakan dalam keadaan yang mendesak atas
usul pengurus OSIS atau perwakilan kelas, setelah terlebih dahulu
dikunsultasikan dan disetujui pembina OSIS.

2. Tata Cara Pemilihan


Tata cara pemilihan Perwailan Kelas dan pemilihan Pengurus OSIS adalah
sebagai berikut;
a. Pemilihan Perwakilan Kelas.
1) Pemilihan perwakilan kelas diselenggarakan pada awal tahun pelajaran
baru, hari pertama masuk sekolah, semua siswa yang duduk di kelas
yang bersangkutan memilih ketua dan wakil ketua kelas.
2) Anggota perwakilan Kelas terdiri dari 2 (dua) orang siswa tiap kelas
yang dipilih secara langsung oleh anggota kelasnya yang dihadiri oleh
wali kelas.
3) Anggota perwakilan kelas dapat dirangkap oleh Ketua dan wakil ketua
kelas.
4) Kepala Sekolah selaku Ketua Pembina atau menunjuk wakil kepala
sekolah segera mengundang semua anggota perwakilan kelas untuk
membentuk dan mengesahkan pengurus perwakilan kelas.

b. Pemilihan atau pembentukan pengurus OSIS


1) Pemilihan/pembentukan pengurus OSIS diselenggarakan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah terbentuknya perwakilan kelas.
2) Penyelenggara Pemilihan atau Pembentukan pengurus OSIS dibentuk
oleh Kepala sekolah, dengan unsur-unsur panitia pemilihan OSIS terdiri
dari :
a) Pembina OSIS.
b) Pengurus OSIS lama
c) Perwakilan Kelas.
d) Siswa.
Jumlah anggota panitia pemilihan OSIS sekurang-kurangnya 5 (Lima)
orang dan sebanyak-bantaknya 10 (sepuluh) orang.
3) Ketua dan wakil ketua OSIS dipilih secara langsung dalam satu paket
oleh seluruh siswa dalam waktu 1 (satu) hari dan hasilnya diumumkan
secara langsung.
4) Ketua dan wakil ketua terpilih segera melengkapi kepengurusan OSIS
selambat-lambatnya 1 (minggu) setelah pemilihan.

3. Pengesahan dan Pelantikan


a. Berdasarkan hasil laporan panitia pemilihan OSIS, Kepala Sekolah
sebagai pembina OSIS mengeluarkan surat keputusan tentang
pengangkatan dan pengambilan sumpah pengusus OSIS yang baru
terbentuk.
b. Pelantikan pengusus OSIS dikalsanakan pada saat upacara bendera
Senin pagi atau Sabtu sore, dengan susunan upacara pelantikan yang
diatur oleh sekolah.
F. Anggaran Dasar OSIS
Secara Struktural Anggaran Dasar OSIS, terdiri dari 7 (tujuh) Bab dan Pasal-pasal.
1. Bab I. Nama, Waktu dan Tempat Kedudukan
2. Bab II. Asas, Tujuan, dan Sifat
3. Bab III. Keanggotaan dan Keuangan
4. Bab IV. Hak dan Kewajiban Anggota
5. Bab V. Perangkat OSIS.
6. Bab VI. Masa Jabatan
7. Bab VII. Penutup.

G. Strategi Pelaksanaan
Keberhasilan OSIS sangat ditentukan oleh strategi pelaksanaan dan
pembinaan dari elemen pendukungnya.
Strategi pelaksanaan OSIS dimulai dari tingkat sekolah – kabupaten/kota –
provinsi, dan nasional harus berkesinambungan dan konsisten serta tidak ada
tumpang-tindih program kegiatan di tingkat tersebut.
1. Di Tingkat Sekolah
Pada tingkat sekolah, komponen-komponen yang mendukung
keberhasilan OSIS, yakni kepala sekolah, guru pembina, tenaga
kependidikan dan komite sekolah.
Peran Kepala Sekolah sebagai pengambil kebijakan di sekolah akan
berpengaruh pada keberhasilan OSIS.
a. Peran kepala sekolah dapat berupa :
1) Penyediaan ruang OSIS dan fasilitasnya.
2) Kebijakan sekolah yang mendukung keberhasilan OSIS.
3) Memberi kemudahan pada berbagai kegiatan OSIS.
4) Penyertaan pengurus OSIS dalam kegiatan rapat kerja sekolah.
b. Peran guru pembina, antara lain:
1) Membimbing pengurus OSIS dalam berbagai Kegiatan OSIS.
2) Membantu tantangan/hambatan yang dihadapi pengurus OSIS.
c. Peran tenaga kependidikan, antara lain :
Membantu pelaksanaan kegiatan secara teknis operasional.
d. Peran komite sekolah, antara lain ;
1) Memberikan fasilitas baik dana maupun dukungan materi lainnya
yang dibutuhkan OSIS.
2) Membantu terciptanya hubungan yang harmonis dengan orangtua
siswa, atau pun pihak sponsor dalam penggalangan dana untuk
kegiatan OSIS.
2. Di Tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi
Di tingkat kabupaten/kota keberhasilan OSIS juga ditunjang oleh peran
aktif dari Kepala Dinas Pendidikan tingkat Kota/Kabupaten/Provinsi.
Peran dan kegiatan pembinaan terhadap OSIS dan guru pembina dapat
berupa :
1) Pelatihan pengurus OSIS dalam kegiatan keorganisasian.
2) Kegiatan bersama antar OSIS seperti ; karya wisata, gerak jalan,
napak tilas sejarah, dll.
3) Pembentukan Badan Koordinasi OSIS Tingkat Kabupaten/Kota.
4) Pelatihan ketrampilan keahlian atau kewirausahaan; seperti
perbengkelan, pertanian/pertanaman/tata boga dan tata busana,
dll.
3. Di Tingkat Nasional
Pada tingkat nasional keberhasilan OSIS sangat ditentukan berbagai
kebijakan yang dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional
dalam hal ini Direktorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peranannya, antara lain ;
1) Pelatihan/TOT/Workshop/Pengurus OSIS dan Pembina OSIS
seluruh Indonesia dalam hal keorganisasian OSIS.
2) Pertukaran Pengurus OSIS antar provinsi.
3) Pertukaran Pengurus OSIS dengan OSIS di tingkat regional
(ASEAN ) dan internasional.
4) Pagelaran seni budaya nusantara.
5) Kerjasama dengan departemen terkait.
6) Kerjasama dengan Komnas HAM dalam kaitannya dengan
desiminasi pelaksanaan HAM di Indonesia.
H. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan kegiatan OSIS di sekolah dapat dilihat dari beberapa indikator
antara lain:
1. Adanya ruang OSIS yang di dalamnya terdapat struktur organisasi dan
kepengurusan OSIS, program kerja, sarana dan prasarana yang memadai
serta berbagai macam piagam penghargaan yang diperoleh sebagai hasil
prestasi yang dicapai.
2. Keterlibatan pengurus OSIS, anggota OSIS/siswa dalam berbagai kegiatan
sekolah dengan masyarakat, seperti memperingati hari-hari besar nasional,
macam-macam kegaiatan lomba, kegiatan sosial, seni budaya, dan
sebagainya.
3. Terselenggarakannya pelatihan kepemimpinan bagi para pengurus,
perwakilan kelas, dan anggota, baik di lingkungan sekolah maupun
kabupaten/provinsi.
4. Terselenggaranya berbagai kerjasama antar sekolah dalam berbagai
macam kegiatan olah raga, seni, pramuka, dan sebagainya.
5. Terbentuknya kelompok-kelompok belajar, forum ilmiah di tingkat sekolah
maupun antar sekolah.
6. Terbinanya dengan baik pelatihan upacara bendera di sekolah.
7. Terselenggaranya latihan/lomba baris-berbaris pada hari-hari tertentu
secara terencana dan terus menerus.
8. Dilaksanakannya materi dan jenis kegiatan pembinaan kesiswaan secara
terencana dan berkelanjutan.
9. Terbinanya hubungan yang penuh kekeluargaan antar sesama siswa, antar
pejabat, hubungan dengan guru, kepala sekolah, orang tua siswa dan
masyarakat.
10. Terwujudnya sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala

I. Fungsi dan Tugas OSIS


1. Wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi siswa serta menetapkan
garis-garis program;
2. Pelaksanaan kegiatan kesiswaan;
3. Sarana komunikasi antar siswa;
4. Wadah pengembangan potensi diri siswa, sebagai calon seorang ilmuan dan
intelektual yang berguna di masa depan;
5. Pengembangan pelatihan keterampilan organisasi, manajemen, dan
kepemimpinn siswa;
6. Pembinaan pengembangan dan pemberdayaan kecakapan hidup (Life Skills)
Pembinaan, pengembangan dan permberdayaan kader-kader bangsa;

J. Bidang-bidang kegiatan
1. Bidang Keagamaan
2. Bidang K3 (Kesehatan, kebersihan dan Keamanan);
3. Bidang Pendidikan
4. Bidang Olahraga
5. Bidang Kewirausahaan
6. Bidang Kesenian
7. Bidang Peralatan
BAB IV
ADMINISTRASI PEMBINAAN OSIS

A. Maksud dan Tujuan


Maksud pembinaan kesiswaan adalah mengusahakan agar para siswa
dapattumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.
Tujuan pembinaan kesiswaan adalah meningkatkan peranserta dan inisiatif
para siswa untuk menjaga dan membina sekolah sebagai Wiyatamandala
sehingga terhindar dari usaha pengaruh yang bertentangan dengan kebudayaan
nasional; menumbuhkan daya tangkal pada diri siswa terhadap pengaruh negatif
yang datang dari luar lingkungan sekolah; memantapkan kegiatan kurikuler dan
ekstrakurikuler dalam menunjang pencapaian kurikulum; meningkatkan apresiasi
dan penghayatan seni; menumbuhkan sikap berbangsa dan bernegara;
meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat serta nilai-nilai 45; serta
meningkatkan kesegaran jasmani dan daya kreasi.

B. Sasaran
Sasaran pembinaan kesiswaan adalah seluruh siswa pada setiap jenis, dan
jenjang sekolah/ kursus di lingkungan pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah.

C. Materi dan Lajur


Materi pembinaan kesiswaan meliputi:
1. Bidang Keagamaan
2. Bidang K3 (Kesehatan, kebersihan dan Keamanan);
3. Bidang Pendidikan
4. Bidang Olahraga
5. Bidang Kewirausahaan
6. Bidang Kesenian
7. Bidang Peralatan
Jalur pembinaan kesiswaan adalah:
1. Organisasi kesiswaan;
2. Latihan kepemimpinan;
3. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler di sekolah; dan
4. Kegiatan pemantapan wawasan Wiyatamandala.

D. Organisasi Kesiswaan
Setiap sekolah wajib membentuk Organisasi Siswa Intra Sekolah disingkat
OSIS. OSIS adalah satu-satunya wadah organisasi siswa di sekolah, di
lingkungan pembinaanDirektorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (SD,
SMP, SMA, dan kursus-kursus), dan tidak ada hubungan organisatoris dengan
OSIS di sekolah atau di kursus yang lain.

E. Pelatihan Kepemimpinan
Latihan Dasar Kepemimpinan / LDK adalah sebuah pelatihan dasar tentang
segala hal yang berkaitan dengan kepemimpinan. LDK biasanya diberikan dalam
2 bagian yaitu LDK Fisik dan LDK Mental. Pemberian materi dari kedua jenis LDK
ini biasanya diberikan di waktu dan tempat yang berbeda. Untuk LDK Mental, yang
menjadi pemberi materi bukanlah lagi para Pengurus OSIS lama
melainkan Dewan Guru, Pembina OSIS, Kepala Sekolah serta
Guru Psikologi dan Konseling dari sekolah yang bersangkutan, atau bisa juga
dengan cara menyewa dari suatu Lembaga Psikologi Independen. LDK Fisik
biasanya diberikan di sekolah dalam waktu 3-5 Hari penuh, sedangkan LDK
Mental biasanya diberikan di luar kota dalam waktu 2-4 hari.

1. Materi
a. LDK Fisik
Untuk LDK Fisik pada umumnya, materi yang diberikan secara garis
besar ialah dalam bentuk PBB / Pelatihan Baris Berbaris. PBB ini meliputi
beberapa hal seperti :
1) Baris Berbaris dasar :
a) Hadap Kanan,
b) Hadap Kiri,
c) Balik Kanan,
d) Hadap Serong Kanan,
e) Hadap Serong Kiri,
f) Jalan Ditempat,
g) Langkah Tegap Maju, dan
h) Meluruskan Barisan.
2) Baris Berbaris Tingkat Menengah :
a) Perpaduan antara Langkah Tegap Maju dengan Balik Kanan
serta keempat jenis hadap-hadapan,
b) Perpaduan antara Jalan Ditempat dengan Balik Kanan serta
keempat jenis hadap-hadapan, dan
c) Buka - Tutup Barisan.
3) Baris Berbaris Tingkat Tinggi :
a) Langkah Tegap Maju beregu,
b) Haluan Kanan beregu,
c) Haluan Kiri beregu,
d) Belok Kanan beregu, dan
e) Perpaduan antara Langkah Tegap Maju, Balik Kanan, keempat
jenis hadap-hadapan, dan Jalan Ditempat.
4) Ujian Akhir : Perpaduan Keseluruhan Materi PBB.

Dalam LDK Fisik ini peserta dituntut untuk memiliki kedisiplinan yang
tinggi, terlebih selama mengikuti 3-5 hari LDK. Beberapa peraturan yang
pada umumnya diterapkan dalam LDK ialah :
1. Selama pelaksanaan LDK, peserta harus hadir di tempat LDK tepat
waktu,
2. Kebersamaan ialah hal yang amat diperhatikan selama pelaksanaan
LDK. Jika ada 1 peserta saja yang tidak membawa air minum,
saputangan, topi, ataupun atribut-atribut lainnya yang telah ditetapkan,
maka seluruh pesertalah yang akan menanggung hukumannya,
3. Setiap peserta wajib mematuhi seluruh peraturan dan perintah yang
diberikan oleh tim pemberi LDK. Jika tidak, maka kepadanya akan
diberikan hukuman, dan
4. Kebersamaan juga diterapkan apabila ada salah satu peserta LDK
yang melakukan kesalahan.
Hukuman dalam LDK Fisik biasanya berupa push-up untuk pria atau
scott jump untuk wanita. Jumlahnya tergantung perintah dari pemberi LDK.

b. LDK Mental
Untuk LDK Mental pada umumnya, materi yang diberikan secara garis
besar ialah dalam bentuk Penyuluhan Mental Kepemimpinan. Kegiatan yang
biasa dilakukan dalam LDK Mental adalah :
1) Outbond / Kegiatan Alam, seperti :
a) Hiking
b) Menyebrangi sungai
c) Mendaki bukit
d) Menyusuri terasering / pematang sawah
2) Permainan-permainan yang memiliki nilai kepemimpinan, seperti :
a) Memasukkan paku dalam botol dengan mata tertutup. Salah
seorang yang lain memberikan aba-aba agar paku tersebut
masuk. Dibutuhkan kemampuan untuk menganalisis segala
macam kemungkinan dan kemampuan untuk memerintah secara
hati-hati dan terpertimbangkan agar bisa mencapai goal dari
permainan ini yaitu memasukkan paku dalam botol
b) Bisik berantai. Dibutuhkan kemampuan sebagai pendengar
sekaligus penyampai pesan yang baik agar dapat menyampaikan
pesan yang benar dari awal hingga akhir.
Pemberian materi kepemimpinan yang dibagi dalam beberapa sessi,
seperti :
1. Sesi Kepemimpinan : Penyuluhan mengenai karakter pemimpin yang
benar.
2. Sesi Komunikasi : Penyuluhan mengenai cara-cara berkomunikasi
yang benar sebagai layaknya seorang pemimpin.
3. Sesi Problem Solving / Challange - Proses manajemen konflik :
Penyuluhan mengenai cara-cara seorang pemimpin memecahkan
masalah secara efektif dan benar.
4. Sesi Dinamika Kelompok : Berupa permainan.
2. Pelantikan
Setelah seluruh calon Pengurus OSIS baru mengikuti kedua LDK ini,
sesegera mungkin atau paling lambat 2 minggu setelahnya mereka akan
dilantik menjadi Pengurus OSIS resmi. Pelantikan ini dilakukan oleh Pengurus
OSIS lama dan disahkan oleh Kepala Sekolah. Pelantikan dan Pengesahan
ini disaksikan oleh seluruh Dewan Guru dan Siswa/i sekolah yang
bersangkutan dan dilaksanakan dalam sebuah upacara besar yaitu Upacara
Pelantikan Pengurus OSIS baru Periode Kerja xxxx / xxxx.

F. Kegiatan Ekstrakulikuler

Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan pendidikan yang telah ditetapkan


dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional. Tujuan yang dimaksud adalah meningkatkan kecerdasan
serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat
Indonesia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan Pembangunan Nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Untuk mewujudkan tercapainya tujuan Pendidikan Nasional tersebut, dapat
dilakukan melalui berbagai jalur. Jalur kegiatan Ekstra kurikuler adalah kegiatan
pendidikan diluar mata pelajaran dan pelayanan konseling yang merupakan
wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktifitas sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung dengan materi kurikulum sebagai bagian tak terpisahkan
dari tujuan dan untuk menunjang pencapaian tujuan pendidikan di seluruh
lembaga pendidikan.
a) Tujuan
Pembinaan siswa malalui jalur ekstrakurikuler bertujuan :
1. Agar siswa dapat memperluas wawasan tentang keilmuan dan
kemampuan berbahasa
2. Agar siswa dapat memperdalam dan memperluas pengetahuan,
mengenal hubungan antara
berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat melengkapi
upaya pembinaan manusa seutuhnya dalam arti :
a. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
b. Berbudi pekerti luhur
c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan’
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Berkepribadian yang mantap dan mandiri
f. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
3. Agar siswa dapat memantapkan kepribadiannya, dan mengkaitkan
pengetahuan yang diperolehnya dengan lingkungan
4. Membentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa dengan memiliki cirri-ciri
kepribadian muslim yang berwawasan islami dan keterampilan dakwah
5. Menyalurkan bakat dan minat siswa, meningkatan daya tahan tubuh dan
prestasi, serta daya kreasi dan menumbuhkan suasana refreshing melalui
kegiatan seni dan olahraga agar dapat mendukung keberhasilan
belajarnya.
b) Bentuk dan Sasaran
Pembinaan kesiswaan jalur kegiatan ekstrakurikuler berbentuk
penyelenggaraan pembinaan khusus di luar program kurikuler yang dibina
oleh Pembina/Pelatih yang ditunjuk oleh Kepala Madrasah dengan
pelaksanaan yang terprogram, rutin, dan terpantau, dibawah koordinasi
Pembina ekstrakurikuler.
Berikut ini yang merupakan bentuk kegiatan ekstrakurikuler seperti :
1. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta
didik secara perorangan
2. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta
didik secara kelompok
3. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta
didik dalam satu kelas
4. Gabungan,yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta
antar madrasah
5. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang
atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan diluar kelas atau
dilapangan.
G. Kegiatan Wawasan Wiyatamandala
1. Wawasan Wiyatamandala pada hakekatnya merupakan :
a. Suatu sikap pandang dan kesadaran serta tanggungjawab terhadap
lingkungan pendidikan yang fungsinya sebagai sebagai tempat kegiatan
proses belajar mengajar dan tidak untuk kegiatan lain yang tidak
mendukung pendidikan;
b. Suatu sikap menghargai dan bertanggungjawab terhadap lingkungan
sekolah sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan teknologi, keterampilan
dan pembentukan kepribadian serta memberikan peran kepada semua
pengelola pendidikan agar mampu mewujudkan pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya.
2. Sekolah sebagai Wiyatamandala, adalah suatu lingkungan tempat
pendidikan mempunyai makna :
a. Sekolah harus benar-benar menjadi tempat diselenggarakan proses belajar
mengajar, tempat dimana ditanamkan nilai-nilai pandangan hidup dan
kepribadian, agama, berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi serta
keterampilan;
b. Sekolah sebagai tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar harus
diamankan dan dilindungi dari segala macam pengaruh bersifat negatif,
yang dapat mengganggu pelaksanaan proses belajar mengajar;
c. Sekolah sebagai masyarakat belajar, tempat diselenggarakan proses belajar
mengajar, yaitu interaksi antara siswa, guru dan lingkungan sekolauth.
Dalam kehidupan sekolah terdapat peran berbagai unsur utama, yaitu :
Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Siswa serta fungsi lembaga sekolah itu
sendiri, dalam lingkungan kehidupan masyarakat dimana sekolah itu
berada.
3. Wawasan Wiyatamandala suatu pandangan yang mengandung unsur-unsur
a. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan;
b. Kepala Sekolah mempunyai wewenang dan tanggungjawabpenuh
c. Antar Guru dan Orangtua siswa harus ada saling pengertian dan
kerjasama yang erat untuk mengemban tugas pendidikan;
d. Para warga sekolah, didalam maupun diluar lingkungan sekolah harus
senantiasa menjungjung tinggi martabat dan citra guru;
e. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, dan mendukung
kerukunan antar warga sekolah, tetap menjaga menjaga terbinanya
kerukunan antar warga sekolah;
f. Wawasan Wiyatamandala menunjang peningkatan suatu pendidikan dalam
upaya mewujudkan wawasan wiyatamandala pada intinya kegiatan sekolah
mencakup 3 komponen dasar yakni:
1. Penataan lingkungan melalui 6K (Keamanan, Kebersihan, Ketertiban,
Keindahan, Kekeluargaan, dan Kerindangan).
2. Pengelolaan administrasi sekolah yang baik (rapih, tertib, dan lengkap).
3. Kegiatan belajar mengajar berlangsung secara efektif dan efisien, baik
kurikuler maupun ekstrakurikuler.

H. Penanggung Jawab
1. Tanggungjawab pembinaan kesiswaan secara menyeluruh berada pada
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, sedangkan kegiatan
sehari- hari dilakukan oleh Direktur Pembinaan Kesiswaan;
2. Tanggungjawab pembinaan kesiswaan di tingkat provinsi dilakukan oleh Kepala
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , kegiatan sehari-hari
dilakukan oleh Kepala Bidang Pembinaan Generasi Muda;
3. Tanggungjawab pembinaan kesiswaan di tingkat Kabupaten/Kotamadya
dilakukan oleh Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten/Kotamadya, kegiatan sehari-hari dilakukan oleh Kepala Seksi
Pembinaan Generasi Muda Olahraga;
4. Tangunggungjawab pembinaan kesiswaan di sekolah dilakukan oleh Kepala
Sekolah, Kegiatan sehari-hari dilakukan oleh Wakil Kepala Sekolah atau guru
yang ditunjuk.
BAB IV
MEKANISME PELAKSANAAN OSIS

A. Pengertian dan Tujuan


Merupakan metode atau langkah-langkah yang harus diketahui untuk sebagai
pengetahuan dasar menjalankan OSIS sesuai dengan prosedur.
Tujuan mekanisme pelaksanaan OSIS bertujuan untuk:
1. Memberikan pengetahuan dasar tentang tatacara menjalankan OSIS dari
awal kepengurusan sampai berakhirnya kepengurusan;
2. Melaksanakan pengaturan tahapan-tahapan OSIS agar sesuai dengan
prosedur sehingga terciptanya ketertiban dan tidak tumpang tindih;
3. Memberikan pengetahuan mendasar yang harus diketahui oleh setiap
pengurus karena hal ini merupakan materi penting yang pasti akan
terlaksana di kemudian hari.

B. Lajur Materi
1. Tata Cara Penyusunan Program Kerja
Program kerja merupakan acuan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Setiap
aktivitas selalu didahului dengan rencana kegiatan (program kerja). OSIS
sebagai suatu organisasi juga memiliki kegiatan yang telah terprogram. Hal ini
dimaksudkan agar seluruh aktivitas OSIS dapat terarah sesuai dengan program
yang telah dirumuskan. Mengawali masa kepengurusannya, OSIS akan
menyusun program kerja dengan mekanisme sebagai berikut:
a. OSIS membahas Program Kerja dengan Semua Ekstrakulikuler;
b. OSIS mengolah usulan kegiatan tersebut menjadi rancangan program
kerja;
c. Rancangan program kerja tersebut disosialisasikan kembali kepada
seluruh siswa untuk mendapatkan masukan dan dikritisi lebih lanjut;
d. OSIS kembali mengolah rancangan program tersebut dalam rapat kerja
OSIS untuk menjadi program kerja;
e. Program kerja tersebut kemudian disosialisasikan kepada seluruh siswa
untuk kembali dikritisi bersama hingga menjadi program kerja yang pasti;
f. Program kerja diserahkan ke Pembina OSIS dari Pembina diserahkan
kepada Kesiswaan lalu diserahkan kepada Kepala Sekolah untuk
disahkan.

C. Tata Cara Sidang Pleno, Sidang Komisi, Sidang Paripurna


Setiap permusyawaratan dalam sebuah organisasi formal pasti
membutuhkan persidangan-persidangan. Hal ini dilakukan secara fokus dan
berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan terbaik pada
akhirnya akan lahir dari pemahaman dan ketaatan terhadap aturan didalam
sebuah persidangan. Persidangan didefinisikan sebagai pertemuan formal sebuah
organisasi guna membahas masalah tertentu dalam upaya untuk menghasilkan
keputusan yang dijadikan sebagai sebuah Ketetapan bersama. Keputusan dari
persidangan ini akan mengikat kepada seluruh elemen organisasi selama belum
diadakan perubahan atas ketetapan tersebut. Ketetapan ini sifatnya final sehingga
berlaku bagi yang setuju ataupun yang tidak, hadir ataupun tidak hadir ketika
persidangan berlangsung.
Jenis Persidangan :
1. Sidang Pleno
a. Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau permusyawaratan;
b. Sidang Pleno dipimpin oleh presidium sidang;
c. Sidang Pleno biasanya dipandu oleh Steering Commite;
d. Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang
berhubungan dengan permusyawaratan.
2. Sidang Paripurna
a. Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau
permusyawaratan;
b. Sidang Paripurna dipimpin oleh presidium sidang;
c. Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang
berhubungan dengan permusyawaratan.
3. Sidang Komisi
a. Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi;
b. Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang
ditentukan oleh Sidang Pleno;
c. Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang sekretaris
Sidang Komisi;
d. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam
Komisi tersebut;
e. Sidang komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi
yang bersangkutan.
Aturan Umum Sebuah Persidangan :
1. Peserta
a. Peserta Penuh
Hak Peserta Penuh :
1) Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan
mengajukan usulan kepada pimpinan baik secara lisan maupun
tulisan;
2) Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan
keputusan;
3) Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses
pemilihan;
4) Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan.

Kewajiban Peserta Penuh :


1) Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan;
2) Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan.
b. Peserta Peninjau
Hak Peninjau :
Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan
mengajukan usulan kepada pimpinan baik secara lisan maupun tulisan.

Kewajiban Peninjau :
1) Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan;
2) Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan.
2. Presidium Sidang
1) Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta musyawarah melalui
Sidang Pleno yang dipandu oleh Panitia Pengarah;
2) Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya
persidangan seperti aturan yang disepakati peserta;
3) Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib
persidangan.
3. Aturan Ketuk Palu dan Kondisi-Kondisi Lain :
a. 1 Kali Ketuk
1) Menerima dan menyerahkan sidang;
2) Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin per poin
(keputusan sementara);
3) Memberi peringatan pada peserta sidang agar tidak gaduh;
4) Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak
terlalu lama (biasanya skors 1X ?? menit, dll) sehingga peserta sedang
tidak perlu meninggalkan tempat sidang;
5) Mencabut kembali atau membatalkan ketukkan terdahulu yang
dianggap keliru.
b. 2 Kali Ketuk
1) Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup
lama (biasanya 2X ?? menit, dll) misalnya : istirahat, lobying,
sembahyang, makan, dll;
2) Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu;
3) Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan
pendapat dalam mengambil keputusan.
c. 3 Kali Ketukan
1) Membuka/m
2) enutup sidang atau acara resmi;
3) Mengesahkan keputusan final/hasil akahir sidang.
Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang :
1) Membuka Sidang
“Dengan mengucapkan Bismillahirrohmannirrohim, Sidang Pleno 1 Saya
nyatakan dibuka.” (Tok… Tok… Tok)

2) Menutup Sidang
“Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil’alamin, Sidang Pleno 1 Saya
nyatakan ditutup.” (Tok… Tok… Tok)

3) Mengalihkan Pimpinan Sidang


“Dengan ini pimpinan sidang Saya alihkan kepada pimpinan sidang
berikutnya.” (Tok… )
4) Mengambil Alih Pimpinan Sidang
“Dengan ini pimpinan sidang Saya ambil alih.” (Tok… )

5) Menskorsing Sidang
“Dengan ini, sidang saya skorsing selama 15 menit.” (Tok… Tok)

6) Mencabut Skorsing
“Dengan ini, skorsing 15 menit Saya cabut dan Saya nyatakn sidang
dilanjutkan.” (Tok… Tok…)

7) Memberi Peringatan Kepada Peserta Sidang


(Tok…..) “Peserta Sidang harap tenang !”

4. Syarat-syarat Presidium Sidang :


1. Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
2. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
3. Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
4. Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
5. Sikap Presidium Sidang :
1. Simpatik, menarik, tegas dan disiplin;
2. Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan;
3. Adil, bijaksana dan menghargai pendapat peserta.
6. Quorum dan Pengambilan Keputusan
1. Persidangan dinyatakan syah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-
kurangnya ½ + 1 dari peserta yang terdaftar pada panitia (bisa juga
ditentukan melalui kensensus);
2. Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika
tidak berhasil diambil melalui suara terbanyak ( 1/2 + 1) dari peserta yang
hadir di persidangan;
3. Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara
seimbang, maka dilakukan lobbying sebelum dilakukan pemungutan suara
ulang.
7. Interupsi

Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang


karena adanya masukan yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan sidang
tersebut.
Macam-macam interupsi antara lain.
1. Point of clarification : interupsi untuk menjernihkan/meluruskan
permasalahan atau isi pembahasan.
2. Point of view : interupsi yang digunakan untuk menyampaikan
pendapatan, tanggapan, usulan, saran
3. Point of order : interupsi yang digunakan untuk meminta pimpinan sidang
meluruskan jalannya sidang apabila keluar dari konteks, atau sidang
dianggap janggal.
4. Point of solution : interupsi untuk memberikan solusi atas permasalahan
yang dibahas.
5. Point of information : interupsi untuk memberikan informasi, baik tentang
pembicaraan yang tidak sesuai atau informasi yang berkaitan kondisi yang
menjadi poko pembahasan atau hal-hal yang dipandang urgen untuk
diinformasikan .
6. Point of privilege (rehabilitation) : interupsi yang berfungsi untuk
membersihkan nama baik atau kehormatan seseorang atau kelompok
karena dipandang pembicaraan tersebut menyimpan dari etika atau
menyinggung perasahaan.

Pelaksanaan Interupsi :
Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan
berbicara setelah mendapat ijin dari presidium sidang.
Interupsi diatas interupsi berlaku selama tidak mengganggu persidangan.
Apabila dalam persidangan, presidium sidang tidak mampu menguasai dan
mendendalikan jalannya persidangan, maka panitia pengarah (SC) diberikan
wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas permintaan
presidium sidang dan atau peserta sidang.
8. Tata tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta
pada saat persidangan dengan memperhatikan aturan umum organisasi dan
nilai-nilai universal dimasyarakat.
a.Sanksi-sanksi :
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang
ditentukan dalam tata tertib persidangan akan dikenakan sanksi dengan
mempertimbangkan saran, dan usuran peserta sidang yang lain. Biasanya,
mekanisme dalam pemberian sanksi didahulukan oleh peringatan kepada
peserta (biasanya sampai 3 kali). Kemudian dengan kesepakatan bersama,
presidium sidang boleh mengeluarkan peserta tersebut dari forum, atau
mengambil kebijakan lain dengan atau tanpa kesepakatan peserta sidang
lain.
b.Istilah dalam persidangan
1) Pending : memberhentikan sidang untuk sementara waktu dengan
tujuan tertentu seperti istirahat, lobby, penundaan sidang.
2) PK/peninjauan kembali : mekanisme yang digunakan untuk mengulang
kembali pembahasan/putusan yang telah ditetapkan.
3) Interupsi : memotong/menyela pembicaraan dikarenakan ada hal-hal
yang sangat penting untuk di ungkapkan

D. Tata Cara Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua


Pemilihan Calon Ketua dan Wakil Ketua dilakukan dengan cara Demokrasi
melalui panitia pemilihan (OSIS). Sebelum dilakukan pemilihan ada tahapan-
tahapan dalam memilih calon ketua dan wakil ketua yaitu :
1. Kriteria Calon Ketua dan Wakil
2. Penjaringan Bakal Calon Ketua/Wakil dan Penetapan Calon Ketua/Wakil
3. Penetapan Calon Ketua dan Wakil
4. Pelatihan Kepemimpinan calon ketua OSIS
5. Penyampaian Visi dan Misi Calon Ketua
6. Pemungutan Suara
7. Penghitungan Suara
E. Tata Cara Penyusunan AD ART, Pengajuan AD ART, Pengesahan AD ART
Dalam sebuah organisasi khusus OSIS terdapat AD ART. AD ART adalah
singkatan dari “Anggaran Dasar Aturan Rumah Tangga”,merupakan aturan tertulis
yang berisi mengenai peraturan-peraturan pokok yang terdapat dalam organisasi.
Proses penyusunan AD ART pada umumnya dilakukan pada waktu kepengurusan
terbentuk atau pada waktu akan ganti kepengurusan.
AD ART bersifat mengikat dan menyangkut kepentingan seluruh anggota.
Cara penyusunan AD ART adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Bersama
AD ART harus disusun untuk kepentingan bersama atau kepentingan
organisasi itu sendiri, dalam arti bukan sekedar membuat AD ART. AD ART
yang baik isinya sesuai dengan bentuk dan kebutuhan organisasi dalam hal
ini khususnya OSIS.
2. Menggunakan Bahasa yang Jelas
Penggunaan kata yang tepat menghindari terjadinya salah tafsir pada poin-
poin pasal dan ayat yang terdapat di dalam AD ART
3. Hindari Kata-kata yang Bermakna Ganda
Kata-kata yang memiliki multitafsir bias menyebabkan salah paham dan
masalah tafsir setiap anggotanya. Dalam AD ART kalimat harus memiliki satu
arti atau makna yang jelas.
4. Sesuai Konteks
AD ART bersifat dinamis,dalam arti harus disesuaikan dengan konteks.
Namun bukan berarti AD ART selalu harus mengalami perombakan dan
bukan berarti juga AD ART menjadi kitab suci yang tidak boleh diubah.
5. Tidak Copy Paste
Isi dari AD ART itu harus asli dengan keadaan organisasi itu sendiri khusus
OSIS jangan sampai meng-Copy Paste dari organisasi lain, cukup hanya
sebagai rujukan saja.
BAB V
TATA PERSURATAN DAN KEARSIPAN

A. Beberapa Pengertian

Guna memudahkan pemahaman terhadap tata persuratan dan kearsipan perlu


diberikan beberapa pengertian sebagai berikut :

1. Surat adalah suatu sarana komunikasi yang digunakan untuk


menyampaikan informasi tertulis oleh satu pihak kepada piha lain.
2. Surat dinas adalah surat yang berisi hal penting berkenaan dengan
administrasi , pemerintahan dan pembangunan yang dibuat oleh lembaga
pemerintahan.
3. Nota Dinas adalah surat yang dibuat oleh atasan kepada bawahan atau
oleh bawahan kepada atasan atau setingkat yang berisikan catatan singkat
tentang suatu pokok persoalan kedinasan.
4. Memo adalah catatan singkat yang diketik atau ditulis tangan oleh atasan
kepada bawahan tentang pokok persoalan kedinasan.
5. Surat pengantar adalah surat yang ditujukan kepada seseorang atau
pejabat yang berisi penjelasan singkat tentang surat dokumen dan/atau
barang, bahan lain yang dikirimkan.
6. Surat kawat atau telegram adalah surat singkat dengan menggunakan kata
kata biasa dan/atau kata kata sandi mengenai suatu hal yang perlu cepat di
selesaikan dan disampaikan melalui telegraf.
7. Surat keputusan merupakan surat yang berisi keputusan tentang suatu hal
yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang untuk itu.
8. Surat edaran merupakan surat yang berisi penjelasan atau petunjuk
tentang cara pelaksanaan suatu peraturan perundang-undangan dan/atau
perintah yang tg telah ada.
9. Surat undangan merupakan surat pemberitahuan kepada seseorang untuk
menghadiri suatu acara pada waktu dan tempat yang telah di tentukan.
10. Surat tugas adalah surat yang berisi penugasan dari pejabat yang
berwenang kepada seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan.
11. Surat kuasa adalah surat yyang berisis kewenangan penerima kuasa untuk
bertindak atau melakukan suatu kegiatan atas naka pemberi kuasa.
12. Surat pengumuman merupakan surat yang berisi pemberitahuan mengenai
suatu hal yang ditujukan kepada para pegawai atau masyarakat umum.
13. Surat pernyataan adalah surat yang menyatakan kebenaran suatu hal
disertai pertanggung jawaban atas pernyataan tersebut.
14. Surat keterangan adalah surat yang berisi keterangan mengenai suatu hal
agar tidak menimbulkan keraguan.
15. Berita acara adalah surat yang berisi laporan tentang suatu kejadian atau
peristiwa mengenai waktu kejadian, tempat kejadian, keterangan, dan
petunjuk lain sehubungan dengan kejadian atau peristiwa tersebut.
16. Penerima surat atau pengirim surat adalah petugas yangg menerima surat
masuk atau mengirim surat keluar.
17. Pengarah surat adalah pimpinann satuan kerrja yang menangani surat
menyurat dna kearrsipan atau petugas ysng ditunjuk untuk mengarahkan
surat sesuai dengan masalahnya.
18. Pengolah surat adalah petugas yang mengolah atau yang menyelesaikan
isi surat.
19. Penata arsip adalah petugas yang melaksanakan penataan arsip.

B. Pengurusan Surat
Pengurusan surat merupakan bagian dari administrasi kantor sekolah dan
dilaksanakan oleh petugas tata usaha sekolah.
Pengurusan surat meliputi mencatat, mengarahkan dan mengendalikan surat
baik surat masuk maupun surat keluar.
1) Pengurusan Surat Masuk
Proses pengurusan surat masuk dilaksanakan oleh petugas tata usaha
sekolah. Banyaknya petugas di sesuaikan dengan kebutuhan. Urusan
kerjanya: menerima surat masuk dan mengecek kebenaran alamatnya,
membubuhkan tanda tangan atau paraf pada buku ekspedisi pengantar surat,
kemudian memilah surat untuk memisahkan surat dinas dan pribadi, memilah
surat dinas atas dasar rahasia (tertutup) dengan tidak rahasia (terbuka).
Begitu juga membuka surat surat yang tidak rahasia mengeluarkan dari
sampulnya,
memilah surat surat yang penting dan tidak penting (rutin), dan
menyampaikan surat dinas yang sudah dipilah kepada petugas pencatat
surat.
Selanjutnya proses pengurusan surat dilaksanakan melaui kegiatan-
kegiatan pengurusan surat masuk biasa (rutin), penting dan rahasia
(tertuttup).
a. Pengurusan Surat Masuk Biasa (Rutin)
Pengurusan surat biasa tidak menggunakan kartu sebagai sarana
pencatat surat, melainkan menggunakan lembar pengantar surat rutin.
Setiap surat yang diterima oleh satuan kerja yang menangani
surat menyurat dan kearsipan dikelompokkan berdasarkan instansi atau
satuan kerja asl surat. Selanjutnya masing masing kelompok surat
dicatat pada lembar pengantar surat berdasarkan satuan kerja pengolah
surat yang bersangkutan.

Prosedur pengurusan surat biasa dilaksanakan sebagai berikut :


1. Penerima surat bertugas :
a) Menerima surat masuk dan memeriksa kebenaran alamat;
b) Membubuhkan paraf atau tanda tangan pada buku ekspedisi
pengantar surat;
c) Memilah surat antara surat dinas dan surat pribadi;
d) Memilah surat dinas antara yang bersifat rahasia dan yang tidak
bersifat rahasia;
e) Membuka surat yang tidak bersifat rahasia, memilah antara surat
biasa dan surat penting, meneliti kelengkapan lampiran jika ada,
dan membubuhkan cap/stempel penerimaan, serta menuliskan
tanggal dan nomor urut tiap bulan.
2. Pencatat surat bertugas :
a) Menerima surat dari pengirim surat;
b) Mencatat surat dalam lembar pengantar surat biasa (rutin)
rangkap dua;
c) Menyampaikan surat beserta lembar pengantar rangkap dua
kepada pengarah surat.
3. Pengarah surat bertugas :
a) Menerima surat beserta lembar pengantar surat;
b) Meneliti surat apakah sesuai dengan lemvar pengantar;
c) Menyampaikan surat beserta lembar pwengantar rangkap dua
kepada petugas tata usaha pengolah surat;
d) Menerima kembali satu lembar pengantar asli dari petugas tata
usaha pengolah surat dan menyimpannya.
4. Petugas tata usaha pengolah surat bertugas :
a) Menerima dan meneliti surat dan lembar pengantar rangkap dua
yang diterima dari pengarah surat;
b) Memaraf lembar penganraer dan mengembalikan satu lembar
pengantar asli kepada pengarah surat;
c) Menyimpan lembar pengantar kedua;
d) Menyampaikan surat disertai lembar disposisi rangkap dua
kepada pimpinan pengolah surat.
e) Pimpinan pengolah surat bertugas :
f) Menerima surat dan lembar disposisi dari petugas tata usaha
pengolah surat;
g) Memberikan disposisi kepada pelaksana pengolah surat.

b. Pengurusan Surat Masuk Penting


Suatu surat diidentifikasi sebagai surat penting apabila :
1. surat yang bersangkutan terlambat sampai di unit pengolah sehingga
dapat berakibat terganggunya kelancaran pekerjaan;
2. surat tersebut hilang atau terlambat sampai di unit pengolah
sehingga dapat menimbulkan kerugian yang berarti;
3. surat tersebut memerlukan tindak lanjut;
4. surat tersebut mempengaruhi kelanjutan hidup organisasi yang
bersangkutan; dan/atau
5. surat tersebut hilang sehingga sulit memperoleh informasi tentang
surat itu di tempat lain.
Prosedur pengurusan surat penting dilaksanakan sebagai berikut
1. Penerima surat melaksanakan tugas
a. Menerima surat masuk dan memeriksa kebenaran alamat;
b. Membubuhkan paraf atau tanda tangan pada bukunekspedisi
pengantar surat;
c. Memilih surat antara surat dinas dan surat pribadi;
d. Memilih surat dinas yang bersifat rahasia dan yang tidak bersifat
rahasia;
e. Membuka surat yang tidak bersifat rahasia, memilah antara surat
biasa dan surat penting, meneliti kelengkapa lampiran jika ada,
dan membubuhkan cap/stempel penerimaan, serta menuliskan
tanggal dan nomor urut tiap bulan.
2. Pencatat surat bertugas :
a. Menerima surat penting dari petugas penerima surat;
b. Mencatat surat penting pada kartu kendali;
c. Menyampaikan surat beserta kartu kendali rangkap tiga kepada
pengarah surat.
3. Pengarahan surat bertugas :
a. Menerima surat beserta kartu kendali rangkap tiga dari pencatat
surat dan meneliti kebenaran pengisi kartu kendali;
b. Menentukan kessatuan kerja dengan cara memlilih surat yang
harus di arahkan, dengan menuliskannya pada kolom
pengolahan yang tercantum dalam kartu kendali;
c. Menyampaian surat beserta kartu kendali pada oetugas tata
usaha penelola surat;
d. Menerima kembali kartu kendali dari petugas tata usaha
pengolah lembar kartu kesatu dan kedua;
e. Menyampaikan kartu kendali lembar kedua kepada penata arsip;
f. Menyimpan kartu kendali lembar kesatu.
4. Penata arsip bertugas :
a. Menerima kartu kendali lembar kedua dari pengarah surat dan
menyimpan di dalam file kartu kendali; dan
b. Menerima kartu kendali lembar ketiga bersama surat aslinya dari
unit pengolah untuk disimpaan kalau sudah inaktif serta
menyerahkan kartu kendali lembar kedua kepada petugas tata
usaha pengolah surat.
5. Petugas tata usaha pengolah surat bertugas :
a. Menerima surat beserta kartu kendali rangkap tiga dari pengarah
surat;
b. Memaraf kartu kendali pada kolom paraf dan mengembalikan
kartu kendali lembar kesatu dan kedua kepada pengarah surat;
c. Menyimpan kartu kendali lembar ketiga;
d. Menyampaikan surat kepada pimpinana pengolah surat dengan
dilampiri lembar disposisi rangakap dua.
e. Menerima kembali surat dari pimpinan pengolah surat dan
meneruskannya kepada pelaksana pengolah surat sesuai
dengan isi disposisi; dan
f. Menyimpan lembar disposisi kedua;
6. Pimpinan pengolah surat bertugas:
a.Menerima surat dari petugas tata usaha pengolah surat;
b.Memberikan disposisi pada lembar disposisi surat rangkap dua; dan
c. Menyampaikan suart kepada tugas tata usaha pengolah surat
untuk diteruskan ke pelaksana pengolah surat agar diproses sesuai
dengan isi disposisi surat.
7. Pelaksana pengolah surat bertugas :
a.Menerima surat yang sudah dilampiri lembar disposisi pimpinan
pengolah surat
b.Mempelajari dan meproses surat selanjutnya sesuai dengan
disposisi pimpinan pengolah surat; dan
c. Menyampaikan hasil pengolah surat kepada pimpinan pengolah
surat melalui petugas tata usaha pengolah surat.
Prosedur pengurusan surat rahasia dilaksanakan sebagai berikut:
1. Penerima surat melaksanakan tugas:
a. Menerima surat masuk dan memeriksa kembali alamat;
b. Membubuhkan paraf atau tanda tangan pada buku ekspedisi
pengantar surat;
c. Memilih surat antara surat dinas dan pribadi;
d. Memilih surat dinas antara yang bersifat rahasia dan yang tidak
bersifat rahasia;
e. Membuka surat yang tidak bersifat rahasia, memilih antara surat
biasa dan surat penting, meneliti kelengkapab lampran jika ada,
dan membubuhkan cap/stempel penerimaan, serta menuliskan
tanggal dan nomor urut tiap bulan.
2. Mencatat surat bertugas:
a. Mencatat nomor dan tanggal surat rahasia pada lembar surat
rahasia rangkap dua;
b. Menyampaikan surat dalam keadaan tertutup bersama lembar
pengantar kepada petugas tata usaha pengolah surat.
3. Pengarah surat bertugas :
a. Menerima surat dalam keadaan tertutup bersama lembar
pengantarnya;
b. Menyampaikan surat dalam keadaan tertutup bersama lembar
pengantar pada petugas tata usaha pengolah surat.
4. Petugas tata usaha pengolah bertugas :
a. Menerima surat dalam keadaan tertutup bersama lembar
pengantar rangkap dua dari pengarah surat;
b. Memaraf lembar pengantar surat rahasia dan menyampaikan
kembali satu lembar pengantar tersebut kepada pengarah surat;
c. Menyimpan satu lembar pengantar surat rahasia;
d. Menyampaikan surat dala keadaan tertutup disertai lembar
disposisi rangkap dua kepada pimpinan pengolah surat;
e. Menerima kembali surat yang di anggap tidak rahasia lagi dengan
disposisi pimpinan pengolah surat sesuai dengan isi disposisi.
5. Pimpinan pengolah surat bertugas:
a. Menerima surat dalam keadaan tertutup dari petugas tata usaha
pengolah surat;
b. Membuka surat tersebut dan membaca isinya;
c. Menyimpan surat yang bersifat rahasia;
d. Memberikan disposisi kepada pelaksana pengolah surat untuk
surat yang di anggap tidak rahasia lagi;
e. Menyampaikan surat dan disposisi kepada petugas tata usaha
pengolah surat untuk di teruskan kepada pelaksana petugas surat
yang bersangkutan;
f. Petugas tata usaha pengolah surat memproses surat tersebut
sebagai surat penting dengan menggunakan kartu kendali.
6. Pelaksana pengolah surat bertugas :
a. Menerima dan mempelajari surat dan disposisi dari pengolah/
pimpinan satuan organisasi;
b. Melaksanakan pengolahan sesuai disposisi;
c. Menyampaikan hasil pengolahan kepada pengolah/pimpinan.

2) Pengurusan surat keluar


a. Pengurusan surat keluar meliputi pencatatan pada lembar pengantar rutin
untuk surat rutin, kartu kendali untuk sarat penting, dan lembar pengantar
rahasia untuk surat rahasia.
b. Surat keluar dibagi atas tiga golongan, yaitu:
1. Surat biasa;
2. Surat penting; dan
3. Surat rahasia.
c. Pengurusan surat keluar dimulai sejak pembuatan konsep surat sampai
dengan pengirimannya.
d. Surat dinas keluar dibuat dengan menggunakan lembar konsep surat.
e. Surat rahasia ditangani dari awal sampai dengan pengiriman atas tanggung
jawab sepenuhnya pimpinan pengolah surat.
f. Pada dasarnya pengiriman surat keluar harus melalui satu pintu.
g. Kode surat keluar.

C. Uraian Tentang Format Pengurusan Surat


a. Pengurusan surat meliputi: mencatat, mengarahkan, dan mengendalikan surat
baik surat masuk maupun surat keluar.
b. Pengurusan Surat Masuk Urusan kerja pengurusan surat masuk, yaitu:
menerima surat masuk dan mengecekkebenaranalamatnya, membubuhkan
tanda tangan/ paraf pada buku ekspedisi peng antar surat, kemudian memilih
surat untuk memisahkan surat dinas dan surat pribadi, memilih surat dinas atas
dasar rahasia (tertutup) dengan tidak rahasia (terbuka).
c. Pengurusan surat masuk dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pengurusan surat masuk biasa (rutin)
Pengurusan surat biasa tidak menggunakan kartu sebagai sarana
pencatat surat, melainkan menggunakan lembar pengantar surat rutin.
Setiap surat yang diterima oleh satuan kerja yang menangani surat menyurat
dan kearsipan dikelompokkan berdasarkan instansi atau satuan kerja asal
surat. Selanjutnya, masing-masing kelompok surat dicatat pada lembar
pengantar surat berdasarkan satuan kerja pengolah surat yang
bersangkutan.
2. Pengurusan surat masuk penting
Surat diidentifikasi sebagai surat penting apabila:
1. Surat terlambat sampai di unit pengolah sehingga dapat berakibat
terganggunya kelancaran pekerjaan;
2. Surat hilang/ terlambat sampai di unit pengolah sehingga dapat
menimbulkan kerugian;
3. Surat memerlukan tindak lanjut;
4. Surat mempengaruhi kelanjutan hidup organisasi yang bersangkutan;
5. Surat hilang sehingga sulit memperoleh informasi tentang surat
tersebut di tempat lain.

D. Pengelolaan Arsip
Arsip Sebagai pusat ingatan, sumber informasi, dan sumber penelitian. Arsip
harus dikelola dengan cara:
1. Sistem penataan/penyimpanan arsip, yaitu dengan menggunakan:
a. Sistem masalah
b. System abjad
c. System tanggal
d. System wilayah
2. Arsip pasif penting dan permanen, harus dirawat dan dijaga agar terjamin
keamanan dan keutuhannya, antara lain, arsip-arsip yang menyangkut SK
pengangkatan Pengurus OSIS, dll.
3. Untuk mencegah penumpukan arsip yang tidak berguna, dilakukan
penyusutan/pemusnahan arsip yang tidak berguna dengan prosedur yang
berlaku sesuai dengan PP No.34 Tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip.
E. Jenis Surat dan Susunannya
a) Menurut kepentingan dan pengirimnya
1) Surat pribadi, yaitu dikirimkan sesorang kepada orang lain atau kepada
organisasi/lembaga. Kalau surat ditujukan kepada teman atau keluarga,
format penulisan dan bahasa relatif bebas. Akan tetapi bila ditujukan kepada
organisasi atau lembaga maka bentuk dan bahasa yang digunakan harus
resmi, misalkan surat lamaran keja, pengaduan, pengajuan mutasi,
kenaikan pangkat, dsb.
2) Surat dinas, yaitu digunakan instansi pemerintah untuk kepentingan
administrasi pemerintahan.
3) Surat niaga, yaitu dipergunakan oleh perusahaan atau badan usaha.
4) Surat sosial, yaitu digunakan oleh organisasi kemasyarakatan yang bersifat
nonprofit.
b) Menurut isinya
Surat dapat dikelompokkan menjadi pemberitahuan, keputusan,
pemerintah, panggilan, perjanjian, laporan, pengantar,
peringatan, penawaran, pesanan, undangan dan lamaran pekerjaan.
c) Menurut sifatnya
1) Biasa yaitu isi dapat diketahui oleh orang lain selain yang dituju.
2) Terbatas (konfidensial) yaitu isi hanya boleh diketahui oleh kalangan
tertentu yang terkait saja.
3) Rahasiayaitu isinya hanya boleh diketahui oleh orang yang dituju.
d) Berdasarkan banyaknya sasaran
Surat dapat dikelompokkan menjadi biasa, edaran dan pengumuman.
e) Berdasarkan tingkat kepentingan
penyelesaiannya Surat terbagi atas biasa, kilat
dan kilat khusus.
f) Berdasarkan wujudnya
Surat terbagi atas bersampul, kartu pos, warkat pos, telegram, teleks, faksimile,
memo dan nota.
g) Berdasarkan ruang lingkup
sasarannya Surat terbagi atas intern
dan ekstern.
h) Susunanya
1) Objektif
2) Sistematis
3) Singkat, Jelas masalahnya, alamat tujuan dan alamat pengirim
4) Lengkap isinya
5) Sopan
6) Wujud fisik yang menarik (kualitas kertas,bentuk surat,ketikan dan
sebagainya)
7) Bahasa Surat Menggunakan bahasa yang komunikatif, dapat di mengerti
artinya oleh penulis surat
8) Bahasa baku/resmi, yakni sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia
BAB VI
ADMINISTRASI PERLENGKAPAN

A. Pengertian Dan Tujuan


1. Pengertian
Administrasi adalah proses mempergunakan dan mengikut sertakan
semua sumber potensi yang tersedia dan sesuai. Baik personal maupun
material dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan bersama secara efektif dan
efisien.
Perlengkapan adalah kegiatan yang berkenaan dengan pengaturan sarana
yang ada di sekolah agar dapat digunakan sesuai dengan fungsinya.
2. Tujuan
a. Pengadaan perlengkapan sesuai kebutuhan
b. Pendayagunaan yang ada secara optimal
b. Barang yang ada dipelihara dengan baik
c. Penghapusan barang yang rusak/hilang
d. Meningkatkan kualitas pelaksanaan program.
B. Perencanaan perlengkapan
1. Barang yang habis dipakai
a. Menyusun daftar perlengkapan
b. Menyusun perkiraan biaya yang diperlukan
c. Menyusun rencana pengadaan barang.
2. Barang yang tidak habis dipakai
a. Menganalisis dan menyusun rencana
b. Memperkirakan biaya
c. Menetapkan skalaprioritas.
C. Pengelolaan perlengkapan
a. Pembelian barang
b. Membuat sendiri
c. Hibah/bantuan
d. Penyewaan
e. Pinjaman
f. Memanfaatkan barang bekas
D. Penyimpanan dan penyaluran perlengkapan
1. Menerima, mencatat, menyimpan, mengatur, menjaga secara tertib dan aman
2. Menyelengarakan dan perhitungan barang secara berkala
3. Membuat laporan.
E. Penataan perlengkapan
1. Perbandingan luas lantai dengan perabot
2. Kelonggaran jarak dan dinding kiri/kanan
3. Jarak satu perabot dengan perabot lain
4. Jarak deret perabot paling belakang dengan tembok belakang
5. Arah menghadapnya perabot dan Kesesuaian dan keseimbangan.
F. Pemeliharaan Perlengkapan
Tujuan : Barang tetap dan siap
pakai Pelaksanaan :
Perawatan/pencegahan
Kerusakan : Perawatan ringan, genting bocor, meja/kursi patah.
G. Penginventarisan
a. Inventaris : kegiatan melaksanakan pengurusan, penyelenggaraan,
pengaturan, pencatatan barang.
b. Pelaksanaan
1) Kartu Inventaris Ruang (Format 2)
2) Kartu Invnentaris Barang (Format 3-1/2-4)
3) Buku Inventaris (Format4) pelaksanaan ; Kepala Sekolah
H. Penghapusan Inventaris
Meniadakan barang karena tidak berfungsi
1. Karena Hilang
2. Karena Mati (hewan)
3. Karena berlebih/tidak diperlukan.
Prosedur : Sekretaris melaporkan daftar penghapusan ke Pembina lalu
nanti Pembina ke Kesiswaan Bagian Sarana untuk di proses.
Pemeriksaan : Untuk menjamin pengelolaan barang (Format1)
Perlengkapan : Denah Ruang OSIS, kalender pendidikan, Struktur Organisasi,
Rencana kerja Tahunan dan RAPBO, daftar Pembina, gambar
Presiden dan Wakil, Bendera Merah Putih, Lambang Negara/Teks
Pancasila.
BAB VII
ADMINISTRASI KEUANGAN OSIS

A. Rencana Anggaran Pendapatan Belanja OSIS


1. Pembinaan
a. Meningkatkan proses pembinaan dan pengembangan siswa yang
terpadu dan terarah dengan melakukan kerjasama secara lintas program
dengan Ekskul dan instasi lain melalui Penyelengaraan Kegiatan
Pembinaan dan Pengembangan kesiswaan.
b. Penyegaran dan pembinaan bagi siswa yang dilakukan guna menambah
wawasan dan pengetahuan, khususnya dalam bidang kegiatan alam
terbuka ( out bound ) dan kemah
c. Mengirimkan kegiatan lomba siswa di tingkat kecamatan-nasional
2. Administrasi
a. Pengembangan tertib pelaksanaan tugas pembinaan tenaga manusia
dan pengelolaan material.
b. Menghimpuna keanggotaan secara menyeluruh dan bertahap yang
dilakukan setiap semester.
c. Melaksanakan , menerbitkan kartu pelajar, dan kelas danosis.
3. Dana sarana dan prasarana
a. Dana
1. Memaksimalkan penggunaan secara efektif dan efisien baik segi
pengadministrasian ataupun penggunaan.
2. Menyusun renncana pendapatan dab Belanja OSIS secara
transfaran.
3. Intensifikasi penggunaan dana rutin yang bersumber dari iuran
anggota dan sumber lain.
4. Merealisasikan kebutuhan anggaran Perpos anggaran yang
disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
b. Sarana dan prasarana
1. Merealisasikan pembenahan dan perbaikan sarana ruangan/
sekretariat dan Inventaris lainnya yang mendukung proses
pembinaan dan pengembangan.
2. Meningkatkan perangkat ruangan/Kesekretariatan yang lebih
memadai dan sesuai kebutuhan.
3. Meningkatkan pengelolaan dan pemeliharaan segala prasarana
yang dimiliki khususnya Ruangan/Sekretariat secara tertib dan
aman.
BAB VIII
HAMBATAN DALAM PEMBINAAN OSIS
DAN LANGKAH-LANGKAH
PENANGGULANGAN

A. Hambatan Pembinaan OSIS


1. Kehadiran OSIS sebagai organisasi di sekolah
Kedudukan organisasi ini harus murni dari siswa untuk siswa. Sebagai
bagian dari kehidupan sekolah yang intinya adalah proses belajar mengajar.
Berhasil tidaknya organisasi tersebut dapat diukur dengan seberapa jauh OSIS
ini dapat menunjang proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
2. Pengelolaan OSIS
Pengelolaan ini menyangkut segi kualitas pengelola/siswa seperti :
1. Kepemimpinan, merupakan kemampuan dan kewibawaan
menggerakkan segala sumber daya secara optimal.
2. Manajemen, merupakan kemampuan menyusun, mengatur,
melaksanakan, mengevaluasi dan mengembangkan dengan program
kesiswaan;
3. Pengetahuan dan pengalaman dalam organisasi;
4. Kemampuan, memahami makna OSIS sebagai organisasi yang
memiliki tujuan, sebagai kehidupan kelompok, memiliki sejumlah
program terkoordinasi serta berkelanjutan dalam waktu tertentu;
5. Hubungan kerjasama, baik antara sesama siswa maupun siswa dengan
pembinanya.
3. Peran OSIS dalam upaya pemantapan wawasan wiyatamandala.
Siswa dan proses belajar mengajar merupakan nafas dari kehidupan
sekolah. Kelemahan dalam segi ini merupakan kegagalan dari fungsi sekolah
yang bersangkutan. OSIS sebagai organisasi siswa di sekolah harus dapat
berfungsi sebagai benteng pertahanan kehidupan sekolah sebagai wawasan
wiyatamandala. Untuk itu OSIS harus memiliki kekuatan, daya tangkal terhadap
pengaruh negatif terhadap kehidupan sekolah, dan memiliki kemampuan
melaksanakan program kegiatan pembinaan kesiswaan agar dapat menunjang
pencapaian tujuan pendidikan, yaitu terbentuknya manusia Pancasila dalam
pembangunan.
4. Pendanaan
Dana OSIS yang bersumber dari iuran komite dirasa kurang dapat
menunjang pelaksanaan program OSIS. Untuk itu perlu dicari pemecahan
bersama antar instansi terkait, agar dapat dihasilkan suatu mekanisme
pendanaan yang lebih rasional. Dalam hal ini pemerintah daerah, sebagai
pengendali pelaksanaan kegiatan di daerah sangat berperan.
5. Pembinaan
Perlu ada pembinaan secara terus menerus, berjenjang dan dilengkapi
dengan perangkat informasi (buku-buku juklak, juknis, dan lain-lain) agar ada
persepsi yang sama antara para pembina dan siswa yang dibina. Setiap
laporan OSIS harus dievaluasi untuk pembinaan selanjutnya.

B. Langkah-langkah Penanggulangan
Agar OSIS dapat berfungsi dan berperan sebagaimana tersebut di atas,
paling tidak ada 5 (lima) langkah pemecahannya.
1. OSIS harus dibentuk sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam
arti mampu mewujudkan arti maupun peranannya sebagai suatu organisasi.
2. Pengurus OSIS dipilih berdasarkan kriteria tertentu, seperti :
1) Kepemimpinannya.
2) Kemampuan manajemen dan pengalaman dalam organisiasi.
3) Loyalitasnya.
4) Keteladanannya, dan kewibawaannya.
5) Keluasan dalam wawasannya.
6) Kemampuan berkomunikasi.
7) Kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab.
8) Kejujuran dan keadilan.
3. Agar OSIS dapat berperan dalam mendukung pencapaian tujuan kurikuler,
maka perlu dilatih dan dibina dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
ekstrakurikuler, termasuk dalam kegiatan ini adalah pelatihan dan
pembinanan yang berkaitan dengan penyusunan program kegiatan,
pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangannya.
4. Untuk memecahkan masalah pendananan OSIS, program OSIS dapat
dilampiri dengan saran-saran pemecahan tentang pendanaan. Saran tersebut
dalam kesempatan tertentu dapat dibicarakan bersama. Tidak mungkin dapat
dipecahkan sepihak oleh para pengurus OSIS. Oleh karena itu para pembina
dan juga komite sekolah, melalui kepala sekolah perlu diberikan pengertian
sehingga timbul kesadaran bahwa dana untuk OSIS adalah menjadi tanggung
jawab bersama.
5. Pembinaan dapat dilakukan melalui :
a. Personilnya; dengan pelatihan-pelatihan, diskusi, rapat-rapat, dan lain
sebagainya.
b. Informasi tertulis; peraturan, juklak, juknis, surat edaran, dan lain-lain.
c. Kegiatan terpadu yang diadakan oleh dan dengan intern sekolah, antar
sekolah, dan antar sekolah dengan masyarakat.
Kegiatan ini dapat dikoordinasikan oleh sekolah yang bersangkutan, aparat
pemerintah daerah, instansi terkait, dan masyarakat.
6. Para pembina hendaknya dapat menghindarkan diri dari perbuatan atau
campur tangan dengan memberikan kesan menguasai, mengatur,
memaksakan, dan perilaku lain yang sejenis, sehingga OSIS merasa
diberikan kebebasan untuk mengeluarkan dan mengembangkan gagasan, ide
sesuai dengan tingkat kemampuan dan kematangan mereka.
BAB IX
EVALUASI DAN PELAPORAN

Selain untuk mengetahui keterlaksanaan program, evaluasi dan pelaporan juga


dapat dijadikan sebagai dasar penilaian dalam aspek kepribadian siswa dan menjadi
dokumen penting bagi sekolah. Pada bagian ini diungkapkan tentang manfaat aspek
evaluasi dan pelaporan terkait dengan kegiatan kesiswaan yang dilaksanakan oleh
sekolah.

A. Keterlaksanaan program
Program kegiatan pembinaan OSIS yang direncanakan dan telah
dilaksanakan perlu dilakukan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan tidak hanya pada
proses pelaksanaan, tetapi juga dilakukan pada akhir kegiatan, yang
dimaksudkan untuk mengukur keterlaksanaan program yang telah ditetapkan.
Jika terjadi penyimpangan dari tujuan, ada kendala serta perubahan dapat
segera diperbaiki untuk penyempurnaan pelaksanaan program dimasa yang
akan datang. Keterlaksanaan program pembinaan OSIS dapat dilihat
kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan program yang direncanakan. Oleh
karena itu perlu mendapat perhatian apakah program yang telah direncanakan
telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.

B. Penilaian Sikap dan Perilaku Siswa melalui Kegiatan


Ekstrakurikuler
Kegiatan pengembangan diri siswa di sekolah diwujudkan dalam bentuk
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut difasilitasi dan/ atau dibimbing oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan. Kegiatan pengembangan diri dapat
dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan
dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan
karier siswa. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan melalui
berbagai kegiatan antara lain kepramukaan, kepemimpinan, dan kelompok
ilmiah remaja dan lain sebagainya.
Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada
peningkatan kecakapan hidup dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan
khusus siswa yang dituangkan dalam Peraturan Menteri. Penilaian
pengembangan diri di dalam kegiatan ekstrakurikuler sebaiknya dijadikan salah
satu syarat kriteria kenaikan kelas/ kelulusan. Nilai yang diberikan kepada
siswa per semester merupakan nilai kumulatif hasil pencapaian nilai praktik
(keterampilan), nilai pengetahuan (kemampuan) dan nilai kehadiran (sikap).
Nilai praktik ekstrakurikuler adalah nilai kumulatif dari beberapa praktik yang
dilakukan siswa, nilai pengetahuan adalah nilai kumulatif dari beberapa kali
kegiatan, dan nilai sikap adalah nilai akumulatif dari kehadiran siswa mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler dibagi jumlah hari efektif kegiatan ekstrakurikuler
selama satu semester.
Pedoman penilaian pengembangan diri melalui ekstrakurikuler adalah
sebagai berikut :
1. Nilai Sikap (kehadiran) ;
Jumlah hadir kegiatan eksktrakurikuler l X 00 %
Hari efektif ekstrakurikuler
2. Nilai praktek (ketrampilan) ;

3. Nilai Pengetahuan (kemampuan) ;


Evaluasi + Evaluasi 2 + ..........
∑ Evaluasi
4. Nilai Ekstrakurikuler ;
% kehadiran + Praktek + Kemampuan
3
Rentang nilai ekstrakurikuler adalah sebagai berikut :
A : 85 - 00 = Baik Sekali
B : 7 - 84 = Baik
C. : 57 - 70 = Cukup
D. : ≤ 55 = Kurang
Nilai Ekstrakuriler sebagai syarat kenaikan kelas serendah-rendahnya
adalah C, penilaian kegiatan dilakukan secara kualitatif, siswa yang tidak
pernah mengikuti ekstrakurikuler tidak diberikan nilai. Bagi siswa yang tidak
mengikuti kegiatan sebanyak 3 kali berturut-turut tanpa keterangan tanpa
alasan yang jelas dapat dikenakan sangsi. Agar dalam penilaian tidak
menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka perlu diadakan standarisasi, yaitu
standar kompetensi dasar minimal yang dimiliki siswa dalam keterampilan
ekstrakuriler. Nilai kompetensi dasar kegiatan ekstrakurikuler siswa diwujudkan
dalam bentuk sertifikat.
Sertifikasi dilakukan agar dikemudian hari dapat dipergunakan sebagai
bukti bahwa siswa mempunyai kemampuan dasar dibidang tertentu dalam
ekstrakurikuler. Disamping itu dapat digunakan untuk melatih baik siswa dalam
satu sekolah maupun siswa sekolah lainnya.
Sertifikat sebaiknya dibuat oleh sekolah dan diberikan kepada siswa
setelah mengikuti ujian kenaikan tingkat. Di dalam sertifikat tertera kualifikasi
yang telah dimiliki, dan dapat juga dipergunakan mengikuti kegiatan tingkat
lanjutan, keterampilan dan kemandirian siswa salam kegiatan ekstrakurikuler
yang diikuti.

C. Dokumentasi sekolah
Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperoleh, memiliki, menyimpan
mengolah dan menyampaikan informasi pelaksanaan kegiatan pembinaan
kesiswaan di sekolah baik dalam bentuk tulisan , gambar, maupun dalam
bentuk lainnya, ditujukan kepada warga sekolah, masyarakat dan dinas dengan
menggunakan media cetak, elektronik dan jenis lainnya.
Informasi dalam bentuk dokumentasi kegiatan dibutuhkan oleh pihak
terkait untuk mengetahui keterlaksanaan program pembinaan kesiswaan yang
telah dilaksanakan, juga sebagai bahan informasi yang berguna bagi
masyarakat luas, dan dapat dijadikan media dalam pengambilan keputusan
bagi pihak terkait. Kegiatan ini diharapkan juga dapat menumbuhkan inspirasi
dan kreatifitas yang tinggi dikalangan siswa yang memiliki kecerdasan yang
beragam.
D.Pemetaan Pembinaan Kesiswaan
1. Dinas Pendidikan Kabupaten / kota
a. Mengkoordinasinasikan, mensosialisasikan dan melakukan pemetaan
pembinaan kesiswaan pada sekolah di wilayahnya.
b. Membantu dinas kabupaten./ kota dalam melaksanakan tugas-tugas
pembinaan kesiswaan
c. Melakukan monitoring pelaksanaan program pembinaan kesiswaan
d. Membantu dinas pendidikan provinsi dalam melaksanakan tugas-tugas
pembinaan kesiswaan
e. Menjabarkan kebijakan Kepala Dinas dalam bidang pembinaan kesiswaan
f. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keterlaksanaan pembinaan
kesiswaan
2. Dinas Pendidikan Provinsi
a. Menjabarkan Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional c.q. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah serta Gubernur yang berkaitan dengan
Program-program Pendidikan khususnya Pembinaan kesiswaan.
b. Melakukan Pemetaan, menyusun program dan membuat pedoman-
pedoman yang berkaitan dengan pembinaan kesiswaan.
c. Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi terkait program-program
pembinaan kesiswaan dengan unit kerja dibawahnya.
d. Melakukan pemantauan dan menerima laporan tentang keterlaksanaan
program-program pembinaan kesiswaan.
3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas
a. Melaksanakan penyusunan program kerja subdirektorat.
b. Menyiapkan penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang kegiatan
kesiswaan.
c. melaksanakan penyiapan bahan perumusan standar dan kriteria kegiatan
kesiswaan.
d. melaksanakan penyiapan bahan penyusunan pedoman pelaksanaan
kegiatan kesiswaan.
e. melaksanakan pemberian bimbingan teknis kegiatan kesiswaan.
f. melaksanakan supervisi dan evaluasi kegiatan kesiswaan.
g. melaksanakan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen subdirektorat.
h. melaksanakan penyusunan laporan subdirektorat.
i. melakukan penyusunan program kerja seksi dan penyiapan penyusunan
program kerja subdirektorat.
j. melakukan peyiapan bahan perumusan kebijakan pembinaan bakat,
pengembangan kreativitas dan prestasi siswa.
k. melakukan penyiapan bahan perumusan standar dan kriteria pembinaan
bakat, pengembangan kreativitas, dan prestasi siswa.
l. melakukan penyiapan bahan peyusunan pedoman pelaksanaan
pembinaan bakat, pengembangan kreativitas, dan prestasi siswa.
m.melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kompetisi bakat, kreativitas dan
prestasi siswa.
n. melakukan penyiapan bahan pemberia bimbingan teknis pembinaan
bakat, pengembangan kreativitas dan prestasi siswa.
o. melakukan penyiapan bahan supervisi dan evaluasi pelaksanaan bakat,
pengembangan kreativitas dan prestasi siswa.
p. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen.
q. melakukan penyusunan laporan seksi.
r. melakukan penyusunan program kerja seksi.
s. melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan pembinaan
kepribadian siswa.
t. melakukan penyiapan bahan perumusan standar dan kriteria pembinaan
kepribadian siswa.
u. melakukan penyiapan bahan penyusunan pemberian bimbingan teknis
pembinaan kepribadian siswa.
v. melakukan penyiapan bahan supervisi dan evaluasi pelaksanaan
pembinaan kepribadian siswa.
w. melakukan penyimpanan dan pemeliharaan dokumen seksi.
x. Melakukan penyusunan laporan seksi dan penyiapan penyusunan laporan
subdirektorat.
BAB X
PENUTUP

Buku panduan teknis ini disusun sebagai pegangan bagi para Pembina OSIS
dengan harapan untuk mendukung agar pembinaan kesiswaan dapat terealisasi
secara optimal di sekolah. Harapan ini ditujukan kepada semua pihak terutama para
Pembina OSIS yakni kepala sekolah, wakil bidang kesiswaan, konselor, pembina osis
dan pelatih ekstrakurikuler untuk menjalankan peran dan fungsinya masing-masing
membantu pengembangan potensi siswa secara optimal sesuai dengan kecerdasan
dan/atau bakat istimewa yang dimilikinya.
Pengembangan potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa di sekolah tidak
cukup hanya dengan pelajaran di dalam kelas, melainkan harus didukung oleh
kegiatan dan pengawasan di luar kelas, oleh karena itu dihimbau kepada setiap warga
sekolah untuk membantu memperlancar pembinaan kesiswaan di sekolah masing-
masing.
Pihak internal sekolah yang terkait di dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan potensi siswa, sebagai berikut :
1. Kepala Sekolah, untuk memberikan pengawasan secara optimal kepada
seluruh warga sekolah sehubungan dengan pembinaan kesiswaan di
lingkungan sekolah.
2. Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, untuk membantu dalam
penyusunan program, melakukan koordinasi, pemantauan dan pelaporan
kepada kepala sekolah.
3. Konselor, mengidentifikasi bakat dan minat siswa serta mengembangkan
potensi siswa.
4. Pembina OSIS, memberikan usulan yang berkaitan dengan program-program
pembinaan kesiswaan
5. Pelatih, memberikan keterampilan teknis yang dibutuhkan siswa
6. Organisasi kesiswaan, sebagai wadah dalam membina kegiatan, menyalurkan
dan mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki siswa.
7. Siswa, mengikuti seluruh program kegiatan dalam mengembangkan potensi
diri dalam pencapaian prestasi sesuai bakat, minat dan kreatifitas
Dari keseluruhan uraian tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. OSIS merupakan organisasi resmi di sekolah. Oleh karena itu setiap sekolah wajib
membentuk OSIS. OSIS tidak mempunyai hubungan organisasi dengan OSIS di
sekolah lain dan tidak menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar
sekolah.
2. OSIS sebagai suatu organisasi intra sekolah merupakan bagian internal dari
kehidupan sekolah, sehingga keberadaan OSIS diharapkan mampu mendukung
terwujudnya sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wawasan wiyatamandala).
3. Dalam menumbuhkembangkan OSIS, adalah menjadi tanggung jawab bersama
antara sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah.
4. Dalam proses tumbuh dan berkembang OSIS sebagai salah satu jalur pembinaan
kesiswaan memegang peranan yang sangat menentukan untuk mengembangkan
potensi siswa sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Anda mungkin juga menyukai