Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA

Enreina Annisa Rizkiasri


SKS XI IPA

Buku Paket Kelas 2 Hal 43


Judul Buku : “Sherlock Holmes: A Study In Scarlet (Pembuktian Kesimpulan)”
Pengarang : Sir Arthur Conan Doyle
Penerjemah: Isti Pratiwi

A. Sinopsis Novel
Dr. John H. Watson adalah seorang ahli bedah dinas ketentaraan yang
bertugas pada Perang Afghanistan II dan tertembak di bahunya. Karena
luka itulah, dia dipulangkan ke London di Inggris. Dia bertemu dengan
temannya dan diperkenalkan dengan Sherlock Holmes yang bersedia
tinggal bersama Watson di sebuah apartemen di Jalan Baker.
Watson terkagum dengan keunikan Holmes yang mempunyai kemampuan
yang tinggi dalam mengambil kesimpulan dan Holmes menjelaskan kepada
Watson bahwa dia seorang konsultan detektif.
Holmes membuktikan teori observasi dan deduksinya dengan
memprediksi seorang pembawa pesan yang merupakan sensan marinir
yang sudah pensiun. Pembawa pesan itu mengantarkan pesan untuk
Holmes dari Inspektur Tobias Gregson yang berisi tentang permohonan
untuk membantu kasus pembunuhan yang aneh.
Di rumah kosong tempat ditemukannya mayat Enoch J. Drebber, ditemani
Watson, Holmes bertemu dengan Inspektur Gregson serta Inspektur
Lestrade. Setelah mengobservasi rumah tersebut dan menyela deduksi
Inspektur Lestrade serta ditemukannya sebuah cincin tunangan dekat
mayat, Holmes menyimpulkan bahwa pembunuhnya adalah seorang pria
dengan tinggi enam kaki, berwajah kemerah-merahan, dan berkaki kecil
dengan sepatu bot kasar dan berujung kotak serta merokok cerutu
Trichinopoly. Di dekat mayat terdapat tulisan “Rache”, yang diartikan
Holmes 'dendam' dalam bahasa Jerman, dengan darah pelaku yang
membuat Holmes menyimpulkan bahwa kuku jari tangan kanan pelaku
sangat panjang.
Setelah itu, Watson menemani Holmes untuk mengunjungi John Rance,
polisi yang menemukan mayat Drebber. Rance mengatakan bahwa dia
menemukan seseorang yang mabuk di rumah kosong tersebut dan Holmes
berkata bahwa 'pemabuk' itu adalah pelaku pembunuhan itu.
Holmes memasukan cincin tunangan yang ditemukan sebelumnya pada
sebuah iklan, dan dijawab oleh seorang wanita tua yang mengaku bahwa
cincin itu milik putrinya yang sudah menikah. Holmes mengikutin wanita itu
dan mengatakan ke Watson bahwa wanita itu adalah teman pembunuh
yang berakting.
Gregson datang dan mengaku telah menemukan dan menangkap
pembunuhnya, Tuan Arthur Charpantier.
Lestrade lalu datang dan berkata bahwa dia menemukan Joseph
Stangerson, salah satu nama yang tercantum di dokumen dekat mayat
Drebber, sudah mati, dibunuh dengan ditusuk jantungnya. Dekat mayat
Stangerson terdapat sebuah kotak berisi dua pil. Holmes menyimpulkan
bahwa 1 pil adalah racun dan pil lainnya tidak berbahaya.
Setelah itu, Wiggins seorang pemuda jalanan yang berpakaian kotor dan
lusuh datang dan mengatakan bahwa dia sudah menemukan sebuah
kereta. Holmes memintanya untuk memanggil kusir kereta tersebut, yang
ternyata adalah si pembunuh, Jefferson Hope, dan menangkapnya dengan
sepasang borgol.
Pada bagian kedua dari novel Sherlock Holmes ini, diceritakan bagaimana
asal usul Jefferson Hope.
Pada tahun 1847 di Utah, John Ferrier dan seorang anak perempuan
terdampar di padang pasir dan hampir mati karena kekurangan air. Mereka
lalu ditemukan oleh rombongan orang Mormon, dipimpin oleh Brigham
Young dan empat perwakilan suci. Mereka menyelamatkan dua orang
tersebut dengan syarat mereka menganut agama mereka.
Ferrier dan Lucy, yang diadopsi Ferrier menjadi putri angkatnya, tinggal
bersama rombongan itu di kota Salt Lake. Beberapa tahun kemudian, Lucy
bertemu dengan Jefferson Hope dan bertunangan dengannya, tetapi tidak
disetujui Young, si petua agama, karena Hope berbeda agama serta
memberi pilihan kepada Lucy untuk menikahi putra-putra dari empat
perwakilan suci. Mereka diberi waktu sebulan.
Joseph Stangerson dan Enoch Drebber adalah 2 dari putra-putra empat
dewan perwakilan suci yang datang ke rumah Ferrier, tetapi diusir karena
perlakuan mereka. Karena takut akan pasukan 'polisi' Brigham Young, yang
bernama 'Malaikat Pembalas Dendam', Ferrier meminta bantuan Hope.
Beberapa hari kemudian, menjelang waktu Ferrier dan Putrinya untuk
memilih habis, Hope datang dan membantu mereka keluar dari kota Salt
Lake. Namun, saat sedang mencari makanan, Hope kembali dan sudah
menemukan makam John Ferrier, sedangkan Lucy hilang entah ke mana.
Kembali di London, Hope yang sedang dibawa ke kantor polisi
menceritakan kisahnya karena memperkirakan dia akan mati sebelum
pengadilannya karena penyakit pembengkakan pembuluh nadi.
Hope menceritakan bahwa ia kembali ke kota Salt Lake dan mendapatkan
informasi bahwa Lucy telah dipaksa untuk menikah dengan Drebber serta
John Ferrier telah dibunuh oleh Stangerson.
Setelah Lucy meninggal, Drebber dan Stangerson meninggalkan kota Salt
Lake. Hope mencoba mengikuti mereka dan berujung di kota London. Dia
menjadi kusir kereta di kota itu.
Hope berhasil menemukan Drebber dan Stangerson. Dia mengikuti
Drebber yang mabuk ke dalam rumah kosong dan memaksanya untuk
mengingat siapa dirinya. Hope lalu memaksa Drebber untuk meminum
salah satu pil dari dua pil yang dimilikinya, dan Hope meminum yang
lainnya. Drebber mendapatkan pil yang beracun dan meninggal karena
keracunan. Karena penyakit pembengkakan pembuluh nadinya ditambah
dengan semangatnya, hidung Hope berdarah, lalu dia menulis 'Rache'
dengan darahnya tersebut.
Setelah meninggalkan rumah kosong itu, Hope baru ingat bahwa dia
meninggalkan cincin Lucy, dan berniat kembali ke rumah itu. Dia
menemukan John Rance dan polisi lainnya di rumah itu dan berpura-pura
mabuk. Dia lalu meminta bantuan temannya untuk menjawab iklan cincin
yang dipublikasikan Holmes.
Hope lalu mengikuti Stangerson di hotelnya dan berniat membunuhnya
dengan cara yang sama. Tetapi karena Stangerson mengetahui
perbuatannya kepada Drebber, Stangerson menyerang Hope dan Hope
terpaksa membunuhnya dengan menusuk jantungnya.
Setelah diceritakan oleh Hope, Holmes dan Watson kembali ke
apartemennya. Hope tewas karena penyakitnya sebelum persidangannya.
Holmes menunjukan berita di koran tentang Lestrade dan Gregson yang
mendapatkan penghargaan atas terungkapnya kasus itu. Watson pun
menjawab bahwa dia telah menulis fakta di jurnalnya tentang bagaimana
Holmes memecahkan kasus itu dan berniat untuk mempublikasikannya agar
masyarakat luas mengetahuinya.

B. Kutipan
Kemudian muncul Wiggins, si pemuda jalanan yang berparas Arab dan
berpakaian kotor serta lusuh.
“Silakan, Tuan. Keretanya sudah siap di bawah,” katanya.
“Kerja yang bagus, Nak,” kata Holmes dengan lembut. “Mengapa kamu
tidak lagi menggunakan benda ini di kepolisian?” lanjutnya sambil
mengambil sepasang borgol dari laci meja kerjanya. “Lihatlah bagaimana
benda ini bekerja. Benda ini akan dapat dipasang dengan segera.”
“Benda itu masih bekerja cukup bagus,” komentar Lestrade, “tapi jika kita
dapat menemukan orang yang tepat untuk memakainya.”
“Benar, benar,” kata Holmes sambil tersenyum. “Mungkin kusir kereta itu
bisa membantu saya membawa kotak saya ini. Tolong panggilkan dia,
Wiggins!”
Saya terkejut saat teman saya itu bicara, seolah-olah ia berencana untuk
pergi ke suatu tempat karena ia tidak berkata apa-apa kepada saya
sebelumnya. Ada sebuah kotak kecil di ruangan ini. Holmes mulai
mengikatnya. Ia sedang sibuk dengan kotak itu ketika kusir kereta ini
memasuki ruangan.
“Tolong bantu saya mengaitkan ini, Pak Kusir!” katanya sambil
berjongkok. Namun, Holmes sama sekali tidak memalingkan wajahnya ke
arah kusir itu.
“Pria itu mendekat, tapi dengan wajah yang cemberut, menunjukan rasa
tidak senangnya. Kemudian ia mengulurkan kedua tangannya untuk
membantu Holmes. Saat itu juga terdengar suara gemerincing benda yang
terbuat dari besi dan Sherlock Holmes bangkit, serta berdiri tegak.
“Tuan-tuan,” teriaknya dengan mata yang berbinar, “perkenankan saya
memperkenalkan kepada Anda semua. Ini Pak Jefferson Hope, si pembunuh
Enoch J. Drebber dan Joseph Stangerson.”
C. Watak dan Karakter Tokoh
Sherlock Holmes: Pintar, jenius, cerdas, sedikit angkuh dan congkak,
agak eksentrik, penyendiri, mudah tersanjung, dan mempunyai rasa
keingintahuan yang tinggi serta kemampuan menarik kesimpulan dengan
cepat

John H. Watson: Mudah terkagum, pemberani, pandai, pengertian, dan


suka membantu dalam penyelidikan Holmes.

Inspektur Lestrade: Polisi pintar, tidak sabaran, cepat bereaksi, enerjik,


mudah bangga tetapi kurang percaya diri atas kepintarannya.

Inspektur Tobias Gregson: Polisi pintar yang merasa tersaingin dengan


Lestrade, cepat bereaksi, dan mudah bangga.

Jefferson Hope: Mudah dendam, merasa hidupnya berguna untuk


membunuh Drebber dan Stangerson karena sangat mencintai Lucy.

Lucy Ferrier: Lembut, baik, tetapi mudah takut karena ancaman.

John Ferrier: Pelindung, serta sosok ayah yang baik.

Brigham Young: Pemaksa

Joseph Stangerson: Tidak memiliki rasa kasihan dengan membunuh John


Ferrier, memaksakan kemauan untuk menikahi Lucy.

Enoch J. Drebber: Memaksakan kemauan untuk menikahi Lucy.

D. Latar Novel
Bagian 1: Di kota London, Inggris
Bagian 2: Di kota Salt Lake, Utah, Amerika Serikat

E. Amanat
- Melakukan jasa besar bukan berarti harus diketahui masyarakat luas.
- Satu pembunuhan dapat menyebabkan dendam yang memicu
pembunuhan-pembunuhan lainnya.
- Untuk mendapatkan fakta yang akurat, diperlukan daya observasi yang
teliti.

F. Hubungan amanat dan masalah sosial budaya


- Pada kehidupan nyata, banyak orang-orang yang melakukan jasa ingin
agar masyarakat mengetahuinya demi penghargaan.
- Bunuh membunuh antara manusia yang disebabkan oleh demam sering
kali terjadi di belahan dunia manapun.
Buku Paket Kelas 2 Hal 49

A. Pembandingan Novel Terjemahan dan Novel Indonesia


1. Unsur Intrinsik
- Latar tempat pada novel terjemahan umumnya berada di luar
Indonesia, sedangkan latar tempat pada novel Indonesia berada di
Indonesia.
- Gaya bahasa novel Indonesia menggunakan berbagai macam gaya
bahasa yang ada di Indonesia, sedangkan gaya bahasa pada novel
terjemahan adalah gaya bahasa asing yang diterjemahkan ke bahasa
Indonesia.

2. Unsur Ekstrinsik
- Nilai sosial budaya novel Indonesia menonjolkan sosial budaya
Indonesia sedangkan novel terjemahan menonjolkan sosial budaya
asing.

Anda mungkin juga menyukai