Anda di halaman 1dari 3

Nama : Salsa Sabilla

NIM : 2350121028
Mata Kuliah : Teknik Penulisan Karya Ilmiah
Dosen Pengampu : Yohanes Sulaiman, M.A., Ph.D.
THE ADVENTURE OF THE PRIORY SCHOOL
The Adventure of the Priory School menceritakan hilangnya Lord Saltire muda yaitu
putra dari Duke of Holdernesse yang menghilang. Motif dibalik penculikan ini yaitu balas
dendam dan pemerasan kepada Duke of Holdernesse, karena sekretaris Duke of Holdernesse
yaitu James Wilder merupakan anak haram Duke of Holdernesse. Cerita ini menggambarkan
sebuah tindakan balas dendam dan juga pemerasan, jaman sekarang pun masih sering terjadi
peristiwa balas dendam dan juga pemerasan dikarenakan suatu kesalahan di masa lalu.
Pendiri sekaligus direktur Priory School yaitu Dr Thorneycroft Huxtable, M.A.,
Ph.D., etc meminta bantuan Sherlock Holmes dan Dr Watson untuk menemukan Lord Saltire
muda, putra Duke of Holdernesse yang hilang pada malam 13 Mei. Setelah menyelidiki
dengan cermat, Holmes dan Watson menemukan bahwa anak tersebut diculik oleh Reuben
Hayes, yang bekerja sama dengan James Wilder, sekretaris Duke. Motif di balik penculikan
tersebut ternyata adalah balas dendam dan pemerasan terhadap Duke. James Wilder
sebenarnya adalah anak haram Duke yang berusaha menghancurkan ayahnya dan
memerasnya agar meninggalkan kekayaannya. Hayes yang bersekongkol dengan Wilder
membantu dalam penculikan tersebut dengan cara yang tragis, yang berujung pada kematian
Herr Heidegger master Jerman di sekolah.
Holmes dan Watson melakukan serangkaian penyelidikan yang cermat, termasuk
analisis bukti fisik dan interogasi terhadap para tersangka. Mereka berhasil menemukan anak
tersebut yang disandera di sebuah penginapan terpencil yang dijalankan oleh Hayes. Selain
itu, Holmes juga berhasil mengungkapkan kebenaran di balik motif penculikan tersebut, yang
melibatkan konspirasi yang rumit antara Wilder, Hayes, dan Lord Saltire muda yang diculik.
Dengan insting yang tajam dan analisis yang mendalam dalam penyelidikan penculikan Lord
Saltire muda, Holmes berhasil memecahkan kasus ini dan membawa keadilan bagi semua
pihak yang terlibat.
Dalam cerita ini, terdapat beberapa hal yang menarik yang dapat menarik perhatian
pembaca. Pertama, penarikan kesimpulan yang baik ditambah dengan analisis bukti fisik oleh
Sherlock Holmes menambahkan elemen misteri dan ketegangan dalam cerita. Kemampuan
Holmes untuk menghubungkan petunjuk-petunjuk kecil dan menarik kesimpulan yang akurat
memberikan aspek yang menarik dalam proses penyelidikan kasus penculikan anak yang
rumit. Hal ini juga menunjukkan kecerdasan dan keahlian detektif terkenal ini dalam
memecahkan kasus yang sulit.
Kedua, plot cerita yang melibatkan konspirasi, balas dendam, dan pemerasan
memberikan lapisan kompleksitas yang menarik bagi pembaca. Kebohongan-kebohongan
yang terjadi di balik kasus penculikan anak menambahkan dimensi emosional dan psikologis
yang menarik dalam pengembangan cerita. Ketegangan antara karakter-karakter utama dan
para tersangka juga menambahkan dinamika yang menarik dalam alur cerita.
Ketiga, karakter-karakter yang terlibat dalam cerita ini, seperti Sherlock Holmes, Dr.
Watson, dan para tersangka, memberikan warna tersendiri dalam pengembangan plot.
Interaksi antara Holmes dan Watson, serta cara mereka bekerja sama dalam memecahkan
kasus, menunjukkan dinamika hubungan yang unik antara kedua karakter ini. Sementara itu,
karakter-karakter tersangka seperti Reuben Hayes dan James Wilder juga memberikan
konflik dan ketegangan yang menarik dalam cerita.
Terakhir, twist dan kejutan dalam penyelesaian kasus juga menjadi salah satu hal
yang menarik dari cerita ini. Cara Holmes mengungkapkan kebenaran di balik motif
penculikan Lord Saltire muda dan konspirasi yang rumit memberikan kepuasan tersendiri
bagi pembaca. Penyelesaian yang memuaskan dan tak terduga juga menambahkan daya tarik
tersendiri bagi cerita ini. Dengan berbagai elemen yang menarik tersebut, cerita ini berhasil
menciptakan pengalaman membaca yang menghibur dan memikat bagi para penggemar kisah
detektif klasik (Doyle, 1904).
Dalam cerita ini, ada beberapa kelemahan yang dapat diidentifikasi. Salah satunya
adalah bahwa motif balas dendam dan pemerasan yang rumit di balik penculikan anak terasa
terkesan klise dan terlalu rumit. Selain itu, karakter-karakter seperti Reuben Hayes dan James
Wilder mungkin sedikit merasa ada dalam peran sebagai penjahat. Selain itu, beberapa bagian
dari plot mungkin terasa sedikit terlalu dipaksakan atau tidak sepenuhnya konsisten, seperti
bagaimana Holmes dapat dengan cepat dan tepat mengungkapkan kebenaran di balik kasus
ini tanpa banyak kesulitan. Terlebih lagi, beberapa detail cerita mungkin terasa terlalu
dramatis atau tidak sepenuhnya masuk akal, seperti motif Lord Saltire muda yang diculik
untuk memeras ayahnya yang kaya.
Meskipun demikian, kelemahan-kelemahan ini tidak sepenuhnya merusak cerita
secara keseluruhan, karena cerita masih mampu menarik perhatian pembaca dengan alur yang
menegangkan dan penyelesaian yang memuaskan. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat
dianggap sebagai bagian dari unsur fiksi dan dramatisasi dalam cerita detektif klasik seperti
ini.
Secara keseluruhan, cerita ini menawarkan alur yang menarik dan penuh kebohongan
yang khas dari kisah detektif klasik. Meskipun memiliki beberapa kelemahan dalam hal motif
yang terasa klise dan karakter yang mungkin terlalu stereotipikal, cerita ini tetap berhasil
menarik perhatian pembaca dengan kesimpulan yang baik dari Sherlock Holmes dan
penyelesaian yang memuaskan. Penggunaan bukti fisik dan interogasi yang cermat
menambahkan elemen misteri dan ketegangan dalam cerita. Meskipun terdapat beberapa
detail cerita yang terasa terlalu dramatis atau tidak sepenuhnya masuk akal, cerita ini tetap
berhasil memberikan pengalaman membaca yang menghibur dan memikat. Dengan
demikian, cerita ini tetap layak dinikmati sebagai salah satu kisah detektif klasik yang
menarik dari Sherlock Holmes.

Referensi:
Doyle, A. C. (1904). The Adventure of the Priory School (PRIO). Inggris: Collier's; The
Strand Magazine.

Anda mungkin juga menyukai