Anda di halaman 1dari 21

Nilai Instrumental Pancasila adalah penjabaran dari nilai-nilai dasar yang sifatnya lebih khusus.

Nilai instrumental Pancasila pada taraf implementasinya sangat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi pada perkembangan zaman yang tetap berasaskan nilai dasar. Umumnya, nilai
instrumental pada Pancasila berbentuk UUD hingga peraturan daerah yang sifatnya. nilai
instrumental Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.
Contoh Nilai Instrumental Pancasila Sila Pertama
1. Pasal 28E Ayat 1: Setiap orang berhak untuk mendarat atau pergi dan kembali lagi.
2. Pasal 28E Ayat 2 : Setiap orang bebas untuk mengikuti hati nuraninya, percaya pada
keyakinannya, dan mengungkapkan pikiran dan sikapnya.
Contoh Nilai Instrumental Pancasila Sila Kedua
1. Pasal 14: Presiden dapat memberikan amnesti dari sanksi dan rehabilitasi, dengan
memperhatikan pertimbangan badan eksekutif. Presiden juga memberikan amnesti dan
pencabutan sembari menunggu pengawasan DPR.
2. Pasal 28A: Orang berhak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan kehidupannya.
3. Pasal 28B: Setiap orang berhak mencari keluarga dan meneruskan keturunan melalui
perkawinan yang sah menurut agama. Semua anak berhak untuk bertahan hidup,
tumbuh, tumbuh dan mendapatkan pinjaman dari kekerasan dan diskriminasi.
Contoh Nilai Instrumental Pancasila Sila Ketiga
1. Pasal 25A: Suatu negara kesatuan Republik Indonesia yang wilayahnya ditentukan oleh
batas-batas dan hak-haknya menurut undang-undang yang disepakati, adalah negara
kepulauan yang bercirikan negara kepulauan.
2. Pasal 35: Bendera Indonesia berwarna merah putih.
3. Pasal 36: Bahasa resmi adalah bahasa Indonesia.
4. Pasal 36A: Lambang negara adalah Garuda Pancasila, dan semboyannya adalah
Bhinneka Tunggal Ika.
Contoh Nilai Instrumental Pancasila Sila Keempat
1. Pasal 2: Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan
Rakyat di setiap daerah dan kelompoknya dan berbagai perwakilan yang dibentuk
dengan undang-undang, majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali
setiap lima tahun di ibu kota negara,semua keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat
diputuskan dengan suara terbanyak.
2. Pasal 3: Majelis Permusyawaratan Rakyat telah memberlakukan sebuah konstitusi,
yang menggunakannya sebagai arah nasional.
3. Pasal 6 ayat 2: Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Dewan Nasional, yang
memiliki jumlah suara terbanyak.
4. Pasal 19: Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dipilih melalui pemilihan umum, susunan
Dewan Perwakilan Rakyat diatur dengan undang-undang, dewan Perwakilan Rakyat
melakukan sidang sedikitnya setahun sekali.
Contoh Nilai Instrumental Nilai Pancasila Sila Kelima
1. Pasal 33 ayat 3: Tanah, air, dan sumber daya alam yang dikandungnya telah
dikendalikan oleh negara dan digunakan untuk kesejahteraan rakyatnya secara
maksimal.
2. Pasal 34: Anak-anak miskin dan terlantar harus dirawat di negara mereka.
A. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Ketuhanan
1. Tidak mengakui keberadaan Tuhan.
2. Melanggar kewajiban dalam beribadah.
3. Melakukan diskriminasi terhadap orang yang berbeda agama.
4. Memaksakan kehendak orang lain atas kebebasan beragama.
5. Melakukan penistaan agama.

B. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Kemanusiaan


1. Memperlakukan orang lain dengan semena-mena.
2. Enggan membantu orang yang kesusahan atau membutuhkan bantuan.
3. Melanggar hak orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
4. Bertingkah sewenang-wenang
5. Menghalangi orang lain untuk memperoleh kesamaan derajat.

C. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Persatuan


1. Bersikap egois dan ingin menang sendiri.
2. Mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan orang banyak.
3. Melakukan hal-hal yang menimbulkan perpecahan seperti mengadu domba.
4. Hilang rasa cinta terhadap Tanah Air.
5. Intoleransi terhadap keberagaman suku, ras, budaya, bahasa, dan agama.

D. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Kerakyatan


1. Main hakim sendiri.
2. Mengabaikan pendapat orang lain terlebih kelompok minoritas.
3. Mengambil keputusan secara sepihak.
4. Tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu.
5. Memberontak karena tidak puas dengan keputusan musyawarah.

E. Contoh Perilaku yang Melanggar Nilai Keadilan


1. Menghalangi orang lain untuk mendapat penghidupan yang layak sesuai dengan amanat
UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan.
2. Bersikap sewenang-wenang terhadap sesama.
3. Tidak menghormati dan menghargai hak orang lain.
4. Memanfaatkan kekayaan alam dan seluruh isinya untuk kepentingan pribadi.
5. Menyalahgunakan kekuasaan dan jabatan yang menyengsarakan rakyat.
Mengkategorikan kasus tersebut ke dalam pelanggaran pasal dalam UUD NRI tahun 1945
1. Tidak atau menghindari membayar pajak
Tidak atau menghindari membayar pajak adalah pengingkaran kewajiban sebagai warga negara
terhadap Pasal 23 ayat 2 UUD 1945
2. Melanggar hak asasi manusia lain
Pelanggaran hak asasi manusia adalah pengingkaran kewajiban sebagai warga negara yang
tercantum dalam Pasal 28 J ayat 1 UUD 1945
3. Pelanggaran terhadap kewajiban pendidikan dasar
UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 amandemen
4. Tidak ikut serta dalam pembelaan negara
Pasal 30 ayat 1 UUD 1945
5. Tidak ikut serta dalam mencapai tujuan pembangunan nasional

Tujuan pembangunan nasional Indonesia terdapat dalam pokok pikiran dalam UUD 1945
alinea 4 dan terdapat terdapat dalam UU Nomor 20 tahun 2003.

Menganalisis Kasus-Kasus Pelanggaran Hak Dan Pengingkaran Kewajiban Warga Negara


Pengingkaran kewajiban warga negara banyak sekali bentuknya, mulai dari sederhana sampai
yang berat, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Membuang sampah sembarangan.
2. Melanggar aturan berlalu lintas, misalnya tidak memakai helm, tidak mempunyai Surat
Izin Mengemudi, tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, tidak membawa Surat Tanda
Nomor Kendaraan (STNK), dan sebagainya.
3. Merusak fasilitas negara, misalnya mencorat-coret bangunan milik umum, merusak
jaringan telpon, dan sebagainya
4. Tidak membayar pajak kepada negara, seperti Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak
Kendaraan Bermotor,retribusi parkir dan sebagainya.
5. Tidak berpartisipasi dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, misalnya mangkir
dari kegiatan iskamling Pengingkaran kewajiban tersebut apabila tidak segera diatasi
akan berakibat pada proses pembangunan yang tidak lancar.

Pelanggaran Hak
1. Proses penegakan hukum masih belum optimal dilakukan, misalnya masih terjadinya
kasus salah tangkap. Perbedaan perlakuan oknum aparat penegak hukum terhadap
para pelanggar hukum dengan dasar kekayaan atau jabatan masih terjadi, dan
sebagainya. Hal itu merupakan bukti bahwa amanat Pasal 27 ayat (1) UUD NRI Tahun
1945 yang menyatakan "Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya", belum sepenuhnya dilaksanakan.
2. Saat ini tingkat kemiskinan dan angka pengangguran di negara kita masih cukup
tinggi (sekitar 27 juta orang) padahal Pasal 27 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945
mengamanatkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
3. Semakin merebaknya kasus pelanggaran hak asasi manusia seperti pembunuhan,
pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan sebagainya, padahal Pasal 28 A-28
JUUD NRI Tahun 1945 menjamin keberadaan Hak Asasi Manusia. .
4. Masih terjadinya tindak kekerasan mengatasnamakan agama, misalnya penyerangan
tempat peribadatan,padahal Pasal 29 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan
bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
5. Angka putus sekolah yang cukup tinggi mengindikasikan belum terlaksananya secara
sepenuhnya amanat Pasal 31 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
6. Pelanggaran hak cipta, misalnya peredaran VCD/DVD bajakan, perilaku plagiat
dalam membuat sebuah karya dan sebagainya.

Jika disajikan berita tentang korupsi dalam program bantuan sosial (bansos), peserta didik
dapat menentukan bahwa kasus tersebut termasuk dalam pelanggaran hukum yang disebut
sebagai "korupsi." Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk
memperoleh keuntungan pribadi atau keuntungan yang tidak sah secara finansial.
Dalam konteks bansos, korupsi dapat terjadi ketika dana atau bantuan sosial yang seharusnya
diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu.
Misalnya, pejabat atau petugas yang bertanggung jawab atas distribusi bansos dapat
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok tertentu
melalui praktik-praktik yang tidak jujur, seperti pemalsuan data, pemotongan dana, atau
penyelewengan lainnya. Kasus korupsi bantuan sosial (bansos) telah melanggar hak asasi
masyarakat untuk dapat hidup di saat krisis.

Pasal 34 UUD NRI 1945 mengatur mengenai kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi.
Pasal tersebut menyatakan:
"Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam
perekonomian diselenggarakan sistem ekonomi yang berdasar atas asas kekeluargaan, efisiensi,
demokrasi, berkeadilan, berkelanjutan, tanggung jawab sosial, dan berlandaskan Pancasila."
1. Ketidakmerataan Ekonomi: Jika ada ketidaksetaraan ekonomi yang signifikan di
antara berbagai lapisan masyarakat, hal ini dapat dianggap bertentangan dengan prinsip
pemerataan ekonomi yang diinginkan oleh pasal tersebut.
2. Tidak Berkeadilan: Jika ada praktik-praktik atau kebijakan ekonomi yang tidak adil,
merugikan kelompok tertentu, atau tidak memperhatikan hak-hak sosial ekonomi, hal
tersebut dapat dianggap bertentangan dengan asas keadilan yang diamanatkan oleh
Pasal 34.

3. Ketidakberlanjutan Ekonomi: Jika kebijakan ekonomi yang dijalankan tidak


memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan, seperti dampak lingkungan dan aspek-aspek
sosial, ini dapat menjadi masalah yang bertentangan dengan prinsip keberlanjutan
dalam pasal tersebut.
4. Tanggung Jawab Sosial: Jika ada ketidakpedulian terhadap tanggung jawab sosial
dalam kegiatan ekonomi, misalnya ketidakpedulian terhadap kesejahteraan masyarakat
atau pemberdayaan ekonomi masyarakat, ini dapat dianggap bertentangan dengan
prinsip yang diamanatkan oleh Pasal 34.

Kewajiban Warga Negara


1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) Undang – Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berbunyi : “segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) Undang –
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan : “setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :
“Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.”
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang- undang. Pasal
28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang
wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan
maksud untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai
agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1)
Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. menyatakan: “tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.”

Hak politik warga negara mencakup serangkaian hak yang memberikan mereka kewenangan
untuk berpartisipasi dalam proses politik dan pemerintahan suatu negara. Hak-hak politik ini
dirancang untuk memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses yang adil dan setara
dalam pengambilan keputusan politik. Hak asasi politik atau “political rights”, yaitu hak untuk
ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih (memilih dan dipilih dalam pemilihan umum), hak
mendirikan partai politik dan sebagainya. Beberapa hak politik utama yang umumnya
diakui termasuk:
1. Hak Memilih:
Warga negara memiliki hak untuk memilih dalam pemilihan umum atau pemilihan
lainnya yang diatur oleh hukum. Hak ini memberikan warga negara kemampuan untuk
menentukan perwakilan mereka dalam lembaga-lembaga pemerintahan.

2. Hak Dibilih:
Selain hak memilih, warga negara yang memenuhi syarat memiliki hak untuk dipilih
sebagai pejabat pemerintahan, seperti anggota parlemen atau kepala eksekutif.
3. Hak Menyampaikan Pendapat dan Berserikat:
Warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapat mereka secara bebas, baik
secara lisan maupun tulisan. Mereka juga memiliki hak untuk berserikat dan berkumpul
secara damai.
4. Hak Asosiasi Politik:
Warga negara memiliki hak untuk membentuk dan menjadi anggota partai politik atau
organisasi politik lainnya. Hak ini mencakup kebebasan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik dan mendukung ideologi atau platform tertentu.
5. Hak Informasi Politik:
Warga negara memiliki hak untuk mendapatkan informasi politik yang akurat dan
terkini. Ini mencakup hak untuk mengakses berita, laporan, dan informasi politik
lainnya.
6. Hak untuk Menyampaikan Petisi:
Warga negara memiliki hak untuk menyampaikan petisi kepada pemerintah atau
lembaga-lembaga publik untuk menyuarakan keprihatinan atau tuntutan mereka.
7. Hak Partisipasi dalam Referendum:
Beberapa negara mengakui hak warga negara untuk berpartisipasi dalam referendum
atau pemungutan suara yang memungkinkan mereka untuk menentukan isu-isu tertentu
secara langsung.
8. Hak Kebebasan Berpendapat:
Hak ini mencakup kebebasan untuk mengemukakan pendapat, baik yang setuju maupun
yang tidak setuju dengan pemerintah atau opini mayoritas, tanpa takut akan hukuman
atau pembatasan.

Disajikan kasus tingginya angka putus sekolah, peserta didik dapat Menganalisis kasus
pengingkaran kewajiban warga negara
1. Warga negara memiliki kewajiban untuk mendukung dan mendorong sistem
pendidikan. Jika angka putus sekolah tinggi, mungkin ada ketidakpatuhan terhadap
kewajiban tersebut. Warga negara seharusnya terlibat aktif dalam mendukung kebijakan
dan program-program pendidikan yang bertujuan untuk mencegah putus sekolah.
2. Warga negara juga diharapkan untuk berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat yang
mendukung pendidikan, seperti program-program sukarela, mentoring siswa, atau
mendukung sekolah-sekolah lokal.
3. Warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk menyuarakan kepentingan mereka
terkait pendidikan. Jika angka putus sekolah tinggi disebabkan oleh kebijakan yang
tidak efektif atau ketidaksetaraan akses pendidikan, warga negara dapat berperan dalam
advokasi untuk perubahan kebijakan.
4. Warga negara memiliki hak untuk mengawasi penggunaan anggaran pendidikan. Jika
ada indikasi pengelolaan dana pendidikan yang tidak efisien atau tidak sesuai dengan
kebutuhan, warga negara dapat berperan dalam mengingatkan dan menuntut
transparansi.

Berikut adalah analisis terhadap cara menyampaikan pendapat di muka umum yang tidak
benar:
1. Penyebaran Desinformasi:
informasi palsu yang sengaja disebarkan untuk menipu.
2. Ketidakpercayaan Publik:
Ketidakpercayaan dapat timbul terhadap sumber informasi atau bahkan terhadap
institusi dan proses demokratis.
3. Polarisasi dan Konflik:
Menyampaikan pendapat yang tidak benar secara berlebihan dapat memicu polarisasi
dalam masyarakat. Hal ini dapat menciptakan ketegangan, konflik, dan memperdalam
perpecahan di antara kelompok-kelompok berbeda.
4. Ketidakstabilan Politik:
Jika pendapat yang tidak benar disampaikan terutama dalam konteks politik, hal ini
dapat menyebabkan ketidakstabilan politik. Pemahaman yang tidak akurat tentang isu-
isu politik dapat mengganggu proses demokrasi dan menghambat pembuatan keputusan
yang informasional.
5. Hak Asasi Manusia dan Kekerasan:
Penyebaran informasi palsu atau provokatif di muka umum dapat merugikan hak asasi
manusia dan dapat memberi dorongan pada tindakan kekerasan. Ini dapat menciptakan
lingkungan yang tidak aman dan dapat berujung pada konsekuensi serius.
6. Tanggung Jawab Jurnalistik dan Etika:
Jika pendapat yang tidak benar disampaikan melalui media atau platform jurnalistik, ini
melibatkan masalah etika dan tanggung jawab jurnalistik. Jurnalis diharapkan untuk
memverifikasi informasi sebelum menyampaikannya kepada publik.
7. Ketidakstabilan Ekonomi:
Jika pendapat yang tidak benar berhubungan dengan isu-isu ekonomi, hal tersebut dapat
memengaruhi pasar dan stabilitas ekonomi. Investor dan pelaku bisnis sering
mengandalkan informasi yang akurat untuk mengambil keputusan.

Pasal 27 Ayat (1) UUD NRI 1945:


"Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya."

Pasal 28A UUD NRI 1945:


"Setiap orang berhak hidup, berhak mempertahankan hidup, dan berhak memperoleh
kebahagiaan hidup."

Pasal 28B UUD NRI 1945:


"Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di depan hukum."

Pasal 28D Ayat (1) UUD NRI 1945:


"Setiap orang berhak atas pengakuan, perlindungan, dan jaminan hak asasi manusia yang
benar-benar adil dan merata serta hukum yang benar-benar dapat diandalkan."

Pasal 28H Ayat (1) UUD NRI 1945:


"Setiap orang berhak atas pendidikan."

Pasal 28I Ayat (1) UUD NRI 1945:


"Setiap orang berhak atas kesejahteraan lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan."
Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945:
"Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan."
Pasal 31 Ayat (2) UUD NRI 1945:
"Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya."

Disajikan kasus pelanggaran hak warga negara, peserta didik dapat menganalisis upaya dalam
mengatasi kasus tersebut
1. Meningkatkan penegakan dan pengawasan hukum
2. Mengoptimalkan peran Lembaga negara dan reformasi institusi
3. Meningkatkan layanan public
4. Penguatan sistem hukum dan perundang-undangan
5. Meningkatkan pengawasan terhadap pemenuhan hak dan kewajiban
6. Meningkatkan profesionalisme Lembaga keamanan dan pertahanan
7. Mengadakan penyuluhan akan pentingnya hak dan kewajiban
8. Meningkatkan hukuman bagi pelanggar
9. Menguatkan aturan pada undang-undang
10. Meningkatkan rasa percaya rakyat pada Lembaga hukum
11. Memberikan penyuluhan unutk melaporkan kasus

Hak warga negara sesuai UUD NRI 1945


Pasal 27 Ayat (1):
"Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya."

Pasal 28A Ayat (1):


"Setiap orang berhak hidup, berhak mempertahankan hidup, dan berhak memperoleh
kebahagiaan hidup."

Pasal 28B Ayat (1):


"Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum."

Pasal 28C Ayat (1):


"Setiap orang berhak atas kebebasan pribadi, kehormatan, martabat, dan kebebasan dari
penganiayaan."

Pasal 28D Ayat (1):


"Setiap orang berhak atas pengakuan, perlindungan, dan jaminan hak asasi manusia yang
benar-benar adil dan merata serta hukum yang benar-benar dapat diandalkan."

Pasal 28E Ayat (1):


"Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu."
Pasal 28F Ayat (1):
"Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala
jenis saluran yang tersedia."

Pasal 28G Ayat (1):


"Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat."

Pasal 28H Ayat (1):


"Setiap orang berhak atas pendidikan."

Pasal 28I Ayat (1):


"Setiap orang berhak atas kesejahteraan lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan."

Pasal 28J Ayat (1):


"Setiap orang berhak atas kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."

Pasal 34 Ayat (1):


"Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara."

Mengidentifikasi Pernyataan yang Termasuk Kewajiban Warga Negara Berdasarkan Sila Ke 1


Pancasila.
1. Pengakuan dan Penghormatan terhadap Tuhan:
Hal ini dapat tercermin dalam keyakinan, ibadah, dan perilaku sehari-hari yang
mencerminkan nilai-nilai keagamaan.
2. Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Keagamaan:
Ini mencakup partisipasi aktif dalam kegiatan keagamaan, menghormati tempat-tempat
ibadah, dan mendukung kehidupan beragama yang damai.
3. Menghargai Keanekaragaman Agama:
Hal ini mencakup sikap toleransi dan penghormatan terhadap hak setiap individu untuk
memilih dan mengamalkan agamanya tanpa diskriminasi.
4. Partisipasi dalam Kegiatan Keagamaan:
Ini mencakup kehadiran di tempat ibadah, merayakan hari-hari keagamaan, dan
mendukung kegiatan-kegiatan yang memperkuat nilai-nilai keagamaan.
5. Menjunjung Tertib Agama:
Ini mencakup mematuhi norma-norma etika dan moral yang sesuai dengan ajaran
agama yang dianut.
Disajikan pernyataan, peserta didik dapat menjelaskan hakikat hak warga negara dalam
konstitusi

Hak Warga Negara Indonesia :

– Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).

– Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup
serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).

– Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah (pasal 28B ayat 1).

– Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”

– Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan
berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

– Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

– Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

– Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa,
hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,

– hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Makna Sila Kelima Pancasila

1. Keadilan
Makna yang paling baik dalam dasar Pancasila dalam sila kelima ialah keadilan harus menjadi
sesuatu yang menjadi hak setiap masyarakat Indonesia. Misalnya, berdasarkan Undang-Undang
setiap masyarakat berhak memiliki Hak yang sama dalam proses hukum.

2. Adil
Makna sila kelima Pancasila berikutnya ialah proses pengembangan sikap adil sesama
manusia, yang menjadi unsur naluriah dalam pembentukan kedamaian rakyat/masyarakat
Indonesia. Pengertian adil di sini ialah serangkaian perilaku yang menempatkan sesuatu sesuai
dengan posisi atau porsinya.
3. Hak dan kewajiban
Makna sila kelima Pancasila yang selanjutnya ialah adanya wujud menyeimbangkan, dan
menyelaraskan, serta menyerasikan antara hak dan kewajiban dalam masyarakat. Contoh hak
dan kewajiban warga negara dalam hal ini, yaitu menjaga kedaulatan Indonesia dengan cara
memberikan penanaman jiwa nasionalisme.

4. Kerja sama
Makna sila kelima Pancasila yang keempat adalah saling melakukan berbagai bentuk kerja
sama dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial budaya.
Upaya ini dilakukan agar mendapatkan keadilan.

5. Kedermawanan
Pelaksanaan sebagai wujud tindakan ataupun penerapan nilai keadilan selanjutnya adalah
mengembangkan sikap kedermawanan kepada sesama makhluk hidup, dengan cara saling
berbagi dan tolong menolong. Jika hal tersebut terus dilakukan tentunya kehidupan akan makin
tertata dengan baik penuh dengan kasih sayang antar-rakyat Indonesia.

6. Bekerja keras
Membiasakan hidup hemat, sederhana, dan bekerja keras merupakan satu di antara makna
dalam sila kelima Pancasila. Upaya tersebut dilakukan agar segenap masyarakat bisa
menjalankan perannya sebagai bentuk perubahan sosial.

7. Tolong menolong
Tolong-menolong kepada sesama menjadi satu di antara bagian penting dalam penerapan dan
pengamalan Pancasila, khususnya sila kelima. Kebiasaan baik ini tentunya akan memberikan
pengaruh yang sangat besar terhadap kebahagiaan yang dilakukan seseorang.

8. Menjauhi sikap tidak baik


Makna sila kelima Pancasila yang terakhir ialah menjauhi sikap-sikap yang dinilai tidak baik,
salah satu di antaranya seperti pemerasan terhadap orang lain. Hal ini dilakukan agar seseorang
bertangung jawab atas apa yang menjadi tugasnya.jawab.

Faktor Penyebab Pelanggaran Hak Warga Negara


1. Kurangnya toleransi
2. Punya sikap egois
3. Kurangnya kesadaran bernegara
4. Apparat hukum kurang tegas
5. Terjadi penyalahgunaan kekuasaan
6. Ketidakpastian hukum
7. Ketidaksetaraan dan diskriminasi
8. Ketidakstabilan politik
9. Ketidakseimbangankekuasaan
10. Ketidakcukupan perlindungan hukum
11. Krisis kemanusiaan
12. Kondisi ekonomi sulit
Sebagai contoh tokoh kejaksaan, kita dapat mengambil contoh dari Indonesia, yaitu Jaksa
Agung Republik Indonesia. Saat pertanyaan ini dijawab, situasi dan pejabat mungkin telah
berubah, jadi pastikan untuk memeriksa keadaan terkini. Pada saat jawaban ini disusun (hingga
Januari 2022), yang menjabat sebagai Jaksa Agung adalah ST Burhanuddin. Berikut adalah tiga
tugas dan wewenang lembaga kehakiman, yang mencakup kejaksaan, dalam menjamin
keadilan dan kedamaian:

Penuntutan dan Penyelidikan:


 Tugas: Melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus yang melibatkan pelanggaran
hukum. Jaksa bertanggung jawab untuk mengumpulkan bukti, menganalisis fakta, dan
menentukan apakah seseorang harus diadili.
 Wewenang: Jaksa memiliki kewenangan untuk memutuskan apakah suatu kasus perlu
diajukan ke pengadilan atau tidak. Mereka juga memiliki wewenang untuk menyusun
dakwaan dan membuktikan tuntutan di pengadilan.

Penuntutan Tindak Pidana Korupsi:


 Tugas: Melakukan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Korupsi sering kali
menjadi ancaman serius terhadap keadilan dan kedamaian suatu negara.
 Wewenang: Jaksa memiliki wewenang untuk menyelidiki, menuntut, dan membuktikan
kasus-kasus korupsi di pengadilan. Mereka bekerja sama dengan lembaga penegak
hukum lainnya untuk mengungkap dan menindak tindak pidana korupsi.

Perlindungan Hak Warga Negara:


 Tugas: Melindungi hak-hak warga negara dari penyalahgunaan kekuasaan dan
pelanggaran hukum lainnya. Hal ini melibatkan penanganan kasus-kasus pelanggaran
hak asasi manusia, diskriminasi, dan penindasan.
 Wewenang: Jaksa memiliki wewenang untuk menuntut pelanggaran hak asasi manusia
dan melibatkan diri dalam kasus-kasus yang melibatkan keadilan sosial. Mereka
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses yang
adil dan setara terhadap keadilan.

Kepolisian:
 Tugas: Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, mencegah dan menanggulangi
tindak pidana, serta menyelidiki kasus-kasus kejahatan.
 Wewenang: Memiliki wewenang untuk menangkap, menyelidiki, dan menuntut pelaku
kejahatan. Kepolisian juga berperan dalam pengaturan lalu lintas dan memberikan
perlindungan pada masyarakat.

Kejaksaan:
 Tugas: Melakukan penyelidikan, penuntutan, dan memberikan pendapat hukum atas
kasus-kasus pidana. Jaksa juga bertanggung jawab untuk melindungi kepentingan
negara dan masyarakat.
 Wewenang: Memiliki wewenang untuk mengajukan dakwaan di pengadilan, melakukan
penyelidikan, dan menyusun pendapat hukum. Jaksa Agung dan jaksa di tingkat
bawahnya memiliki peran kunci dalam proses peradilan.
Badan Intelijen Negara (BIN):
 Tugas: Mengumpulkan informasi intelijen yang berkaitan dengan keamanan nasional
dan menanggapi ancaman terhadap negara.
 Wewenang: Memiliki wewenang untuk melakukan kegiatan intelijen dalam rangka
melindungi keamanan negara. Wewenang ini mencakup pengumpulan informasi,
analisis intelijen, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK):


 Tugas: Melakukan pemberantasan korupsi di berbagai sektor pemerintahan dan
masyarakat.
 Wewenang: Memiliki wewenang penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan
pencegahan korupsi. KPK memiliki kewenangan independen untuk menangani kasus
korupsi tanpa adanya tekanan dari pihak lain.

Kejaksaan Agung (AGC - Attorney General's Chambers):


 Tugas: Memberikan nasihat hukum kepada pemerintah, mengevaluasi kebijakan, dan
menyusun rancangan undang-undang.
 Wewenang: Memiliki wewenang untuk memberikan nasihat hukum kepada pemerintah,
membela kepentingan negara di pengadilan, dan berkontribusi dalam proses pembuatan
undang-undang.

Proses Pelaksanaan Perlindungan dan Penegakan Hukum di Indonesia:


1. Hukum dan Perundang-Undangan:
Positif Law (Perundang-undangan Positif): Indonesia memiliki sistem hukum yang
didasarkan pada hukum positif, dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai hukum dasar tertinggi. Perubahan dan penambahan
undang-undang menjadi langkah penting dalam mengikuti perkembangan masyarakat
dan kebutuhan hukum.

2. Lembaga Penegak Hukum:


 Kepolisian Republik Indonesia (POLRI): Menanggung peran utama dalam
penegakan hukum dan pemeliharaan keamanan. POLRI memiliki unit khusus
yang menangani berbagai tindak pidana, termasuk Bareskrim (Badan Reserse
Kriminal) yang menyelidiki kasus-kasus kriminal tingkat tinggi.
 Kejaksaan: Bertanggung jawab atas penuntutan di pengadilan. Kejaksaan juga
memiliki peran dalam memberikan nasihat hukum kepada pemerintah dan
lembaga negara.
 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK): Merupakan lembaga independen yang
didedikasikan untuk memberantas korupsi di berbagai sektor.

3. Sistem Peradilan:
 Pengadilan Umum dan Administrasi: Pengadilan di Indonesia terbagi menjadi
pengadilan umum dan administrasi. Pengadilan Umum menangani perkara
pidana dan perdata, sementara Pengadilan Administrasi menangani sengketa
hukum terkait administrasi pemerintahan.
 Mahkamah Agung: Menjadi pengadilan tertinggi di Indonesia dan memiliki
peran penting dalam menegakkan keadilan dan konsistensi interpretasi hukum.
4. Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Komnas HAM (Komisi Nasional Hak Asasi Manusia): Memiliki tugas untuk
melindungi dan mengawasi hak asasi manusia di Indonesia. Meskipun telah ada
kemajuan, tantangan tetap ada dalam menangani kasus pelanggaran hak asasi manusia.

5. Pemberantasan Korupsi:
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi): Meskipun KPK memiliki peran krusial dalam
pemberantasan korupsi, perubahan-perubahan regulasi dan dinamika politik telah
mempengaruhi kewenangannya. Reformasi atau perubahan dalam regulasi KPK pernah
menjadi topik perdebatan dan perhatian publik.

6. Tantangan dan Perbaikan:


 Ketidakpastian Hukum: Beberapa tantangan terkait dengan ketidakpastian
hukum, korupsi, dan efektivitas penegakan hukum masih menjadi isu utama.
 Reformasi Hukum: Upaya terus menerus untuk melakukan reformasi hukum
dan peradilan guna meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keadilan.

Beberapa Alasan Mengapa Perlindungan Hukum Tidak Akan Terwujud Apabila Penegakan
Hukum Tidak Dilaksanakan:

 Ketidakpastian Hukum:
Jika penegakan hukum tidak dilaksanakan secara konsisten, akan terjadi ketidakpastian hukum.
Masyarakat akan sulit memahami konsekuensi dari perbuatan mereka, yang dapat menghambat
kepercayaan terhadap sistem hukum.

 Impunitas:
Penegakan hukum yang lemah atau tidak efektif dapat menciptakan lingkungan di mana
pelanggaran hukum sering kali tidak dihukum atau dihukum secara ringan. Hal ini dapat
memberikan sinyal bahwa pelanggaran hukum dapat dilakukan tanpa risiko konsekuensi serius,
sehingga memperkuat budaya impunitas.

 Ketidaksetaraan di Mata Hukum:


Jika penegakan hukum tidak adil dan tidak setara, masyarakat bisa merasa bahwa hukum hanya
diterapkan pada kelompok tertentu atau pada kasus-kasus tertentu. Ini dapat menciptakan
ketidaksetaraan di mata hukum dan menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap
keadilan.

 Korupsi:
Penegakan hukum yang tidak efektif sering kali terkait dengan korupsi di dalam sistem
peradilan dan lembaga penegak hukum. Korupsi dapat merusak integritas dan independensi
lembaga penegak hukum, menghambat upaya pemberantasan korupsi, dan merugikan
kepercayaan masyarakat.
 Tidak Adanya Deterrent Effect:
Tujuan utama penegakan hukum adalah menciptakan efek jera agar orang berpikir dua kali
sebelum melakukan pelanggaran hukum. Jika penegakan hukum tidak efektif, deterrent effect
ini hilang, dan masyarakat mungkin tidak merasa takut untuk melanggar hukum.

 Kekurangan Sumber Daya:


Keterbatasan sumber daya, baik dalam hal personel, peralatan, atau dana, dapat menjadi
penghambat utama penegakan hukum. Lembaga penegak hukum yang kekurangan sumber
daya mungkin tidak mampu menyelidiki dan menuntut pelanggaran hukum dengan efektif.

 Ketidakpatuhan Terhadap Aturan dan Etika:


Penegakan hukum yang efektif memerlukan ketaatan terhadap aturan dan etika oleh para
penegak hukum sendiri. Jika terdapat perilaku tidak etis, penyalahgunaan kekuasaan, atau
pelanggaran aturan dalam lembaga penegak hukum, hal ini dapat mengurangi kepercayaan
masyarakat.

Sifat Hukum
 Hukum bersifat mengatur
Hukum bisa membuat berbagai peraturan yang baik, peraturan tersebut dalam bentuk larangan
maupun perintah yang akan mengatur segala tingkah laku manusia dalam kehidupan yang ada
di masyarakat agar tercipta ketertiban dan juga keamanan.
 Hukum bersifat memaksa
Hukum mempunyai kemampuan dan kewenangan untuk memaksa warga masyarakat agar tetap
untuk mematuhi setiap aturan karena akan ada sanksi tegas bagi siapa saja yang melakukan
pelanggaran hukum tersebut.

 Hukum bersifat melindungi


Hukum diciptakan untuk melindungi hak-hak setiap orang demi menjaga keseimbangan antara
berbagai kepentingan yang ada dalam kehidupan bangsa dan negara.

Beberapa jenis kasus pelanggaran hukum yang umum terjadi di berbagai masyarakat
melibatkan:

 Pelanggaran Hukum Pidana:


Kasus-kasus ini melibatkan tindak pidana seperti pencurian, pembunuhan,
pemerkosaan, perampokan, dan pelanggaran hukum pidana lainnya.

 Pelanggaran Hukum Perdata:


Termasuk sengketa perdata seperti pelanggaran kontrak, klaim ganti rugi, atau
pertikaian hak milik properti.

 Pelanggaran Hukum Bisnis:


Kasus-kasus ini melibatkan pelanggaran hukum di dunia bisnis, seperti penipuan,
pelanggaran hak cipta, atau praktik bisnis yang tidak etis.
 Pelanggaran Hukum Lingkungan:
Melibatkan pelanggaran terhadap undang-undang dan regulasi yang berhubungan
dengan lingkungan, termasuk pencemaran udara dan air, pembabatan hutan ilegal, atau
pembuangan limbah berbahaya.

 Pelanggaran Hukum Ketenagakerjaan:


Terkait dengan pelanggaran terhadap hak-hak pekerja, termasuk diskriminasi di tempat
kerja, pelanggaran keselamatan kerja, atau upah yang tidak sesuai dengan ketentuan
hukum.

 Pelanggaran Hukum Keuangan dan Pajak:


Termasuk tindakan korupsi, penggelapan pajak, atau manipulasi laporan keuangan yang
melanggar undang-undang.

 Pelanggaran Hukum Teknologi Informasi:


Melibatkan tindakan seperti hacking, pencurian data, atau penyebaran virus komputer
yang dapat melanggar undang-undang terkait teknologi informasi.

 Pelanggaran Hukum Kesehatan:


Melibatkan pelanggaran terhadap regulasi kesehatan, misalnya penjualan obat ilegal,
praktik medis ilegal, atau pelanggaran standar keamanan makanan.

 Pelanggaran Hukum Hak Asasi Manusia:


Kasus-kasus ini melibatkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, seperti
penganiayaan, diskriminasi, atau penahanan sewenang-wenang.

 Pelanggaran Hukum Migrasi dan Keimigrasian:


Melibatkan pelanggaran terhadap hukum migrasi, seperti penyelundupan manusia atau
tindakan diskriminatif terhadap imigran.

Mengidentifikasi pernyataan yang termasuk pelanggaran hukum di lingkungan bangsa dan


negara
 Pernyataan Rasis atau Diskriminatif:
Pernyataan yang merendahkan atau mendiskriminasi berdasarkan ras, etnis, agama,
jenis kelamin, orientasi seksual, atau atribut lainnya dapat melanggar undang-undang
anti-diskriminasi.
 Pernyataan Fitnah atau Pencemaran Karakter:
Pernyataan yang membuat klaim palsu dan merugikan reputasi seseorang dapat
dianggap sebagai pencemaran karakter atau fitnah dan dapat melibatkan tuntutan
hukum.
 Pernyataan Menghasut Kekerasan:
Pernyataan yang secara terang-terangan mengajak atau menghasut kekerasan atau
tindakan ilegal dapat melanggar undang-undang tentang ancaman atau pemujukan
tindak kekerasan.
 Pernyataan Penipuan:
Pernyataan yang sengaja menyesatkan orang lain dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau merugikan orang lain secara finansial dapat melanggar
undang-undang penipuan.
 Pernyataan Menghina Pejabat Publik:
Pernyataan yang secara terang-terangan menghina atau merendahkan pejabat publik
atau institusi negara dapat melibatkan pelanggaran undang-undang penghinaan atau
fitnah.
 Pernyataan Pelecehan Seksual:
Pernyataan yang bersifat pelecehan seksual, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat melibatkan pelanggaran undang-undang tentang pelecehan seksual.
 Pernyataan Menantang Keamanan Nasional:
Pernyataan yang dapat dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional,
misalnya, mendukung terorisme atau menyebarkan informasi rahasia negara, dapat
melibatkan pelanggaran undang-undang keamanan nasional.
 Pernyataan Melibatkan Penipuan Publik:
Pernyataan yang menyesatkan publik, misalnya, terkait dengan produk atau layanan,
dapat melibatkan pelanggaran undang-undang perlindungan konsumen.

1. Hukum Berdasarkan Bentuknya


 Hukum Tertulis
Hukum tertulis adalah hukum tertulis adalah hukum yang telah dicantumkan dalam
berbagai peraturan perundang-undangan secara tertulis. Contoh hukum tertulis adalah
UUD 1945, keputusan presiden, KUHP, dan lain-lain.
 Hukum Tidak Tertulis
Hukum tidak tertulis adalah hukum yang berlaku serta diyakini oleh masyarakat dan
dipatuhi, akan tetapi tidak dibentuk menurut prosedur yang formal, melainkan lahir dan
tumbuh di kalangan masyarakat tersebut. Contoh hukum tidak tertulis adalah hukum
adat, hukum agama, dan lain-lain.

2. Hukum Berdasarkan Sumbernya


 Hukum Undang-Undang
Hukum undang-undang atau disebut sebagai wettenrech, adalah jenis hukum yang
terletak dan tercantum di dalam peraturan perundang-undangan.
 Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan atau disebut juga sebagai gewoonte-en adatrech, adalah jenis hukum
yang berlaku di dalam peraturan-peraturan atau kebiasaan adat.
 Hukum Traktat
Hukum traktat atau disebut juga sebagai tractaten recht, adalah jenis hukum yang
ditetapkan oleh negara-negara melalui suatu perjanjian antar negara atau traktat.
 Hukum Yurisprudensi
Hukum yurisprudensi atau disebut juga sebagai yurisprudentie recht, adalah jenis
hukum yang muncul karena adanya keputusan hakim, yang menjadi rujukan hakim
selanjutnya dalam memberi putusan dalam pengadilan.
 Hukum Ilmu
Hukum ilmu atau disebut juga sebagai wetenscaps recht, adalah jenis hukum yang pada
dasarnya berupa ilmu hukum yang terdapat dalam pandangan para ahli hukum yang
terkenal dan sangat berpengaruh.

3. Penggolongan Hukum Berdasarkan Sifatnya


 Hukum Yang Memaksa
Yang dimaksud hukum yang memaksa adalah jenis hukum yang dalam keadaan
bagaimana pun, harus dan mempunyai paksaan yang mutlak. Contohnya adalah
hukuman bagi perkara pidana, maka sanksinya secara paksa wajib untuk dilaksanakan.
 Hukum Yang Mengatur
Yang dimaksud hukum yang mengatur adalah jenis hukum yang dapat dikesampingkan
saat pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan tersendiri dalam suatu
perjanjian. Contohnya adalah hukum mengenai warisan yang dapat diselesaikan dengan
kesepakatan antar pihak-pihak yang terkait.

4. Penggolongan Hukum Berdasarkan Tempat Berlakunya


 Hukum Nasional
Hukum nasional adalah jenis hukum yang berlaku di dalam wilayah negara tertentu.
Hukum nasional harus dilaksanakan oleh warga negara tersebut.
 Hukum Internasional
Hukum internasional adalah jenis hukum yang berguna untuk mengatur hubungan
hukum antar negara di dalam hubungan internasional. Hukum internasional ini berlaku
secara universal, yang berarti dapat berlaku secara keseluruhan terhadap negara-negara
yang mengikatkan diri dalam perjanjian internasional tertentu.
 Hukum Asing
Yakni hukum yang berlakunya di dalam wilayah negara lain.

5. Penggolongan Hukum Berdasarkan Isinya/ Subyek atau Objek Regulasi


 Hukum Publik (Hukum Negara)
Hukum publik atau disebut juga hukum negara, adalah jenis hukum yang mengatur
hubungan antara negara dengan individu atau warga negaranya. Hukum publik
umumnya menyangkut tentang kepentingan umum atau publik dalam ruang lingkup
masyarakat.
 Hukum Pidana, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait pelanggaran dan
kejahatan, serta memuat larangan dan sanksi.
 Hukum Tata Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antara negara dengan bagian-bagiannya.
 Hukum Tata Usaha Negara, yaitu jenis hukum publik yang mengatur tentang tugas
dan kewajiban para pejabat negara secara administratif.
 Hukum Internasional, yaitu jenis hukum publik yang mengatur terkait hubungan
antar negara, seperti hukum perjanjian internasional, hukum perang internasional,
dan sejenisnya.
 Hukum Privat (Hukum Sipil)
Hukum privat atau yang disebut juga hukum sipil, adalah jenis hukum yang berguna
untuk mengatur hubungan antara individu satu dengan individu lainnya, termasuk
negara sebagai pribadi. Jenis hukum privat memfokuskan pada kepentingan
perseorangan.
 Hukum Perdata, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar individu
secara umum, misalnya yaitu hukum keluarga, hukum perjanjian, hukum kekayaan,
hukum waris, hukum perkawinan, dan sebagainya.
 Hukum Perniagaan, adalah jenis hukum privat yang mengatur hubungan antar
individu di dalam kegiatan perdagangan, misalnya yaitu hukum jual beli, hutang
utang piutang, hukum mendirikan perusahaan dagang, dan sebagainya.

6. Berdasarkan Penegakannya:
 Hukum Represif:
Menetapkan sanksi atau hukuman untuk pelanggaran hukum. Hukum pidana adalah
contoh hukum represif.
 Hukum Preventif:
Bertujuan untuk mencegah pelanggaran hukum dan mempromosikan kepatuhan.
Termasuk dalam kategori ini adalah regulasi pencegahan dan aturan etika.

7. Berdasarkan Waktu:
 Hukum Berlaku (Lex Lata):
Hukum yang berlaku dan sah pada saat tertentu.
 Hukum Ideal (Lex Ferenda):
 Konsep atau ide tentang hukum yang seharusnya berlaku atau diusulkan untuk
diberlakukan di masa depan.

Peran Advokat Dalam Menjamin Keadilan Dan Kedamaian


1. Mewakili Klien:
Advokat berperan sebagai perwakilan hukum klien mereka di pengadilan atau dalam
berbagai transaksi hukum. Dengan memberikan nasihat hukum, menyusun strategi
hukum, dan menyampaikan argumen di pengadilan, advokat membantu memastikan
bahwa hak-hak klien terlindungi.

2. Memberikan Bantuan Hukum:


Advokat memberikan bantuan hukum kepada individu atau kelompok yang mungkin
tidak memiliki pengetahuan hukum atau sumber daya untuk memahami dan
mempertahankan hak-hak mereka. Ini dapat mencakup memberikan konsultasi hukum,
menyusun dokumen hukum, atau memberikan representasi hukum.

3. Mempromosikan Keadilan:
Advokat memiliki tanggung jawab moral untuk mempromosikan keadilan. Mereka
berperan dalam menjamin bahwa setiap orang, tanpa memandang status sosial atau
ekonomi, memiliki akses yang setara terhadap sistem peradilan dan mendapatkan
perlakuan yang adil di mata hukum.

4. Menegakkan Hak Asasi Manusia:


Advokat memiliki peran penting dalam menegakkan hak asasi manusia. Mereka dapat
terlibat dalam kasus-kasus yang melibatkan pelanggaran hak asasi manusia dan
berupaya membawa keadilan bagi para korban.

5. Memberikan Nasehat Hukum dan Edukasi:


Advokat memberikan nasehat hukum kepada klien mereka, membantu mereka
memahami hak dan kewajiban mereka. Selain itu, advokat juga dapat berperan dalam
memberikan edukasi hukum kepada masyarakat, sehingga orang-orang dapat lebih
memahami sistem hukum dan hak-hak mereka.

6. Partisipasi dalam Reformasi Hukum:


Advokat dapat berperan aktif dalam mendukung reformasi hukum yang bertujuan untuk
meningkatkan keadilan dan efisiensi sistem peradilan. Mereka dapat memberikan
kontribusi dalam pembuatan undang-undang, memperjuangkan perubahan kebijakan,
dan mengadvokasi hak-hak yang lebih baik untuk masyarakat.
7. Penyelesaian Sengketa:
Advokat dapat berperan dalam menyelesaikan sengketa antara pihak yang berkonflik.
Proses penyelesaian sengketa melalui mediasi atau negosiasi dapat membantu
mencegah konflik membesar dan meminimalkan pengaruhnya terhadap masyarakat.

8. Menjaga Kemerdekaan Berbicara dan Kebebasan Pers:


Advokat sering kali menjadi garda terdepan dalam menjaga kemerdekaan berbicara dan
kebebasan pers. Mereka dapat memberikan perlindungan hukum bagi wartawan dan
individu yang mengungkapkan kebenaran atau berbicara terhadap ketidakadilan.

9. Menjaga Etika Profesi:


Advokat diharapkan untuk menjaga etika profesi mereka. Mereka diwajibkan untuk
berlaku adil, jujur, dan berintegritas dalam memberikan pelayanan hukum kepada klien
dan dalam berinteraksi dengan pihak-pihak lainnya di dalam sistem hukum.

Salah satu undang-undang utama yang mengatur POLRI adalah Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (UU Polri).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia (UU Polri)
Tugas POLRI (Pasal 5 UU Polri)
Wewenang POLRI (Pasal 7 UU Polri)

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki tugas dan wewenang yang diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. Berikut adalah rincian mengenai tugas dan wewenang KPK:

Tugas KPK (Pasal 11 UU KPK):


1. Penyelidikan:
Melakukan penyelidikan terhadap tindak pidana korupsi.
2. Penyidikan:
Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana korupsi yang ada di dalam maupun di
luar lingkungan instansi pemerintah.
3. Penuntutan:
Melakukan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi ke pengadilan.
4. Pencegahan:
Melakukan pencegahan terhadap tindak pidana korupsi dengan memberikan saran
kepada instansi pemerintah, badan usaha, dan masyarakat.
5. Monitoring dan Evaluasi:
Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan negara guna
memberikan saran untuk mencegah terjadinya tindak pidana korupsi.
6. Penyuluhan:
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya dan konsekuensi dari
tindak pidana korupsi.
7. Pemberdayaan Masyarakat:
Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.
Wewenang KPK (Pasal 6 UU KPK):
1. Penyidikan dan Penuntutan:
Memiliki wewenang untuk melakukan penyidikan dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
2. Pemanggilan dan Pemeriksaan:
Memiliki wewenang untuk memanggil dan memeriksa saksi, ahli, atau terdakwa dalam
penyidikan tindak pidana korupsi.
3. Penahanan:
Memiliki wewenang untuk menahan terdakwa dalam penyidikan tindak pidana korupsi.
4. Menggali Informasi dan Bukti:
Memiliki wewenang untuk menggali informasi dan bukti terkait tindak pidana korupsi.
5. Memonitor dan Mengevaluasi Kinerja Aparat Penegak Hukum:
Memiliki wewenang untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja aparat
penegak hukum dalam penanganan tindak pidana korupsi.
6. Menerima, Mengevaluasi, dan Menangani Laporan Masyarakat:
Memiliki wewenang untuk menerima, mengevaluasi, dan menangani laporan
masyarakat terkait dugaan tindak pidana korupsi.
7. Penyelenggaraan Program Pencegahan:
Memiliki wewenang untuk menyelenggarakan program pencegahan korupsi,
memberikan saran kepada instansi pemerintah dan badan usaha, serta melakukan
monitoring pelaksanaan program pencegahan.
8. Kerja Sama Internasional:
Memiliki wewenang untuk bekerja sama dengan lembaga antikorupsi internasional dan
instansi pemerintah luar negeri dalam penanganan tindak pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai