Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI PADA STASE KEPERAWATAN JIWA

DI RSJ BHAKTI DHARMA GRAHA BSD

Oleh :
IRFAN AMMAR MUSH’AB
NIM : 231030230626

Pembimbing :
Ns. Ni Bodro, S.Kep, M.Kep.

NIM. 0410048406

PROGRAM PROFESI NERS STIKes WIDYA

DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

I. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri
II. PROSES TERJADINYA
A. Definisi
Perawatan Diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. (Depkes, 2000 dalam
Wibowo, 2009).
Poter, Perry (2005), dalam Anonim (2009), mengemukakan bahwa
Personal Higiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Wahit Iqbal
Mubarak (2007), juga mengemukakan bahwa higiene personal atau kebersihan
diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan dan kesehatan
dirinya untuk memperolah kesejahteraan fisik dan psikologis.
Seseorang yang tidak dapat melakukan perawatan diri dinyatakan
mengalami defisit perawatan diri. Nurjannah (2004), dalam Wibowo (2009),
mengemukakan bahwa Defisit Perawatan Diri adalah gangguan kemampuan
untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), Kurang
Perawatan Diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya.
Pasien yang mengalami gangguan jiwa kronik seringkali tidak
memperdulikan perawatan diri. Hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam
keluarga dan masyarakat (Keliat, 2009).
Klien dengan gangguan jiwa hampir semuanya mengalami defisit
perawatan diri. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan ketidakberdayaan
yang berhubungan dengan keadaannya sehingga terjadilah defisit perawatan
diri (Muslim, 2010).

B. Jenis-jenis defisit perawatan diri


Menurut Nanda (2012), jenis perawatan diri terdiri dari:
a. Defisit perawatan diri: mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi/toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Depkes (2000), dalam Anonim (2009), tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri yaitu:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologi
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina
3. Sosial
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK) di sembarang
tempat
f. Gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri
Selain itu, tanda dan gejala tampak pada pasien yang mengalami Defisit
Perawatan Diri adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut
acakacakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada
pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien perempuan tidak
berdandan
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh kemampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran dan makan tidak pada
tempatnya
d. Ketidak mampuan eliminasi secara mandiri, ditandai dengan
BAB/BAK tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAK (Keliat, 2009).
Apabila kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka akhirnya dapat juga
menimbulkan penyakit fisik seperti kelaparan dan kurang gizi, sakit infeksi
saluran pencernaan dan pernafasan serta adanya penyakit kulit, atau timbul
penyakit yang lainnya (Harist, 2011).

D. Predisposisi
a. Perkembangan Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu
b. Biologis Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun Klien gangguan jiwa dengan kemampuan
realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri
d. Sosial Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri

E. Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. (Depkes, 2000, dalam Anonim, 2009) Sedangkan
Tarwoto dan Wartonah (2000), dalam Anonim(2009), meyatakan bahwa
kurangnya perawatan diri disebabkan oleh :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran

F. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak melakukan


diri seimbang tidak seimbang perawatan diri

G. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi Sosial Effect

Defisit Perawatan Diri Core Problem

Harga Diri Rendah Causa

Pohon Masalah Defisit perawatan Diri ( Fitria.2009 ).

H. Mekanisme Koping
Mekanisme koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor meliputi status sosialekonomi, keluarga, jaringan interpersonal,
organisasi yang dinaungi oleh lingkungan sosial yang lebih luas, juga
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen, 1998 dalam Lili Kadir,
2018).
III. STRATEGI PELAKSANAAN
1. SP-1 Pasien: Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. H terlihat duduk di salah satu sudut ruangan sambil menggaruk-
garuk kepala yang terlihat kotor, rambut sebahu dan tidak tertata rapi.
Pakaian yang digunakan Ny. H tidak terpasang dengan benar dan terlihat
banyak robekan. Kuku jari tangan terlihat hitam dan panjang. Gigi Ny.H
terlihat kotor dan mulut Ny. H mengeluarkan bau.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
b. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
d. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
e. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya perawat Sinta. Saya adalah
Mahasiswa Keperawatan UPH yang sedang praktek disini. Saya praktek
disini selama 4 hari. Nama kamu siapa ya? Senangnya dipanggil apa? Oh
jadi anda senangnya dipanggil Ny. M saja”.
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny. M menggaruk-garuk kepala, gatal ya?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan
diri?”
Waktu:“Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ny. M
maunya kita ngobrol-ngobrolnya selama 20 menit ya”.
Tempat:“Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi kita
ngobrolnya diruang ini saja ya”.
2. Kerja (langkah- langkah tindakan keperawatan)
a. “Berapa kali Ny. M mandi dalam sehari? Apakah Ny. M sudah mandi
hari ini? Menurut Ny. M apa kegunaannya mandi? Apa alasan Ny. M
sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut Ny. M apa manfaatnya
kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda
orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya? badan gatal,
mulut bau, apa lagi?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut
Ny. M yang bisa muncul ? Betul ada kudis, kutu, dsb”
b. “Menurut Ny. M mandi itu seperti apa? Sebelum mandi apa yang
biasanya Ny. M persiapkan? Benar sekali, Ny. M perlu menyiapkan pa
kaian ganti yang bersih, handuk kering, sikat gigi, odol, shampo dan
sabun mandi”
c. “Menurut Ny. M tempat mandi dimana? Benar sekali kita mandi di
kamar mandi, bagaimana kalau kita ke kamar mandi sekarang? Saya
akan bantu melakukannya. Pertama kita gosok gigi dulu dengan sikat
gigi, ambil sikat gigi yang sudah di kasih odol kemudian sikat gigi
dengan gerakan memutar dari atas ke bawah kemudian Ny. M
berkumur-kumur dengan air bersih. Bagus sekali, sekarang Ny. M
buka pakaian, siram seluruh tubuh Ny. M dengan air termasuk rambut
dan kepala lalu ambil shampoo sedikit dan gosokkan ke atas kepala
Ny. M sampai berbusa lalu bilas sampai bersih. Bagus sekali Ny. M,
sekarang ambil sabun dan gosokan keseluruh tubuh Ny. M secara
merata dan di mulai dari bagian sebelah kanan lalu siram dengan air
sampai bersih, pastikan bersih tidak ada sisa sabun yang menempel.
Setelah selesai di siram dengan air sampai bersih, keringkan tubuh Ny.
M dengan handuk kering yang sudah disiapkan. Bagus sekali Ny. M
melakukannya. Selanjutnya Ny. M menggunakan pakaian bersih yang
sudah di siapkan”.
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah mandi dan mengganti pakaian?
Coba Ny. M sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang
sudah Ny. M lakukan tadi? Bagus sekali sekarang Ny. M sudah tahu
manfaat dan cara mandi yang baik”.
2. Evaluasi perawat/ objektif
“Ternyata Ny. M masih memiliki kemampuan yang baik dalam
menjaga kebersihan diri. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga di
rumah setelah pulang ya Ny. M”.
b. Rencana lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M Mau berapa
kali sehari mandi dan sikat gigi? Bagus, dua kali yaitu pagi dan sore.
Kalau pagi jam berapa? kalau sore jam berapa? Beri tanda M (mandiri)
kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru
dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan berdanda
n”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan berdandan besok jam 9 pagi
setelah Ny. M melakukan kegiatan mandi”
Tempat : “Ny. M mau kita ketemu dimana? Kita ketemu di dalam
kamar Ny. M besok bagaimana?”

2. SP-2 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-2


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu sudut ruangan sambil memegang
rambut yang basah. Klien terlihat menggunakan pakaian dengan
kancing baju yang tidak terpasang. Klien mengatakan merasa segar
setelah mendi.
2. Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
Membantu klien latihan berhias
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi, masih ingat dengan saya Ny. M?
b. Evaluasi/Validasi
“Saya lihat dari tadi Ny. M memegang kepala, kenapa Ny. M?
Bagaimana perasaan Ny. M setelah melakukan kegiatan mandi?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang berhias
diri?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi Ny.
M mau kita ngobrolnya 20 menit saja ya”.
Tempat: “Baiklah mau dimana kita ngobrolnya Ny. M? Oh jadi
kita ngobrolnya diruang ini saja ya”.

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


a. “Bagaimana perasaan Ny. M setelah mandi? Apa yang Ny. M
lakukan setelah mandi? Baiklah sekarang kita akan melakukan
latihan berdandan”
b. “Apa Ny. M sudah mengganti baju? Untuk pakaian pilihlah yang
bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2 kali sehari.
Sekarang coba Ny. M lakukan menggangti pakaian. Bagus sekali
Ny. M kerja yang bagus. Sekarang setelah menggunakan pakaian
yang baik kita akan latihan berdandan supaya Ny. M tampak rapi
dan cantik”
c. “Kira-kira apa alat yang Ny. M butuhkan untuk berdandan? Bagus
sekali Ny. M alat yang digunakan adalah sisir, bedak dan kaca”
d. “Setelah Ny. M memasang pakaian dengan baik sekarang sisir
rambut yang rapi. Bagus Ny. M, sekarang ambil bedak dan bedaki
muka Ny. M rata dan tipis. Bagus sekali Ny. M bisa melakukan
nya dengan baik”.

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah latihan berdandan?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat segar dan cantik”
b. Tindakan lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M sehabis
Ny. M melakukan kegiatan mandi kemudian melakukan cara
berdandan yang baik dan benar sesuai dengan latihan kita hari ini.
Beri tanda M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan)
kalau diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik nanti siang kita akan bertemu kembali untuk latihan
cara makan yang baik dan benar”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara makan nanti siang atau
sesuai jadwal makan Ny. M”
Tempat: “Siang nanti kita latihan makan yang baik diruang makan,
bagaimana menurut Ny. M?”

3. SP-3 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-3


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk disalah satu kursi di dekat meja makan. Ny.
M terlihat rapi dengan rambut yang disisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Keperawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
a. Menjelaskan cara persiapkan makanan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatam makan setelah makan

B. Strategi Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? bagus sekali Ny. M terlihat rapi siang
ini”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ny. M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara makan yang baik?”
Waktu: “Mau berapa lama kira-kira kita ngobrolnya? Oke, jadi
kita ngobrolnya 25 menit saja ya”
Tempat: “kita akan latihan cara makan yang baik langsung
diruang makan saja ya, bagaiman menurut Ny. M?”

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


a. “Bagaimana menurut Ny. M cara makan yang baik? Bagus Ny.
M sebelum kita makan, kita cuci tangan dengan air sabun dulu
ya”
b. “Sebelum mencuci tangan dengan air dan sabun, Ny. M bisa
mengambil makanan di atas meja dengan menggunakan piring”
c. “Sebelum makan Ny. M dapat berdoa. Bagus sekarang, Ny. M
bisa berdoa sebelum makan. Suap makanan dengan pelan-
pelan, ya bagus Ny. M sekarang sudah bisa melakukan
menyuap makanan dengan abik dan benar”
d. “Setelah makan Ny. M harus membereskan piring dan gelas
yang kotor, setelah dibereskan sekarang Ny. M dapat mencuci
tangan dengan sapu tangan yang bersih”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah latihan cara makan
yang baik?”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat rapid an bersih”
b. Rencana tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M sehabis
melakukan mandi kemudian melakukan cara berdandan dan makan
yang baik dan benar sesuai dengan latihan kita hari ini. Beri tanda
M (Mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau
diingatkan dan T (Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baik besok kita akan bertemu kembali untuk latihan
cara BAK/BAB yang baik ya Ny. M?”
Waktu: “Kalau begitu kita akan latihan cara BAK/BAB besok
jam 10 pagi atau sesuai jadwal kapan Ny. M merasa ingin
BAB/BAK”
Tempat: “Besok kita latihan cara BAB/BAK dengan baik
diruangan ini ya Ny. M?”

4. SP-4 Pasien : Defisit Perawatan Diri Pertemuan Ke-4


A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Ny. M terlihat duduk di salah satu sisi kamar. Ny. M terlihat rapi
dengan rambut yang di sisir.
2. Diagnosis Keperawatan: Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan Khusus:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan membersihkan tempat BAB/BAK

B. Strategi Komunikas dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat siang Ny. M? Sudah dilakukan jadwal harian yang
telah kita lakukan kemarin? Bagus sekali Ny. M dapat
melakukan secara mandiri semua latihan yang telah kita
lakukan”
b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan Ny. M siang hari ini?”
c. Kontrak
Topik: “Bagaimana kalau kita latihan cara BAK/BAB yang
baik?”
Waktu: “Kita akan membutuhkan waktu sekitar 30 menit,
bagaimana menurut Ny. M?”
Tempat: “Kita akan latihan cara BAB/BAK yang baik jadi kita
latihan langsung di tempat BAB/BAK”

2. Kerja (langkah-langkah tindakan keperawatan)


a. “Menurut Ny. M dimana kita BAB/BAB yang benar? Benar
Ny. M kita BAB/BAK di ruang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotoran. Jadi kita tidak boleh BAB/BAK di
sembarang tempat”
b. “Sekarang coba Ny. M sebutkan bagaimana cara
membersihkan/cebok? Bagus Ny. M cebok itu adalah cara
membersihkan bokong atau tempat keluar BAB/BAK dengan
air yang bersih dan jernih. Setelah Ny. M cebok pastikan juga
tidak ada BAB/BAK yang tersisa di WC dengan cara
menyirami WC dengan air bersih. Setelah di pastikan bokong
dan WC bersih baru Ny. M mencuci tangan dengan air bersih
dan sabun”

3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
1. Evaluasi klien/subjektif
“Bagaimana perasaan Ny. M setelah cara BAB/BAK yang
baik”
2. Evaluasi perawat/objektif
“Ny. M terlihat tersenyum dan wajah yang segar”
b. Tindak lanjut klien
“Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ny. M
sehabis Ny. M melakukan mandi kemudian melakukan cara
berdandan dan cara makan yang baik dan benar. Jika Ny. M
merasakan keinginan BAB/BAK Ny. M dapat melakukan
latihan yang telah kita lakukan. Beri tanda M (Mandiri) kalau
dilakukan tanpa disuruh, B (Bantuan) kalau diingatkan dan T
(Tidak) tidak melakukan”.
c. Kontrak yang akan datang
Topik: “Baiklah Ny. M sekarang kita akhiri pertemuan ini,
kalau Ny. M masih ada yang ingin ditanyakan atau ada masalah
yang ingin dibicarakan boleh kepada perawat lain yang dinas
diruangan ini. Saya permisi dulu ya Ny. M. Selamat siang”.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic


Course). Jakarta: EGC

Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan


Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba
Medika.

Damaiyanti Mukhripah,dkk.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika


Aditama

Hoesny, Rezkiyah,.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit


Perawatan Diri diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah
%20Hoesny.pdf pada 14 Juni 2018

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari


https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TINDAKA
N_KEPERAWATAN_SP-1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1
pada 14 Juni 2018

Shinzu, Bekti,.2018. Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari


https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP pada 14
Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai