Anda di halaman 1dari 10

1.5.

3 Kerangka Pemikiran

Menurut Sofjan Assauri (2016:225) “persediaan atau inventory adalah stok dari suatu

item atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi perusahaan”.

Menurut Rusdiana (2020:374) “persediaan adalah suatu aktiva yang harus tersedia di

perusahaan pada saat diperlukan untuk menjamin kelancaraan dalam menjalankan

perusahaan. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari bahan mentah, bahan stengah

jadi, barang jadi, atau komponen pendukung proses produksi.”

Menurut T. Hani Handoko (2017:333) istilah “persediaan (inventoryi) adalah suatu

istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya-sumber daya organisasi

yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan”.

Menurut Siagian (2020:106) “Bahwa persediaan sebagai barang yang disimpan untuk

digunakan atau dijual pada priode mendatang”.

Berdasarkan definisi di atas, maka penulis dapat mengartikan bahwa pengendaliaan

persediaan adalah sejumlah komoditas yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan pada

saat yang akan datang. Persediaan ini umumnya ada persediaan bahan baku, persediaan

barang stengah jadi, dan persediaan barang jadi.

Menurut Sofjan Assauri (2016:229) “untuk menjalankan fungsi inventory umumnya

perusahaan menjaga empat jenis inventory. Keempat jenis inventory itu adalah: Bahan

Baku, inventory dari barang dalam proses dikerjakan, inventory maintenace/ repai/oprating

supplies (MROs), dan inventory barang jadi.


Menurut Supriatin (2020:140) “Perusahaan mempertahankan 4 (empat) jenis

persediaan yaitu:

1. Persediaan bahan mentah : telah dibeli, namun belum diproses. Bahan mentahnya

dapat digunakan dari proses produksi untuk pemasok yang berbeda-beda. Meskipun

demikian, pendekatan yang lebih disukai adalah dengan menghapus variabilitas

pemisahan.

2. Persediaan barang-dalam-proses (work-in-process/WIP) : telah mengalami beberapa

perubahan, tetapi belum selesai. WIP ini ada karena untuk membuat produk diperlukan

waktu (disebut waktu siklus). Pengurangan waktu siklus menyebabkan persediaan WIP

pun berkurang.

3. Persediaan MRO (perlengkapan pemeliharaan/perbaikan/operasi) : persediaan yang

dikhususkan untuk perlengkapan pemelihaaan/perbaikan/operasi. MRO ini ada karena

waktu dan kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan tidak

dapat diketahui. Walaupun permintaan untuk persediaan MRO ini sering kali

merupakan fungsi jadwal-jadwal pemeliharaan, permintan MRO lainnya perlu

diantisipsi.

4. Persediaan barang jadi : selesai dan menunggu untuk dikirimkan barang jadi

dimasukkan ke dalam persediaan karena permintaan konsumen untuk jangka waktu

tertentu mungkin tidak diketahui.


Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah

suatu barang yang tersimpan di gudang perusahaan atau barang yang siap dijual kepada

konsumen perusahaan.

Menurut Sofjan Assauri (2016:226), Persediaan dapat memberikan beberapa fungsi,

yang akan menambah fleksibilitas operasi produksi suatu perusahaan. Sejumlah fungsi

yang diberikan persediaan, diantaranya adalah:

1. Untuk dapat memenuhi antisipasi permintaan pelanggan.

2. Untuk memisahkan berbagai parts atau komponen dari operasi produksi.

3. Untuk memisahkan operasi perusahaan dari fluktuasi permintaan.

4. Inventory berfungsi untuk memperlancar keperluan operasi produksi.

5. Untuk dapat memanfaatkan diskon kuantitas.

6. Untuk memisahkan operasi produksi dengan kejadian atau event.

7. Untuk melindungi kekurangan stok yang dihadapi perusahaan.

8. Untuk memagari terhadap inflasi, dan meningkatnya perubahan harga.

9. Untuk memanfaatkan keuntungan dari siklus pesanan.

10. Untuk memungkinkan perusahaan beroperasi dengan penambahan barang segera.

Menurut Assauri dalam Rasyad (2019:18) terdapat 2 faktor penentu dalam menghitung

besarnya safety stock, antara lain:


1. Penggunaan bahan baku rata-rata, merupakan satu dari sekian dasar yang digunakan

dalam memprediksi penggunaan bahan baku pada periode tertentu, khususnya pada

saat periode pemesanan.

2. Faktor waktu, merupakan suatu perbedaan waktu antara saat melakukan pesanan

sampai barang tersebut diterima.

Pengelolaan Persediaan Menurut Ahyari dalam Damayanti (2012:16), dalam

penyelenggaraan persediaan bahan baku untuk pelaksanaan proses produksi dari suatu

perusahaan, terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi persediaan bahan baku,

dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Adapun berbagai

faktor tersebut antara lain 1. Perkiraan Bahan Baku 2. Harga Bahan 3. Biaya-biaya

Persediaan 4. Kebijakan Pembelanjaan 5. Pemakaian Bahan 6. Waktu Tunggu (Lead Time)

7. Model Pembelian 8. Persediaan Pengaman 9. Pembelian Kembali.

Menurut Muhammad Zainul (2019:3) “Proses produksi yaitu Sebagai cara, metode

dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan

menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana) yang ada”.

Menurut Schroeder yang dikutip dari buku yang berjudul Manajemen Operasi

karangan Herydan Fitri (2011:3) mengatakan definisi kegiatan operasi dan produksi dalam

tiga hal, yaitu:

1. Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa.

2. Adanya sistem tranformasi yang menghasilkan barang dan jasa.


3. Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen operasi.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian proses

produksi adalah serangkaian kegiatan/metode yang dilakukan perusahaan untuk merubah

suatu input menjadi output atau bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi

dengan menggunakan berbagai sumber daya termasuk tenaga kerja, mesin, bahan baku,

biaya sehingga dapat menghasilkan sebuah produk barang yang akhirnya menjadi sesuatu

yang memiliki value atau nilai lebih.

Secara umum, proses produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

menggabungkan berbagai faktor produksi yang ada, dalam upaya menciptakan suatu

produk, baik barang atau jasa yang memiliki manfaat bagi konsumen. Proses produksi juga

dapat disebut sebagai kegiatan mengolah bahan baku dan bahan pembantu dengan

memanfaatkan peralatan sehingga menghasilkan suatu produk yang lebih bernilai dari

bahan awalnya.

Ada beberapa faktor penentu keberhasilan dari proses produksi menurut Sofyan

Assauri (2016:160) dalam bukunya Manajemen Produksi, antara lain:

1. Jenis Barang

Barang yang diproduksi sebaiknya harus barang-barang yang sesuai dengan

permintaan konsumen, baik desain maupun spesifikasi tiap barang yang dihasilkan.

2. Mutu Barang
Mutu barang tergantung kepada beberapa faktor, sebagai berikut :

a. Mutu bahan baku, bahan mentah, bahan kemasan, jenis dan sifat-sifat komponen

produk yang lain.

b. Proses pembantu yang dihasilkan harus sesuai dengan standar yang telah

ditentukan.

c. Ketepatan proses pembuatan barang, cepat tetapi hasilnya baik merupakan kiat

keberhasilan.

d. Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi proses produksi.

e. Mesin yang digunakan harus sesuai dengan teknologi yang ditentukan.

f. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi mutu barang adalah keterampilan dan cara

kerja buruh, kegairahan kerja, lingkungan kerja, perlengkapan kerja dan

sebagainya.

3. Jumlah Yang Dihasilkan

Jumlah yang dihasilkan dpengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Jumlah barang dipergunakan harus sesuai dengan yang diperlukan artinya dapat

dianalisis antara aktiva dan standar material, yakni membandingkan penggunaan

bahan yang ditentukan.

b. Waste atau bahan sisa yang terjadi diperhitungkan.

c. Rejected product (produk yang under quality) .

d. Kehilangan bahan karena pencurian.


4. Ketepatan Waktu Penyerahan Barang

Ketepatan waktu penyeran barang dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut :

a. Persedian bahan harus dijaga jangan sampai habis.

b. Jadwal produksi.

c. Pengaturan jadwal tenaga kerja.

d. Laporan penyerahan barang dan laporan barang-barang yang belum diserahkan.

e. Keterampilan, cara kerja dan peralatan kerja.

f. Proses produksi yang dilakukan harus sesuai dengan jenis barang pesanan.

5. Informasi Biaya

Informasi Biaya dipengaruhi oleh:

a. Faktor-faktor ekonomis dan lokasi perusahaan.

b. Jumlah, harga dan mutu bahan yang diperlukan.

c. Harga mesin yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu produk.

d. Tenaga kerja yang dikerahkan harus berdasarkan jumlah tenaga kerja minimum

yang dibutuhkan.“Down Time” dan “Idle Time”.

e. Capality Unilition.

f. Waktu pengerjaannya.

g. Biaya Overhead.

6. Informasi Tentang Buruh


Informasi Tentang Buruh dipengaruhi oleh :

a. Absensi.

b. Keselamatan kerja.

c. Keselamatan buruh (bila ada).

d. Kondisi kerja.

e. Prestasi kerja.

Untuk menghasilkan suatu produk dapat dilakukan melalui beberapa cara, metode

dan teknik yang berbeda-beda. Walaupun proses produksi sangat banyak, tetapi secara garis

besar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

1. Proses produksi terus menerus (Contiunuous process) adalah suatu proses produksi

dimana terdapat pola urutan yang pasti dan tidak berubah-ubah dalam pelaksanaan

produksi yang dilakukan dari perusahaan yang bersangkutan sejak dari bahan baku

sampai menjadi bahan jadi (Pangestu Subagyo, 2000: 9). Sifat atau ciri-cirinya adalah

Produksi yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produktivitas massa), biasanya

menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan pengerjaan dari

produk yang dihasilkan, mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-

mesin yang bersifat khusus (special purpose machines).

2. Proses produksi terputus-putus (Intermitten process) adalah proses produksi dimana

terdapat beberapa pola atau urutan pelaksanaan produksi dalam perusahaan yang

bersangkutan sejak bahan baku sampai menjadi produk akhir (Pangestu Subagyo, 2000:
9). Sifat atau ciri-cirinya adalah produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil

didasar atas pesanan, biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan

berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi atau peralatan yang sama,

dikelompokkan pada temapat yang sama, proses produksi tidak mudah terhenti

walaupun terjadi kerusakan salah satu mesin atau peralatan.

Setiap kegiatan yang berfokus pada proses produksi seringkali memerlukan

pemeliharaan, sehingga tidak selamanya kegiatan produksi yang dilakukan akan sesuai

dengan ketentuan atau target yang telah dibuat. Terkadang akan mengalami degradasi baik

dari mesin atau manusia yang mengerjakan proses tersebut.

Menurut Elwood S. Buffa (dalam Eddy Herjanto 2008:2) : Terdapat unsur-unsur

pokok dari definisi manajemen operasi yaitu kontinyu dan efektif. Kontinyu, maksudnya

keputusan manajemen merupakan suatu tindakan sesaat melainkan tindakan yang

berkelanjutan atau suatu proses yang kontinyu. Efektif berarti segala pekerjaan harus dapat

dilakukan secara tepat dan sebaik-baiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan yang

diharapkan.

Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian terdahulu yang ditulis oleh Ramadhanty

(2021), serta menurut Assauri dalam penelitian Baradi (2019:5) proses produksi dapat

dikatakan lanacar jika ditunjang oleh unsusr-unsur produksi. Pengopraisan sistem produksi

dan oprasi itu mencakup; penyusunan rancangan produksi, perencanaan dan pengendalian
persediaan dan pengadaan bahan baku, pemeiharaan atau perawatan mesin dan peralatan,

pengendalian mutu, serta manajeman tenaga kerja.

Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian persediaan

bahan baku berpengaruh terhadap proses produksi. Dengan dilakukannya pengendalian

persediaan bahan baku, maka perusahaan dapat mengoptimalkan hingga menambah

kapasitas produksinya.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hubungan antar variable penelitian

dapat dilihat pada gambar 1.1.

(rxy)
Pengendaliaan Persediaan Proses Produksi
Bahan Baku
(Y)
(X)

Gambar 1.1
Struktur Variabel Paradigma Penelitian
Sumber: Diolah penulis
1.5.3

Anda mungkin juga menyukai