Anda di halaman 1dari 15

Kejahatan Cybercrime Peretasan Data

sebagai Wujud Pengaruh Kemajuan IPTEK terhadap NKRI

Disusun oleh:
1. Abelia Najwa Salsabila Hariyanti (01)
2. Dea Puspitaningrum (07)
3. Firman Habibi Widodo (15)
4. Melly Nur Aini (22)
5. Muhammad Naufal Yuliawardana (25)
6. Nafisah Zaky Lismia (26)
7. Rifki Fajar Asshidiq (29)
8. Riska Alifa Maulina (30)
9. Saffriya Tanesa Mischa Dauleya (32)

SMA NEGERI 1 PATI


Tahun Ajaran 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Kejahatan Cybercrime Peretasan Data sebagai Wujud Pengaruh


Kemajuan IPTEK terhadap NKRI

Penulis :
1. Abelia Najwa Salsabila Hariyanti
2. Dea Puspitaningrum
3. Firman Habibi Widodo
4. Melly Nur Aini
5. Muhammad Naufal Yuliawardana
6. Nafisah Zaky Lismia
7. Rifki Fajar Asshidiq
8. Riska Alifa Maulina
9. Saffriya Tanesa Mischa Dauleya

Makalah ini merupakan karya asli yang tidak ada unsur plagiasi. Apabila di
kemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiasi, kami bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mengetahui, Pati, 12 Oktober 2023


Guru Pembimbing Penulis,

Sagino, S.Pd., M. Pd. Muhammad Naufal Yuliawardana


NIP: 197012192008011005 NISN:
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
"Kejahatan Cybercrime Peretasan Data sebagai Wujud Pengaruh Kemajuan
IPTEK terhadap NKRI." Makalah ini merupakan upaya kami untuk menggali
pemahaman lebih dalam mengenai dampak positif dan negatif kemajuan IPTEK
terhadap NKRI sebagai sebuah negara yang terus bertransformasi.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi salah satu faktor
penting dalam perkembangan masyarakat modern. Di era globalisasi seperti saat
ini, NKRI tidak dapat mengabaikan dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan
IPTEK terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, sosial, budaya,
dan politik. Dalam makalah ini, kami akan mencoba menguraikan bagaimana
kemajuan IPTEK telah membentuk dan mengubah NKRI.

Kami menyadari bahwa topik ini sangat kompleks, dan makalah ini hanya
akan menggaris bawahi beberapa aspek pentingnya. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan kontribusi kecil dalam pemahaman lebih lanjut tentang
pengaruh kemajuan IPTEK terhadap NKRI.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


memberikan dukungan dan inspirasi dalam penulisan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat bagi pembaca.

Pati, 16 Oktober 2023

Penulis
ABSTRAK

Abel, Dea, Firman, Melly, Naufal, Nafis, Rifki, Riska, Mischa 2023. Kejahatan
Cybercrime Peretasan Data sebagai Wujud Pengaruh Kemajuan IPTEK
terhadap NKRI. Disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) telah memiliki


dampak signifikan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Makalah ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana kemajuan IPTEK
mempengaruhi NKRI dalam berbagai aspek, termasuk ekonomi, sosial, budaya,
dan politik.

Dalam aspek ekonomi, kemajuan IPTEK telah memacu pertumbuhan


sektor industri, meningkatkan produktivitas, dan menciptakan lapangan kerja
baru. Inovasi teknologi juga memungkinkan akses pasar global bagi produk
Indonesia. dalam aspek sosial dan budaya, teknologi informasi dan komunikasi
telah menghubungkan masyarakat Indonesia dengan dunia luar, memperkaya
budaya dan pengetahuan mereka, dan memfasilitasi kolaborasi lintas budaya.

Di bidang politik, kemajuan IPTEK telah mempermudah tata kelola


pemerintahan, termasuk pengembangan e-government dan layanan publik online,
yang meningkatkan transparansi dan partisipasi publik.

Meskipun kemajuan IPTEK telah membawa manfaat besar, makalah ini


juga akan membahas tentang Kejahatan Cybercrime Peretasan Data sebagai
Wujud Pengaruh Kemajuan IPTEK terhadap NKRI. Dengan demikian, makalah
ini akan membahas secara komprehensif bagaimana perkembangan IPTEK telah
membentuk dan terus membentuk NKRI, sambil mencermati tantangan dan
peluang yang muncul seiring dengan kemajuan ini.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peradaban dunia pada masa kini didominasi oleh kemajuan IPTEK


yang berlangsung hampir di semua bidang kehidupan. Teknologi informasi
terutama melalui media elektronik saat ini tentu dapat dijadikan sebagai
simbol perkembangan sistem seluruh dunia, baik dalam aspek sosial budaya,
ekonomi dan keuangan. Dari sistem-sistem kecil lokal dan nasional, proses
globalisasi bergerak sangat cepat menuju modernisasi. Berkembang pesatnya
teknologi saat ini, segala informasi yang berasal dari seluruh penjuru dunia
dapat tersebar melalui jaringan internet yang dapat diakses secara bebas dan
tanpa batas oleh masyarakat umum. Hal tersebut memungkinkan seluruh
masyarakat dapat mengenal berbagai hal baru secara cepat hanya
bermodalkan sebuah jaringan internet dan komputer. Internet berkembang
pesat sebagai sebuah kebudayaan dan keharusan bagi manusia di zaman
modern, karena melalui internet berbagai aktivitas seperti berpikir, berkreasi
dan bertindak dapat diekspresikan di dalamnya, kapanpun dan di manapun.
Kehadiran internet telah membentuk dunia tersendiri yang dikenal dengan
dunia maya (cyberspace) atau dunia semu yaitu sebuah dunia komunikasi
berbasis komputer.

Kecenderungan masyarakat untuk menjadi user dalam cyberspace


merupakan bukti bahwa internet telah membawa kemudahan-kemudahan
pada masyarakat. Bagi sebagian orang, munculnya fenomena ini telah
mengubah perilaku manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain, baik
secara individual maupun secara kelompok. Kemajuan teknologi informasi
terutama internet telah memberikan dampak positif bagi kemajuan kehidupan
manusia. Namun, kemajuan teknologi tentunya akan berjalan bersamaan
dengan munculnya perubahan-perubahan di bidang kemasyarakatan. Tak
dapat dipungkiri bahwa perkembangan di bidang teknologi khususnya
internet menciptakan peluang-peluang baru munculnya kejahatan, khususnya
kejahatan di dunia maya. Internet merupakan suatu sarana yang diciptakan
oleh manusia yang memiliki kemungkinan sangat besar untuk dapat
dikendalikan oleh manusia lain yang memiliki keahlian di bidang yang sama.
Kejahatan dengan memanfaatkan komputer saat ini merupakan suatu
kejahatan yang sedang berkembang di Indonesia, yang dikenal dengan istilah
kejahatan komputer (computer crime).

Dalam suatu studi di Amerika Serikat terdapat empat kategori kejahatan


komputer yaitu:

1. Pemasukan data yang tidak benar (fraudulent)


2. Penggunaan atas fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan komputer
3. Merubah atau merusak informasi atau arsip
4. Pencurian baik secara elektronik atau dengan cara-cara lain uang,
benda, fasilitas-fasilitas dan data berharga

Perkembangan kejahatan di dunia maya kini juga dikenal dengan


Istilah kejahatan siber (cybercrime). Dalam beberapa kepustakaan, kejahatan
siber (cybercrime) sering diidentikkan sebagai computer crime.

Netherlands Government Website menjelaskan: Cybercrime takes


many forms, and it is therefore difficult to fight. The Common forms of
cybercrime include: phising, misusing personal Information (identity theft),
hacking, spreading hate and inciting Terrorism, distributing child
pornography and grooming (making sexual Advances to minors).

Dari penjabaran di atas kejahatan siber (cybercrime) meliputi


kejahatan yang sudah tidak asing lagi seperti pencurian identitas,
menyalahgunakan situs website atau jaringan komputer, pembajakan,
menyebarkan kebencian secara online, pornografi dan lain-lain. Berbagai
Tindakan tersebut dilakukan secara khusus dengan sarana komputer dan
internet.
Berdasarkan kutipan di atas, salah satu fenomena kejahatan siber
(cybercrime) yang sedang berkembang saat ini adalah peretasan data
(hacking). Peretasan (hacking) merupakan sebuah kegiatan ilegal karena
masuk dan membaca data seseorang dengan tanpa izin dengan cara
sembunyi-sembunyi atau sama saja dengan membodohi orang. Para peretas
(hacker) selalu menyembunyikan identitas mereka.

Salah satu kasus peretasan yang pernah terjadi di Indonesia adalah


peretasan terhadap situs Dewan Pers pada bulan Mei 2017. Dalam
cnnindonesia.com disebutkan bahwa tim Direktorat Tindak Pidana (Dirtipid)
Siber Bareskrim menangkap inisial AS alias M2404 yang telah melakukan
peretasan terhadap website Dewan Pers dengan Homepage
www.dewanpers.or.id. Inisial AS ini mengubah tampilan muka web (deface)
Dewan Pers menjadi berwarna hitam. Selain itu, di halaman utamanya
terdapat gambar yang mirip burung garuda dan sebuah tulisan berwarna
merah yang berisi pesan mengenai kondisi Indonesia yang menurutnya tengah
terpecah.

Meskipun sekilas isi pesan yang ditulis inisial AS berisikan pesan


yang dapat dinilai bernada positif serta merupakan suatu hak yang
dimilikinya sebagai seorang individu mengeluarkan pendapatnya (Pasal 28E
ayat 3 UUD 1945), namun cara yang digunakan oleh inisial AS tentu saja
keliru karena telah dikategorikan sebagai tindakan peretasan (hacking).
Tindakan peretasan ini tentu merupakan suatu pelanggaran terhadap Pasal 30
ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (UU ITE) sebagaimana diubah dan ditambah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
yang menyatakan bahwa: “Setiap Orang Dengan sengaja dan tanpa hak atau
melawan hukum mengakses Komputer dan/atau sistem elektronik milik orang
lain dengan cara apa pun”. Sanksi Pidana terhadap tindak pidana peretasan ini
juga telah diatur dalam Pasal 46 ayat
(1) UU ITE yang berbunyi “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 600.000.000,00
(enam ratus Juta rupiah)”.

Atas tindakannya tersebut inisial AS alias M2404 didakwa dengan


Pasal 48 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008
sebagaimana diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun
2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Pengadilan
Negeri Surakarta menjatuhkan putusan pidana penjara 1 (satu) tahun dan 3
(tiga) Bulan.

Kasus AS alias M2404 hanyalah satu dari sekian kasus peretasan yang
terjadi di Indonesia. Kasus-kasus kebocoran data pribadi seperti ini tidak hanya
menimpa perusahaan-perusahaan komersial, tetapi juga menimpa pemerintah.
Belum lama ini, telah terjadi upaya peretasan terhadap salah satu badan hukum
milik negara, yakni Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dimana
diperkirakan 19 juta data milik penduduk di Indonesia bocor dan dijual di
forum Breached seharga 10.000 dollar AS dalam bentuk Bitcoin.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka kami ingin membahas


lebih lanjut mengenai kasus cybercrime di Indonesia, dengan judul
pembahasan : “KEJAHATAN CYBERCRIME PERETASAN DATA SEBAGAI
WUJUD PENGARUH KEMAJUAN IPTEK TERHADAP NKRI”

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa hukuman yang akan didapatkan pelaku peretasan data BPJS?
2. Siapa pelaku dibalik terjadinya peretasan data BPJS?
3. Kapan pelaku melakukan peretasan data BPJS?
4. Mengapa peristiwa peretasan data BPJS dapat terjadi?
5. Bagaimana upaya pemerintah dalam menangani kasus peretasan data
BPJS?
1.3. Tujuan
1.4. Manfaat
BAB II
LANDASAN TEORI, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN

1.1. Landasan Teori


A. IPTEK
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) merupakan landasan
teori yang mendasari suatu proposal dengan fokus pada penerapan
pengetahuan dan teknologi. Dalam konteks ini, IPTEK mencakup kajian
mendalam terhadap ilmu pengetahuan untuk memahami fenomena atau
masalah tertentu serta penerapan teknologi untuk menciptakan solusi yang
inovatif. Penggunaan IPTEK dalam proposal bertujuan untuk memberikan
dasar yang kuat dan rasional bagi pengembangan proyek atau
penelitian yang diajukan.
B. Cybercrime
Cybercrime adalah kejahatan yang dilakukan melalui teknologi
informasi dan komunikasi, termasuk hacking, pencurian identitas,
penipuan online, dan serangan terhadap infrastruktur komputer. Ini
merugikan individu, perusahaan, dan pemerintahan. Pencegahan
melibatkan keamanan siber, tindakan hukum, dan kerja sama
internasional. Perlindungan data dan kesadaran keamanan digital kunci
untuk mengurangi risiko cybercrime.
C. BPJS
1.2. Temuan
1.3. Pembahasan Masalah
Dalam kasus ‘Peretasan Puluhan Juta Data Peserta Bpjs’ Menteri
Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Tifatul Sembiring menegaskan,
peretasan adalah suatu pelanggaran hukum. Di Indonesia, aturan soal
peretasan telah dimuat dalam Undang-Undang (UU) 11/2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik ITE). Pasal 30 ayat 1, ayat 2, dan atau
ayat 3 UU No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),
berbunyi (1) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik milik orang lain dengan
cara apa pun. (2) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan tujuan untuk memperoleh Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik. Dan, (3) Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum mengakses Komputer dan/atau Sistem Elektronik dengan cara apa pun
dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol sistem
pengamanan.
Selain itu juga Pasal 32 ayat 1 UU No 11/2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE), yang berbunyi (1) Setiap orang dengan
sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah,
menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan,
memindahkan, menyembunyikan suatu Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik milik orang lain atau milik publik. Aturan lainnya, Pasal
22 huruf B Undang-Undang 36/1999 tentang Telekomunikasi yang berbunyi
Setiap orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau
memanipulasi akses ke jaringan telekomunikasi; dan atau akses ke jasa
telekomunikasi; dan atau akses ke jaringan telekomunikasi khusus.
Dalam sebuah unggahan di BreachForums pada Maret, penjahat siber
Bjorka membocorkan 19,5 juta data dengan nama 'BPJS Ketenagakerjaan
Indonesia 19 Million’. Total data yg dicuri mencapai 1,5 TB, termasuk 15 juta
data pengguna dan password untuk akses internal dan layanannya, serta data
pribadi nasabah serta informasi pinjamannya. Selain dua kasus tersebut, baru-
baru ini 34 juta data paspor warga RI diduga mengalami kebocoran. Sosok
Bjorka diduga menjadi dalang dalam kejadian ini. Informasi kebocoran data
paspor ini pertama kali disampaikan Pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh
Aprianto di akun Twitter pribadinya.
Bjorka menuliskan dalam unggahannya itu bahwa data sebesar 5 GB
atau 1 GB terkompresi ini berasal dari peretasan pada Maret 2023. Data yang
diretasnya itu terdiri dari nama, email, nomor induk kependudukan (NIK),
nomor telepon, alamat, tanggal lahir, jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja,
dan lain sebagainya. Peretas ini juga melampirkan 100.000 sampel dari klaim
19 juta data yang diretasnya.
Kasus ‘Peretasan Puluhan Juta Data Peserta Bpjs’ bisa terjadi
karena Bjorka, peretas yang mengklaim, memiliki data pribadi dari BPJS
Ketenagakerjaan. Pengendali data (BPJS Ketenagakerjaan) juga masih lengah
untuk mengupayakan pelindungan data pribadi sebaik dan sesegera mungkin
Mereka masih belum sepenuhnya meningkatkan pengamanan untuk
melindungi hak-hak subyek data.
Ketua MPR Bambang Soesatyo meminta Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kemkominfo) bersama aparat terkait untuk segera
menyelidiki dan menginvestigasi kasus kebocoran data tersebut, dikarenakan
kasus kebocoran data pribadi masyarakat bukan kali pertama terjadi, namun
sudah berulang. Diharapkan pemerintah dan aparat segera mengungkap
pelaku peretasan tersebut hingga ke jaringan utamanya, agar kasus peretasan
data pribadi tidak kembali terulang karena bisa merugikan dan
membahayakan bagi masyarakat. "Meminta aparat penegak hukum dapat
menyelesaikan kasus peretasan tersebut, memberikan sanksi tegas kepada
pelaku peretasan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku, dan
diharapkan sanksi yang diberikan dapat memberikan efek agar tidak terjadi
lagi peretasan data pribadi masyarakat," kata Bamsoet di Jakarta, Rabu
(15/3/2023). Bamsoet juga meminta pemerintah tidak hanya berfokus pada
upaya penegakan hukum dan penyelidikan kasus saja, namun seiring dengan
hal tersebut, harus dilakukan upaya pencegahan kebocoran atau peretasan
data pribadi masyarakat. Yakni dengan memperbaiki dan meningkatkan
sistem keamanan siber atau digital di lingkup pemerintahan atau instansi,
utamanya terhadap sistem penyimpanan data pribadi masyarakat.

1.4. Refleksi dan Dampak yang Dicapai


BAB III
PENUTUP
1.1. Simpulan
Kasus peretasan data pribadi masyarakat, seperti yang terjadi pada
BPJS Ketenagakerjaan dan paspor, merupakan bentuk kejahatan cybercrime
yang dapat merugikan banyak pihak. Kejahatan ini dapat terjadi karena
adanya celah keamanan pada sistem informasi yang digunakan oleh lembaga
atau instansi terkait.
Dalam konteks pencegahan kejahatan cybercrime peretasan data,
IPTEK dapat digunakan untuk:
 Membangun sistem keamanan siber yang lebih kuat
Pemerintah dan instansi terkait dapat memanfaatkan IPTEK untuk
membangun sistem keamanan siber yang lebih kuat. Hal ini dapat
dilakukan dengan menerapkan teknologi-teknologi keamanan terbaru,
seperti artificial intelligence (AI), machine learning (ML), dan big data
analytics.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya kejahatan
cybercrime
Masyarakat juga perlu ditingkatkan kesadarannya tentang bahaya
kejahatan cybercrime. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
edukasi dan sosialisasi tentang keamanan data pribadi.

1.2. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan di atas, berikut adalah beberapa
rekomendasi untuk mencegah terjadinya kejahatan cybercrime peretasan data:
 Pemerintah dan instansi terkait perlu meningkatkan keamanan sistem
informasi mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan berbagai
metode keamanan, seperti menggunakan firewall, antivirus, dan enkripsi
data.
 Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran tentang keamanan data
pribadi mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan tidak membagikan
informasi pribadi secara sembarangan, menggunakan kata sandi yang
kuat, dan selalu memperbarui sistem operasi dan perangkat lunak
mereka.
 Pemerintah perlu memperkuat regulasi terkait perlindungan data pribadi.
Regulasi yang kuat dapat menjadi deterrent bagi pelaku kejahatan
cybercrime.
Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan kasus peretasan data pribadi
masyarakat dapat ditekan dan keamanan NKRI dapat lebih terjaga.

Anda mungkin juga menyukai