Anda di halaman 1dari 13

Makalah

“Fungsi Protokol Lanjutan”

Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah:Dasar Infrastuktur

Dosen Pengampu:Ronald David Marcus.S.Kom.,M.Kom

Disusun Oleh:

Nama : Ananda Mustikowati Putri Kusnadi

NIM: 23083000069

Fakultas: Teknologi Informasi

Prodi: S1 Sistem Informasi

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

2024
BAB 1 PEMBAHASAN

1.1 Protokol Lanjutan

Protokol tingkat lanjut adalah protokol jaringan yang memiliki tingkat kompleksitas dan
fungsionalitas lebih tinggi dibandingkan protokol standar.Protokol tingkat lanjut biasanya dirancang
untuk mengatasi tantangan dan persyaratan spesifik dalam jaringan komputer yang lebih
kompleks.Fitur protokol tingkat lanjut meliputi:
• Kemampuan mengatasi permasalahan transmisi data yang kompleks seperti: B.
Menangani lalu lintas jaringan dalam jumlah besar atau keamanan data yang lebih besar.
• Dukungan fitur-fitur canggih seperti quality of service (QoS) untuk memprioritaskan pengiriman data,
multicast untuk mengirim data ke beberapa penerima secara bersamaan, dan routing yang lebih cerdas.
• Implementasinya lebih kompleks dan mungkin memerlukan penanganan yang lebih hati-hati untuk
memastikan interoperabilitas dengan perangkat dan protokol lain.
Protokol tingkat lanjut memungkinkan jaringan komputer beroperasi lebih efisien dan aman, serta
memenuhi persyaratan yang lebih kompleks.Protokol tingkat lanjut dapat mendukung kontrol akses
yang lebih canggih dalam jaringan komputer dalam berbagai cara.Dengan mendukung kontrol akses
yang lebih canggih, protokol tingkat lanjut dapat membantu organisasi mengelola akses pengguna
secara lebih efektif, mengurangi risiko akses tidak sah, dan meningkatkan keamanan data di jaringan
komputer.Berikut adalah beberapa cara protokol tingkat lanjut dapat mendukung kontrol akses yang
lebih canggih.
• Kontrol akses berbasis peran: Protokol tingkat lanjut memungkinkan penerapan kontrol akses
berbasis peran.Dalam hal ini, hak akses diberikan berdasarkan peran atau tanggung jawab
pengguna.organisasi.Hal ini memungkinkan perjanjian akses yang lebih terstruktur dan selaras dengan
hierarki organisasi.
• Kebijakan akses yang lebih rinci: Protokol tingkat lanjut dapat mendukung kebijakan akses yang
lebih rinci, memungkinkan administrator untuk menentukan akses ke data atau sumber daya
berdasarkan kriteria yang lebih spesifik, seperti: Masu.
Lokasi geografis, waktu akses, atau jenis perangkat yang digunakan.
• Autentikasi multi-faktor: Protokol tingkat lanjut dapat mendukung autentikasi multi-faktor, yang
mengharuskan pengguna melewati beberapa tingkat autentikasi (seperti kombinasi kata sandi, token,
atau sidik jari) untuk mengakses data sensitif.
Ini meningkatkan keamanan akses Anda.
• Audit dan pemantauan akses: Pencatatan log lanjutan dapat mencakup fitur audit dan pemantauan
akses lanjutan yang menyediakan pencatatan aktivitas akses pengguna secara real-time dan pemantauan
untuk mendeteksi perilaku mencurigakan.
Administrator juga mendapat peran untuk mengelola peran pengguna menggunakan protokol lanjutan untuk
mengelola peran pengguna menggunakan protokol lanjutan dimana administrator dapat melakukan beberapa
langkah berikut:

 Definisi Peran Pengguna: Administrator harus menentukan peran-peran pengguna yang ada dalam
sistem atau jaringan. Setiap peran harus memiliki tanggung jawab dan hak akses yang jelas.
 Penetapan Hak Akses: Setelah peran pengguna ditentukan, administrator dapat menetapkan hak akses
yang sesuai untuk setiap peran.
 Pengelolaan Peran: Administrator dapat menggunakan fitur pengelolaan peran yang disediakan oleh
protokol lanjutan untuk menambahkan, mengubah, atau menghapus peran pengguna

1
 Autentikasi Peran: Protokol lanjutan dapat memungkinkan autentikasi peran, di mana pengguna harus
mengidentifikasi peran mereka saat login ke sistem.
 Pemantauan dan Audit: Administrator dapat menggunakan fitur pemantauan dan audit yang disediakan
oleh protokol lanjutan untuk melacak aktivitas akses pengguna berdasarkan peran.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, administrator dapat mengelola peran pengguna dengan efisien
menggunakan protokol lanjutan. Hal ini membantu dalam mengatur akses pengguna, menjaga keamanan data,
dan meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan sistem atau jaringan.

1.2 Connection Control

Connection Control adalah mekanisme dalam jaringan komputer yang bertanggung jawab untuk
mengelola dan mempertahankan koneksi antara perangkat dalam jaringan. Tujuan utama dari Connection
Control adalah untuk memastikan ketersediaan, stabilitas, dan keandalan koneksi antara perangkat agar
data dapat ditransfer dengan efisien dan aman. Connection Control merupakan elemen penting dalam
pengelolaan jaringan komputer yang memainkan peran krusial dalam menjaga koneksi yang stabil, aman,
dan efisien antara perangkat. Dengan pemahaman yang baik tentang pengertian, cara kerja, manfaat,
kekurangan, dan kelebihan Connection Control, organisasi dapat meningkatkan performa jaringan mereka
dan memastikan kelancaran operasional. Connection Control yang terbagi menjadi tiga bagian lapisan
dalam protokol jaringan yang lebih lanjut: Aplikasi, Transport, dan Jaringan. Ini melibatkan kontrol akses ke
aplikasi, pengaturan koneksi dan pengiriman data, serta pengendalian lalu lintas antara node dalam
jaringan untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional jaringan secara keseluruhan.

 Cara Kerja Connection Control:


 Connection Control bekerja dengan mengatur proses pembukaan, pemeliharaan, dan penutupan
koneksi antara perangkat.
 Saat sebuah koneksi dibuat, Connection Control memvalidasi permintaan koneksi, menetapkan
parameter koneksi, dan memastikan bahwa koneksi tersebut terjaga dengan baik selama pengiriman
data.
 Selama koneksi aktif, Connection Control memonitor kualitas koneksi, mengelola lalu lintas data, dan
mengatur aliran data antara perangkat.
 Ketika koneksi selesai atau terputus, Connection Control menangani proses penutupan koneksi dengan
aman dan efisien.
 Connection Control dapat meningkatkan keamanan data dalam jaringan dengan beberapa cara sebagai
berikut:
 Pengaturan Akses: Connection Control memungkinkan pengaturan akses yang ketat terhadap koneksi
antara perangkat dalam jaringan. Dengan memvalidasi dan mengotentikasi setiap koneksi, hanya
perangkat yang sah yang diizinkan untuk terhubung, mengurangi risiko akses yang tidak sah.
 Pengendalian Lalu Lintas Data: Connection Control memungkinkan pengendalian lalu lintas data antara
perangkat, termasuk memonitor dan membatasi jumlah data yang dapat ditransfer antara koneksi. Hal
ini membantu mencegah serangan DDoS (Distributed Denial of Service) dan penggunaan data yang
tidak sah.
 Pemantauan Koneksi Aktif: Connection Control dapat memantau koneksi aktif secara real-time untuk
mendeteksi aktivitas yang mencurigakan atau tidak biasa. Dengan pemantauan yang cermat, serangan
jaringan seperti intrusi atau malware dapat terdeteksi lebih cepat.

2
 Penanganan Koneksi Bermasalah: Connection Control dapat merespons secara cepat terhadap koneksi
yang bermasalah atau terputus, sehingga mengurangi risiko kebocoran data atau serangan yang dapat
terjadi akibat koneksi yang tidak aman.
 Enkripsi Data: Connection Control dapat mendukung penggunaan enkripsi data dalam koneksi antara
perangkat, sehingga data yang ditransfer melalui jaringan akan terenkripsi dan lebih aman dari akses
yang tidak sah.
 Dengan mengimplementasikan Connection Control yang efektif, jaringan dapat lebih terlindungi dari
ancaman keamanan, data sensitif dapat diamankan, dan risiko pelanggaran keamanan dapat
diminimalkan. Connection Control menjadi lapisan pertahanan yang penting dalam menjaga keamanan
data dalam jaringan komputer.

Kelebihan dari Connection Control dapat membantu mencegah serangan Distributed Denial Service
(DDoS).Cara Connection Control dapat membantu mencegah serangan Distributed Denial of Service (DDoS)
dengan beberapa metode yang efektif sebagai berikut:

 Pengenalanan Trafik: Connection Control dapat mengidentifikasi pola lalu lintas yang tidak biasa atau
mencurigakan yang merupakan ciri khas dari serangan DDoS. Dengan mengenali pola-pola ini, sistem
dapat memblokir lalu lintas yang berasal dari sumber yang mencurigakan.
 Pembatasan Akses: Connection Control dapat membatasi akses dari alamat IP yang mencurigakan atau
tidak dikenal. Dengan membatasi akses dari sumber-sumber yang potensial menjadi penyerang dalam
serangan DDoS, jaringan dapat dilindungi dari serangan tersebut.
 Filtering Trafik: Connection Control dapat menerapkan filter untuk memblokir lalu lintas yang
diidentifikasi sebagai serangan DDoS. Dengan menerapkan filter yang tepat, lalu lintas yang
mencurigakan dapat diidentifikasi dan diblokir sebelum mencapai target yang dituju.
 Pengelolaan Kapasitas: Connection Control dapat mengelola kapasitas jaringan untuk menangani
lonjakan lalu lintas yang terjadi selama serangan DDoS. Dengan mengoptimalkan penggunaan sumber
daya jaringan, jaringan dapat tetap beroperasi meskipun menghadapi serangan DDoS.
 Pemantauan Aktivitas Jaringan: Connection Control dapat memantau aktivitas jaringan secara real-time
untuk mendeteksi adanya serangan DDoS yang sedang terjadi. Dengan deteksi dini, langkah-langkah
pencegahan dapat segera diimplementasikan untuk mengurangi dampak serangan.

Dengan menggabungkan berbagai metode di atas, Connection Control dapat membantu dalam
mencegah serangan DDoS dan menjaga keamanan jaringan dari ancaman yang merusak. Connection
control dalam protokol lanjutan sangat penting untuk menjaga keandalan, keamanan, dan integritas
komunikasi data dalam jaringan. Tanpa connection control, dapat terjadi kehilangan data, duplikasi data,
kesalahan transmisi, dan keterlambatan pengiriman. Oleh karena itu, connection control menjadi langkah
krusial dalam memastikan bahwa data dikirim dan diterima dengan baik dalam jaringan komputer.

3
1.3 FLOW CONTROL

Flow control dalam protokol lanjutan Flow control adalah salah satu mekanisme yang
digunakan dalam jaringan komputer untuk mengatur aliran data antara pengirim dan penerima. Mekanisme
ini bertujuan untuk mengontrol kecepatan pengiriman data agar sesuai dengan kemampuan penerima
dalam menerima dan memproses data tersebut. Dengan adanya flow control, dapat memastikan bahwa
tidak terjadi kelebihan beban pada penerima dan mencegah terjadinya kehilangan data atau penumpukan
data yang berlebihan di dalam jaringan. Dengan adanya flow control, jaringan komputer dapat mengatur
aliran data dengan baik, mencegah kelebihan beban pada penerima, dan memastikan keandalan dalam
pengiriman data. Mekanisme ini menjadi kunci dalam menjaga kinerja dan efisiensi jaringan komputer.

Ada dua jenis flow control yang umum digunakan dalam jaringan komputer, yaitu flow control berbasis
stop-and-wait dan flow control berbasis sliding window.

1. Flow Control Berbasis Stop-and-Wait:


 Pada flow control berbasis stop-and-wait, pengirim akan mengirimkan satu paket data dan kemudian
menunggu konfirmasi dari penerima sebelum mengirimkan paket data berikutnya.
 Jika penerima telah menerima data dengan benar, maka penerima akan mengirimkan sinyal ACK
(Acknowledgment) kepada pengirim untuk memberitahukan bahwa data telah diterima dengan baik.
 Jika terjadi kesalahan dalam pengiriman data, penerima akan mengirim sinyal NAK (Negative
Acknowledgment) kepada pengirim untuk meminta pengiriman ulang data yang bermasalah.
 Mekanisme ini memastikan bahwa data dikirim dan diterima dengan benar sebelum pengirim
melanjutkan pengiriman data berikutnya.

2. Flow Control Berbasis Sliding Window:

 Pada flow control berbasis sliding window, pengirim dapat mengirim beberapa paket data sekaligus
sebelum menerima konfirmasi dari penerima.
 Penerima memiliki jendela (window) yang menunjukkan jumlah paket data yang dapat diterima
sekaligus dari pengirim.
 Setelah menerima data, penerima akan mengirimkan ACK kepada pengirim untuk memberitahukan
paket data mana yang telah diterima.
 Pengirim dapat terus mengirim data selama ukuran jendela penerima masih memungkinkan.
 Mekanisme ini memungkinkan pengiriman data yang lebih efisien dan meminimalkan waktu tunggu
antara pengiriman data.

 Perbedaan antara flow control berbasis stop-and-wait dan flow control berbasis sliding window
Perbedaan antara flow control berbasis stop-and-wait dan flow control berbasis sliding windo
terletak pada cara pengaturan aliran data antara pengirim dan penerima. Berikut adalah perbedaan
utama antara keduanya:

1. Flow Control Berbasis Stop-and-Wait:

 Pada flow control berbasis stop-and-wait, pengirim hanya mengirim satu paket data pada satu waktu
sebelum menerima konfirmasi dari penerima.
 Setelah pengirim mengirimkan satu paket data, ia akan menunggu ACK (Acknowledgment) dari
penerima sebelum mengirimkan paket data berikutnya.

4
 Jika penerima menerima data dengan benar, ia akan mengirimkan ACK kepada pengirim. Jika terjadi
kesalahan, penerima akan mengirim NAK (Negative Acknowledgment) untuk meminta pengiriman
ulang.
 Mekanisme ini memastikan bahwa data dikirim dan diterima dengan benar sebelum pengirim
melanjutkan pengiriman data berikutnya.

2. Flow Control Berbasis Sliding Window:

 Pada flow control berbasis sliding window, pengirim dapat mengirim beberapa paket data sekaligus
sebelum menerima konfirmasi dari penerima.
 Penerima memiliki jendela (window) yang menunjukkan jumlah paket data yang dapat diterima
sekaligus dari pengirim.
 Setelah menerima data, penerima akan mengirimkan ACK kepada pengirim untuk memberitahukan
paket data mana yang telah diterima.
 Pengirim dapat terus mengirim data selama ukuran jendela penerima masih memungkinkan, tanpa
harus menunggu konfirmasi setiap paket data.
 Mekanisme ini memungkinkan pengiriman data yang lebih efisien dan meminimalkan waktu tunggu
antara pengiriman data.

Flow control berbasis sliding window cenderung lebih efisien daripada flow control berbasis stop-and-wait
dalam pengiriman data dalam jaringan komputer. Dengan sliding window, pengirim dapat mengirim beberapa
paket data sekaligus sebelum menerima konfirmasi, memungkinkan pengiriman paralel, pemanfaatan
bandwidth yang lebih baik, pengurangan waktu tunggu, dan optimisasi kinerja jaringan. Meskipun demikian,
pemilihan metode flow control tergantung pada kebutuhan spesifik jaringan dan kondisi pengiriman data
memungkinkan window pengiriman parallel dalam jaringan komputer dengan cara Sliding window
memungkinkan pengiriman paralel dalam jaringan komputer dengan cara memperbolehkan pengirim untuk
mengirim beberapa paket data secara bersamaan sebelum menerima konfirmasi dari penerima. Dalam
mekanisme ini, pengirim memiliki jendela (window) yang menunjukkan jumlah paket data yang dapat dikirim
sekaligus tanpa harus menunggu konfirmasi setiap paket data. Ketika pengirim mengirim paket data, penerima
akan menerima data tersebut dan mengirimkan ACK (Acknowledgment) kepada pengirim untuk
memberitahukan paket data mana yang telah diterima.Dengan adanya sliding window, pengirim dapat terus
mengirim paket data selama ukuran jendela penerima masih memungkinkan. Ini memungkinkan pengiriman
data secara paralel, di mana beberapa paket data dapat dikirim secara bersamaan tanpa harus menunggu
konfirmasi setiap paket data sebelum mengirimkan yang berikutnya. Sehingga, sliding window mempercepat
proses pengiriman data dan meningkatkan efisiensi aliran data dalam jaringan komputer dengan
memungkinkan pengiriman paralel yang lebih efisien. Jika ukuran jendela pengirim terlalu kecil dibandingkan
dengan ukuran jendela penerima dalam mekanisme sliding window, dapat terjadi penundaan pengiriman data,
underutilization dari bandwidth, pengiriman data yang tidak optimal, dan potensi penurunan kinerja jaringan.
Sebaliknya, jika ukuran jendela pengirim terlalu besar dibandingkan dengan ukuran jendela penerima, dapat
terjadi overload pada penerima, kesalahan pengiriman, dan penggunaan bandwidth yang tidak efisien. Oleh
karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara ukuran jendela pengirim dan jendela penerima dalam
mekanisme sliding window untuk memastikan efisiensi dan keandalan dalam pengiriman data dalam jaringan
komputer.Jika ukuran jendela pengirim dan jendela penerima dalam mekanisme sliding window tidak
seimbang, maka efisiensi penggunaan bandwidth dapat diukur melalui beberapa indikator berikut:

1. Throughput: Throughput mengukur jumlah data yang berhasil dikirim dari pengirim ke penerima
dalam satu periode waktu tertentu. Dengan ukuran jendela yang tidak seimbang, throughput dapat
terpengaruh karena pengiriman data mungkin tidak optimal.
5
2. Utilization: Utilization mengukur seberapa baik bandwidth jaringan digunakan. Jika ukuran jendela
pengirim terlalu kecil, utilization mungkin rendah karena bandwidth tidak dimanfaatkan secara
maksimal. Sebaliknya, jika ukuran jendela pengirim terlalu besar, utilization mungkin tinggi karena
penggunaan bandwidth yang berlebihan.
3. Latency: Latency mengukur waktu yang diperlukan untuk data dikirim dari pengirim ke penerima.
Dengan ukuran jendela yang tidak seimbang, latency mungkin meningkat karena penundaan dalam
pengiriman data atau kesalahan pengiriman.
4. Efficiency: Efficiency mengukur seberapa efisien data dikirim dan diterima antara pengirim dan
penerima. Jika ukuran jendela tidak seimbang, efficiency penggunaan bandwidth mungkin
menurun karena pengiriman data tidak optimal.

Dengan memantau indikator-indikator ini, dapat dievaluasi efisiensi penggunaan bandwidth dalam
mekanisme sliding window ketika ukuran jendela pengirim dan jendela penerima tidak seimbang. Upaya untuk
menjaga keseimbangan antara ukuran jendela pengirim dan jendela penerima sangat penting untuk
memastikan efisiensi dan keandalan dalam pengiriman data dalam jaringan komputer.

1.3 Error Control

Error Control adalah suatu teknik untuk mendeteksi dan memperbaiki kerusakan saat transmisi frame.
Pengontrolan kesalahan berkaitan dengan mekanisme untuk mendeteksi dan memperbaiki kesalahan yang
terjadi pada pentransmisian frame. Model yang akan digunakan juga mencakup kasus khusus, diilustrasikan
pada gambar yang akan saya lampirkan di lampiran. Sebagaimana sebelumnya, data dikirim sebagai deretan
frame, frame tiba sesuai perintah yang sama saat dikirim, dan masing-masing frame yang ditransmisikan
mengalami perubahan dan sejumlah variabel penundaan sebelum mencapai penerima.Selain itu, diakui
kemungkinan adanya dua jenis kesalahan, yaitu: hilangnya frame, dan kerusakan frame. Hilangnya frame adalah
frame gagal mencapai sisi lain. Sebagai contoh, derau yang kuat bisa merusak frame sampai pada tingkat
dimana receiver menyadari bahwa frame sudah ditransmisikan. Kerusakan frame adalah frame diakui telah tiba,
namun beberapa bit mengalami kesalahan (sesudah berubah selama transmisi).

 Prinsip Kerja Sistem Error Control

Teknik yang paling umum untuk mengontrol kesalahan didasarkan atas beberapa atau seluruh unsur berikut:

 Pendeteksian kesalahan adalah sama dengan yang dibahas pada bagian sebelumnya yaitu Error
Detection.
 Balasan positif adalah tujuan mengembalikan balasan positif untuk frame yang bebas dari kesalahan
dan diterima dengan baik.
 Retransmisi setelah waktu habis adalah sumber melakukan retransmisi frame yang belum dibalas
setelah beberapa saat tertentu.
 Balasan negatif dan retransmisi adalah tujuan mengembalikan balasan negatif kepada frame yang
dideteksi mengalami kesalahan, sumber melakukan retransmisi terhadap frame yang demikian.

 Alur pendeteksian kesalahan dan retransmission adalah sebagai berikut:


1. Pengirim memasukkan/menyisipkan error-detecting kode di dalam PDU
2. Penerima memeriksa kode pada PDU yang datang yang berikutnya.
3. Jika diketahui ada kesalahan, paket langsung dibuang

6
4. Jika pemancar tidak mendapatkan pengakuan dalam waktu yang layak, maka protokol penerima
mengirimkan sinyal retransmit.

Secara bersama-sama, semua mekanisme ini disebut sebagai automatic repeat request (ARQ). Efek ARQ ini
adalah mengubah jalur data yang tidak handal menjadi handal. Tiga versi ARQ yang sudah distandarisasi adalah:

1. Stop-and-Wait ARQ

Stop-and-Wait ARQ didasarkan atas teknik flow control stop-and-wait Stasiun source mentransmisikan
sebuah frame tunggal dan kemudian harus menunggu balasan berupa acknowledgement (ACK). Tidak ada
frame yang dikirim sampai jawaban dari stasiun tujuan tiba di stasiun sumber.

2. Go-Back-N ARQ

Bentuk pengkontrolan kesalahan didasarkan atas teknik kontrol arus sliding window yang biasa disebut
juga dengan Go-back-N ARQ. Dalam metode ini, stasiun bisa mengirim deretan frame yang diurutkan
berdasarkan suatu modulo bilangan. Jumlah frame balasan yang ada ditentukan oleh ukuran jendela,
menggunakan teknik kontrol arus jendela penggeseran.

3. Selective-Reject ARQ

Dengan selective-reject ARQ, frame-frame yang hanya diretransmisikan adalah frame-frame yang
menerima balasan negatif, dalam hal ini disebut SREJ atau frame- frame yang waktunya sudah habis.

Selain itu juga ada mekanisme Forward Error Control (FEC) dan Hybrid Automatic,Repeat Request (HARQ).

 Forward Error Control (FEC)

Prinsip dasar dari FEC adalah receiver mampu membetulkan sendiri kesalahan data yang sudah diterima,
karena selain menerima data juga menerima hit-bit redundansi yang diperlukan. Metode FEC yang digunakan
pada sistem HSDPA yaitu teknik turbo code, dimana teknik ini lebih effisien dibanding convolutional code. Turbo
code terbentuk dari dua encoder yang di paralel dan dipisahkan oleh sebuah interleaver. Kedua encoder yang
digunakan identik dan interleaver berfungsi untuk mengacak bit yang masuk ke salah satu encoder sehingga
berbeda dengan encoder yang lain. Encoder yang digunakan juga merupakan recursive systematic convolutional
(RSC) yang artinya bit input harus ada dalam output yang dihasilkan (systematic). RSC bisa dihasilkan dari
convolutional encoder ½ (nonsystematic convolutional code (NSC)) dengan cara mem-feedback salah satu
parity output ke input sehingga hanya satu parity yang akan dikirim ditambah dengan bit input (systematic)
yang menggantikan salah satu parityyang telah di feedback.

 Hybrid Automatic Repeat Request (HARQ)

Hybrid ARQ merupakan varian dari metode error control ARQ yang memberikan kinerja yang lebih baik dari
ARQ yang biasa terutama sekali pada kanal wireless. Hybrid ARQ merupakan penggabungan metode Forward
Error Control (FEC) dan Automatic Repeat Request (ARQ). Satu entity (kesatuan HARQ) menangani satu user.
Tiap satu entity HARQ mendukung beberapa proses HARQ secara paralel

Berdasarkan skema, fungsi HARQ ada 2 yaitu:

7
1. . First Rate Matching, untuk mencocokkan jumlah bit keluaran turbo encoder dengan 1 jumlah bit di UE
soft buffering capability (virtual IR buffer).

2. Second Rate Maching, untuk mencocokkan jumlah bit keluaran first matching dengan jumlah bit pada
channel bits. Pada proses retransmisi bit parity yang ditambahkan akan berbeda beda pada setiap
pengirimannya dimana hal ini dikontrol oleh parameter RV (redudancy version).

 Metode Hybrid ARQ

Metode Hybrid ARQ sendiri ada 2 jenis secara umum yaitu:

1. Chase Combining

Bentuk paling sederhana dari skema Hybrid ARQ dapat ditunjukkan oleh metode Chase Combining.
Pada paket data retransmisi identik (sama) dengan paket data yang pertama kali dikirim. Pada chase combining
paket data awal yang terdapat error tidak dibuang namun tetap disimpan, setelah paket data baru yang identik
dengan paket lama dikirim barulah kemudian digabung untuk kemudian di decoding. Metode chase combining
juga dikenal dengan tipe III HARQ dengan satu RV (redundancy version)

2. Incremental Redundancy

Incremental Redundancy adalah teknik lain dari H-ARQ, dimana pada proses retransmisi akan
ditambahkan bit-bit redundant pada paket. Sehingga paket data yang dikirimkan ulang lebih tahan terhadap
noise dan memperkecil terjadinya error. Ketika terdapat error di pengiriman pertama, maka penerima akan
mengirimkan negativeacknowledgement (NACK). Pengirim akan mengirimkan ulang paket data dimana paket
data yang dikirim adalah bit- bitredundant sehingga komponen bitnya berbeda dari pengiriman awal..
Pengiriman bit-bit tersebut dikontrol oleh RV (redundant version).

1.4 Transmission Service

Transmission Service dalam protokol jaringan lanjutan adalah layanan yang bertanggung jawab untuk
mengatur pengiriman data antara pengirim dan penerima dalam jaringan komputer. Layanan ini memastikan
bahwa data dikirim dengan benar, aman, dan efisien melalui berbagai mekanisme dan protokol yang
terintegrasi dalam jaringan.

Beberapa komponen utama dari Transmission Service dalam protokol jaringan lanjutan meliputi:

1. Pengiriman Data yang Handal: Transmission Service memastikan pengiriman data yang handal antara
pengirim dan penerima. Hal ini dilakukan dengan menggunakan mekanisme seperti ACK
(Acknowledgment) dan NAK (Negative Acknowledgment) untuk memastikan bahwa data dikirim dan
diterima dengan benar.
2. Pengendalian Kesalahan: Layanan ini juga mengatur pengendalian kesalahan dalam pengiriman data.
Mekanisme deteksi kesalahan seperti checksums digunakan untuk memastikan integritas data selama
proses pengiriman.

8
3. Pengaturan Aliran Data: Transmission Service mengatur aliran data antara pengirim dan penerima
dengan memperhitungkan kecepatan pengiriman data agar sesuai dengan kemampuan penerima
dalam menerima dan memproses data.
4. Penanganan Fragmentasi: Layanan ini juga menangani fragmentasi data, di mana data yang terlalu
besar untuk ditransmisikan dalam satu paket akan dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil untuk
pengiriman yang efisien.
5. Pengelolaan Keterlambatan: Transmission Service juga mengelola keterlambatan dalam pengiriman
data, memastikan bahwa data dikirim dengan tepat waktu dan mengurangi waktu tunggu antara
pengiriman data.
6. Pengamanan Data: Layanan ini juga memperhatikan keamanan data dengan menerapkan enkripsi dan
mekanisme keamanan lainnya untuk melindungi data dari akses yang tidak sah selama pengiriman.

Mekanisme yang terintegrasi dalam layanan ini memastikan bahwa data dikirim dan diterima dengan baik,
serta meminimalkan kemungkinan kesalahan atau gangguan dalam proses komunikasi data.Transmission
Service menggunakan beberapa mekanisme untuk memastikan pengiriman data yang handal antara pengirim
dan penerima dalam jaringan komputer.

Beberapa mekanisme yang umum digunakan termasuk:

1. Acknowledgment (ACK): Pengirim mengirim data dan menunggu konfirmasi dari penerima dalam
bentuk pesan ACK. Jika pengirim menerima ACK dari penerima, itu menandakan bahwa data telah
diterima dengan benar. Jika tidak menerima ACK dalam batas waktu yang ditentukan, pengirim akan
mengirim ulang data untuk memastikan pengiriman yang handal.
2. Sequence Numbers: Setiap paket data yang dikirim oleh pengirim diberi nomor urut. Penerima akan
menyusun ulang paket data sesuai dengan urutan nomor tersebut untuk memastikan pengiriman data
yang benar dan tepat.
3. Checksums: Transmission Service menggunakan checksums untuk memastikan keutuhan data selama
proses pengiriman. Penerima akan memeriksa checksum data yang diterima untuk mendeteksi
kesalahan pengiriman dan memastikan data diterima dengan benar.
4. Retransmission: Jika data tidak diterima dengan benar atau tidak ada konfirmasi dari penerima,
Transmission Service akan menginisiasi pengiriman ulang data untuk memastikan pengiriman data yang
handal dan akurat.

Dengan menggunakan mekanisme seperti ACK, sequence numbers, checksums, dan retransmission,
Transmission Service dapat memastikan pengiriman data yang handal antara pengirim dan penerima dalam
jaringan komputer. Mekanisme ini membantu dalam meminimalkan kesalahan pengiriman, memastikan
integritas data, dan.memastikan bahwa data dikirim dan diterima dengan benar dan tepat waktu.

 Hubungan antara connection control,flow control,error control, dan transmission service

Connection control, flow control, error control, dan transmission service adalah konsep-konsep yang terkait
dalam pengiriman data melalui jaringan komunikasi. Berikut adalah hubungan antara konsep-konsep tersebut:

1. Connection Control: Connection control adalah proses pengaturan dan pemeliharaan koneksi antara
pengirim dan penerima dalam jaringan. Ini melibatkan pembukaan, penutupan, dan pengelolaan
koneksi yang stabil antara dua entitas yang berkomunikasi. Connection control memastikan bahwa
pengiriman data dapat dilakukan dengan aman dan efisien antara pengirim dan penerima.

9
2. Flow Control: Flow control adalah mekanisme yang digunakan untuk mengatur laju pengiriman data
antara pengirim dan penerima. Tujuannya adalah untuk mencegah pengiriman data yang terlalu cepat
sehingga penerima tidak dapat mengolahnya dengan kecepatan yang sama. Flow control memastikan
bahwa pengiriman data dilakukan dengan kecepatan yang dapat ditangani oleh penerima, sehingga
tidak ada kelebihan beban atau kehilangan data.
3. Error Control: Error control adalah proses untuk mendeteksi, mengatasi, dan memperbaiki kesalahan
yang terjadi selama pengiriman data. Ini melibatkan penggunaan teknik seperti checksum, retransmisi,
dan pengaturan ulang untuk memastikan integritas data. Error control memastikan bahwa data yang
dikirimkan tetap akurat dan tidak rusak selama proses pengiriman.
4. Transmission Service: Transmission service adalah layanan yang disediakan oleh jaringan komunikasi
untuk pengiriman data antara pengirim dan penerima. Layanan ini mencakup aspek-aspek seperti
kecepatan pengiriman, keandalan, dan kualitas layanan. Transmission service menyediakan kerangka
kerja untuk implementasi connection control, flow control, dan error control dalam pengiriman data.

10
BAB 2 PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Dalam penelitian ini, telah dibahas secara rinci mengenai konsep dan peran penting dari connection
control, flow control, error control, dan Transmission Service dalam jaringan komputer.

Connection control memastikan koneksi yang handal antara pengirim dan penerima, sementara flow
control mengatur aliran data untuk efisiensi pengiriman. Error control memastikan integritas data dengan
deteksi dan penanganan kesalahan, sedangkan Transmission Service bertanggung jawab untuk pengiriman
data yang handal dan aman antara perangkat dalam jaringan. Dengan pemahaman yang mendalam tentang
mekanisme dan peran masing-masing komponen ini, jaringan komputer dapat beroperasi secara efisien dan
handal dalam mentransfer data antar perangkat.

2.2 Saran

Untuk penelitian lebih lanjut mengenai connection control, flow control, error control, dan
Transmission Service dalam jaringan komputer, disarankan untuk mendalami implementasi praktis dari
masing-masing konsep dalam lingkungan jaringan nyata. Penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada
analisis kinerja, pembandingan metode, dan pengembangan teknik yang dapat meningkatkan efisiensi,
keandalan, dan keamanan komunikasi data dalam jaringan. Selain itu, eksperimen dan simulasi dapat
dilakukan untuk menguji dan memvalidasi efektivitas dari setiap mekanisme kontrol dalam situasi
pengiriman data yang beragam. Dengan pendekatan ini, penelitian dapat memberikan wawasan yang lebih
mendalam dan aplikatif dalam penggunaan connection control, flow control, error control, dan
Transmission Service dalam konteks jaringan komputer.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kadir, Abdul. (2020). "Penerapan Connection Control dan Flow Control dalam Jaringan Komputer". Jurnal
Teknologi Informasi.

Pratama, Dian. (2019). "Analisis Error Control dan Transmission Service pada Sistem Jaringan". Prosiding
Seminar Nasional Teknologi Komunikasi.

Susanto, Bambang. (2018). "Implementasi Error Control dan Flow Control untuk Pengiriman Data yang
Handal". Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi.

Wijaya, I Putu. (2017). "Studi Kasus Connection Control dalam Pengiriman Data pada Jaringan Komputer".
Konferensi Nasional Teknologi Informasi.

http://edu-center9.blogspot.co.id/2013/05/error-control-pada-komunikasi-data-html

http://edu-center9.blogspot.co.id/2013/05/flow-control-pada-komunikasi-data-html

https://id.wikipedia.org/wiki/teknologi

12

Anda mungkin juga menyukai